Anda di halaman 1dari 9

13

GULA KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN


PENYAKIT DIABETES DI DESA TALIA KECAMATAN POASIA KOTA
KENDARI

Syawal Abdurrahman1, Satriani Syarif2


1,2Universitas Mandala Waluya, Indonesia

Abstrak

Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah. Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari penggunaan
gula. Gula selalu digunakan untuk membuat makanan dan minuman menjadi manis. Gula
pasir yang berasal dari tebu sering dihindari pasien diabetes karena kandungan glukosa
dalam senyawa sukrosanya yang mudah dipecah oleh tubuh. Bila dicermati air tebu
mengandung saccharant, senyawa jenis polisakarida non-pati, yang berkhasiat sebagai
antidiabetik. Tetapi senyawa polisakarida itu pecah saat proses pemanasan menjadi
sukrosa yang mana bisa menjadi pencetus diabetes. Sehingga banyak orang beralih
menggunakan bahan alami lainnya, seperti gula kelapa. Gula kelapa mengandung serat
yang dikenal sebagai insulin yang membantu penyerapan lambat glukosa ke bawah, yang
sangat bagus untuk orang-orang berurusan dengan masalah diabetes karena mengandung
sekitar 15 kalori dan 4 gram karbohidrat. Manfaat gula kelapa pada pengidap diabetes
adalah dapat menurunkan glukosa. Glukosa adalah kadar gula dalam darah yang memicu
penyakit diabetes. Gula kelapa mengandung sukrosa sebesar 70-79 persen. Berdasarkan
uraian tersebut sehingga gula kelapa sebagai alternatif antidiabetes.

Keyword: Diabetes mellitus, Glukosa, dan Gula kelapa.

Penulis Korespondensi :
1. Nama Penulis korespondensi : Syawal Abdurrahman,S.Si.,M.Si
Afiliasi : Universitas Mandala Waluya
E-mail : syawalabdurrahman@gmail.com
No. Hp : 082349291233
Correspondent: Syawal Abdurrahman,S.Si.,M.Si
Affiliation: Mandala Waluya University
E-mail : syawalabdurrahman@gmail.com
No. Hp : 082349291233

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


14

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah
yang tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak
dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun
yang menahun. Kelainan dasar dari penyakit ini ialah kekurangan hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas, yaitu kekurangan jumlah dan atau dalam kerjanya (Isniati,2003).
Jumlah Penderita diseluruh dunia Jumlah penderita di seluruh dunia tahun 1998
yaitu ± 150 juta, tahun 2000 yaitu ± 175,4 juta diperkirakan tahun 2010 yaitu ± 279 juta
(Murwani dkk, 2007). Berdasarkan Kemenkes 2015, Prevalensi penyakit DM di Indonesia
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7% sedangkan prevalensi DM (D/G)
sebesar 1,1%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosis DM oleh tenaga kesehatan
mencapai 63,6%, lebih tinggi dibandingkan cakupan penyakit asma maupun penyakit
jantung. Prevalensi nasional
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah Indonesia dengan prevalensi
diabetes yang tinggi. Pada tahun 2013 jumlah kasus diabetes mellitus tercatat 2,768 kasus
dan menetap pada tahun 2014 yaitu 2,768 kasus. Penyakit diabetes mellitus merupakan
salah satu penyakit dari 10 penyakit tidak menular tertinggi di Sulawesi Tenggara. Angka
morbiditas diabetes melitus juga berada urutan kedua setelah hipertensi dari seluruh
penyakit degenerative yang ada di Sulawesi Tenggara. Jumlah rate penderita diabetes di
kota Kendari pada tahun 2013 sebesar 2 kasus per 1000 penduduk, kemudian pada tahun
2014 kasus diabetes melitus sebesar 2 kasus per 1000 penduduk, dan pada tahun 2015
kasus diabetes meningkat dengan nilai rate 4 kasus per 1000 penduduk. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan usaha untuk menekan jumlah kasus diabetes di
Indonesia salah satunya dengan mengganti konsumsi gula pasir yang mengandung sukrosa
97,1%, gula reduksi 1,24%, kadar airnya 0,61%, dan senyawa organik bukan gula 0,7%
(Suparmo dan Sudarmanto, 1991) dengan gula kelapa yang mengandung sakarosa 12,30 -
17,40 (g/mL) dengan komposisi gula reduksi yang rendah.
Gula reduksi dapat terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam
jumlah yang rendah sekali. Bahan organik terdiri dari karbohidrat (tidak termasuk gula),
protein, asam organik, asam amino, zat warna, dan lemak. Bahan anorganik terdiri dari

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


15

garam mineral. Kawasan kecamatan Poasia kota Kendari banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Para pengrajin gula menyadap nira dua kali sehari yaitu pagi hari antara jam 6-10 dan sore
jam 16-18. Kebanyakan pengrajin menyadap pohon kelapa yang bukan miliknya sendiri,
namun milik orang yang mempunyai kebun kelapa dengan sistem bagi hasil. Setiap 1 kg
gula yang dihasilkan seorang pengrajin menyerahkan 1 ons gula kepada pemilik pohon.
Pengolahan nira menjadi gula kelapa bukanlah hal yang mudah selain membutuhkan
waktu yang lama sekitar 5 jam.
Agar gula kelapa yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta mampu
digunakan sebagai solusi dalam pemanfaatan mengatasi penyakit diabetes, maka
diperlukan beberapa tahapan dan strategi produksi. Tahapan kegiatan yang dilakukan
meliputi memberikan informasi proses pembuatan gula kelapa menggunakan oven untuk
menjaga kualitas produk dan produk lebih tahan lama, proses pengemasan, serta sistem
manajemen kelola usaha. Hasil produk ini diharapkan dapat dipasarkan di pasar
tradisional maupun pasar modern, sehingga ke depannya dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tim
pengabdian menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

PERMASALAHAN KHALAYAK SASARAN


Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas
tidak menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah. Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari penggunaan
gula. Gula selalu digunakan untuk membuat makanan dan minuman menjadi manis.
Hampir setiap makanan atau minuman menjadikan gula sebagai bahan pembuatannya,
salah satunya yaitu gula pasir. Tingkat konsumsi gula pasir di Indonesia hingga tahun 2020
diperkirakan sekitar 2,6 juta ton, yang jumlahnya masih relatif besar dalam struktur
penduduk Indonesia (Kementerian Perdagangan, 2013).
Alternatif yang digunakan untuk menggantikan gula pasir bersumber dari kelapa
yaitu di masyarakat dikenal dengan gula kepala akan tetapi di desa Talia memiliki
keterbatasan dalam pengolahan gula kelapa diantaranya, Keterbatasan modal, peralatan,
teknik pengolahan serta inovasi produk merupakan salah satu kendala dalam peningkatan
Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021
16

kesejahteraan pengarajin gula kelapa. Harga gula kelapa di pasaran sangat fluktuatif.
Sementara harga gula semut yang bahan dasarnya juga nira relative stabil. Keterbatasan
pengetahuan pengrajin tentang pembuatan dan nilai lebih dari gula semut menjadikan
pengrajin tidak melirik potensi keuntungan dari pembuatan gula semut serta produk-
produk turunannya. Masyarakat juga belum mampu membuat peralatan yang akan
meringankan proses pembuatan gula karena keterbatasan ilmu dan modal. Penjualan
langsung pada tengkulak juga menyebabkan pengrajin tidak memiliki posisi tawar dalam
penentuan harga.

SOLUSI DAN TARGET LUARAN


Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan di masyarakat maka beberapa solusi
dalam bentuk pendampingan atau sosialisasi perlu dilakukan. Rencana kegiatan
pendampingan tersebut berupa cara pembuatan gula kelapa dan sosialisasi mengenai
manfaat gula kelapa sebagai pengganti gula pasir untuk mencegah penyakit diabetes.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dihadapi mitra, maka penyelesaian
permasalahan dilakukan dengan cara menawarkan usaha pembuatan gula semut dan gula
semut yang dilakukan pertama kali berupa sosialisasi membahas mengenai maksud
diadakannya kegiatan ini, yaitu membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan
yang dalam hal ini adalah menemukan cara agar dapat meningkatkan nilai jual gula kelapa
dengan memodifikasinya menjadi gula serbuk. Kemudian menjelaskan bagaimana cara
atau proses untuk membuat gula kelapa menjadi bentuk padat karena masih menggunakan
cara tradisional.

METODE
Pembuatan gula serbuk menggunakan cara yang lebih modern sehingga diperlukan
cara tertentu untuk menjelaskan kepada masyarakat melalui tahapan-tahapan dalam
membuat gula serbuk adalah sebagai berikut. Menyiapkan bahan baku. Bahan baku utama
dalam pembuatan gula serbuk adalah gula jawa atau gula kelapa yang masih dalam bentuk
padat. Kemudian gula jawa yang masih dalam bentuk padat tersebut diiris halus agar
memudahkan dalam pelarutan. Bahan baku akan didapatkan dengan bekerjasa dengan

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


17

mitra usaha. Kemudian bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam panci blirik yang berisi
air dan diberi bahan tambahan berupa Natrium bikarbonat (NaHCO). Aduklah bahan baku
dan bahan tambahan tersebut hingga tercampur rata. Bahan baku dan bahan tambahan
yang telah dituang dalam panci blirik tersebut kemudian dipanaskan dengan suhu
pemanasan dalam suhu 110(±6)ºC. Bahan baku dan bahan tambahan yang telah dituang
dalam panci blirik tersebut kemudian dipanaskan dengan suhu pemanasan dalam suhu
110(±6)ºC. Bahan yang berada di dalam panci tersebut kemudian ditambahkan gula
sikrosa dan diaduk terus secara perlahan-lahan dalam waktu sekitar 10 menit. Pengadukan
diulangi dengan cepat memakai pengaduk kayu untuk memperoleh butiran-butiran Kristal.
Setelah itu tahapan yang dilakukan adalah dengan mengeringkan bahan tersebut dengan
pengering cabinet dengan suhu 45° C selama ± 1 jam. Kemudian lakukanlah pengayakan 20
mesh untuk memperoleh Kristal yang seragam dan Setelah dalam bentuk kristal atau
serbuk kemudian dikemas dalam kantong plastik agar lebih mudah dalam penggunannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan
Rangkaian kegiatan pelatihan dengan terlebih dahulu melaksanakan pertemuan dengan
prangkat desa di kecamatan poasia untuk meminta izin untuk melaksanakan kegiatan
pelatihan. Selanjutnya dilaksanakan pertemuan dengan kelompok PKK gula kelapa untuk
melaksanakan sosialisasi tentang pelatihan pembuatan gula kelapa serta melaksanakan
koordinasi dengan kelompok PKK terkait dengan jadwal pelaksanaan kegiatan pelatihan
yang akan dilaksanakan selama kegiatan baik alat maupun bahan yang dipersiapkan oleh
tim maupun oleh mitra pengabdian.

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


18

Gambar 1. Penyuluhan tentang Pemanfaatan kelapa sebagai sumber obat


Setelah melaksanakan pertemuan dengan Perbekel Desa di kecamatan poasia, tim
pengabdi kemudian dipertemukan dengan kelompok tani PKK gula kelapa. Tim pengabdian
menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan pelatihan kepada anggota kelompok tani. Para
kelompok tani menyambut baik kegiatan pelatihan ini, namun mereka menginginkan agar
diberikan bantuan peralatan yang lebih baru. Peralatan yang selama ini mereka gunakan
adalah peralatan yang telah diwarisi selama turun temurun sehingga bentuk fisiknya sudah
rusak dan sudah tidak layak lagi digunakan untuk memproduksi gula kelapa. Hasil dari
sosialisasi tim pengabdian yang telah dilaksanakan dengan para kelompok tani, maka tim
pengabdian memberikan sumbangan peralatan yang digunakan untuk membuat gula aren
dan alat-alat tersebut diserahkan oleh tim pengabdian kepada mitra pengabdian yang
disaksikan oleh perangkat desa.
b. Pelatihan Pembuatan Gula Semut
Hal yang paling sulit saat pertama kali pembuatan gula kelapa adalah memastikan waktu
yang tepat untuk pendinginan adonan setelah adonan nira yang matang kemudian diangkat
dan dituang pada wadah yang membuat cairan menjadi mengkristal atau membeku.
Selama ini para petani nira kelapa membuat gula kelapa dengan bentuk yang konvensional,
yaitu membuat gula kelapa dengan bentuk setengah lingkaran dan tanpa kemasan sehingga
harga jual di pasar menjadi tidak stabil. Berdasarkan hal tersebut di atas, tim pengabdian
membuat suatu inovasi dengan membuat gula kelapa dalam bentuk serbuk yang
dinamakan gula kelapa. Selama ini para petani juga sudah membuat gula kelapa namun
hasilnya tidak bagus. Gula kelapa yang dihasilkan masih kasar atau kurang halus. Gula
kelapa yang dihasilkan oleh petani gula kelapa di kecamatan poasia memiliki kelebihan bila
dibandingkan dengan gula kelapa yang sudah dijual di beberapa supermarket. Gula kelapa
yang dihasilkan oleh mitra pengabdian komposisinya 100 % terbuat dari kelapa asli tanpa
campuran sehingga kualitas rasanya sangat gurih dan beraroma khas dengan warna gula
coklat keemasan. Dengan demikian gula kelapa yang dihasilkan bisa berfungsi sebagai obat.

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


19

Gambar 2. Proses Pembuatan Gula Semut


c. Pelatihan Pengemasan Gula Semut
Suatu produk yang laris di pasaran, hal pertama yang dilihat adalah dari kemasannya.
Selama ini para petani dalam menjual hasil gula kelapa, dijual dalam bentuk gelondongan
sehingga memiliki harga jual yang relative rendah sehingga membuat para petani menjadi
rugi. Melihat fenomena ini, tim pelaksana pengabdian memberikan pelatihan dalam proses
pengemasan gula kelapa dengan menggunakan kemasan yang menarik dan diberi label.
Tim pengabdian membuat rancangan kemasan berbentuk karton dengan diisi label yang
menarik. Model kemasan ini sangat baik digunakan untuk produk yang akan digunakan
sebagai oleh-oleh.

Gambar 3. Produk Gula Semut yang Dihasilkan


d. Pendampingan Manajemen Usaha
Pendampingan manajemen usaha yang kami laksanakan adalah memasarkan produk gula
kelapa di pasaran. Dalam kegiatan pendampingan manajemen usaha ini, para mitra
diberikan pemahaman tentang cara menentukan harga jual sehingga bisa menghasilkan

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


20

laba yang sesuai dan tidak mengalami kerugian. Pendampingan dalam memasarkan produk
juga dilaksanakan oleh Tim pengabdian PKM dalam bentuk memasarkan produk gula
kelapa melalui media sosial dan media online. Hasil dari pendampingan usaha ini cukup
memuaskan, karena setelah memasarkan produk lewat online permintaan akan gula
kelapa semakin meningkat. Selain media online, juga dilaksanakan pemasaran melalui
koperasi maupun warung-warung yang menyediakan sembako. Dari hasil pemasaran ini
diperoleh hasil bahwa produk gula kelapa favorit di kalangan ibu-ibu karena membuat
makanan menjadi lebih gurih dan sedap.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM Gula kelapa kecamatan poasia) telah
berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan awal, yaitu memberikan pelatihan atau
pendampingan mengenai produksi gula semut atau gula aren dalam bentuk serbuk,
memberikan pelatihan mengenai pengemasan produk gula semut dengan membuat design
kemasan yang menarik, dan memberikan pendampingan terkait dalam pengelolaan
manajemen usaha seperti strategi memasarkan produk di media sosial maupun media
online.

UCAPAN TERIMA KASIH


Melalui kesempatan ini, Tim pengabdian mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Lembaga penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas
Mandala Waluya yang telah memfasilitasi kegiatan pengabdian dalam bentuk pemberian
Dana yayasan mandala waluya tahun 2020.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim; 2010; Profitability Analysis: Coconut Sap Sugar Production Module; Philippine
Council for Agriculture, Forestry and Natural Resources Research and Development,
Department of Science and Technology.
Daniati, I; 2005; Analisis Ekonomi Pemanfaatan Bahan Bakar pada Proses Pembuatan Gula
Kelapa; Skripsi S1, Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember.

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021


21

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2013, Statistik Perdagangan Luar Negeri,


Indonesia.
Murwani. Arita. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.
Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Isniati. 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Militus dengan
Keterkendalian Gula Darah di Poliklinik RS Perjan Dr. M. Jamil Padang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 1 no 2: 2007
Waspadji, dkk. 2010. Diabetes melitus: mekanisme dasar dan pengelolaannya yang
rasional, dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter. Edukator, Soegondo, S., Soewondo,
P., Subekti, I., penyunting, Pusat Diabetes dan Lipid RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, h. 29 – 42.
Xia, Q., R. Li, S. Zhao, W. Chen, H. Chen, B. Xin, Y. Huang, M. Tang; 2011; Chemical
Composition Changes of Post-Harvest Coconut Inflorescence Sap During Natural
Fermentation; African Journal of Biotechnology; Vol. 10(66), pp. 14999-15005, 26
October, 2011.

Jurnal Pengabdian Saintek Mandala Waluya. Vol. 1 No. 1, April 2021

Anda mungkin juga menyukai