Anda di halaman 1dari 2

KONTRIBUSI PMI UNTUK KEMERDEKAAN INDONESIA 74

Sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang wajib untuk kita ketahui dan pelajari ilmunya.
Salah satunya adalah sejarah Bangsa Indonesia. Negara yang terkenal dengan sejarahnya akan
penjajahan dari negara asing itu ternyata memiliki masa lalu yang bisa dijadikan sebagai bahan
ilmu pengetahuan. Termasuk sejarah kemerdekaan Indonesia yang penuh dengan pro ataupun
kontra yang menyimpan banyak sekali tragedi dan perjuangan. Untuk itu dalam pembahasan
kali ini akan dijelaskan sejarah singkat kemerdekaan indonesia yang bisa digunakan untuk
menambah ilmu pengetahuan kita.

Yang mungkin akan bermanfaat sebagai acuan para masyarakat Indonesia, khususnya para
generasi bangsa yang wajib untuk meneruskan perjuangan para pahlawan Indonesia yang telah
dahulu gugur di medan perang.

Kemerdekaan indonesia memang dikenal sebagai salah satu tragedi kebangsaan yang sangat
membutuhkan perjuangan. Makna dan artinya sangat besar bagi masyarakat Indonesia dengan
banyak mengorbankan para pahlawan yang ikut berjuang.

Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945. Saat itu Presiden Soekarno
memerintahkan Dr. Boentaran (Menteri Kesehatan RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan
Palang Merah Nasional. Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai
Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis, dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana
Wiradikarta, Dr. Marzuki, dan Dr. Sitanala. Dengan bantuan tenaga yang ada, Dr. Boentaran
mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia.

Kala itu, PMI sudah menemukan titik terang nih, Quipperian. Akhirnya, pada 17 September
1945, PMI lahir dan kemudian melantik Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta sebagai Ketua PMI.
Nah, dari sinilah akhirnya Bung Hatta diangkat dan mendapat julukan Bapak PMI.
Di awal-awal pembentukan, PMI memulai kegiatannya dengan memberi bantuan korban
perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang Sekutu maupun
Jepang.

Peran utama PMI sendiri adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama
tugas kepalangmerahan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-
Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun
1958 melalui UU No. 59.

Anda mungkin juga menyukai