Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ELEKTIF/ EKONOMI KESEHATAN

“GULA ATAU PEMANIS DIKENAKAN CUKAI”

Dosen Pembimbing :

Dr.Herlina Meidiaswati, SE., MM

Disusun Oleh :

1. Weni Praga Agusti


2. Yashinta S.B Mukin
3. Zakiya Qurrata A.A
4. Zeiniyetus Sofiya
5. Zekiyatul Aminah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PRODI D4 ALIH JENJANG KEBIDANAN SUTOMO
Jl. KARANG MANJANGAN NO.12
SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah
laporan ini yang berjudul :‘”Gula Atau Pemanis Dikenakan Cukai “
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat banntuan Tuhan
YME dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
menghanturkan rasa hormat dan terimah kasih kepada dosen Elektif atau Ekonomi
Kesehatan, serta teman-teman yang membantu dalam makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempatan
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 08 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah di atas normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu
diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-
kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa (Budhi, 2018) .
WHO menyampaikan data bahwa pada tahun 2014, diabetes dengan komplikasi
merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia, dan pada tahun 2015
Indonesia menempati peringkat ketujuh di dunia bersama dengan China, India, Amerika
Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko. 2/3 orang dengan diabetes di Indonesia tidak
mengetahui dirinya memiliki diabetes, dan berpotensi untuk mengakses layanan
kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan komplikasi). Prevalensi berat badan
berlebih atau overweight (13,5%, Riskesdas 2013) dan obesitas (15,4%, Riskesdas 2013)
yang merupakan salah satu faktor risiko terbesar diabetes meningkat terus dibandingkan
Riskesdas 2007 dan 2010. Jika dibagi berdasarkan umurnya, usia penderita diabetes di
Indonesia semakin muda. Dulu kalau belum usia 40 tahun, dokter akan langsung
menghapus diabetes dari dugaan mereka. Namun, kini diabetes telah menjadi ancaman
kesehatan bagi semua usia (Riskesdas 2013).
Untuk mengubah pola perilaku konsumsi gula, maka diperlukan aturan fiskal
berupa cukai yang menjadi tambahan beban pada harga jualnya yang bermakna
membatasi akses masyarakat terhadap pembelian gula secara berlebih. Dalam hal ini
beban cukai yang secara nyata mengubah besaran harga gula menjadi lebih tinggi, akan
membuat masyarakat tertentu mengurangi pembelian gula dan mengatur pola belanjanya.
Analogi dengan pengenaan cukai pada hasil tembakau atau rokok, maka konsumsi rokok
dapat terkendali. Konsumsi rokok akan sangat besar jika rokok tidak menjadi barang
kena cukai. Pada komoditas gula, dengan kenaikan harga maka konsumen akan mengatur
perilaku belanjanya dan mengurangi komposisi pengeluaran untuk gula. Cukai dipilih
untuk pengendalian konsumsi gula, karena cukai akan menjadi komponen melekat ke
dalam harga gula yang tak dapat dielakkan dan hanya bisa dikurangi dengan belanja gula
yang lebih sedikit. Hal ini lebih efektif daripada anjuran atau himbauan yang sifatnya
tidak mengikat dan cenderung tidak ditaati masyarakat, sehingga pengenaan cukai pada
gula sangat penting diimplementasikan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa Pengertian Gula atau pemanis?
1.2.2. Apa Pengertian Cukai?
1.2.3. Apa Masalah Yang ditimbulkan Akibat konsumsi Gula bagi kesehatan?
1.2.4. Bagaimana Kaitan Cukai dengan Permintaan dan Kebutuhan Manusia?
1.2.5. Apa Kemungkinan Gula atau Pemanis dikenakan cukai?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian gula atau pemanis
1.3.2. Untuk mengetahui pengertian cukai
1.3.3. Untuk mengidentifikasi masalah yang ditimbulkan akibat konsumsi gula bagi
kesehatan
1.3.4. Untuk mengidentifikasi kaitan cukai dengan permintaan dan kebutuhan manusia
1.3.5. Untuk mengetahui kemungkinan gula atau pemanis dikenakan cukai
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.2.1 Pengertian Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.
Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman.
Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis
asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel (http:wikipedia.org). Secara kimiawi
gula sama dengan karbohidrat, tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat
yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula pada umumnya
digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa (sukrosa). Pada bagian ini pengertian gula
mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut dalam
air. Gula pasir di indonesia yaitu sebagai komoditi umum untuk masyarakat hampir semua
bahan makanan atau minuman menggunakan gula pasir, contohnya dari makanan seperti
berbagai macam kue dan dari minuman seperi teh, kopi dan lain-lain. Gula pasir di Indonesia
mempuyai 2 jenis yaitu gula pasir kristal dan gula pasir rafinasi, gula pasir kristal yaitu gula
yang berasal langsung dari tebu dan warnanya agak kecoklatan karena proses pemutihannya
sederhana dengan hanya menggunakan asam sulfat. Sedangkan gula pasir rafinasi yaitu gula
mentah dari tebu dan kemudian diencerkan kembali dan melalui proses karbonasi untuk
menghasilkan gula pasiryang berwarna putih dan bersih (http:wikipedia.org).

1.2.2 Cukai

Definisi cukai adalah pajak pada transaksi khusus atas produk dalam perdagangan
(Wagner, 1983, h 249). Cukai merupakan salah satu jenis pajak tidak langsung yang memiliki
karakteristik berbeda, yang khusus, yang tidak dimiliki oleh jenis pajak lainnya, bahkan tidak
serupa dengan jenis pajak yang sama-sama tergolong kategori pajak tidak langsung
(Subiyantoro, 2004, h 2).Karakeristik cukai berbeda dengan PPn dan PPN. Jika dilihat dari
sisi pemilihan objek, maka PPN atau PPn bersifat general tanpa membedakan jenis barang.
Keunikan karakter pungutan cukai menurut Cnossen (2005) adalah 1) pemilihan objek cukai
yang bersifat selektif(selectively). 2) pungutan cukai bersifat diskriminatif (Discrimination in
intents),pungutan cukai tidak hanya untuk memperoleh penerimaan, tetapi dimaksudkan
untuk tujuan –tujuan tertentu yang ingin dicapai Pemerintah.3) pungutan cukai tidak lepas
dari aspek pengawasan administratif dan fisik ( quantitative measurement ).

1.2.3 Gula Pasir dan Kesehatan

Gula pasir merupakan salah satu karbohidrat sederhana yang sulit untuk dicerna dan
diubah menjadi energi karena gula pasir mengandung jenis gula disakarida yaitu sukrosa,
sehingga dapat menjadi gula darah dengan sangat cepat dan akan menjadi tidak sehat bila
dikonsumsi secara berlebih. Mengutip penelitian yang dilakukan oleh Raini & Isnawati
(2011), pada tahun 1915, asupan gula per orang hanya 17 pound setahunnya, secara dramatis
kenaikan tersebut terjadi pada tahun 1980 menjadi 124 pound dan pada akhir – akhir ini
konsumsi gula menjadi 155 pound per tahunnya. Yang menarik, peningkatan konsumsi gula
tersebut relevansi dengan peningkatan penderita diabetes dari 13,6 orang per 1000 penduduk
pada tahun 1963, menjadi 54,5 per 100 penduduk pada tahun 2005.

Menurut survei yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia


menduduki urutan keempat dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes melitusHubungan
antara gula pasir dengan diabetes dan obesitas adalah pada kinerja pankreas. Mengolah gula
pasir menjadi energi merupakan pekerjaan melelahkan bagi pankreas, karena normalnya
pankreas hanya mampu mengubah ½ sdm gula pasir menjadi energi setiap harinya. Bila kita
menkonsumsi gula pasir lebih dari ½ sdm makan setiap harinya maka sisanya akan menjadi
gula darah dan lemak tubuh. Lama kelamaan tubuh kita akan bertambah gemuk dan
berkembang menjadi diabetes. (Darwin, 2013)

1.2.4 Cukai dengan kebutuhan manusia

Perlunya pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan. Minuman


berpemanis banyak disukai oleh masyarakat di Indonesia. Bagi mereka yang memiliki
penghasilan lebih, frekensi pembeliaan minuman ringan berpemanis lebih tinggi dari pada
yang berpenghasilan rendah. Minuman berpemanis bukan merupakan kebutuhan pokok
sehingga perlu pembebanan pungutan cukai demi keadilan dan keseimbangan selain karena
alasan kesehatan. Minuman berpemanis bukan merupakan kebutuhan pokok, maka
pengenaan cukai tidak akan mempengaruhi perilaku konsumen.Dalam kajian yang dilakukan
oleh Kementrian Keuangan 2017, dilakukan analisa menggunanakan pendekatan 5 (lima)
parameter atau pertimbangan dalam menentukan kemungkinan pengenaan pajak Pigovian
berupa Cukai terhadap minuman berpemanis, yaitu: a) filosofis, Sesuai dengan Undang-
Undang Cukai, cukai berperan sebagai alat pengendalian produksi atau konsumsi barang
tertentu melalui pungutan fiskal, selain itu, sifat atau karakteristik barang yang dikenai cukai
adalah barang yang pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup diantaranya adalah minuman berpemanis yang memiliki dampak negatif
bagi kesehatan, sehingga minuman berpemanis layak ditetapkan sebagai barang kena cukai
dan dikenakan cukai dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkannya.b) legal, Undang-Undang Cukai memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk melakukan penambahan dan disampaikan kepada DPR RI untuk
mendapatkan persetujuan dan dimasukkandalam Rancangan Undang-Undang tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sehingga hal ini memberikan sinyal bahwa negara
memberikan ruang bagi Kementerian Keuangan untuk merumuskan dan menetapkan barang
kena cukai baru. c) sosial ekonomi, Sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap semakin
tingginya konsumsi minuman berpemanis, Pemerintah bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan Gizi Seimbang. Dalam minuman berpemanis yang beredar di pasaran rata-
rata telah mencantumkan kandungan nilai gizi termasuk mencantumkan kadar gula.
Berdasarkan www.thenutritionsource.org kandungan gula yang aman dalam kemasan
minuman berpemanis itu sebesar 0-5 gr. Namun pada kenyataannya, konsumsi minuman
berpemanis terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia, sehingga diperlukan tools yang
tepat untuk dapat mengendalikan konsumsi minuman berpemanis.

1.2.5 Gula atau pemanis dikenakan cukai

Agar minuman ringan berpemanis dapat dikenakan cukai, maka harus memenuhi 4 (empat)
aspek yang dipersyaratkan dalam Undang –undang Cukai yaitu : a) Konsumsiya perlu
dikendalikan, b) Peredarannya perlu diawasi, 3) Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak
negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, 4) Pemakainnya perlu pembebanan pungutan
negara demi keadilan dan keseimbangan. Syarat pegenaan cukai pada suatu barang tidak
harus kumulatif memenuhi 4 aspek di atas. Konsumsinya perlu dikendalikan, adanya
eksternalitas negatif atas konsumsi minuman berpemanis, yaitu menyebabkan obesitas,
hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan berbagai jenis kanker. Sehingga dengan
alasan kesehatan, maka instrumen cukai dapat digunakan untuk mengendalikan konsumsi
minuman berpemanis.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.comFitrev.kemenkeu.go.id%2Findex.php%2FITRev%2Farticle
%2Fdownload%2F73%2F81%2F&usg=AOvVaw2K_khMi7eI6UrApM50E3aC
https://scholar.google.co.id/scholar?
as_ylo=2018&q=pengertian+gula+pasir&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1659956198739
&u=%23p%3DAmCvXSSwB84J

https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:cMrqfjuUcoEJ:scholar.google.com/
&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1659957049241&u=%23p%3DcMrqfjuUcoEJ

Anda mungkin juga menyukai