Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan
campak ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nveri limfonodi
pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak Jerman atau
rubella ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun.1,3
Apabila penyakit ini menyerang anak yang lebih tua dan dewasa, terutama
wanita dewasa, infeksi kadang-kadang dapat berat, dengan manifestasi
keterlibatan sendi dan purpura. Dan bila bila penyakit ini menyerang ibu yang
sedang mengandung dalam tiga bulan pertama, bisa menyebabkan cacat bayi
waktu dilahirkan. Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali
kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif
dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode
infeksi aktif pascalahir dengan pelepasan virus yang lama.3,4
Anak laki-laki dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat
seperti institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan
dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60%
anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Rubella biasanya terjadi
selama musim semi.1

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.

1.2.1. Tujuan Umum


Adapun tujuan umum dari penulisan referat ini adalah mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami tentang Rubella.
2

1.2.2. Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari penulisan referat ini adalah :

1. Mahasiwa dapat mengetahui dan memahami tentang definisi Rubella;


2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang epidemiologi
Rubella;
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang etiologi Rubella;
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang patofisiologi
Rubella;
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang manifestasi
klinis Rubella;
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang diagnosa
Rubella;
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang diagnosa
banding Rubella;
8. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan
Rubella;
9. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang komplikasi dan
prognosis Rubella;
10. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pencegahan
Rubella.
3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi
Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan
campak ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi
pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak Jerman atau
rubella ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun.1,2,3

2.2. Epidemiologi
Manusia adalah satu-satunya hospes alamiah rubella, yang disebarkan oleh
droplet oral atau secara transplasenta melalui infeksi congenital. Rubella
terdistribusi secara luas di seluruh dunia. Sebelum pembentukan program vaksin
rubella pada tahun 1969, puncak insiden penyakit adalah pada anak umur 5-14
tahun. Sekarang kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda yang
rentan.
Epidemi rumah sakit diantara pegawai, dengan penularan pada penderita
yang rentan, telah membantu rumah sakit mensyaratkan bahwa pegawai yang
mempunyai kontak dengan penderita harus imun terhadap rubella. Anak laki-laki
dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan
Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada
kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang
rentan mendapat penyakit. Rubella biasanya terjadi selama musim semi.
Pada tahun 1989 – 1990 sejumlah kasus rubella menyerang lebih banyak
pada anak remaja di atas umur 15 tahun dan dewasa diperkirakan karena
kegagalan vaksinasi pada setiap individu. Resiko terserang rubella kembali
menurun untuk semua umur dan dilaporkan kasus di Amerka Serikat pada tahun
1999 sebanyak 267. Penyakit ini dapat sukar didiagnosis secara klinis karena
4

ruam enterovirus dan ruam yang lain dapat menampilkan penampakan yang
serupa. Satu serangan biasanya memberikan imunitas permanen. Epidemi terjadi
setiap 6-9 tahun sebelum vaksin tersedia.1

2.3. Etiologi
Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang
sekarang didaftar pada famili Togaviridae, genus Rubivirus. Virus ini sferis,
berdiameter 50-60 nm, dan berisi asam ribonukleat helai-tunggal. Virus biasanya
diisolasi pada biakan jaringan, dan keberadanya diperagakan oleh kemampuan
sel ginjal kera hijau Afrika (African green monkey kidney) [AGMK] terinfeksi
rubella menahan tantangan dengan enterovirus. Selama penyakit klinis virus
berada dalam sekresi nasofaring, darah, tinja, dan urin. Virus telah ditemukan
dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem, dan 7-8 hari sesudah menghilangnya.
Penderita dengan penyakit subklinis juga infeksius.2.3,5

2.4. Patofisiologi
Mekanisme penularan melalui droplet dari sekret nasofaring penderita. Saat
tubuh terpapar virus rubella  virus melekat dan menginvasi sel-sel epitel
saluran pernafasan atas melalui proses endositosis  menyebar ke sistem
limfatik regional secara hematogen dan bereplikasi di jaringan limfoid nasofaring
dan saluran pernafasan atas  viremia  menyebar ke organ-organ lain,
termasuk persendian hingga kapiler kulit. Proses infeksi berlangsung selama 11-
14 hari, dengan masa penularan sejak 5 hari sebelum hingga 6 hari sesudah
timbulnya ruam.1,2

2.5. Manifestasi Klinis


Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak.
Bercak-bercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak
biasa. Biasanya bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik
kecil berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke
5

badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini
biasanya hilang dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Tidak ada penyakit
lain yang menyebabkan pembesaran nyeri limfonodi ini yang sampai sebesar
limfonodi rubella. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri pada
palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan dan meluas pada
rongga belakang mulut yang dikenal sebagai Forscheimer spot. Limfadenopati
jelas pada sekitar 4 jam sebelum ruam muncul dan dapat tetap selama 1 minggu
atau lebih.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem mulai
pada muka dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat
menghilang pada muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan.
Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan
yang luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam.
Ruam dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari kedua ruam dapat
mempunyai gambaran sebesar ujung jarum, terutama di seluruh tubuh,
menyerupai ruam demam skarlet. Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya
jelas pada hari ke 3. Deskuamasi minimal.
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola,
tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama
1, 2, atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38oC (101oF). Anoreksia,
nyeri kepala, dan malaise tidak biasa.1,2,3

2.6. Diagnosa
Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus,
hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan
titer antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan
IgM. Antibodi hemaglutinasi-inhibisi (HI) merupakan metode penentuan
6

imunitas biasa terhadap rubella. Beberapa uji yang lebih baru termasuk aglutinasi
lateks, immunoassay enzim, dan immunoassay fluoresen sensitivitasnya tampak
sama atau lebih baik dari pada uji HI. Immunoglobulin (Ig) M spesifik-rubella
dapat ada dalam darah bayi baru lahir yang terkena.1,3

2.7. Diagnosa Banding


Karena gejala serupa dan ruam dapat terjadi pada banyak infeksi virus yang
lain, rubella merupakaan penyakit yang sukar untuk didiagnosis secara klinis
kecuali bila penderita ditemukan selama epidemi. Riwayat telah mendapat
rubella atau vaksin rubella tidak dapat dipercaya; imunitas harus ditentukan
dengan uji untuk antibodi. Terutama pada bentuk lebih berat, rubella dapat
terancukan dengan tipe demam skarlet dan rubeola ringan. Roseola infantum
(eksantema subitum) dibedakan dari rubella oleh keparahan demamnya dan oleh
munculnya ruam pada akhir episode demam bukannya pada saat gejala-gejala
dan tanda-tandanya sedang naik.
Ruam karena obat mungkin sangat sukar dibedakan dari rubella.
Pembesaran khas limfonodi sangat mendukung diagnosis rubella. Pada
mononukleosis infeksiosa ruam dapat terjadi menverupai ruam rubella, dan
pembesaran limfonodi pada setiap penyakit dapat menimbulkan kerancuan.
Tanda-tanda hematologik mononukleosis infeksiosa akan cukup membedakan
dua penyakit tersebut. Infeksi enterovirus yang disertai dengan ruam dapat
dibedakan dari beberapa keadaan pada manifestasi pernafasan atau saluran cerna
dan tidak adanya adenopati retroaurikuler.1,4,5

2.8. Penatalaksanaan
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan pada rubella adalah
simptomatis. Adamantanamin hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif
in vitro dalam menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang
dibiakkan.1,2,3

2.9. Komplikasi dan Prognosis


7

Komplikasi rubella jarang dijumpai pada anak-anak. Neuritis dan arthritis


kadang-kadang terjadi, ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada
rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6000 kasus. Prognosis rubella anak adalah
baik.1,2

2.10. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat
diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum
(GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb)
dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak dapat
diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang digunakan
dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena
pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau
minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk
pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi semua laki-
laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas
tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda
sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-
mumps-rubella [MMR]).1,2

BAB III
KESIMPULAN

Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama yang ringan, ruam serupa dengan
8

campak ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi
pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Rubella disebabkan oleh virus
yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang didaftar pada famili Togaviridae,
genus Rubivirus. Mekanisme penularan melalui droplet dari sekret nasofaring
penderita. Proses infeksi berlangsung selama 11-14 hari, dengan masa penularan
sejak 5 hari sebelum hingga 6 hari sesudah timbulnya ruam. Untuk mendiagnosa pasti
suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus. Tes yang biasa dilakukan adalah
tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM. Antibodi hemaglutinasi-inhibisi (HI)
merupakan metode penentuan imunitas biasa terhadap rubella. Pengobatan rubella
merupakan pengobatan simptomatis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE., Kliegman RM., Arvin AM. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan
Anak: “Infeksi Virus-Rubella” (Edisi ke-15). Terjemahan Oleh: Maldonado,
Y., EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 1072.
9

2. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak, bagian IKA RSMH, 2012.


3. James, C. 2000. Rubella. Dalam: Kandun, I.N (Editor). Manual
Pemberantasan Penyakit Menular (hal. 453 – 456). Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, Indonesia.
4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2.
Jakarta.2005.
5. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Erlangga, Semarang, Indonesia, hal. 71

Anda mungkin juga menyukai