Anda di halaman 1dari 30

Tinjauan Pustaka

EKTROPION

Oleh:

Nur Ramadhanti Cindy Levissa

NIM. 1930912320038

Pembimbing :

Dr. dr. Muhammad Ali Faisal, M.Sc., Sp.M

DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN

BANJARMASIN

September, 2021
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 3

A. Anatomi Palpebra.............................................................. 3

B. Ektropion............................................................................ 12

1. Definisi.......................................................................... 12

2. Epidemiologi................................................................. 12

3. Klasifikasi..................................................................... 13

4. Patofisiologi.................................................................. 16

5. Manifestasi Klinis......................................................... 16

6. Diagnosis....................................................................... 18

7. Penatalaksanaan............................................................ 20

8. Komplikasi.................................................................... 24

9. Prognosis........................................................................ 24

BAB III PENUTUP............................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 26

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Palpebra Inferior............................................................. 4

2.2 Anatomi Superficial Palpebra........................................................ 4

2.3 Anatomi Palpebra Inferior............................................................. 5

2.4 Anatomi Palpebra.......................................................................... 6

2.5 Otot Orbicularis Okuli dan Otot-Otot Terkait .............................. 8

2.6 Tarsal dan Septum Orbita.............................................................. 9

2.7 Kelenjar pada Palpebra.................................................................. 11

2.8 Ektropion Involusional.................................................................. 13

2.9 Ektropion Sikatrikal....................................................................... 14

2.10 Ektropion Paralisis......................................................................... 15

2.11 Ektropion Kongenital..................................................................... 15

2.12 Medial conjunctivoplasty .............................................................. 21

2.13 Horizontal lid shortening............................................................... 21

2.14 Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski................................ 22

2.15 Teknik pembedahan pada ektrokpion involusional....................... 22

2.16 V-Y operation................................................................................. 23

2.17 Z-plasty.......................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Ektropion adalah kelainan kelopak mata dimana tepi kelopak mata terlipat

atau mengarah keluar sehingga bagian dalam kelopak mata atau konjungtiva tarsal

berhubungan langsung dengan dunia luar. Berdasarkan perjalanan penyakitnya

terdapat lima jenis ektropion, yaitu ektropion kongenital, ektropion involusional,

ektropion sikatrikal, ektropion paralitik, dan ektropion mekanikal. Ektropion ini

biasanya terjadi pada kelopak mata kanan dan kiri dan umumnya ditemukan pada

orang yang sudah tua. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat

membahayakan integritas permukaan okular.1,2,3

Prevalensi ektropion secara general adalah sebesar 3% pada usia lanjut

Damasceno dkk di Brazil pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa prevalensi

tersebut didapatkan lebih sering pada pria (5,1%) dibandingkan dengan Wanita

(1,5%). Prevalensi ektropion terutama ektropion karena penuaan juga

diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun.4

Kondisi ektropion yang dibiarkan secara terus menerus, akan menyebabkan

kontak antara palpebra dan bola mata menjadi kurang dan aposisi palpebra

menjadi tidak sempurna dengan eversi margin palpebra. Puntum lakrimal yang

menghadap kearah luar dapat menyebabkan epifora. Tereksposnya konjungtiva

tarsal dalam jangka waktu lama dapat mencetuskan inflamasi, yang kemudian

dapat berkembang menjadi konjungtivitis, keratitis maupun keratokonjungtivitis.

Inflamasi konjungtiva tarsal yang kronik akan memicu hipertrofi dan keratinisasi.

1
Universitas Lambung Mangkurat
Fungsi kelenjar-kelenjar palpebra juga dapat terganggu dan terinflamasi sehingga

terjadi meibomitis, blefaritis, maupun trikiasis.5,6

Tatalaksana ektropion adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan ini

diindikasikan pada kasus dengan eksposur permukaan ocular, epifora kronik,

keratitis bakterial rekuren, serta kasus dengan komestik yang kurang baik. Teknik

bedah yang digunakan bervariasi, dan pemilihannya bergantung pada etiologi,

malposisi pungtum lakrimal, serta laxity palpebra inferior.5,6,7

2
Universitas Lambung Mangkurat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola

mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang

masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga

dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan

lacrimal sac.

Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit, jaringan subkutan,

otot orbicularis okuli, jaringan areolar submuscular, lapisan fibrosa yang terdiri

dari tarsal dan septum orbita, pengangkat kelopak mata atas dan bawah, lapisan

lemak retroseptal dan konjungtiva.

Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan dahi.

Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum pipi,

membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan

jaringan padat dari pipi.2,8,9

3
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.1 Anatomi Palpebra Inferior.9

Sulkus palpebra superior berkisar antara 8-11 mm di atas batas palpebra dan

terbentuk dari perlekatan insersi superfisial dari serat levator aponeurotik. Lipatan

palpebra inferior, yang lebih jelas terlihat pada anak-anak, berjarak 3 mm dari

inferior ke batas medial bawah palpebra hingga 5 mm dari inferior ke batas lateral

palpebra.2,8

4
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.2 Anatomi Superfisial Palpebra.10

Lipatan nasojugal berawal dari bawah dan samping regio kantus bagian

dalam sejajar dengan lekukan dari pemisah orbikularis okuli dan levator labii

superior membentuk saluran air mata.

Mata yang terbuka merupakan celah palpebra, ruang fusiformis diantara

kedua batas palpebra dengan panjang kurang lebih 28-30 mm dan lebar maksimal

9 mm. Cekungan natural dari palpebra superior merupakan sebuah fungsi statik

dari bentuk tarsus yang berkombinasi dengan adaptasi palpebra terhadap

kelengkungan bola mata.2,8,9

Gambar 2.3 Anatomi Palpebra Inferior.9

Kulit dan Jaringan Subkutan

Kulit palpebra merupakan yang tertipis di seluruh tubuh dengan ketebalan

kurang dari 1 mm dan tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Bagian medial dari

kulit palpebra memiliki bulu yang lebih halus dan lebih banyak kelenjar sebaseus

5
Universitas Lambung Mangkurat
dari bagian lateral yang menyebabkan bagian ini lebih halus dan lebih berminyak.

Bagian transisi dari kulit yang lebih tipis ke bagian kulit yang lebih tebal menuju

alis (sekitar 10 mm dibawah rambut-rambut alis bagian bawah) penting secara

klinis. Batasan ini harus diperhatikan dalam pembedahan kelopak mata

rekonstruktif.2,8,10

Jaringan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar. Lemak sangat tipis pada

kulit preseptal dan preorbital dan tidak ada sama sekali pada kulit pretarsal.

Jaringan subkutan tidak dijumpai pada ligamen palpebra medial dan lateral,

dimana kulit melekat pada jaringan fibrosa dibawahnya. Dermatochalasis,

blepharochalasis dan epicanthicfolds adalah beberapa kondisi yang secara primer

melibatkan kulit dan jaringan subkutan dari palpebra.8,9,10

Gambar 2.4 Anatomi Palpebra.9

6
Universitas Lambung Mangkurat
Otot Orbikularis Okuli

Otot ini merupakan salah satu otot superfisial dalam membentuk ekspresi

wajah. Diinervasi oleh sistem superficial musculoaponeurotic (SMAS), kontraksi

otot berakibat bergeraknya jaringan diatasnya dengan cara memanjangnya septa

fibrosa dari SMAS hingga dermis.6,8,9

Otot ini secara umum dibagi menjadi bagian orbita dan palpebra, yang secara

khusus dibagi lagi menjadi bagian preseptal dan pretarsal. Bagian palpebral

berperan dalam berkedip dan mengerutkan mata secara sadar, sedangkan bagian

orbita berperan dalam menutup mata secara paksa. Inervasi nervus fasialis berasal

dari cabang temporal dan dari cabang zigomatikum. Saraf-saraf ini tersusun secara

horizontal dan mempersarafi otot-otot dari permukaan bagian bawah. Bagian

orbita melebar dengan pola sirkular mengelilingi orbita, berlapis dengan otot-otot

lain dalam membentuk raut wajah.9

Otot orbikularis bagian preseptal berada di atas septum orbita dan berasal dari

arah medial dari superfisial dan bagian dalam serta berhubungan dengan ligamen

palpebra bagian medial. Bagian pretarsal berada di depan tarsus, dengan asal yang

lekat dengan ligamen palpebra bagian medial.8,9

7
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.5 Otot Orbikularis Okuli dan Otot-Otot Terkait A. Frontalis
muscles; B. corrugator supercili muscle; C. procerus muscle; D. orbicularis
muscle (orbital portion); E. orbicularis muscle (preseptal portion); F.
orbicularis muscle (pretarsal port ion); G. medial canthal tendon; H.
lateral canthal tendon.9

Jaringan Areolar Submuskular

Terdiri dari beragam jaringan ikat longgar dibawah otot orbikularis okuli.

Palpebra dapat terpisah menjadi bagian anterior dan posterior melalui plana

potensial ini, dimana dicapai dari pembagian garis abu-abu di batas palpebra.

Pada palpebra superior, potongan mendatar dibagi oleh serat-serat levator

aponeurosis, dimana beberapa melewati orbikularis untuk melekat pada kulit dan

membentuk celah. Pada palpebra inferior, potongan ini dibagi oleh serabut dari

ligamen orbitomalar.

Bagian atas dari potongan submuscularis ini berbatas dengan retro-

orbicularis oculi fat (ROOF), yang paling terlihat pada regio alis. Selain itu,

8
Universitas Lambung Mangkurat
suborbicularis oculi fat (SOOF) ditemui pada batas potongan palpebra inferior.9

Tarsal dan Septum Orbita

Lempengan tarsal, dibentuk dari jaringan fibrosa padat dan bertanggung

jawab dalam integritas struktural dari palpebra. Tarsal ditahan oleh septum orbita

yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.

Tiap tarsal berukuran panjang 29 mm dan ketebalan 1 mm. Setiap tarsal memiliki

25 kelenjar sebaseus yang disebut meibomian, yang tersebar secara vertikal.

Salurannya terbuka pada batas posterior palpebra hingga ke garis abu-abu tepat di

depan batas mukokutaneus. Bagian ujung medial dan lateral dari tarsal menempel

pada orbital rim oleh ligamen palpebra medial dan lateral.

Gambar 2.6 Tarsal dan Septum Orbita.6

Septum Orbita, adalah struktur jaringan ikat yang melekat di pinggir pada

periosteum dari batas orbita, di bagian tengah menyatu dengan retraktor palpebra,

yang berperan sebagai diafragma.6,8,9,10

9
Universitas Lambung Mangkurat
Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang halus dan tembus cahaya.

Konjungtiva palpebra membatasi permukaan dalam kelopak mata mulai dari

konjungtiva tarsalis (dari batas mukokutaneus dari pinggir kelopak hingga ke

batas tarsal) dan berlanjut sebagai konjungtiva palpebra orbita hingga ke fornix.

Konjungtiva tarsalis melekat ke tarsal, sedangkan lamina propria submukosa

berada dibawah konjungtiva orbita palpebra dan memungkinkan lewatnya otot

Müller yang kaya pembuluh darah. Jika lebih kedalam lagi dari forniks, dibagian

depan dari bola mata dikenal sebagai konjungtiva bulbi.6,8

Kelenjar pada Palpebra

Palpebra memiliki 4 kelenjar,yaitu kelenjar Meibom, Zeis, Moll dan kelenjar

lakrimal aksesori. Kelenjar Meibom atau kelenjar tarsal berada pada stroma tarsal

yang berjumlah 30 sampai 40 pada palpebra superior dan 20 sampai 30 pada

palpebra inferior. Kelenjar ini merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea.

Kelenjar Zeis juga merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea. Kelenjar Moll

merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang terbuka pada duktus kelenjar

Zeiss. Kelenjar lakrimal aksesori berada pada batas atas dari tarsal.6,8,9

10
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.7 Kelenjar pada Palpebra.6

Inervasi

Sumber dari sensoris palpebra berasal dari cabang terminal dari divisi

ophtalmikus (V1) dan divisi maksilaris dari N.Trigeminal (V2). Cabang-cabang

dari N.Fasialis mempersarafi otot-otot pembentuk raut wajah. Cabang frontal dan

zigomatikum dari N.VII menginervasi otot orbikularis okuli dan otot dahi.

Levator palpebra superior dipersarafi oleh cabang atas dari N.Okulomotor,

memasuki otot dari bagian permukaan sepertiga bawah. Otot Müller (dan otot

tarsal inferior) memerlukan inervasi simpatis.9,10

Perdarahan

Arteri karotis interna dan eksterna merupakan asal suplai dari arteri

palpebra. Arteri karotis interna berasal dari cabang terminal dari arteri

ophtalmikus dan arteri lakrimalis. Arteri karotis interna berperan melalui cabang-

cabang arteri fasialis, arteri temporal superfisial dan arteri infraorbital.6,7,8

11
Universitas Lambung Mangkurat
B. Ektropion

1. Definisi
Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata (bawah) sehingga

konjungtiva terpapar ke dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion

adalah kelopak mata terbuka kearah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan

posisi kelopak mata dimana tepi kelopak mata melebar atau mengarah ke luar

sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan

dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat membahayakan

integritas permukaan okular.3,6,8

2. Epidemiologi

Ektropion dapat terjadi pada semua umur tapi yang paling sering terjadi pada

orang dewasa tua. Ektropion biasanya terjadi pada palpebra inferior dan sering

terjadi kelemahan pada palpebra dan sekitarnya. Prevalensi yang paling banyak

dan sering adalah ektropion senilis yaitu pada orang tua, frekuensinya lebih

banyak pada laki-laki (5,1%) dibanding perempuan (1,5%) karena pada laki-laki

mempunyai tarsal plate lebih lebar dan atrofi lebih kecil dibandingkan perempuan

dan berjalan sesuai umur. Ektropion involusional lebih sering dijumpai pada

Wanita.

Menurut Carter dkk meneliti tentang prevalensi ektropion involusional pada

ras Asia sebesar (1,5%) dibandingkan dengan ras non Asia sebesar (6,2%).

Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan posisi lemak orbita pada

anatomi palpebra inferior diantara keduanya. Pada ras Asia, lemak orbita

mengalami protrusi ke anterior terhadap rima orbita, kemudian meluas kearah

superior hingga batas inferior dari tarsus. Sedangkan pada ras kulit putih non

12
Universitas Lambung Mangkurat
Asia, posisi lemak orbita tidak melebihi rima orbita dan hanya meluas ke superior

hingga insersi hingga insersi fascia kapsulopalpebra di dalam septum orbita, yakni

sekitar 5 mm di bawah tepi inferior tarsus. Lemak orbita yang meluas kearah

anterior dan superior ini dapat berfungsi sebagai penyokong lamella anterior

palpebra dan mencegah terjadinya ektropion involusional.4

3. Klasifikasi

A. Ektropion Involusional/Senilis

Ektropion senilis adalah jenis ektropion yang paling umum dijumpai pada

usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian bawah. Sumber lain mengatakan

bahwa ektropion involusional dapat terjadi bilateral. Jenis ini diakibatkan

kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis.3,6,11

Gambar 2.8 Ektropion Involusional.12

13
Universitas Lambung Mangkurat
B. Ektropion Sikatrikal

Ektropion sikatrikal jarang terjadi, diakibatkan oleh adanya skar atau

kontraktur pada kulit dan jaringan di bawahnya sehingga menyebabkan

tertariknya kelopak mata dan dapat mengenai satu atau kedua kelopak mata.

Penyebab yang paling sering terbentuknya jaringan parut pada kulit adalah akibat

terbakar api, bahan kimia, luka akibat trauma, dan ulkus.3,6,11

Gambar 2.9 Ektropion Sikatrikal.12

C. Ektropion Paralisis

Ektropion paralisis jarang terjadi, hal ini terjadi akibat paralisis dari

nervus ketujuh yang berhubungan dengan retraksi kelopak mata dan bawah.

Terutama mengenai bagian bawah kelopak mata. Dimana akhirnya akan

menyebabkan penyempitan celah palpebra. Penyebab kelemahan saraf ini

diantaranya adalah Bell’s palsy, trauma kepala, dan infeksi telinga tengah.3,6,11

14
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.10 Ektropion Paralisis.12

D. Ektropion Mekanis

Ektropion mekanis jarang terjadi, diakibatkan oleh massa atau tumor

sehingga menyebabkan kelopak mata bawah tertarik ke bawah atau terdorong ke

luar dan kebawah.3,11

E. Ektropion Kongenital

Ektropion kongenital merupakan keadaan yang jarang ditemukan, namun

bisanya terjadi pada Down syndrome dan Bleharophimosis syndrome. Ektropion

kongenital ini dapat terjadi pada kedua kelopak mata atas dan bawah. Chlamydia

trachomatis merupakan penyebab ektropion kongenital.3,13

Gambar 2.11 Ektropion Kongenital.12

F. Ektropion Spastik

Ektropion spastik sangat jarang ditemukan, namun biasanya ditemukan

pada anak- anak dan dewasa muda akibat dari spasme otot orbicularis.6

15
Universitas Lambung Mangkurat
4. Patofisiologi

Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan kelopak

mata akibat penuaan. Beberapa kasus terjadi karena adanya jaringan parut pada

kelopak mata akibat luka bakar kimia maupun panas, trauma, kanker kulit, atau

pembedahan kelopak mata, kadang ektropion merupakan bawaan lahir akibat

pembentukan kelopak mata yang tidak sempurna.

Faktor penyebab utama dari ektropion yaitu kelemahan kelopak mata,

robeknya palpebra inferior pada saat retraksi, pemendekkan lamella anterior

palpebra secara vertical, paralisis m. orbicularis oculi akan menyebabkan

hilangnya fungsi dari otot palpebra, dan tertariknya palpebra inferior karena

neoplasia atau hilangnya kekuatan palpebra dari bola mata.

Patofisiologi ektropion termasuk hipotoni orbicularis oculi, trauma pada saat

lahir, pemendekkan lamella anterior secara vertical atau elongasi secara vertical

dari lamella posterior kelopak mata dengan kegagalan septum orbital dengan

aponeurosis levator, hilangnya fungsi ligamen canthal dan elongasi lateral dari

kelopak mata.6,14

5. Manifestasi Klinis

Ektropion akan memberikan keluhan epifora, mata merah dan meradang.

Akibat ektropion tidak jarang terjadi lagoftalmus sehingga akan terjadi

konjungtivitis dan keratitis.

Gejala klinis dari ektropion jika terlalu banyak gesekan akan terjadi

pengeluaran air mata yang berlebihan, lepasnya lapisan kulit pada palpebra,

16
Universitas Lambung Mangkurat
terdapat cairan yang kotor pada mata dan akan terjadi iritasi pada mata. Gejala

klinis bisa tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Tanda-tanda dari ektropion

yaitu:

a) Tepi dari palpebra inferior tidak menyentuh bola mata.

- Bagian yang termasuk yaitu punctal, medial, lateral atau tarsal

(seluruhnya).

- Pada ektropion involusional biasanya dimulai dari medial, selanjutnya tepi

palpebra bagian sentral dan lateral.

b) Terdapat keratinisasi dari tepi palpebra dan terbukanya konjungtiva palpebra.

c) Punctum inferior tidak menyentuh kantung air mata.

- Jika punctum terlihat spontan pada pemeriksaan slit lamp, berarti

ektropion positif.

d) Konjungtiva hiperemis.

e) Keratopathy.

f) Epifora.

g) Bercak kotoran pada mata.

h) Test distraksi.

- Jika palpebra inferior dapat ditarik lebih dari 6 mm menjauhi bola mata

berarti terdapat kelemahan.

i) Test snap-back

- Dengan menggunakan jari, tarik palpebra kearah orbita inferior kemudian

lepaskan, palpebra seharusnya kembali.

a. Ektropion Involusional

17
Universitas Lambung Mangkurat
Ektropion involusional memiliki gejala yang khas dan tidak khas. Gejala

khas ektropion involusional adalah apabila kelopak mata bawah ditarik

menjauhi letaknya maka kelopak tidak dapat kembali ke tempat semula.

Gejala tidak khas yang paling sering adalah ektropia, iritasi mata, mata

kemerahan, epifora, infeksi mata berulang, kelopak mata terbalik ke arah

luar serta iritasi konjungtiva (keratitis).

b. Ektropion Sikatrik

Gejala dari ektropion berupa jaringan parut sehingga kulit di sekitar

kelopak mata tidak elastis. Hal ini bisa disebabkan oleh trauma seperti

luka bakar akibat panas maupun kimiawi.

c. Ektropion Paralitik

Ektropion paralitik terjadi akibat dari kelemahan otot orbikularis dan otot

wajah sehingga menyebabkan lagophtalmus dimana penderita tidak dapat

menutup matanya sehingga kornea terpapar dunia luar. Akibat dari

terpaparnya kornea menyebabkan mata menjadi merah.

d. Ektropion Mekanik

Ektropion mekanik terjadi karena adanya massa atau tumor yang menekan

kelopak mata.

e. Ektropion Kongenital

Ektropion kongenital memiliki gejala seperti blepharophimosis syndrome

yaitu telechantus, epichantus serta ptosis.8,15

6. Diagnosis

18
Universitas Lambung Mangkurat
Diagnosa ektropion dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa yang lengkap

serta pemeriksaan spesifik pada mata. Pada anamnesa yang kita tanyakan

misalnya riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau pernah ada

riwayat operasi kelopak mata. Pasien dengan ektropion involusional memiliki

onset eversi kelopak mata bawah secara gradual dengan progresivitas lambat,

yang terjadi dalam beberapa tahun. Adanya eversi pungtum akan menyebabkan

keluhan epifora. Meskipun demikian, pasien dengan ektropion involusional dapat

tidak mengalami epifora karena pasien lanjut usia banyak memiliki gangguan

dalam produksi air mata.16

Pemeriksaan Mata

Ada beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada kasus

ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan vertikal,

kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis serta adanya

perubahan kulit sekitar kelopak mata.16

a. Pemeriksaan kelopak mata

Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10 mm

antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan

dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik ke

bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya kelopak

mata ke posisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau lambat. Apabila

ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak mata akan lambat

bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya apabila kelopak mata ditarik

maka kelopak mata segera kembali ke tempat semula. Jika sudah yakin adanya

19
Universitas Lambung Mangkurat
kelemahan kelopak mata maka harus dipikirkan penyebabnya apakah ada kelainan

struktur anatomi atau lainnya.

b. Pemeriksaan tendon canthus

Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus

dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada acute angular

contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila tendon canthus

tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon. Bagian lateral dari

kelopak mata ditarik secara medial dan pergerakan dari sudut lateral canthus

dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1-2 mm.

c. Pemeriksaan otot orbikularis

Kelemahan otot orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf wajah

lengkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata ditutup secara

paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot berkurang. Kelemahan

otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral.

d. Perubahan kulit

Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga menyebabkan

pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terbalik ke arah luar.16

7. Penatalaksanaan

a. Ektropion Senilis/Involusional

Tatalaksana medikamentosa untuk ektropion involusional dapat diberikan

salep lubrikasi agar mata tetap lembab, khususnya apabila kornea sudah terpapar

20
Universitas Lambung Mangkurat
dunia luar. Namun terapi lubrikasi ini hanya untuk mengurangi gejala saja, terapi

utamanya tetap dilakukan pembedahan.17

Untuk tatalaksana pembedahannya dilakukan pada spesifik kelainan anatomi

kelopak mata. Umumnya ini memerlukan pemendekan kelopak mata pada

kelemahan horizontal. Namun pemilihan prosedur pembedahan bergantung pada

kelopak mata sendiri, tendon dan posisi canthus. Penatalaksanaan tergantung

derajat keparahannya, dapat dilakukan 3 jenis operasi.3,6,11

• Medial conjunctivoplasty

Operasi ini sangat berguna untuk kasus ektropion yang ringan termasuk yang

mengenai area punctum.3,6

Gambar 2.12 Medial conjunctivoplasty.6

• Horizontal lid shortening

Operasi dilakukan pada kasus ektropion yang sedang, dilakukan eksisi

pentagonal.3,6

21
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.13 Horizontal lid shortening.6

 Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski

Operasi ini dilakukan untuk kasus ektropion yang tergolong berat.3,6

Gambar 2.14 Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski.6

Gambar 2.15 Teknik pembedahan pada ektropion involusinal.6

b. Ektropion Sikatrikal

22
Universitas Lambung Mangkurat
Sebelum langsung kepada terapi pembedahan, dapat dilakukan digital masase

yang dapat meregangkan bekas luka. Atau jika tidak berhasil, dapat

dipertimbangkan pemberian injeksi steroid. Tergantung derajat keparahannya

dapat dilakukan beberapa cara operasi seperti.3,6

• V-Y operation

Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shaped

di kulit dan dijahit dengan bentuk Y.3,11

Gambar 2.16 V-Y operation.6

• Z-plasty (Elschnig’s operation)

Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan sampai sedang.3,6

Gambar 2.17 Z-plasty.11

• Excision of scar tissue and full thickness skin grafting

23
Universitas Lambung Mangkurat
Ini dilakukan untuk kasus ektropion sikatrikal yang berat. Skin graft diambil

dari kelopak mata atas, belakang telinga, atau sisi dalam lengan atas.3,6,11

c. Ektropion Paralisis

Terapi pembedahan untuk ektropion paralisis bergantung pada derajat

keparahan dari kelemahan palpebra. Pilihan terapi pembedahan, yatitu medial

canthoplasty, lateral tarsorrhaphy dan lid-shortening procedures.3

d. Ektropion Mekanik

Ektropion mekanik dapat dikoreksi dengan mengobati penyebab utamanya.6

e. Ektropion Kongenital

Dapat diberikasn lubrikasi pada kornea. Apabila keluhan tidak berkurang

harus dipertimbangkan pemasangan sutura pada palpebra. Lateral tarsorrhaphy

dapat dilakukan jika teknik sutura tidak berhasil. Pada kasus kongenital yang

parah dapat dilakukan skin flap atau skin graft.

Dari sebuah penelitian didapatkan 80% pasien memilki hasil klinis yang baik

dengan sekali pembedahan. 15% pasien memerlukan operasi kedua, termasuk satu

pasien ektropion involusonal, dua pasien paralitik dan tiga dengan ektropion

sikatriks.13,18

8. Komplikasi

Paparan yang terus menerus dapat menyebabkan kekeringan dan penebalan

pada konjungtiva dan ulkus kornea (keratitis akibat pajanan). Dermatitis dapat

terjadi akibat epipora yang berkepanjangan.11

9. Prognosis

24
Universitas Lambung Mangkurat
Prognosis ektropion baik jika diatasi dengan tepat. Kadang-kadang beberapa

terapi ektropion memerlukan operasi. Pembedahan lebih sulit ketika telah ada

bekas luka.19

BAB III

PENUTUP

Ektropion adalah kelainan posisi kelopak dimana terjadi eversi atau

mengarah keluarnya tepi kelopak mata atau margo palpebra sehingga konjungtiva

tarsalis terpapar ke dunia luar. Ada beberapa klasifikasi ektropion antara lain,

ektropion senilis/involusional, ektropion sikatriks, ektopion paralisis, ektropion

mekanik, ektropion kongenital. Ektropion ini dapat menyebabkan iritasi, dan

dapat merusak integritas permukaan bola mata.

Ektropion dapat diadiagnosa dengan anamnesa yang lengkap, seperti

riwayat kelainan kelopak mata, riwayat trauma dan riwayat pernah operasi mata

sebelumnya, dan dilakukan pemeriksaan mata.

Penatalaksanaan awal adalah untuk melindungi kornea. Mata dapat

dilindungi dengan cara memfiksasikan palpebra inferior ke bawah dan

25
Universitas Lambung Mangkurat
menggunakan lubrikasi dengan obat tetes mata ataupun salep. Terapi pembedahan

yang dapat dilakukan adalah skin flap atau skin grafting. Akan tetapi, ketika

kornea yang terpapar menunjukkan tanda keratopati yang signifikan, dianjurkan

untuk dilakukan tindakan pembedahan segera. Paparan terus menerus akibat

kelopak yang mengarah keluar dapat menyebabkan mata kering dan penebalan

konjungtiva serta ulserasi kornea (exposure keratitis).

DAFTAR PUSTAKA

1. Samar K. Embryology and anatomy. Essentials of Ophthalmology 4th edition.


2007.

2. Riordan, Paul. Vaughan and Asbury’s general ophthalmology 17 th edition :


McGraw Hill Company. 2007.

3. Tsai J.C. Lids, in Oxford American Handbook of Opthalmology;


Chapter 4; Oxford University Press, New York. 2011: 117-8.

4. Chua J. A 5-year retrospective review of Asian ectropion: How does it


compare to ectropion amongst non-asian?. Annals Academy of Medicine
Singapore. 2011;84-9.

5. Olver J, Cassidy L. Common eyelids malpositions. Ophthalmology at a


Glance, Blackwell Science Ltd. 2005.

6. Khurana A. Disease of the eyelids. Comprehensive Ophtalmology 4 th edition


New Age International P Ltd. 2007.

7. Daliborka M. Our approach to operative treatment of lower lid. Acta Clin


Croat. 2010;3(49):283-7.

26
Universitas Lambung Mangkurat
8. Ilyas, Sidarta. Ilmu penyakit mata. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia. 2011.

9. American Academy of Ophtalmology. Eyelid, in Orbit, Eyelids, and Lacrimal


System. American Academy of Ophtalmology. 2011- 2012.

10. Wals & Hoyt’s. Introduction, normal and abnormal eyelid function, in
clinical neuro-ophtalmology. Lippincott Williams & Walkins. 2005.

11. Kanski J.J. Eyelids; in Clinical Opthalmology. Butterworth Heinemann


Elsevier, Philadelphia. 2007:27-8.

12. Krachmer H., Jay, Palay A., David. Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas. Butterworth Heinemann Elsevier,
Philadelphia. 2007.

13. Zia, Chaundhuri. Congenital eyelid anomalies in postgraduate. Jaypee


Brothers Medical Publishers, India. 2012;2:134
14. Adeoti O, Caroline MD. Congenital eyelid eversion. Journal of Ophthalmic
and Vision Research. 2010.

15. Hintschich C. Correction of entropion and ectropion in Geerling Brewith


H:surgery for the dry. Dev Ophthalmol. 2008;(41):85-102.

16. Miletic, Daliborka. Our Approach to operative treatment of lower lid


ectropion, in operative treatment of eyelid ectropion.2010;3(49).

17. Marzouk A, Mohamed. Lateral tarsal strip technique for correction of lower
eyelid ectropion. Journal of American Science. 2011.

18. Myron, Yanoff, Duker S, Jay. Ectropion in ophthalmology. Butterworth


Heinemann Elsevier, Philadelphia. 2009

19. Silvana A. Eyelid alterations in involusional ectropion. J Clinic Experiment


Ophthalmol. 2011.

27
Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai