Anda di halaman 1dari 8

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH PARE TERHADAP PENURUNAN


KADAR GLUKOSA PADA PASIEN DIABETES MELITUS

OLEH :

FITRI SARAH

NIM : 201030100305

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi apanila pankreas tidak

menghasilkan insulin yang adekuat atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang diproduksinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan

konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemia (WHO, 2014).

Menurut Kemenkes RI (2020), menjelaskan bahwa diabetes melitus (DM) adalah penyakit

kronis atau menahun berupa gangguan metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar

glukosa darah diatas normal. Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang

membutuhkan perawatan medis berelanjutan dengan strategi pengurangan risiko

multifaktor diluar kendali glikemik ( Amerivan Diabetis Association, 2018).

Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika kadar glukosa darah

meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal

seseorang mengalami gangguan metabolik yaitu diabetes melitus (Kementrian Kesehtan

RI, 2014).

Data Riset Kesehatan dasar 2013 menunjukan bahwa jumlah penderita diabetes dengan ciri

khusus yaitu kondisi hiperglikemia di Indonesia semakin meningkat sejak tahun 2007 yaitu

sebesar 5,7% menjadi 6,8% ditahun 2013. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh

ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan dengan baik

(Kementrian Kesehatan RI, 2014).


Insulin merupakan hormon yang berupa protein dengan fungsi untuk mengatur kadar

glukosa darah agar tidak terjadi hiperglikemia (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Insulin

adalah legulator pokok dari perantara metabolism dimana hepar ialah berfungsi sebagai

organ kunci transpot glukosa serta berfungsi sebagai penyimpanan glikoge lalu

disekresikan pada jaringan perifer yang membutuhkan (Lennicke, 2019). Kadar glukosa

darah sewaktu yang mencapai ≥200mg/dl merupakan salah satu tanda dimana glukosa

darah diatas normal (Silva, 2021).

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tercatat 422 juta orang

didunia menderita diabetes melitus atau terjadi peningkatan sekitar 8,5% pada populasi

orang dewasa dan diperkirakan terdapat 2,2 juta kematian dengan presentase akibat

penyakit diabetes melitus yang terjadi sebelum usia 70 tahun, khususnya dinegara-negara

dengan status ekonomi rendah dan menengah. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat

sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035 ( kemenkes RI, 2018). American Diabetes

Association (ADA) menjelaskan bahwa setiap 21 detik terdapat satu orang yang

terdiagnosis diabetes melitus atau hamper setengah dari populasi orang dewasa di Amerika

menderita diabetes melitus (ADA, 2019).

Rikesdas melaporkan ditahun 2018, Indonesia berada diperingkat ke 3 di Asia Tenggara

dalam jumlah penderita diabetes dengan nilai prevalensi 11,3% selain itu pada penderita

diabetes dengan umur ≥15 tahun didapatkan nilai prevalensi sebesar 2% dalam laporan

tersebut juga memperlihatkan kenaikan prevalensi DM menurut uji gula darah, di 2013 dari
6,9% mengalami lonjakan 8,5% di 2018. Penderita DM yang tahu jika dirinya adalah

penderita DM melalui pemeriksaan dengan kemauan sendiri hanya berjumlah 25% pada

pasien DM tipe 2 mempunyai resiko tinggi terkena penyakit jantung dan pembuluh darah

disbanding orang tanpa mengidap diabetes melitus. Kelaianan pembuluh darah sebelum

terdiagnosis diabetes melitus disebabkan oleh adanya resistensi insulin (Eva D, 2019).

Tatalaksana pada diabetes melitus dapat dilakukan secara farmakologis dan non-

farmakologis. Tatalaksana seperti non-farmakologis ialah seperti modifikasi pola hidup

sehat seperti memperbaiki diet, aktifitas, serta mengurangi konsumsi alkohol dan merokok

(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Pada tatalaksana farmakologis, golongan obat oral

antidiabetic paling umum dipakai terapi DM yaitu seperti meglitinide, biguanid,

sulfonylurea, penghambat α-glikosiase, tiazolidinedion, inhibitor dipeptil peptidase-4, dan

sekuestran asam empedu (Suryono, 2011).

Pare (Momordica Charantia L) termasuk kedalam familia Cucurbitaceae. Nama lokalnya

antara lain paria ( Sunda ), paria ( Bugis ), Pepareh ( Madura ), kambeh ( Minangkabau ),

paya ( Nusa Tenggara ), dan sebagainya (sulihandri, 2013). Buah pare banyak tumbuh

didaerah tropika dan juga tumbuh baik didataran rendah. Biasanya buah pare ditemukan

ditegalan dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Buah pare mudah untuk ditanam

sehingga banyak masyarakat yang menanam buah pare dipekarangan rumah. Pare tidak

memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur ditempat-tempat yang

agak terlindungi (Herbie, 2015)


Penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian jus pare dikarnakan adanya senyawa

kimia seperti triterpenoid (Kharatin), saponim, tannin, fenolik, flavonoid, dan alkaloid.

Kharatinin termasuk dalam golongan triterpenoid yang berpotensi sebagai anti

hiperglikemia (Grover, 2004).

Kharantin menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan pengosongan

lambung sehingga glukosa yang masuk kedalam usus menjadi terhambat dan kadar glukosa

didalam darah tidak meningkat. Selain itu, kharantin dapat menstimulus sel beta pancreas

untuk memproduksi insulin lebih banyaj, meningkatkan sintesis glikogen dihati dan

meningkatkan uptake glukosa pada sel hati dan otot (koneri, 2014)

Selain itu kombinasi senyawa zat kimia dalam pare mampu mengatur berapa banyak

glukosa yang diserap oleh usus kedalam darah setelah makan. Dan senyawa kimia dalam

pare merangsang sinyal pada sel otot untuk mengambil glukosa dari darah dan

mengubahnya menjadi glikogen (Hasran, 2017).

B. Rumusan Masalah

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak

menghasilkan insulin yang adekuat atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang diproduksinya. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan

konsentrasi glukosa dalam darah yamg dikenal dengan istilah hiperglikemia (WHO, 2014).
Berdasarkan laporan tahunan Indonesia berada diperingkat ke 3 di Asia Tenggara dalam

jumlah penderita diabetes dengan nilai prevalensi 11,3% selain itu pada penderita diabetes

dengan umur ≥15 tahun didapatkan nilai prevalensi sebesar 2% dalam laporan tersebut juga

memperlihatkan kenaikan prevalensi DM menurut uji gula darah, di 2013 dari 6,9%

mengalami lonjakan 8,5% di 2018.

Menurut Kemenkes RI (2020), menjelaskan bahwa diabetes melitus (DM) adalah penyakit

kronis atau menahun berupa gangguan metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar

glukosa darah diatas normal. Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang

membutuhkan perawatan medis berelanjutan dengan strategi pengurangan risiko

multifaktor diluar kendali glikemik ( Amerivan Diabetis Association, 2018).

Berdasarkan pada studi pendahuluan diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

: “ bagaimana pengaruh pemberian jus buah pare tehadap penurunan kadar glukosa pada

pasien diabetes melitus ”

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik responden pada penderita Diabetes Melitus ( umur, jenis

kelamin dan alamat )?

2. Bagaimana tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus sebelum mengkonsumsi jus

buah Pare?

3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus setelah mengkonsumsi jus buah

Pare?

4. Bagaimana pengaruh pemberian jus buah pare tehadap penurunan kadar glukosa pada

pasien diabetes melitus?


D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan umum dan khusus dari penelitian ini

adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya “pengaruh pemberian jus buah pare tehadap penurunan

kadar glukosa pada pasien diabetes melitus”

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden pada penderita Diabetes Melitus ( umur,

jenis kelamin dan alamat )?

b. Mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus sebelum

mengkonsumsi jus buah Pare?

c. Mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus setelah

mengkonsumsi jus buah Pare?

d. Mengidentifikasi pengaruh pemberian jus buah pare tehadap penurunan kadar

glukosa pada pasien diabetes melitus?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mempunyai beberapa manfaat antara lain :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan mengaplikasikan ilmu

yang telah didapat serta dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Stikes Widya Dharma Husada


Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I untuk menambah pengetahuan

tentang penyakit diabetes melitus dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya

dalam pengerjaan tugas.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat agar

dapat lebih memperhatikan kesehatannya serta melakukan pencegahan dini agar tidak

terkena penyakit diabetes melitus.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakukan

penelitian untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai