Anda di halaman 1dari 17

parkinson disease

Kata Kunci
-Tremor saat istirahat (Resting tremor)
-Rigiditas : Kekakuan otot
-Akinesia / Bradikinesia
-Postural disability

-penyakit degeneratif, kronik, progresif


-krusakan sel saraf di substansia nigra pars kompakta di btg otak =>pnurunan dopamin
(peran kontrol gerakan)

Anamnesis
-sejak kapan?
-kronologis? Mkin lama mkin berat? -gjala dimulai pd 1 sisi anggota gerak, lama2 kena
kdua nya
-fr yg mpringan : istirahat, tidur, suasana tenang
-fr yg mmprberat : kecemasan, kurng istirahat
-riw. Gunain obat anti parkinson? Responnya gmn?
-riw. Stroke, trauma kpala, infeksi otak, tumor otak, obat psikosis, pestisida?

Pemeriksaan Neurologis
-Pasien disuruh memegang sesuatu (pensil atau pena)
Interpretasi: resting tremor (+)  jika tremor hilang saat memegang benda &
timbul saat istirahat.
-Tangan pasien fleksi kemudian diekstensikan
Interpretasi : Rigiditas (+) Adanya Cogwheel phenomenon (fenomena yang
timbul akibat adanya rigiditas) tangan pasien kelihatan kaku atau pemeriksa
merasakan adanya tahanan
-Pasien disuruh menulis kalimat &perhatikan suara pasien saat berbicara
Interpretasi: Bradikinesia (+) tulisan pasien makin lama makin kecil
(mikrografia) &suara pasien makin lama makin pelan.
-Perhatikan cara jalan pasien &ekspresi muka pasien
Interpretasi : Bradikinesia (+)  Jalan pasien lambat &ekspresi muka berkurang
(face mask:kdipan mata &ekspresi wajah datar)
-Perhatikan postur tubuh pasien
Interpretasi: Postural disability (+)  postur tubuh lebih membungkuk ke depan
(anteroflexed head, flexed off knee and elbow)
-tes retropulsi: Pasien dijatuhkan ke belakang oleh pemeriksa yang berada di belakang
pasien
Interpretasi : Postural disability (+)  tubuh pasien jatuh ke belakang

Gejala non motorik


-ggn otonom: hipotensi otrthostatik, inkontinensia, hiperhidrosis, hipersalivasi,
-depresi, insomnia,
-ggn kognitif: MCI

Stadium
Stadium I
Unilateral(tremor 1 anggota gerak)
Gejala ringan

Stadium II
Bilateral
Gangguan postural (-)

Stadium III
Bilateral
Gangguan postural (+)

Stadium IV
Masih bisa berjalan tapi dibantu
Stadium V
Cachetic stage, cacat total, Tidak bisa berjalan

Kriteria diagnosis (hughes):


Possibble:
-2 gejala klompok A(TRAP) dimana salah satu nya adlh tremor/bradikinesia
-tdk trdpt gjala kompok B(inststability postural, freezing, halusinasi, demensia)
-lama gejala < 3 th
-respon jelas thd levodopa/dopamin agonis

Probable:
-3 dri 4 gjala klompok A
- kloompok B ga ad
- lama peny. Minimal 3 th
-respon jelas thd levodopa

Definite
-memenuhi kiteria probable
-pem.histopatologi +

Pem penunjang :
CT-SCAN, MRI (struktural)
PET, SPECT (fungsional)

Diagnosa
Diagnosis Klinis : Parkinson disease Stadium I/II/III/IV/V
Diagnosis Topik : Substansia nigra pars kompakta
Diagnosis etiologic : Post trauma kepala / degeneratif / trauma kepala

Patofisiologi
Dopamin yang berkurang karena sel sel neuron degenerasi

Terapi
Umum
Edukasi :pent Parkinson ga sembuh dg pengobatan karena bersifat kronik progresif,
pengobatan utk ngurangi gejala

Khusus
Dopaminergik
-Levodopa 3 x 100 mg, atau
-Madopar tab 2 x 1 (Levodopa 100 mg + Benserazide 25 mg)

Antikolinergik
-Triheksil phenidil (THP) 2 x 2 mg

Agonis dopamin:
-sifrol(pramipexole) 3x0.375 mg tab,
-bromokriptin (dipakai usia < 65 th, jika terapi dg levodopa tdk brhasil/ ada komplikasi.

Glutamat antagonis: amantadine 100-300 mg pr hari

Komplikasi

-on off phenomenon :

On : dosis berlebihan, efek:diskinesia, kaku, involunter hiperkinetik. Solusi levdopa dikurangi, agonis
dopamin ditambah

Off: obat tdk brjln semestinya, efek obat cepat habis -> gjala smakin menjadi2 -> solusi frekuensi
dinaikkan.

-wearing off : efek levodopa, mghilng saat akihr dosis.


EPILEPSI
Kata Kunci

Definisi

Status epileptikus
-ada 2 bangkitan / lebih tanpa diprovokasi,
-diantara bangkitan ada turun kesadaran
- jarak waktu antar bangkitan pertama &kedua > 24 jam atau bangkitan yang > 30 menit

Anamnesis:
-keluhan utama
-lama kejang?
-kepan ttrakhir kjang?
-mata?lidah trgigit?ngompol? kluar busa di mulut?
-pola kejang? Seluruh tubuh? Bentuk kejang?
-infeksi telinga ?
-kjang wktu kecil? Sampe umur brapa? Ada kejang lagi?
-sbelum kejang ngapain? Ad cium bau aneh?
-kelemahan anggota gerak?
-pencetus kejang?
-riwayat lahir?
-trauma kepala?
Ada minum obat tratur?stress?istirahat?
Ksadaran sbelum/stelah kejang?

Klasifikasi
Parsial

Simplek (Sederhana) sadar


-Motor sign : menjalar tangan, lengan, bahu menyebar ke sisi yang
samaJacksonian march
-Sensorik sign : mati rasa, terbakar, nyeri, kesemutan
-Autonomic symptom : perubahan warna kulit, tekanan darah, nadi, pupil, mengompol
-Psychic symptom : halusinasi
-Adversif : Kepala berpaling kesisi tubuh yang kejang

Kompleks bangkitan fokal disertai penurunan kesadaran


-Aura
- automatism streotipik : gerakan mengunyah, menelan, mengecap bibir

Umum sekunder
-dimulai dari bangkitan parsial berkembang jadi bangkitan umum (tonik klonik)

Generalisata

Absent petit mal (lena)

-Mendadak
-Mata berkedip-kedip (3kali/detik)
-Bengong 3-10 detik
-Pergerakan otot yg abnormal
-Amnesia
-Setelah serangan pasien aktivitas seperti semula

Grand mal (tonik klonik)


-Fase tonik (kaku)  kontraksi otot &pergerakan mata selama 10-30 detik
-Fase klonik (kelojotan)  mulut berbusa selama 30-60 detik
-Setelah bangkitan pasien bingung

Mioklonik
-Kontraksi otot cepat dg kedutan di wajah, lengan, tungkai
-Flying Saucer syndrome barang ditangan pasien terlempar
Atonik
-Tiba-tiba kehilangan tonus otot seperti tiba-tiba kepala terkulai
-Sedang melakukan aktivitas, tiba-tiba berhenti

Pemeriksaan Neurologis
-GCS
-Tanda Rangsang Meningeal
-Pemeriksaan motorik tonus otot

Pemeriksaan Penunjang
-EEG spike and wave, diperiksa 2x ideal nya
-Brain CT-scan: utk nyingkirin lesi (pd udem -> sulcus hilang, grey and white matter
hilang)

Diagnosis
Contoh
DK : epilepsy parsial kompleks
DT : Intrakranial
DE : putus obat
atau
DK : Status epileptikus
DT : Batang otak
DE: putus obat

DD/ sinkop, bangkitan non epilepticus psikogenik, aritmia jantung


Terapi
Prinsip terapi
-Diberikan minimal sudah 2 x serangan
-Monoterapi
-Dimulai dari dosis kecil sampai maksimal
-Jika tidak respon  kombinasi
-Diberikan sampai 2 tahun bebas kejang
-Edukasi mengenai penyakit bahwa tidak boleh berenang &tidak boleh mengendarai
kendaraan

Terapi Saat serangan

Umum
Airway, Breathing, Circulation

Khusus
• Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kgBB (habisin dlm 2-5 menit)(ulang 3x1 dg jarak 10-15
mnit). if msih kjang -> Fenitoin 15 – 20 mg/kgBB (via syring pump dg kec max
50 mg/mnit). if msih kjang -> ½ dosis fenitoin awal kec. 25 mg/mnit. if msih
kjang -> Fenobarbital 20 mg/kgBB kec. 100 mg/mnit. if msih kjang -> Propofol 1
– 3 mg/kgbb + Midazolam 0,1 – 0,2 mg/kgBB

OAE
Parsial
-Karbamazepin 2 x 200 mg

Generalisata (umum)
-Fenitoin 2 x 100 mg
-Asam valproate 2 x 250 mg
-Karbamazepin 2 x 200 mg

o Absent petit mall (lena)


- Asam valproate 2 x 250 mg

o Tonik klonik
- Asam valproate 2 x 250 mg
- Fenitoin 2 x 100 mg
BELLS PALSY
: kjadian akut, unilateral, paralisis saraf tipe LMN (perifer), perbaikan pada 80-
90% kasus tanpa disertai defisit neurrologis lainnya.
Etiologi:
-idiopatik:paralisis fasialis idiopatik
-mungkin infeksi HSV tipe 1 &reaktivasi herpes dri ganglia n.cranialis
-banyak pd orang dewasa, DM, bumil.

Anamnesis:
Kata Kunci
-Mulut mencong tiba-tiba
-Unilateral
-lagophtalmus (mata malas) di sisi yang kena
-Kerutan dahi (-) di sisi yang kena
-Plika nasolabialis datar di sisi yang kena
-Mata kering  lesi di cabang Nervus VII (N. Petrosus Mayor) untuk sekresi air mata
-Hiperakusis  lesi di cabang Nervus VII (N. Stapedius) untuk pendengaran
-Gangguan rasa kecap 2/3 anterior lesi di cabang Nervus VII (N. Korda Timpani) untuk
pengecapan 2/3 anterior
-Nyeri mastoid

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan nervus kranialis
N VII
Pemeriksaan Motorik
-Pemeriksa mengamati simetris wajah pasien
-Pemeriksa mengamati kerutan dahi, alis, lebar celah mata, plika nasolabialis, &sudut
mulut
Meminta pasien menggerakkan wajahnya dg cara:
-Mengerutkan dahi
-Mengangkat alis
-Menutup mata dg rapat kemudian pemeriksa mencoba membuka dg tangan
-Senyum (melihat gigi)
-Mencucu atau memoncongkan bibir
-Mengembungkan pipi kemudian pemeriksa menekan pipi kiri dan kanan untuk
mengamati apakah kekuatannya sama

Pemeriksaan Sensorik
-pasien julurin lidah
-letakin gula, asam, garam, sesuatu yang pahit di kiri dan kanan pada 2/3 anterior lidah
untuk menilai pengecapan 2/3 anterior lidah
-Meminta pasien menuliskan apa yang dirasakan

Tes pendengaran:
-tes rinne (+)
-Weber: lateralisasi k telinga sehat
-schawach: memendek

Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin, Ur/Cr, gula darah
EMG
MRI kepala dg kontras -> jika curiga lesi sentral.

Diagnosis
DK : Bells palsy
DT : Nervus VII perifer sinistra/dekstra
DE : Idiopatik

DD : akustik neuroma , lesi serebellopontin angle

Terapi
-Prednison dosis 4 x 20 mg tapering off (sediaan tab 5 mg)
-Asiklovir dosis 5 x 800 mg (sediaan tab 200 mg, 400 mg) (if cuiga penyebab varisella)
-neurotropik: Vitamin B 12 : Mecobalamin 3 x 250 mcg (Sediaan Kap 500 mcg)
(remyelinisasi -> udem yg kjepit susut -> myelin bgus lagi)
-Fisioterapi hari ke-5 (mmpercepat perbaikan dan menurunkn sequele)
Tak bole dilakukn dlm 4 hari prtama, if trlalu cepat -> ksalahan penyambungan. Hari ke 3
bole, syarat udah brobat dri hari 1, konsekuensi: saat ngunyah air mata kluar, saat
ngunyah mata berkedip.
-mata kering: cetidoliter 6x1

ENSEFALITIS
Kata Kunci
TRIAS Ensefalitis
-Demam
-Penurunan kesadaran
-Kejang
-Kelumpuhan tipe UMN dan adanya spastisitas
-Gangguan sensibilitas

Pemeriksaan Neurologi
GCS < 15
Tanda Rangsang Meningeal Negatif
-Tanda pningkatn TIK +
-Pemeriksaan Nervus kranialis (II, III, IV, VI, VII, VIII)
-Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan Penunjang
-Lumbal pungsi
Makroskopis
Warna : jernih
Mikroskopis
Pleositosis (10-2000 sel/mm3)
Protein meningkat
Glukosa normal

-EEG
-Foto Rontgen Schedel
-Foto thoraks  untuk mendeteksi adanya pneumonia
-CT-scan
-MRI

Diagnosis
Diagnosa klinis : Ensefalitis viral
Diagnosa Topik : Ensefalon
Diagnosa Etiologi : Infeksi virus

Diagnosis Banding
Abses otak

Terapi
-Dexamethasone 4 x 10 mg i.v, tappering off
-Ranitidin 2 x 50 mg i.v
-Paracetamol 1 x 1 gram i.v  jika demam >38,5O C
-Asiklovir 5 x 800 mg (p.o)  jika penyebab virus
-Fenitoin 2 x 100 mg ( 1 ampul)  jika kejang
-Asam folat 2 x 5mg
NEURALGIA TRIGEMINAL
Kata kunci
-Nyeri satu sisi wajah (lebih sering didaerah kanan)
- terasa disentrum seperti aliran listrik, rasa disayat atau ditusuk
-intensitas hebat sehingga pasien kesakitan dan tidak dapat aktivitas
Lebih sering di cabang kedua dan ketiga nervus trigeminus

Pencetus: sewaktu makan, menggosok gigi, berkumur-kumur, berbicara, atau mengusap


muka
Ciri khas nyeri trigeminal  nyeri akan hilang if pasien tetap paksa makan, bicara bahkan
mengusap-usap muka dg keras.
Tidak disertai kelemahan anggota gerak

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan motorik
-rapatin gigi sekuat mungkin, raba M. maseter & M. temporalis  perhatikan besar,
tonus, & kontur (bentuk).
-Membuka mulut  perhatikan apakah ada deviasi rahang (patokan garis antara kedua
gigi seri)
-nutup mulut & gigit suatu benda (tongue spatel) kemudian ditarik  dinilai kekuatan
gigitan
-gerakin rahang bawah ke kanan & kekiri  menilai M. pterigodeus lateralis

Pemeriksaan Refleks Maseter (Refleks rahang)


Cara pemeriksaan
-Pemeriksa meletakkan satu jari melintang di dagu pasien
-Pasien disuruh membukakan mulutnya sedikit
-Jari pemeriksa diketok dg refleks hammer
Interpretasi
-Normal  sedikit saja gerakan atau tidak ada gerakan mulut pasien
-Refleks meninggi  mulut menutup (kontrkasi M. maseter, M. temporalis, M.
pterigoideus medialis)
Pemeriksaan sensorik (sensibilitas)
Pemeriksaan Refleks Kornea  N V cabang N. Oftalmika

Cara pemeriksaan
-Pemeriksa nyentuh kornea dg kapas yang ujungnya dibuat runcing.
Diusahakan arah datang kapas tidak dilihat oleh pasien

Interpretasi
+  mata pasien mengedip (M. Orbikularis Okuli)
-  mata pasien tidak mengedip

Cabang – cabang Nervus V dibandingkan kiri & kanan


N. Oftalmika
periksa sensibilitas pada daerah dahi, mata, hidung, kening, sinus paranasal, sebagian
mukosa hidung

N. Maksilaris
Memeriksa sensibilitas pada rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus
maksilaris, mukosa hidung

N. Mandibularis
Memeriksa sensibilitas pada rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi, dua-
pertiga bagian depan lidah, sebagian dari telinga (eksternal), meatus

Diagnosis
Diagnosis Klinis : Neuralgia trigeminal
Diagnosis Topik : Percabangan Nervus V Desktra / sinistra
Diagnosis etiologik: Idiopatik
Terapi
Carbamazepin dosis 3 x 100 – 200 mg  obat dipertahankan beberapa saat, kemudian
dikurangi & dihentikan
Tambahan
Fenitoin 3 x 25 – 100 mg atau,
Antidepresan trisiklik (Amitriptilin) 3 x 25 mg

MIASTENIA GRAVIS
Kata kunci
-Bangun tidur segar, makin lama makin lemah
-Pandangan ganda
-Ptosis
-Disfonia (suara serak)
-Disfagia (susah menelan)
-Gangguan mengunyah
-Membaik dengan istirahat

Pemeriksaan fisik Neurologis


Waternberg test

Cara pemeriksaan : Pasien lihat keatas 30 s, kemudian perhatiin kelopak mata pasien

Interpretasi, +: kelopak mata jatuh jika disuruh mlihat keatas 30 s

Tes Ucap (Counting test)


Cara pemeriksaan : Pasien berhitung dari angka 1- 25, kemudian perhatikan suara nya
Interpretasi : Makin lama suara pasien, makin pelan dan menghilang.

Pemeriksaan Penunjang
-Tes prostigmin (IM) + sulfas atropine
Interpretasi : + : kekuatan otot bertambah

-Tes tensilon (asetilkolinesterase)


Interpretasi + : perbaikan pada kekuatan otot

-Antibodi : anti reseptor asetilkolin


Interpretasi +: titer antibodi meningkat

-Foto toraks : Untuk melihat timus


-EMG

Klasifikasi
Klas I : kelemahan otot okular, kelemahan menutup mata, kekuatan otot lain normal.

Klas II

c. Klas IIa

Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota. kelemahan otot- orofaringeal yang ringan.

d. Klas IIb

Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya. Kelemahan otot


anggota tubuh lebih ringan dibandingkan klas IIa.

e. Klas III: kelemahan yang berat pada otot okular. Sedangkan otot-otot lain alami
kelemahan tingkat sedang.

f. Klas IIIa

mirip kyk Iia cuman tingkat sedang

g. Klas IIIb

gitu juga, itu terus sampe 4 b

h. Klas IV i. Klas Iva j. Klas IVb

k. Klas V

Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.


Diagnosis
DK: Myasthenia Gravis grade I/IIA/IIB/III/IV
DT : Post sinap neuromuscular junction
DE: Autoimun

Diagnosa Banding
-Sindroma Guilain Barre
-Polineuropati
-Lambert-Eaton Myasthenic Syndrome topik di pre sinap

Patofisiologi
Ada autoantibodi yg berikatan dg reseptor asetilkolin di post sinap  semakin lama
reseptor semakin berkurang (karena beraktifitas) celah sinap melebar

Terapi

Umum
-Bed rest
-Awasi jalan nafas
-Tidak boleh terkena panas

Khusus
Asetilkolin esterase :
-Mestinon tab 3 x 60 mg, atau
-Neostigmin 15 – 45 mg, atau
-Prostigmin 3 x 60 mg
-Intravena Immunoglobulin (IVIG), Plasmapharesis
-Timektomi

Anda mungkin juga menyukai