Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN TETANUS NEONATURUM

DI RSI A YANI SURABAYA

HALIMAH ( 1250018043)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tetanus neonatorum merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan terjadinya penyakit tetanus pada neonatus (bayi berusia 3-28
hari). Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan
memilki tingkat morbiditas yang tinggi. Data WHO tahun 2005 menunjukan
Tetanus neonatorum merupakan penyebab dari 14 % kematian neonatus di
dunia.
Clostridium tetani merupakan bakteri yang menyebabkan terjadinya
penyakit tetanus, di mana pada bayi baru lahir infeksi terutama terjadi melalui
luka saat pemotongan tali pusat atau akibat proses partus yang kurang steril.
Proses partus dan penanganan tali pusat yang kurang steril memungkinkan
adanya infeksi bakteri sehingga membahayakan baik bagi si bayi maupun ibu
melahirkan. Hal inilah yang menyebabkan 90% kasus tetanus neonatorum
terjadi di negara negara yang kurang dan masih berkembang, di mana standar
kesehatan masih sangat rendah dan fasilitas kesehatan yang layak tidak
tersedia atau terbatas.
Terapi pada tetanus neonatorum meliputi pemberian antitoksin tetanus,
pelemas otot dan pemberian makanan intravena. 4 Selain itu juga dapat
diberikan anti microbial, debridement luka dan penanganan jalan napas
pasien.
Pencegahan penyakit ini sebenarnya sangat mudah dan menjadi fokus utama
WHO, yaitu dengan pemberian vaksin pada ibu sebelum atau selama masa
kehamilan; proses partus serta penanganan paska melahirkan yang steril.
WHO telah mencanangkan program eliminasi tetanus maternal dan tetanus
neonatorum sejak tahun 1989. Program ini telah berhasil dilaksanakan oleh
negara-negara maju dan sebagian negara berkembang sehingga tetanus
neonatorum sangat jarang ditemukan di negara-negara tersebut.
Keterbatasan ekonomi di negara-negara kurang berkembang
menyebabkan tingginya jumlah kasus tetanus neonatorum. Fasilitas kesehatan
yang terbatas dan rendahnya pengetahuan masyarakat akan masalah ini tetap
menjadikan tetanus neonatrum sebuah problematika kesehatan pada neonatal.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan gawat darurat ini diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan melakukan asuhan secara komprehensif.
2. Tujuan khusus
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny.U hari ke 2 dengan
Tetanus Neonaturum.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TEORI TETANUS NEONATURUM

1. Pengertian Tetanus Neonaturum

Tetanus Neonaturum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada


neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin ( racun yang menyerang
sistem saraf pusat ).

2. Penyebab
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering
dijumpai pada BBLR bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi
disebabkan oleh infeksi mana neonatal antara lain:

1. Infeksi melalui tali pusat


2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak
dilakukan, atau tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan
program

4. Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan


Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia
dan hewan. Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan
dapat berkembang biak dalam luka yang kotor atau jaringan nekrotik
yang mempunyai suasana anaerob

3. Insiden
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi
pada kasus Tetanus Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati
100%. Angka kematian kasus Tetanus Neonatorum yang dirawat di rumah
sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 – 55%.
4. Masa Inkubasi
Tetanus Neonaturum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya
tetanus Neonaturum ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat
dari pada tetanus pada anak.
5. Patofisiologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang
belakang, dan terutama pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh
Asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu, dapat
disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernapasan dan peredaran
darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan Sepsis.
Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama
kematian tetanus neonaturum di indonesia. Pada bayi, penyakit ini
ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan tali pusat
dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian
obat (dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali
pusat.
6. Penanganan
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan,
penderita/bayi ditempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit
sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah
kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan
mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan per os
dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan
bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian
diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang
lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan
nafas. Pemasangan spatel bila lidah tergigit
3. Mencari temppat masuknya spora tetanus, umumnya ditali pusat
atau di telinga
4. Pemberian antitoksin Untuk mengikat toksin yang masih bebas
dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan setiap hari selama 2
hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATA
20.000 UI sekkaligus.
5. Pemberian antibiotic Unttuk mengatasi infeksi dapat digunakan
penisilin 200 000 UI setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari
sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB perhari dibagi
dalam 4 dosiz secara jntravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi :
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan ( harus hati hati dengan memakai pipa yang
dibuat dari polietilen atau karet.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian
makanan peros tidak mungkin maka diberikan makanan
dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan
glukosa 5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai
dengan kebutuhan, sedangkan untuk selanjutnya untuk
memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi
kejang atau apnue, berikan larutan glukosa 10% : natrium
bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam
belum mungkin diberikan minuman per oral, maka melalui
cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering.
7. Diagnosa Masalah
Diagnosa atau masalah terjadi tetanus neonaturum :
1. Terjadi gangguan fungsi pernafasan Pada masalah ini dapat
disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan sehingga
otot pernapasan tidak berfungsi. Adanya spasme mulut dan
tenggorokan sehingga mengganggu jalan nafas.
 Interveensinya yang dapat dilakukan:
a) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b) Berikan oksigan 1-2 liter/menit. Jika sedang terjadi
kejang karena sianosis bertambah berat O2
diberikan lebih tinggi dapat sampai 4 liter/menit
(jika kejang berhenti turunkan lagi)
c) Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah untuk
mencegah lidah jatuh ke belakang dan juga
memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih
baik dipasang guedel (selama masih banyak kejang
guedel atau sudip lidah dipasang terus
d) Sering isap lendir yakni pada saat kejang, jika akan
melakukan nafas buatan pada saat apnea dan
sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi
e) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam
dan catat secara cermat, pasien Tetanus
Neonatorum karena mendapatkan anti Konvulsan
terus kemungkinan sewaktu-waktu dapat terjadi
apnea
f) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan
hangat (pasang selubung tempat tidur/kain di
sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi
sering dalam keadaan telanjang, maksudnya agar
memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila
bayi kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2. Pemenuhan Nutrisi atau Cairan akibat bayi tidak mau menetek dan
untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi infus
dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering
sianosis maka cairan ditambahkan natrikus 11/2% dengan
perbandingan 4:1.
3. Pada orang tua pasien yang bayinya menderita Tetanus perlu
diberikan penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat atau
bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus. Selain
itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar minta
suntikan pencegahan tetanus.

B. TEORI SOAP BBL

Tanggal : Mengetahui tanggal dilakukan asuhan kebidanan

Tempat : Mengetahui tempat dilakukan asuhan kebidanan


Waktu : Mengetahui waktu dilakukan asuhan kebidanan

Subjektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui
anamnesa. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Eksplorasi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
langsung sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya
akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. (Hidayat, dkk. 2008)

A. Identitas
1. Identitas Bayi
Nama : mengetahui dan mengenal pasien, sehingga dapat
mencegah kekeliruan dengan pasien lainnya
Tanggal lahir : mengetahui kapan bayi dilahirkan
Jenis kelamin : mengetahui jenis kelamin bayi
Anak ke : mengetahui bayi anak ke berapa
2. Identitas orang tua
Nama : mengetahui dan mengenal pasien, sehingga dapat
mencegah kekeliruan dengan pasien lainnya
Umur : mengetahui apakah umur ibu berisiko dalam kehamilan.
Umur yang aman untuk kehamilan antara 19-34 tahun, sedangkan umur
<19 tahun dan >35 tahun berisiko dalam massa kehamilan.
Agama : mengetahui keyakinan pasien dan memudahkan
memberikan bimbingan atau arahan kepada pasien dalam berdoa.
Suku/bangsa : mengetahui asal daerah, adat istiadat dan kebiasaan yang
bersifat positif atau negatif yang memiliki pengaruh terhadap kehamilan.
Pendidikan : mengetahui tingkat pendidikan, pengetahuan dan taraf
kemampuan berfikir ibu, sehingga memudahkan dalam menyampaikan
atau memberikan penyuluhan.
Pekerjaan : mengetahui taraf kemampuan ekonomi pasien.
Alamat : mengetahui dimana ibu menetap, mencegah kekeliruan bila
ada nama yang sama dan dapat dijadikan untuk petunjuk pada waktu
kunjungan rumah.
B. Alasan Kunjungan/Keluhan utama
Ibu melakukan kunjungan karena adanya keluhan yang dialami oleh bayi
atau hanya untuk memeriksakan bayinya.
C. Riwayat Kehamilan
Mengetahui usia kehamilan, jadwal ANC, penyakit selama hamil dan
pengobatan selama hamil.
D. Riwayat Persalinan Sekarang
Mengetahui jenis persalinan, penolong, tempat bersalin, lama persalinan,
keadaan ketuban, penyulit selama persalinan, keadaan bayi saat lahir.
E. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi : mengetahui berapa kali bayi menyusu dalam sehari
Eliminasi : mengetahui berapa kali bayi BAB dan BAK dalam sehari
Istirahat : mengetahui berapa jam bayi tidur dalam sehari
Kebersihan : mengetahui berapa kali bayi mandi dan mengganti kasa tali pusat
dalam sehari

Objektif
Pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang
gugur dari pemeriksaan pasien. Hasil USG/diagnostik lain. Data yang terkumpul
diolah disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kemudian dilakukan pengolahan
data, yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya
sehingga menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. (Hidayat, dkk. 2008)

A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : normalnya baik
2. TTV : Suhu : normalnya 36,5-37,5o C
Nadi : normalnya 120-160x/menit
Rr : normalnya 30-60x/menit
3. Apgar Score : normalnya >7
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : terdapat caput succedenum/tidak, terdapat cephal
hematom/tidak, terdapat kelainan kongenital/tidak (hidrocephale,
mikrocephal, anencephal), molase pada sutura
2. Wajah : simetris/tidak, terlihat pucat/ tidak, ikterus/tidak
3. Mata : simetris/tidak, terdapat perdarahan di bawah mata/tidak,
sekret pada mata
4. Hidung : terlihat pernefasan cuping hidung/tidak
5. Mulut : terdapat labioskisis dan labiopalatoskisis/tidak
6. Telinga : simetris/tidak, bentuk telinga
7. Leher : terdapat bullneck/tidak
8. Ekstremitas Atas : simetris/tidak, terdapat sindaktil dan polidaktil.tidak,
gerakan aktif/tidak
9. Dada : terdapat tarikan intercostae/tidak, terdengar suara
wheezing, ronkhi dan stredor/ tidak, nodul tampak jelas/tidak
10. Perut: terdapat perdarahan dan tanda infeksi pada tali pusat/tidak
11. Genetalia : Perempuan : Labia mayor sudah menutupi labia
minor/belum, terdapat sekret pada vagina/tidak
Laki –laki : Testis sudah turun/belum, terdapat guratan pada skrotum/tidak,
letak lubang uretra
12. Anus : terdapat lubang anus/tidak
13. Punggung : terdapat spinabivida/tidak
14. Ekstremitas bawah : simetris/tidak, terdapat sindaktil dan polidaktil/tidak
C. Pemeriksaan Antropometrri
1. Berat badan : normalnya 2500-4000 gram
2. Panjang badan : normalnya 48 –52 cm
3. SOB (Sub Occipito Bregmatika) : normalnya 9,5 cm
4. SOF (Sub Occipito Frontalis) : normalnya 11 cm
5. FO (Fronto Occipitalis) : normalnya 12 cm
6. MO (Mento Occipitalis) : normalnya 13,5 cm
7. SMB (Sub Mento Bregmatika) : normalnya 9,5 cm
8. Biparietal : normalnya 9 cm
9. Bitemporal : normalnya 8 cm
10. SOB (Sirkumferensia Sub Occipito Bregmatika) : normalnya 32 cm
11. FO (Sirkumferensia Fronto Occipialis) : normalnya 34 cm
12. MO (Sirkumferensia Mento Occipito) : normalnya 35 cm
13. Lingkar dada : normalnya 30 –38 cm
14. Lingkar lengan : normalnya 11-12 cm
D. Pemeriksaan Reflek
1. Refleks Rooting (mencari)
Jika tangan pemeriksa menyentuh sudut mulut bayi, bayi akan menoleh
ke arah stimulus.
2. Refleks Sucking (menghisap)
Jika tangan pemeriksa menyentuh mulut bayi, bayi akan membuka
mulut dan menghisapnya.
3. Refleks Swallowing (menelan)
Jika pemeriksa memasukkan tangan pada mulut bayi, bayi akan
menghisap dan menelannya.
4. Refleks Moro
Jika ada suara yang membuat bayi terkejut, tubuh bayi seakan- akan
seperti memeluk guling
5. Refleks Graft
Jika tangan pemeriksa menyentuh telapak tangan bayi, bayi akan
menggenggam.
6. Refleks Plantar
Jika jari pemeriksa diletakkan di bawah jari kaki bayi, bayi akan
menggenggam dengan jari kakinya.
7. Refleks Babinski
Jika pemeriksa mengusap telapak kaki bayi, telapaknya akan merekah.

Analisa Data
Merupakan suatu kesimpulan atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
data subjektif dan data objektif. Diagnosa : Neonatus cukup/kurang bulan sesuai
masa kehamilan usia ... fisiologis/patologis.

Penatalaksanaan
Merupakan pendokumentasian yang berisi intervensi atau rencana,
implementasi atau pelaksanaan dan evaluasi. (Asrinah, 2010)

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi bayi.


2. Memberikan KIE mengenai keluhan yang dialami oleh bayi beserta
solusinya.
3. Memberikan KIE tentang nutrisi bayi
4. Memberikan KIE tentang eliminasi bayi
5. Memberikan KIE tentang kebersihan bayi
6. Memberikan KIE tentang istirahat bayi
7. Memberikan KIE tentang perawatan tali pusat
8. Memberitahu tanda bahaya pada bayi baru lahir
9. Memberitahukan jadwal kontrol ulang sesuai jadwal. Jika ibu mengalami
keluhan dapat berkunjung sewaktu-waktu ke petugas kesehatan
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI Ny.U DENGAN TETANUS NEONATURUM
DI RSI A YANI SURABAYA

Tanggal : 29 juni 2021

Tempat : RSI A YANI SURABAYA

Waktu : 15.00 WIB

Subjektif
A. Identitas
Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. U
Tanggal lahir : 24 juni 2021 pukul 12.50 WIB
Jenis kelamin : laki laki
Anak ke :1
Usia : 5 hari

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. A
Umur : 23 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/Indonesia Suku bangsa :jawa/indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Pedagang
Alamat : madura Alamat : madura
Perkawinan ke : 1 Perkawinan ke: 1
Umur kawin : 22 tahun Umur kawin : 22 tahun
Lama kawin : 1 tahun Lama kawin : 1 tahun
B. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan sejak kemarin bayinya rewel sulit untuk minum ASI dan
mulutnya digerak gerakkan sampai mulutnya mencucu dan sering kejang
kenjang.
C. Riwayat Kehamilan
Usia kehamilan : 39-40 minggu
Jadwal ANC : TM I 1x di BPM. TM II 1x di Puskemas, TM III 2x di RS
Keluhan selama hamil : TM 1 mual pada pagi hari, TM 2 tidak ada keluhan,
TM 3 sering kencing
Pengobatan : kalk, vit D, Tablet Fe, vit C
D. Riwayat Persalinan Sekarang
Jenis persalinan : spontan
Penolong : bidan
Tempat : PMB HALIMAH
Lama persalinan : 13 jam (Kala I : 10 jam, Kala II : 50 menit, Kala III : 10
menit, Kala IV : 2 jam)
Keadaan ketuban : jernih
Penyulit : tidak ada
Keadaan bayi : warna kulit kemerahan, menangis kuat, gerakan aktif
E. Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Sesering mungkin minimal 2 jam sekali
- Selama sakit : Minum ASI tiap 5 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering
menangis
2. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit
BAB 3-4x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas,
tidak ada pus/darah
BAK 6-8x sehari warna jernih, tidak ada darah atau pus
- Selama sakit
BAB 2-3x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas,
tidak ada pus/darah
BAK 4-6x sehari warna kuning keruh, tidak ada pus atau darah
3. Pola Istirahat
- Sebelum sakit  siang dan malam ± 10 jam
- Selama sakit  siang dan malam ± 12 jam
4. Personal Hygiene
- Sebelum sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat dilakukan pemberian alkohol
Sebelum sakit = belum pernah diganti
- Selama sakit  Mandi = 2x sehari
Ganti baju = 2x sehari
Ganti popok = 12-15x sehari
Perawatan tali pusat selama sakit diganti 1x sehari
5. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin dengan
baik.
F. Pemeriksaan Antropometrri
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 50 cm
SOB : 9,5 cm
SOF : 11 cm
FO : 12 cm
MO : 13,5 cm
SMB : 9,5 cm
Biparietal : 9 cm
Bitemporal : 8 cm
SOB : 32 cm
FO : 34 cm
MO : 35 cm
Lingkar dada : 35 cm
Lingkar lengan : 11 cm

G. Tanda-tanda Vital
Nadi = 154x/menit
Respirasi = 40x/menit
Suhu = 37,5oC
BB : 3100 gram
H. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada
benjolan.
b) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sklera
putih.
c) Hidung: Simetris, bersih, tidak ada sebret, terdapat pernafasan cuping
hidung.
d) Mulut : Bibir Simetris, tidak ada sumbing, tidak sariawan, warna pucat,
tidak ada luka, tidak cellosis, sering mecucu, Lidah Bersih, warna merah
jambu, tidak glositis Gusi Warna merah jambu, sehat, tidak gingiuitis
e) Telinga : Simetris, tidak orap, bersih, tidak ada serumen.
f) Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan
kelenjar limfe, leher kaku.
g) Dada : Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak
ada Ronchi/Weezhing dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
h) Abdomen : Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi
(merah), dinding abdomen terasa keras.
i) Anogenetalia : Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan
pada genetika dan teraba lubang anus.
j) Ekstrimitas Atas dan Bawah : Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak
ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan, kadang kejang-kejang.
Punggung : Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih

Analisa Data
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 5 hari dengan tetanus
neonaturum.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi
nya,ibu mengerti
2. Mebersihkan jalan nafas bayi,ibu bersedia bayinya di bersihkan jalan nafasnya
3. Memasukkan sendok atau spatel dibungkus kain supaya bisa menelan
ludah,ibu memasrahkan semua nya kepada petugas kesehatan
4. Memberikan oksigen, oksigen telah diberikan
5. Memberikan diazepam 0.5 mg/kg/im atau supositoria, ditambah luminal 30
mg/kg/im sampai kejang berhenti
6. Memasang infus glukosa 10% sebanyak 80 kg/kg/hari
7. Memberikan antibiotik 1 kali ( penisilin prokalin 50.000. U/kg/hari/im
8. Membersihkan tali pusat, sudah di lakukan
9. Berkolaborasi dengan dokter anak dalam pemberian obat obatan :
a. Jika umur bayi lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natriuk 1,5% ( 4:1)
b. Dosis kejang i.v dengan dosis rumat
c. Diazepam 8-10 mg/kg/iv di ganti tiap 6 jam
d. ATS 10.000 U/hari/im
e. Amplisin 100 mg/kg/iv atau prokain penisilin 30.000 kg/im selama 3 hari di
ruang rawat inap.

10. Mendokumeentasikan hasil pemeriksaan, telah di dokumentasikan


BAB IV
PEMBAHASAN

PENUTUP
A. Kesimpulan
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates (bayi
berusia 0-1bulan). Tetanus sendiri merupakan penyekit toksemia akut yang
menyerang susunan saraf pusat, oleh karena adanya tetanospasmin dari clostridium
tetani. Tetanus juga dikenal dengan nama lockjaw, karena salah satu gejala penyakit
ini adalah mulut yang sukar dibuka (seperti terkunci) (Surasmi, Handayani, &
Kusuma, 2006).
Menurut (Maryunani, Anik, & Nurhayati, 2008), Tetanus Neonatorum
merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang data disebabkan adanya infeksi
melalui tali pusat yang tidak bersih. Masih merupakan masalah di Indonesia dan di
Negara berkembang lain, meskipun beberapa tahun terakhir kasusnya sudah jarang di
Indonesia. Angka kematian tetanus neonatorum tinggi dan merupakan 45-75% dari
kematian seluruh penderita tetanus.
B.Saran
Makalah ini sangat berguna bagi mahasiswa keperawatan, bacalah dengan
seksamadan teliti sehingga bisa mendapat manfaat yang baik. Semoga makalah
dapatmenjadibacaan yang berguna bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N. (2006). Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta: EGC.
Maryunani, Anik, & Nurhayati. (2008). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada
Neonatus. Jakarta : Trans Info Media.
Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. PELAYANAN KESEHATAN MATERIAL
DAN NEONATAL. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai