Abstrak
Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah. Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari penggunaan
gula. Gula selalu digunakan untuk membuat makanan dan minuman menjadi manis. Gula
pasir yang berasal dari tebu sering dihindari pasien diabetes karena kandungan glukosa
dalam senyawa sukrosanya yang mudah dipecah oleh tubuh. Bila dicermati air tebu
mengandung saccharant, senyawa jenis polisakarida non-pati, yang berkhasiat sebagai
antidiabetik. Tetapi senyawa polisakarida itu pecah saat proses pemanasan menjadi
sukrosa yang mana bisa menjadi pencetus diabetes. Sehingga banyak orang beralih
menggunakan bahan alami lainnya, seperti gula kelapa. Gula kelapa mengandung serat
yang dikenal sebagai insulin yang membantu penyerapan lambat glukosa ke bawah, yang
sangat bagus untuk orang-orang berurusan dengan masalah diabetes karena mengandung
sekitar 15 kalori dan 4 gram karbohidrat. Manfaat gula kelapa pada pengidap diabetes
adalah dapat menurunkan glukosa. Glukosa adalah kadar gula dalam darah yang memicu
penyakit diabetes. Gula kelapa mengandung sukrosa sebesar 70-79 persen. Berdasarkan
uraian tersebut sehingga gula kelapa sebagai alternatif antidiabetes.
Penulis Korespondensi :
1. Nama Penulis korespondensi : Syawal Abdurrahman,S.Si.,M.Si
Afiliasi : Universitas Mandala Waluya
E-mail : syawalabdurrahman@gmail.com
No. Hp : 082349291233
Correspondent: Syawal Abdurrahman,S.Si.,M.Si
Affiliation: Mandala Waluya University
E-mail : syawalabdurrahman@gmail.com
No. Hp : 082349291233
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah
yang tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak
dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun
yang menahun. Kelainan dasar dari penyakit ini ialah kekurangan hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas, yaitu kekurangan jumlah dan atau dalam kerjanya (Isniati,2003).
Jumlah Penderita diseluruh dunia Jumlah penderita di seluruh dunia tahun 1998
yaitu ± 150 juta, tahun 2000 yaitu ± 175,4 juta diperkirakan tahun 2010 yaitu ± 279 juta
(Murwani dkk, 2007). Berdasarkan Kemenkes 2015, Prevalensi penyakit DM di Indonesia
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7% sedangkan prevalensi DM (D/G)
sebesar 1,1%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosis DM oleh tenaga kesehatan
mencapai 63,6%, lebih tinggi dibandingkan cakupan penyakit asma maupun penyakit
jantung. Prevalensi nasional
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah Indonesia dengan prevalensi
diabetes yang tinggi. Pada tahun 2013 jumlah kasus diabetes mellitus tercatat 2,768 kasus
dan menetap pada tahun 2014 yaitu 2,768 kasus. Penyakit diabetes mellitus merupakan
salah satu penyakit dari 10 penyakit tidak menular tertinggi di Sulawesi Tenggara. Angka
morbiditas diabetes melitus juga berada urutan kedua setelah hipertensi dari seluruh
penyakit degenerative yang ada di Sulawesi Tenggara. Jumlah rate penderita diabetes di
kota Kendari pada tahun 2013 sebesar 2 kasus per 1000 penduduk, kemudian pada tahun
2014 kasus diabetes melitus sebesar 2 kasus per 1000 penduduk, dan pada tahun 2015
kasus diabetes meningkat dengan nilai rate 4 kasus per 1000 penduduk. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan usaha untuk menekan jumlah kasus diabetes di
Indonesia salah satunya dengan mengganti konsumsi gula pasir yang mengandung sukrosa
97,1%, gula reduksi 1,24%, kadar airnya 0,61%, dan senyawa organik bukan gula 0,7%
(Suparmo dan Sudarmanto, 1991) dengan gula kelapa yang mengandung sakarosa 12,30 -
17,40 (g/mL) dengan komposisi gula reduksi yang rendah.
Gula reduksi dapat terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam
jumlah yang rendah sekali. Bahan organik terdiri dari karbohidrat (tidak termasuk gula),
protein, asam organik, asam amino, zat warna, dan lemak. Bahan anorganik terdiri dari
garam mineral. Kawasan kecamatan Poasia kota Kendari banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Para pengrajin gula menyadap nira dua kali sehari yaitu pagi hari antara jam 6-10 dan sore
jam 16-18. Kebanyakan pengrajin menyadap pohon kelapa yang bukan miliknya sendiri,
namun milik orang yang mempunyai kebun kelapa dengan sistem bagi hasil. Setiap 1 kg
gula yang dihasilkan seorang pengrajin menyerahkan 1 ons gula kepada pemilik pohon.
Pengolahan nira menjadi gula kelapa bukanlah hal yang mudah selain membutuhkan
waktu yang lama sekitar 5 jam.
Agar gula kelapa yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta mampu
digunakan sebagai solusi dalam pemanfaatan mengatasi penyakit diabetes, maka
diperlukan beberapa tahapan dan strategi produksi. Tahapan kegiatan yang dilakukan
meliputi memberikan informasi proses pembuatan gula kelapa menggunakan oven untuk
menjaga kualitas produk dan produk lebih tahan lama, proses pengemasan, serta sistem
manajemen kelola usaha. Hasil produk ini diharapkan dapat dipasarkan di pasar
tradisional maupun pasar modern, sehingga ke depannya dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tim
pengabdian menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
kesejahteraan pengarajin gula kelapa. Harga gula kelapa di pasaran sangat fluktuatif.
Sementara harga gula semut yang bahan dasarnya juga nira relative stabil. Keterbatasan
pengetahuan pengrajin tentang pembuatan dan nilai lebih dari gula semut menjadikan
pengrajin tidak melirik potensi keuntungan dari pembuatan gula semut serta produk-
produk turunannya. Masyarakat juga belum mampu membuat peralatan yang akan
meringankan proses pembuatan gula karena keterbatasan ilmu dan modal. Penjualan
langsung pada tengkulak juga menyebabkan pengrajin tidak memiliki posisi tawar dalam
penentuan harga.
METODE
Pembuatan gula serbuk menggunakan cara yang lebih modern sehingga diperlukan
cara tertentu untuk menjelaskan kepada masyarakat melalui tahapan-tahapan dalam
membuat gula serbuk adalah sebagai berikut. Menyiapkan bahan baku. Bahan baku utama
dalam pembuatan gula serbuk adalah gula jawa atau gula kelapa yang masih dalam bentuk
padat. Kemudian gula jawa yang masih dalam bentuk padat tersebut diiris halus agar
memudahkan dalam pelarutan. Bahan baku akan didapatkan dengan bekerjasa dengan
mitra usaha. Kemudian bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam panci blirik yang berisi
air dan diberi bahan tambahan berupa Natrium bikarbonat (NaHCO). Aduklah bahan baku
dan bahan tambahan tersebut hingga tercampur rata. Bahan baku dan bahan tambahan
yang telah dituang dalam panci blirik tersebut kemudian dipanaskan dengan suhu
pemanasan dalam suhu 110(±6)ºC. Bahan baku dan bahan tambahan yang telah dituang
dalam panci blirik tersebut kemudian dipanaskan dengan suhu pemanasan dalam suhu
110(±6)ºC. Bahan yang berada di dalam panci tersebut kemudian ditambahkan gula
sikrosa dan diaduk terus secara perlahan-lahan dalam waktu sekitar 10 menit. Pengadukan
diulangi dengan cepat memakai pengaduk kayu untuk memperoleh butiran-butiran Kristal.
Setelah itu tahapan yang dilakukan adalah dengan mengeringkan bahan tersebut dengan
pengering cabinet dengan suhu 45° C selama ± 1 jam. Kemudian lakukanlah pengayakan 20
mesh untuk memperoleh Kristal yang seragam dan Setelah dalam bentuk kristal atau
serbuk kemudian dikemas dalam kantong plastik agar lebih mudah dalam penggunannya.
laba yang sesuai dan tidak mengalami kerugian. Pendampingan dalam memasarkan produk
juga dilaksanakan oleh Tim pengabdian PKM dalam bentuk memasarkan produk gula
kelapa melalui media sosial dan media online. Hasil dari pendampingan usaha ini cukup
memuaskan, karena setelah memasarkan produk lewat online permintaan akan gula
kelapa semakin meningkat. Selain media online, juga dilaksanakan pemasaran melalui
koperasi maupun warung-warung yang menyediakan sembako. Dari hasil pemasaran ini
diperoleh hasil bahwa produk gula kelapa favorit di kalangan ibu-ibu karena membuat
makanan menjadi lebih gurih dan sedap.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim; 2010; Profitability Analysis: Coconut Sap Sugar Production Module; Philippine
Council for Agriculture, Forestry and Natural Resources Research and Development,
Department of Science and Technology.
Daniati, I; 2005; Analisis Ekonomi Pemanfaatan Bahan Bakar pada Proses Pembuatan Gula
Kelapa; Skripsi S1, Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember.