Anda di halaman 1dari 14

DEMAM YANG DISERTAI DENGAN

MUNCULNYA RUAM MERAH PADA KULIT


Febrina Githa 102019079
Kelompok : A5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: febrina.102019079@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Virus campak atau rubeola disebabkan oleh virus yang merupakan genus dari Morbillivirus
dan family dari Paramyxovirus. Virus ini merupakan self-limited disease yang berarti tubuh
dapat dengan sendirinya melawan virus ini. Virus campak dapat ditularkan dari droplet yang
mengandung virus tersebut dan menginfeksi sel pada tubuh manusia. Penyebarannya juga
dapat dengan interaksi antar-individu. Manifestasi klinik yang timbul dari campak sangat
khas sekali yaitu terjadinya demam tinggi, munculnya ruam pada saat demam masih
berlangsung, terdapat bercak Koplik, dan 3C (cough, coryza, conjunctivitis). Campak dapat
disembuhkan dengan pemberian vitamin A sesuai dengan dosis yang tepat dan dengan
Tindakan suportif umum, yaitu dengan pemberian nutrisi, cairan yang cukup, hidrasi, dan
lain-lain. Pencegahan campak dapat dilakukan dengan memberikan vaksin MMR pada anak
maupun orang dewasa yang memiliki resiko untuk terinfeksi.
Kata kunci: campak, koplik, ruam, vaksin, virus
Abstract
Measles or rubeola virus is caused by a virus which is a genus of Morbillivirus and family of
Paramyxovirus. This virus is a self-limited disease, which means the body can fight this virus
by itself. The measles virus can be transmitted from droplets containing the virus and infect
cells in the human body. It can also be spread by interactions between individuals. The
clinical manifestations arising from measles are very typical, namely the occurrence of high
fever, the appearance of a rash while the fever is still ongoing, there are Koplik spots, and
3C (cough, coryza, conjunctivitis). Measles can be cured by giving vitamin A according to
the right dose and with general supportive measures, namely by providing nutrition,
adequate fluids, hydration, and others. Measles prevention can be done by giving MMR
vaccine to children and adults who are at risk for infection.
Keywords: koplik, measles, rash, vaccine, virus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus ada pada fase dorman ketika berada pada udara bebas. Ketika virus
masuk ke dalam tubuh, virus akan bereplikasi pada sel tubuh. Seperti virus campak
yang merupakan penyakit infeksius yang penyebarannya dapat melalui droplet. Virus
campak akan masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi sel serta menimbulkan gejala-
gejala klinis akibat perlawanan sistem imun tubuh.

B. Rumusan Masalah
Seorang ibu membawa anak perempuannya yang berusia 4 tahun ke poliklinik
karena demam disertai ruam merah sejak 2 hari yang lalu.
Mengacu pada skenario yang ada, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
dari skenario tersebut adalah perempuan berusia 4 tahun demam disertai ruam sejak 2
hari yang lalu.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui penyakit campak
dengan lebih lanjut dari segi etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patofisiologi,
penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, serta prognosis dari penyakit tersebut.
ISI

Pendahuluan

Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak,
penyakit ini sangat infeksius dan dapat menular sejak awal masa prodromal sampai kurang
lebih empat hari setelah munculnya demam. Campak juga dikenal dengan rubeola yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui kontak antara orang ke orang serta
penyebarannya melalui udara. Karena cara penularan dan kemampuannya untuk tetap berada
di udara untuk waktu yang lama, sehingga akan lebih mudah untuk menginfeksi.1,2

Anamnesis

Berdasar dari anamnesis yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa informasi
sebagai berikut. Riwayat penyakit sekarang, pasien mengalami demam dan timbul ruam pada
kulit ketika demam masih terjadi. Ruam bermula muncul pada daerah dahi, menyebar ke
wajah dan leher yang tidak disertai dengan rasa gatal. Demam yang dirasakan pasien
berlangsung sepanjang hari. Keluhan lain yang dirasakan pasien berupa batuk, pilek, dan
konjungtivitis tanpa sekret. Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Selain itu didapatkan hasil tanda-tanda vital, yaitu frekuensi nadi
110x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, dan suhu 38C. Ditemukan adanya ruam
maculopapular erythematous pada dahi, leher, dan belakang telinga. Pada palpasi kelenjar
getah bening tidak teraba, mata merah tidak ada kotoran, mulut tidak terdapat strawberry
tounge, tidak terdapat bercak koplik, faring tidak hiperemis, serta tonsil T2 – T2. Hasil
pemeriksaan toraks dan abdomen dalam batas normal.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan tes darah lengkap, tetapi hasil tes belum
keluar dan pasien sedang menunggu hasil.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik terhadap campak dan tidak membantu
dalam diagnosis. Kultur virus campak belum tersedia secara umum. Konfirmasi diagnosis
ditegakkan dengan ditemukannya sel raksasa multinuklear pada sediaan apus mukosa nasal
dan adanya peningkatan serum antibodi akut dan kovalesen.
Diagnosis Banding
1. Rubella
Rubella atau campak Jerman disebabkan oleh togavirus yang memiliki masa
inkubasi sekitar 14 – 21 hari. Rubella merupakan infeksi virus ringan yang biasa
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang tidak kebal. Biasanya dimulai dengan
demam ringan, timbulnya rasa lelah atau malaise, limfadenopati, dan diikuti dengan
ruam maculopapular erythematosus umum yang singkat.3
Gambaran klinis rubella pada anak-anak biasanya menyebabkan gejala yang
berlangsung dua hari, meliputi ruam yang berawal pada wajah yang akan menyebar
ke seluruh tubuh, demam rendah kurang dari 38,3C dan pada anak yang lebih tua dan
orang dewasa memiliki gejala tambahan termasuk pembengkakan kelenjar, sakit
sendi, coryza.4
Secara garis besar rubella dan rubeola memiliki kesamaan, tetapi yang
membedakannya adalah demam yang timbul pada rubella tidak terlalu tinggi,
sedangkan pada rubeola terjadi demam tinggi, pada rubella disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.
Virus pada rubella dapat menembus sawar plasenta, sedangkan rubeola tidak.4

Gambar 1. Ruam pada Rubella20

2. Kawasaki Disease
Penyakit Kawasaki yang juga dikenal sebagai sindrom Kawasaki, merupakan
penyakit demam akut yang menyebabkan pembengkakan (peradangan) yang
cenderung mempengaruhi arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung.
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan di Jepang pada tahun 1967.5
Tanda klinis yang ditimbulkan oleh penyakit Kawasaki serupa dengan rubeola,
hanya saja terdapat perbedaan pada durasi demam yang biasanya lebih dari 5 hari,
terdapat eritema pada bibir dan mukosa mulut serta telapak tangan dan telapak kaki,
limfadenopati yang terdapat pada daerah servikal, terdapat strawberry tounge dan
bibir yang pecah.6,7

Gambar 2. Gejala Penyakit Kawasaki21

3. Varicella Zoster Virus


Varicella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
(VZV). Virus ini bertanggung jawab atas cacar air dan herpes zoster. Gejala klinis
cacar air biasa dimulai timbulnya ruam pada kulit yang berawal dari kulit kepala,
dada, punggung, dan wajah kemudian menyebar. Cacar air menyebabkan ruam kulit
yang membentuk lepuh kecil dan gatal, yang berkeropeng. Gejala klinis ini disertai
demam, kelelahan, faringitis, dan sakit kepala yang biasanya berlangsung lima hingga
tujuh hari.8
Perbedaan pada gejala klinis yang dapat membedakan antara varicella dengan
rubeola adalah dari jenis ruam yang timbul. Pada varicella, ruam yang nampak
bervariasi mulai dari macula sampai crusta yang disertai dengan rasa gatal, sedangkan
pada rubeola hanya terdapat maculopapular yang tidak disertai dengan rasa gatal.
Ruam yang timbul pada varicella juga sangat khas, yaitu ada yang terdapat pada kulit
kepala.8
Gambar 3. Perbedaan Gejala Kilinis Cacar Air dan Campak22

4. Alergi obat
Alergi obat sering dijumpai dalam praktik klinis. Ini adalah respons imunologis
terhadap agen farmasi. Presentasi klinis dapat bervariasi dari reaksi kulit ringan
hingga kondisi yang mengancam jiwa seperti sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis
epidermal toksik.9
Diagnosis paling sering bersifat klinis, tetapi pemeriksaan penunjang seperti
pengukuran imunoglobulin E, uji tempel, dan biopsi kulit mungkin diperlukan. Pada
pasien dengan alergi obat yang diketahui, obat yang mengganggu harus dihindari.
Reaksi tipe A sering terjadi dan dapat diprediksi untuk pemberian, respons dosis, atau
interaksi dengan obat lain. Reaksi tipe B jarang terjadi dengan kejadian yang tidak
dapat diprediksi.9,10

Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja paling tepat untuk kasus pasien perempuan berusia empat tahun yang
menderita demam sejak dua hari yang lalu adalah rubeola atau campak. Hal ini berdasarkan
hasil anamnesis pasien, pemeriksaan fisik yang mana pasien memiliki gejala yang sangat
khas pada rubeola yaitu 3C (Cough, Coryza, Conjunctivitis), dan pemeriksaan penunjang,
serta analisis perbandingan gejala klinis dari beberapa diagnosis banding yang
memungkinkan menjadi pilihan diagnosis.
Etiologi

Rubeola adalah virus RNA berbentuk bulat, tidak tersegmentasi, beruntai tunggal, dan
berindra negatif dan merupakan anggota genus Morbilivirus dalam famili Paramyxoviradae.
Rubeola awalnya merupakan infeksi zoonosis, yang timbul dari penularan dari hewan ke
manusia. Meskipun virus RNA biasanya memiliki tingkat mutasi yang tinggi, virus campak
dianggap sebagai virus monotipe antigen.11

Rubeola mengandung sekitar 15.894 nukleotida, mengkode delapan protein virus


dalam enam gen [nukleoprotein (H), fosfoprotein (P), matriks (M), protein fusi (F),
hemagglutinin (H) dan polimerase (L)] serta memiliki RNA polimerase terikat RNA.
Glikoprotein HN memiliki aktivitas neuraminidase dan hemaglutinasi di tempat yang berbeda
dari molekul yang sama, yang menjelaskan penyerapan dan lisis reseptor inang. Fusi
glikoprotein bertanggung jawab untuk penetrasi virus ke dalam sel inang, karena merangsang
fusi virus dan membran sel. Matriks membentuk dasar dari lapisan lipid. Gen P mengkode
mRNA untuk protein C dan V, dan protein ini memiliki keterlibatan dalam regulasi respon
imun sel inang.1

Vaksin campak dikembangkan beberapa dekade yang lalu dari satu jenis virus. Virus
campak dimatikan oleh sinar ultraviolet dan panas, dan virus vaksin campak yang
dilemahkan mempertahankan karakteristik ini, sehingga memerlukan rantai dingin untuk
pengangkutan dan penyimpanan vaksin.11

Epidemiologi

Virus campak adalah salah satu patogen yang dapat ditularkan langsung dari satu
individu ke individu yang lain dan tingkat penularannya tergolong tinggi. Penularan paling
sering terjadi pada orang-orang yang memiliki kontak dengan pekerjaan rumah tangga, anak
usia sekolah, dan petugas kesehatan. Virus campak dapat dipertahankan dalam populasi
manusia hanya dengan rantai infeksi akut yang tidak terputus, yang membutuhkan pasokan
terus-menerus dari individu yang rentan.11

Masa inkubasi virus campak adalah 10 hingga 14 hari, meskipun telah dilaporkan
kasus waktu inkubasi virus yang lebih lama. Anak kecil yang tidak divaksinasi dan wanita
hamil berisiko tinggi tertular campak, dan campak paling sering menyerang anak kecil. Baru-
baru ini, terjadi pergeseran ke anak-anak dan remaja yang lebih tua karena meningkatnya
cakupan imunisasi dan perubahan tingkat kekebalan penduduk pada berbagai usia. Bayi muda
yang lahir dari ibu dengan kekebalan yang didapat terlindung dari campak karena transfer
antibodi pasif, tetapi karena antibodi ini berkurang, mereka menjadi rentan.12

Sebelum melaksanakan program vaksinasi secara luas, campak menyebabkan sekitar


2,6 juta kematian. Meskipun vaksinasi di era sekarang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
melaporkan bahwa sekitar 134.200 kematian (15 kematian / jam) terjadi pada tahun 2015
akibat campak. Menurut CDC, ada 372 kasus pada 2018 dan 764 kasus hingga Mei 2019.12

Patofisiologi

Penyebaran infeksi terjadi ketika droplet yang berada di udara berhasil masuk ke
dalam tubuh penderita. Virus campak memasuki inang melalui infeksi makrofag alveolar
dan / atau sel dendritik di saluran udara, dan diperkuat di jaringan limfoid lokal. Viremia
yang dimediasi oleh limfosit CD150 + yang terinfeksi menghasilkan penyebaran sistemik.
Infeksi limfosit dan sel dendritik di submukosa pernapasan memfasilitasi infeksi basolateral
sel epitel melalui reseptor Nectin-4 yang baru diidentifikasi. Kerusakan epitel yang
bersamaan dan ekstensif dapat berkontribusi pada transmisi yang efisien ke host
berikutnya.11,13

Manifestasi Klinik

Infeksi campak dibagi menjadi empat fase, yaitu fase inkubasi, fase prodromal, fase
eksentematosa, dan fase penyembuhan.14,15

1. Fase Inkubasi
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari) dari saat pertama terinfeksi
sampai terjadinya gejala atau 14 hari setelah pajanan sampai terjadinya ruam.14,15
2. Fase Prodromal
Fase ini berlangsung 3 hari yang ditandai dengan demam yang dapat mencapai
39,5C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut
membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk. 14,15
Tanda patognomonik berupa bercak Koplik (bintik putih keabuan, di mukosa
bukal sisi berlawanan dari molar bawah) yang dapat ditemukan 2 hari sebelum
munculnya ruam. Pada konjungtiva timbul garis radang transversal sepanjang pinggir
kelopak mata (garis Stimson).14,15
Gejala klasik campak berupa batuk, pilek, dan konjungtivitis yang makin berat
timbul selama viremia sekunder dari fase eksantematosa yang seringkali diikuti
dengan timbulnya demam tinggi (40°C – 45°C).14,15
3. Fase Eksantem
Ruam makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian bawah garis
rambut) dan menyebar kesebagian besar tubuh dalam waktu 24 jam dengan arah
distribusi dari servikal ke kaudal.,15
4. Fase Penyembuhan (konvalesen)
Ruam akan menghilang
seiring berjalannya waktu (sekitar
3-4 hari), menghilang
dan berubah menjadi kecoklatan
yang akan menghilang
dalam 7-10 hari.14,15

Tabel 1. Patogenesis Campak11

Tata Laksana

Pada virus campak tidak ada antivirus khusus yang dapat digunakan. Pengobatan pada
virus ini dapat dilakukan dengan tindakan suportif umum, seperti hidrasi dan pemberian agen
antipiretik, cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi
sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan
pneumonia.11,14
Pemberian vitamin A menurut WHO dapat diberikan sebesar 200.000 IU untuk anak
umur 12 bulan atau lebih selama 2 hari, 100.000 IU per hari untuk anak berumur 6-12 bulan
dan 50.000 IU per hari untuk berumur <6 bulan. Pemberian vitamin A tambahan satu kali
dosis tunggal dengan dosis sesuai umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4
pada anak dengan gejala defisiensi vitamin A.11,14

Laporan anekdotal telah menggambarkan pemulihan pasien hamil dan


immunocompromised sebelumnya sehat dengan pneumonia campak dan pasien
immunocompromised dengan ensefalitis campak setelah pengobatan dengan aerosol dan IV
ribavirin. Namun, manfaat klinis ribavirin pada campak belum terbukti secara meyakinkan
dalam uji klinis.14

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi
bakteri. Komplikasi lain dapat disebabkan oleh penurunan sistem imun tubuh yang dapat
menyebabkan masalah baru sampai kepada kematian. Komplikasi yang mungkin terjadi
berupa acute otitis media, ensefalitis, bronchopneumonia, dan enteritis.16,17

1. Acute Otitis Media


Disebabkan oleh invasi virus campak ke dalam telinga tengah.16,17
2. Ensefalitis
Terjadinya karena adanya invasi virus campak ke dalam otak.16,17
3. Bronchopneumonia
Terjadi jika virus menginvasi epitel saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan
yang biasa disebut dengan radang paru atau pneumonia.16,17
4. Enteritis
Terjadi disebabkan oleh invasi virus ke dalam mukosa usus.16,17

Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles,


Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak
diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun.
Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2
tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis campak diberikan
sebesar 0,5 mL subkutan.14
Vaksin MMR sangat efektif mencegah terjadinya penyakit campak. Satu dosis
pemberian vaksin memiliki persentase sebesar 93% efektivitas mencegah, dua dosis vaksin
MMR memiliki 97% efektivitas untuk mencegah virus campak.18

Vaksinasi MMR tidak dianjurkan untuk semua orang. Seseorang dengan gangguan
sistem kekebalan sebaiknya tidak divaksinasi. Beberapa kemungkinan penyebab gangguan
kekebalan meliputi:19

1. Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) atau adanya sindrom imunodefisiensi


didapat (AIDS) dari infeksi HIV
2. Minum obat tertentu, seperti kortikosteroid dosis tinggi
3. Menerima pengobatan imunosupresif, termasuk kemoterapi dan radioterapi
4. Menderita beberapa jenis kanker, seperti penyakit Hodgkin atau leukemia
5. Memiliki defisiensi imun dengan tingkat antibodi yang sangat rendah
(hipogammaglobulinaemia, multiple myeloma atau leukemia limfoblastik kronis).19

Efek samping yang umum terjadi setelah imunisasi biasanya ringan dan sementara
(terjadi dalam beberapa hari pertama setelah vaksinasi). Perawatan khusus biasanya tidak
diperlukan. Efek samping dari vaksin MMR yang dapat terjadi tujuh sampai 10 hari setelah
vaksinasi meliputi:19

1. Demam (bisa lebih dari 39,4 ° C), berlangsung dua sampai tiga hari
2. Ruam merah samar (tidak menular)
3. Kepala dingin, pilek, batuk atau mata sembab
4. Mengantuk atau kelelahan
5. Pembengkakan kelenjar ludah
6. Nyeri terlokalisasi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.19

Prognosis

Campak merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya melalui respon
imun tubuh, namun sangat infeksius. Orang dengan komorbid memiliki prognosis yang lebih
buruk dari pada orang biasa yang terkena campak.2

Kesimpulan

Virus campak merupakan penyakit infeksius yang dapat menular melalui droplet.
Virus ini dapat bereplikasi di dalam tubuh manusia yang pada akhirnya dapat menimbulkan
gejala klinis yang tampak dan dirasakan. Gejala klinis yang ditimbulkan dari campak sangat
khas yang dapat membedakan antara virus campak dan penyakit infeksi virus lainnya. Virus
campak dapat diobati dengan pemberian vitamin dan nutrisi yang cukup. Pencegahan dari
virus campak dapat dilakukan dengan pemberian vaksin.

Daftar Pustaka

1. Krawiec C, Hinson J. Rubeola (Measles) [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls


Publishing; 2020 [cited 15 November 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557716/
2. Dubey AP. Measles. In: Parthasarathy A, Menon PSN, Gupta P, Nair MKC, Agrawal
R, Sukumaran TU, editors. IAP Textbook of Pediatrics. 5th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.; 2013. p. 250-1.
3. Leonor M, Mendez M. Rubella [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 [cited 15 November 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559040/
4. Ankas A. Rubella dan Rubeola [Undergraduate]. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang; 2020.
5. About Kawasaki Disease | Kawasaki Disease | CDC [Internet]. Cdc.gov. 2020 [cited
15 November 2020]. Available from: https://www.cdc.gov/kawasaki/about.html
6. KD Symptoms | Kawasaki Disease Foundation [Internet]. Kawasaki Disease
Foundation. 2020 [cited 15 November 2020]. Available from:
https://kdfoundation.org/kd-symptoms/
7. Buonsenso D, Macchiarulo G, Supino M, La Penna F, Scateni S, Marchesi A et al.
Laboratory biomarkers to facilitate differential diagnosis between measles and
kawasaki disease in a pediatric emergency room: a retrospective study. Mediterranean
Journal of Hematology and Infectious Diseases. 2018;10(1):2018033.
8. Ayoade F, Kumar S. Varicella Zoster [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 [cited 15 November 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448191/
9. Seth D, Kamat D. Drug Allergy. Pediatric Annals [Internet]. 2018 [cited 15
November 2020];47(10):e419-e425. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30308679/
10. Waheed A, Hill T, Dhawan N. Drug Allergy. Primary Care: Clinics in Office Practice
[Internet]. 2016 [cited 15 November 2020];43(3):393-400. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27545730/
11. Jameson J, Kasper D, Longo D, Fauci A, Hauser S, Loscalzo J. Harrison's principles
of internal medicine. 1st ed. McGraw-Hill Education; 2018.
12. Kondamudi N, Waymack J. Measles [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 [cited 15 November 2020]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448068/
13. de Vries R, Mesman A, Geijtenbeek T, Duprex W, de Swart R. The pathogenesis of
measles. Current Opinion in Virology. 2012;2(3):248-255.
14. Halim R. Campak pada Anak. RS Hosana Medica Lippo Cikarang, Cikarang,
Indonesia. 2016;43(3).
15. Basalamah U. Pengatuh growth faltering terhadap kejadian demam dan kejang
demam pada anak pasca imunisasi campak [Undergraduate]. Universitas Diponegoro;
2016.
16. Regina. Korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit
campak 1 tahun sesudah kampanye campak di indonesia [Undergraduate]. Universitas
Indonesia; 2008.
17. Panjaitan D. Karakteristik anak penderita campak di puskesmas sibuhuan kecamatan
barumun kabupaten padang lawas tahun 2008 [Undergraduate]. Univeristas Sumatera
Utara; 2010.
18. About Measles Vaccination | Vaccination and Immunizations | CDC [Internet].
Cdc.gov. 2020 [cited 16 November 2020]. Available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/measles/index.html
19. Measles, mumps, rubella, varicella (chickenpox) – immunisation [Internet].
Betterhealth.vic.gov.au. 2020 [cited 16 November 2020]. Available from:
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/measles-mumps-rubella-
varicella-chickenpox-immunisation
20. Rubella Rash [Internet]. 2020 [cited 16 November 2020]. Available from:
https://myhealth.alberta.ca/Health/Pages/conditions.aspx?hwid=hw181833&
21. Patil-Topaz P, Tekiner H. Diagnostic features of Kawasaki disease [Internet]. 2020
[cited 16 November 2020]. Available from:
https://link.springer.com/article/10.1007/s00381-020-04784-3
22. Kelly S. Chickenpox vs. measles [Internet]. 2018 [cited 16 November 2020].
Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/322637#symptoms

Anda mungkin juga menyukai