Anda di halaman 1dari 3

Tetanus Neonatorum

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSCB/I/SPM/019 0 1 dari 2
Ditetapkan,
Tanggal Terbit Direktur Utama

SPM 14 Mei 2012


dr. Herly Soedarmadji

1. Pengertian Penyebab utama kematian neonatus sebagia besar karena asfiksia


neonatorum, infeksi dan bayi berat lahir rendah. Infeksi yang sering terjadi
adalah sepsis neonatal dan tetanus neonatorum dengan angka kematian
tetanus neonatorum masih sangat tinggi (50% atau lebih).

2. Diagnosis 1. Anamnesis:
a. Persalinan yang kurang higienis terutama yang ditolong oleh tenaga
non medis yang tidak terlatih
b. Perawatan tali pusat yang tidak higienis, pemberian dan penambahan
suatu zat pada tali pusat
c. Bayi sadar, sering mengalami kekakuan (spasme) terutama bila
terangsang atau tersentuh
d. Bayi malas minum, mulut sukar dibuka
2. Pemeriksaan fisik:
a. Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang
b. Mulut mencucu seperti mulut ikan (carper mouth), trismus (mulut
sukar dibuka)
c. Perut terba keras (perut papan)
d. Epistotonus (ada sela antara punggung bayi dengan alas, saat bayi
ditidurkan)
e. Tali pusat biasanya kotor dan berbau
f. Anggota gerak spastic (boxing position)

3. Diagnosis -
Banding

4. Pemeriksaan 1. Anamesis dan gejala khas sering tidak diperlukan pemeriksaan


Penunjang penunjang, kecuali dalam keadaan meragukan untuk membuat diagnosis
banding, dapat dilakukan pemeriksaan untuk membedakan antara
tetanus neonatorum dengan sepsis neonatal atau meningitis. Dapat
dilakukan pemeriksaan:
a. Pungsi lumbal
b. Pemeriksaan darah rutin, preparat darah hapus atau kubur dan
sensitivitas

5. Terapi 1. Medikamentosa:
a. Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
b. Berikan diazepam 10 mg/kgBB/hari secara IV dalam 24 jam atau
dengan bolus IV setiap 3 jam (dengan dosis 0,5 ml/kgBB/kali
pemberian), maksimum 40 mg/kgBB/hari.
Tetanus Neonatorum

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


SPM RSCB/I/SPM/019 0 2 dari 3

c. Bila jalur IV tidak terpasang, pasang pipa lambung dan berikan


diazepam melalui pipa atau melalui rectum:
1) Bila perlu beri tambahan dosis 10 mg/kgBB tiap 6 jam
2) Bila frekuensi nafas kurang dari 30 x/menit, obat dihentikan
meskipun bayi masih mengalami spasme.
d. Bila bayi mengalami henti nafas selama spasme atau sianosis sentral
setelah spasme, berikan oksigen dengan kecepatan aliran sedang.
Bila belum bernafas lakukan resusitasi. Bila tidak berhasil, dirujuk ke
rumah sakit yang mempunyai fasilitas NICU
e. Berikan bayi:
1) Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau tetanus antitoksin
5.000 U IM
2) Tetanus toksoid 0,5 ml IM pada tempat yang berbeda dengan
pemberian antitoksin
3) Bensilpenisillin G 100.000 U/kgBB IV dosis tunggal selama 10
hari
4) Bila terjadi kemerahan adan/atau pembengkakan pada kulit
sekitar pangkal tali pusat, atau keluar nanah dari permukaan tali
pusat, atau bau busuk dari area tali pusat, berikan pengobatan
untuk infeksi local tali pusat
5) Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5 ml (untuk melindungi
ibu dan bayi yang dikandung berikutnya) dan minta datang
kembali satu bulan kemudian untuk pemberian dosis ke dua
2. Suportif:
a. Bila terjadi kekakuan atau spastisitas yang menetap, terapi suportif
berupa fisioterapi
b. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya, dll): bila
terjadi spasme berulang atau gagal nafas, dirujuk ke rumah sakit
yang mempunyai fasilitas NICU

6. Komplikasi -

7. Prognosis Meskipun angka kematian tetanus neonatorum masih sangat tinggi (50%
atau lebih), tetapi kalau bayi bisa bertahan hidup, tidak akan mempunyai
dampak penyakitnya di masa datang

8. Wewenang Dokter spesialis Anak

9. Unit yang
Bagian Penyakit Anak
menangani
Tetanus Neonatorum

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


SPM RSCB/I/SPM/019 0 3 dari 3

10. Unit terkait -

11. Referensi -

Anda mungkin juga menyukai