Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebelum zaman kemerdekaan, angka penderita diabetes melitus

cenderung rendah karena pola makan masyarakat masih sederhana. Saat ini,

angka penderita diabetes melitus cenderung meningkat signifikan. Kondisi ini

didukung oleh pola makan yang berubah menjadi makanan cepat saji,

makanan berlemak dan berkarbohidrat tinggi yang melebihi jumlah kalori

makanan yang dibutuhkan oleh tubuh dan faktor genetik juga dapat memicu

timbulnya penyakit diabetes melitus. Jika tidak ditangani secara serius, akan

mengakibatkan komplikasi bahkan dapat menimbulkan kematian. Pengobatan

secara medis dengan obat-obatan modern dan suntikan kadang sulit dilakukan

karena tingginya biaya pengobatan dan membutuhkan pengobatan jangka

panjang. Untuk itu, sebagai salah satu alternatifnya adalah dengan

menggunakan obat tradisional (Hembing, 2004).

Indonesia merupakan negara yang kaya sumber bahan alam, beragam

tumbuhan hidup di Indonesia, termasuk tumbuhan yang berkhasiat obat. Pe-

manfaatan tanaman atau bahan alam sudah dilakukan oleh manusia sejak dulu

terutama untuk keperluan obat-obatan dalam rangka mengatasi masalah-

masalah kesehatan (Dalimartha, 2000). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

juga telah merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal

dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan

penyakit diabetes melitus yaitu penyakit kronis yang terjadi saat pankreas

1
2

tidak dapat memproduksi insulin secara cukup, atau saat tubuh tidak dapat

secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga menyebabkan

peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia) (WHO, 2012)

Bahan alam yang memiliki efek anti diabetes diantaranya adalah kayu

manis dan madu. Kombinasi madu dan kayu manis telah digunakan dalam

pengobatan India dan Cina selama berabad-abad. Kedua bahan dengan

kemampuan penyembuhan yang unik tersebut memiliki sejarah panjang

sebagai obat tradisional. Keduanya tidak hanya digunakan sebagai minuman

penyedap dan obat, melainkan juga sebagai zat pembalseman dan digunakan

sebagai alternatif pengawet makanan tradisional karena adanya sifat

antimikroba yang efektif. Masyarakat telah mengklaim bahwa campuran

tersebut adalah obat alami untuk berbagai penyakit dan menjadi formula untuk

berbagai manfaat kesehatan seperti: penyakit jantung, kerontokan rambut,

sakit gigi, demam, pencernaan, anti-penuaan, jerawat, obesitas, diabetes dan

pernafasan yang buruk (Nurmalina, 2012).

Para ilmuwan juga sependapat khasiat kayu manis dan madu

menakjubkan dalam penyembuhan berbagai penyakit. Madu yang

ditambahkan kayu manis selain menjadi obat, memberi rasa harum, rasa manis

dan hangat juga merupakan pasangan yang cocok untuk dikonsumsi

(Nurmalina, 2012). Merekapun menyatakan walaupun madu itu manis akan

tetapi jika dikonsumsi dengan tepat, tidak membahayakan penderita diabetes.


3

Menurut Sakri, (2012), untuk mendapatkan khasiat dari madu harus

mengonsumsi secara teratur pagi, siang dan malam yaitu pada orang dewasa

30 gram atau 1 sendok makan dan pada anak-anak 15 gram atau ½ sendok

makan madu. Glukosa yang terdapat dalam madu akan terserap langsung oleh

darah sehingga menghasilkan energi secara cepat bila dibandingkan dengan

gula biasa. Di samping kandungan gulanya yang tinggi (fruktosa 41,0%;

glukosa 35%; sukrosa 1,9%) madu juga mengandung komponen lain seperti

tepung sari dan berbagai enzim pencernaanseperti: enzim diastase (Sakri,

2012) serta kandungan nutrisi yang berfungsi sebagai antioksidan seperti

vitamin C, vitamin A, vitamin E, asam organik, dan flavonoid (Anonim,

2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hananti, dkk., (2012),

menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit kayu manis dosis 50, 100, dan 200

mg/kg bb mampu menurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan yang

diinduksi glukosa 2 g/kg bb dengan metode uji toleransi glukosa. Penurunan

kadar glukosa darah diduga disebabkan oleh adanya senyawa tanin yang dapat

meningkatkan sensitivitas sel β-pankreas untuk melepaskan insulin.Selain itu,

Anderson, et al., (2004), mendeterminasikan komponen bioaktif dari kayu

manis yaitu doubly-linked procyanidin type-A polymers yang merupakan

bagian dari epicatechin/catechin yang selanjutnya disebut sebagai

methylhydroxycalcone polymer (MHCP) yang merupakan senyawa aktif pada

kayu manis memiliki sifat meningkatkan insulin, meningkatkan metabolisme

glukosa dalam hal penyerapan glukosa, transpor glukosa ke seluruh sel, dan
4

sintesis glikogen (Roy, et al., 2009). Kayu manis juga memiliki senyawa

kafeat dan sinamat memberikan khasiat inhibitor α-glukosidase.

Penghambatan α-glukosidase pada usus mamalia mampu menurunkan kadar

glukosa darah (Ngadiwiyana, dkk., 2011).

Berdasarkan hasil Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Melitus Tipe 2 di Indonesia tahun 2011, intervensi farmakologi khusus DM

Tipe 2 terdiri dari obat oral dan suntikan antara lain : Obat Hiperglikemik Oral

(OHO) berdasar cara kerjanya dibagi menjadi 5 golongan yaitu Pemicu

sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid, Peningkat

sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion, Penghambat

glukoneogenesis (metformin), Penghambat absorpsi glukosa: penghambat

glukosidase alfa, dan DPP-IV inhibitor yaitu Glucagon-like peptide-1

(GLP-1) merupakan suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh sel L di

mukosa usus. Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan

yang masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan perangsang

kuat penglepasan insulin dan sekaligus seba- gai penghambat sekresi

glucagon. Sedangkan untuk terapi suntikan terdiri dari Insulin dan Agonis

GLP-1/incretin mimetic, dan terapi kombinasi yaitu Pemberian OHO maupun

insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara

bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.

Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan

penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal

diabetes merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Semua


5

kalangan dapat mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua

(Hembing, 2004).

Data statistik jumlah penderita diabetes di dunia versi WHO pada tahun

2000 dan proyeksi jumlah penderita diabetes dunia pada tahun 2030.

Indonesia menduduki tempat ke 4 terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152%

atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2.000 menjadi 21.257.000 orang di

tahun 2030 (PERKENI,2011). Berdasarkan data Rikesdas tahun 2013,

didapatkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter dan

gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65

tahun cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada

masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks

kepemilikan tinggi. Berdasarkan data analisis dan situasi Diabetes Kemenkes

R.I tahun 2014 di dapatkan bahwa laki-laki dengan obesitas memiliki resiko

terserang diabetes sekitar 9,6 % dan perempuan adalah 20%, hal ini juga di

perkuat dengan data bahwa jumlah proporsi penderita DM untuk laki-laki

adalah 5,60% sedangkan pada perempuan adalah 7,70%, sedangkan menurut

pendidikan proporsi terbanyak adalah mereka yang pendidikannya rendah

yaitu sekitar 10,40% dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi

hanya sekitar 5,90% saja.(InfoDatin, Pusat Data dan Informasi Kemenetrian

Kesehatan R.I, 2014).

Untuk propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan proporsi dan perkiraan

jumlah penduduk usia > 15 tahun yang terdiagnosis dan merasakan gejala

Diebetes Mellitus di Indonesia tahun 2013 adalah yang pernah terdiagnosis


6

atau belum dan merasakan gejala DM adalah sekitar 3,7%, yang pernah

didiagnois DM oleh dokter sekitar 1,6%, dengan jumlah perkiraan penderita

DM yang telah diagnosis menderita DM adalah sekitar 29.776 penderita.

Untuk Kabupaten Toli-toli berdasarkan data yang didapatkan tahun 2014

jumlah penderita lama dengan diagnosis DM adalah 248 penderita dan

penderita baru tahun 2014 adalah 447 penderita, tahun 2015 penderita lama

adalah 521 dan penderita baru adalah 640 penderita. Untuk jumlah penderita

DM Tipe 2 di Puskesmas Kota pada tahun 2014 adalah 341 dan tahun 2015

adalah 154 penderita.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas

penggunaan kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap penurunan kadar

glukosa darah Penderita DM tipe 2, hal ini juga dikuatkan dengan wawancara

peneliti dengan salah seorang dokter umum di puskesmas kota tolitoli yang

mengatakan bahwa ada beberapa pasien yang berobat yang telah

mengkonsumsi kayu manis untuk menurunkan kadar gula darahnya.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Bagaimana efektivitas penggunaan kayu manis terhadap penurunan

kadar glukosa darah Penderita DM tipe 2 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana efektivitas

penggunaan kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa darah Penderita

DM tipe 2.
7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman

peneliti tentang bgaiamana efektivitas penggunaan kayu manis terhadap

penurunan kadar glukosa darah Penderita DM tipe 2. Sebagai salah satu

terapi komplementer dalam keperawatan.

2. Bagi Responden

Sebagai langkah pengobatan alternatif yang bisa digunakan untuk

menstabilkan kadar glukosa darah penderita DM tipe 2.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, dokumentasi dalam

pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya yang diharapkan jauh

lebih baik dan dapat bermanfaat bagi siapa saja.

E. Keaslian Penelitian

Dari survey awal yang dilakukan mengenai “judul” belum pernah dilakukan

penelitian yang seperti ini, sumber diperoleh dari Puskesmas. Namun

penelitian ini juga pernah dilakukan diluar Sulawesi Tengah dengan judul

yang hampir sama yaitu :

1. Mahpara Safdar, Alam Khan, dkk, 2004. Pengaruh Berbagai Dosis

Kayu Manis untuk menurunkan Glukosa pada penderita DM Tipe 2.

Penelitian yang dilakukan Mahpara dkk. Merupakan penelitian

eksperimen dengan memberikan perlakuan dan dosis kayu manis

pada 60 responden yang penderita DM tipe 2 selama 60 hari dengan


8

40 hari tanpa pemberian dimana hasilnya pada hari ke 20 terjadi

penurunan kadar glukosa darah pada penderita yang diberikan kayu

manis dengan dosis 1-3 g/hari.

2. Misi. Koto Chani (2015) Pengaruh Pemberian Seduhan Bubuk Kayu

Manis (Cinnamomum burmanii) terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Kota Padang. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Misi. Koto Chani metode quasi eksperimen, selain metode yang

berbeda juga teknik pengambilan sampel dan jumlah sampel juga

yang berbeda yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel adalah

15 penderita DM Tipe 2 maka, sedangkan peneliti saat menggunakan

metode komparatif dengan pendekatatan kohort retrospektif.

3. Ditha Rosdiana Abdul, 2015. Perbandingan Efektivitas

Pemberian Minuman Kunyit Asam dan Minuman Jahe Terhadap

Penurunan Nyeri Haid Pada Siswi Di SMA Negeri 3 Gorontalo

Utara. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini

adalah keduanya untuk mengetahui perbandingan antara dua variabel,

perbedaanya adalah peneliti saat ini menggunakan pendekatan dengan

desain kohort retrospektif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Ditha Rosdiana Abdul menggunakan metode quasi eksperimen.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Diabetes Mellitus

a. Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 2

Menurut American Diabete Association (ADA) Tahun 2010,

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompokpenyakit metabolik

dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. (PERKENI,

2012).

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang

terjadi saat pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara

cukup, atau saat tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

insulin yang dihasilkan sehingga menyebabkan peningkatan

konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia) (WHO, 2012).

DM adalah ganguan metabolisme genetis dan klinis termasuk

heterogen dengan manifestasi hilangnya toleransi terhadap

karbohidrat (Price & Wilson, 2005).

DM adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

(Smeltzer & Bare, 2001). DM merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik yang disebabkan kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya dengan karakteristik hiperglikemia.

9
10

Hiperglikemia jangka panjang pada DM berhubungan dengan

kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan organ

beberapa tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah (Sudoyo et al., 2006).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan DM

merupakan sekelompok kelainan heterogen yang menyebabkan

gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa

dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2001).

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)

Terdapat empat klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa

menurut PERKENI (2011), Price & Wilson (2005), Smeltzer &

Bare (2001) yang terdiri dari:

1) DM tipe 1

DM tipe 1 disebabkan oleh disfungsi autoimun, tidak mampu

untuk menghasilkan insulin karena sel-sel β pankreas telah

dihancurkan oleh proses autoimun dan idiopatik, tanpa bukti

autoimun dan tidak diketahui sumbernya.

2) DM tipe 2

Klien DM tipe 2 mengalami dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu penurunan sensitivitas

terhadap insulin (resistensi insulin) dan gangguan sekresi

insulin. Hal ini sering terjadi pada seseorang dengan

diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.


11

3) DM gestasional

DM gestasional terjadi pada wanita yang tidak mengalami DM

sebelum kehamilan akan tetapi terjadi peningkatan gula darah

pada masa kehamilan. Faktor resiko yang dapat menyebabkan

DM gestasional ini antara lain usia tua, etnik, obesitas,

multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional

terdahulu. Kadar glukosa darah pada wanita yang mengalami

DM gestasional akan kembali normal setelah melahirkan.

4) DM tipe khusus lain

DM tipe lain ini disebabkan oleh kelainan genetik dalam

sel β pankreas, kelainan genetik pada kerja insulin,

penyakit pada eksokrin pankreas, penyakit endokrin, obat-

obatan yang bersifat toksik dan infeksi.

Tabel. 2.1 Klasifikasi DM berdasarkan penyebab

Tpe DM Etiologi /penyebab

DM Tipe 1 Destruksi Sel Beta, umumnya menjurus


ke defisiensi insulin absolut.
 Autoimun
 Idiopatik
DM Tipe 2  Bevariasi, mulai yang dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin.
12

DM Tipe Lain  Defek genetik fungsi sel beta


 Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin prankeas
 Endokrinopati
 Karena obat atau zat kimia
 Infeksi
 Sebab imunologi yang jarang
 Sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM
DM Gestasional
Sumber : KonsesnsusPengendalian dan Pencegahan DM Tipe 2 di
Indonesia 2011

c. Etiologi Diabetes Mellitus (DM)

DM memiliki banyak etiologi yang dapat menimbulkan

insufisiensi insulin (Price & Wilson, 2005). Menurut Riyadi dan

Sukarmin (2008) penyebab resistensi insulin pada DM sebenarnya

tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain:

1) Faktor genetik

DM dapat menurun dari keluarga yang pernah memiliki

penyakit DM sebelumnya. Hal ini terjadi karena DNA pada

seseorang yang mengalami DM akan ikut diinformasikan pada

gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin

(Riyadi dan Sukarmin, 2008).


13

2) Faktor imunologi

Klien DM memiliki bukti adanya respon suatu autoimun

yang merupakan respon abnormal, dimana antibodi terarah

pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang seolah-olah dianggap sebagai jaringan

asing (Smeltzer & Bare, 2001).

3) Lingkungan

Faktor-faktor eksternal dapat memicu proses autoimun dan

menyebabkan destruksi pada sel β seperti virus atau toksin

(Smeltzer & Bare, 2001).

4) Usia

Manusia mengalami penurunan fisiologis yang menurun

dengan cepat setelah usia 40 tahun. Penurunan ini akan

beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk

memproduksi insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Resistensi

insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun

(Smeltzer & Bare,2001).

5) Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami

hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan

produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena

peningkatan beban metabolisme glukosa pada seseorang yang


14

mengalami obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu

banyak (Riyadi dan Sukarmin, 2008).

6) Kelompok etnik atau ras tertentu

Golongan Hispanik dan penduduk asli Amerika tertentu

memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadinya DM tipe 2

dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika (Smeltzer &

Bare, 2001)

7) Pola makan

Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat akan

berperan pada ketidakstabilan kerja sel β pankreas. Malnutrisi

dapat merusak pankreas sedangkan obesitas meningkatkan

gangguan kerja atau resistensi insulin (Riyadi dan Sukarmin,

2008).

8) Stres

Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan

akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja

pankreas. Beban yang tinggi menyebabkan pankreas mudah

rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin (Riyadi

dan Sukarmin, 2008).

d. Manifestasi Klinik Diabetes Mellitus (DM)

Manifestasi klinis DM berkaitan dengan defisiensi insulin.

Defisiensi insulin menyebabkan kadar glukosa plasma puasa

dalam kondisi tidak normal (hiperglikemia). Hiperglikemia yang


15

berat dan melebihi ambang ginjal dapat menimbulkan glikosuria.

Glikosuria dapat mengakibatkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus

(polidipsia). Saat glukosa hilang bersama urin, individu akan

mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan

berkurang. Rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia)

akan terjadi sebagai akibat kehilangan kalori. Gejala lain yang

dapat terjadi pada klien DM antara lain mengeluh lelah,

mengantuk, berat badan turun, lemah dan somnolen (Price &

Wilson, 2005). Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila

terdapat keluhan klasik DM (PERKENI, 2011) seperti dibawah

ini:

1) Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia,

dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya

2) Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal,

mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus

vulvae pada wanita

3) Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil dapat

dilihat pada tabel 2.2. Apabila hasil pemeriksaan tidak

memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil

yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok

toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa


16

terganggu (GDPT).

4) TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan

TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban

antara 140– 199mg/dL(7,8-11,0mmol/L).

5) GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah

pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 –

125 mg/dL (5,6– 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula

darah2 jam <140mg/dL.

Tabel2.2 Kriteria diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL(11,1mmol/L)


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM
+
Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL(7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8jam
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO200 mg/dL(11,1mmol/L) TTGO
yang dilakukan dengan standar WHO,menggunakan beban glukosa yang
setara dengan75g glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air.

* Pemeriksaan HbA1c(>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu
kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
Terstandardisasi dengan baik.

e. Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Mellitus (DM)

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar

glukosa darah. Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan 3 cara

(PERKENI, 2011), yaitu:

1) Jika keluhan klasik ditemukan (poliuria, polidipsia, polifagia,

dan penurunan berat badan), maka pemeriksaan glukosa

plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan

diagnosis DM;
17

2) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan

adanya keluhan klasik;

3) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTGO dengan beban 75 g

glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan

pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini

memiliki keterbatasan yaitu sulit untuk dilakukan berulang-

ulang dan jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan

khusus.

Toleransi glukosa diklasifikasikan menjadi 3 kategori

berdasarkan kadar glukosa puasa (KGP) yaitu normal jika kadar

glukosa puasa < 100 mg/dl, apabila KGP = 100-125 mg/dl

menandakan adanya gangguan pada KGP dan pada klien DM KGP

≥ 126 mg/dl (Sudoyo et al., 2006).

Tabel 2.3 Kadar Glukosa Darah dengan Metode Enzimatik

Belum Belum pasti Positif


Kadar glukosa darah
Diabetes Diabetes Diabetes
sewaktu
Mellitus Mellitus Mellitus
Plasma Vena <110 100-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Plasma Vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110

f. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)

Price & Wilson (2005), Masjoer et al. (2001), Smeltzer &

Bare (2001) menjelaskan komplikasi DM dapat dibagi menjadi

dua kategori yang meliputi komplikasi metabolik akut dan

komplikasi vaskular jangka panjang.


18

1) Komplikasi metabolik akut

a) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi metabolik

yang paling serius pada DM tipe 1. Penurunan jumlah

insulin menyebabkan hiperglikemia dan glukosuria berat,

penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan

peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai

pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam

plasma menimbulkan ketosis. Peningkatan produksi

keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis

metabolik. Glukosuria dan ketonuria dapat menyebabkan

diuresis osmotik sehingga terjadi dehidrasi dan kehilangan

elektrolit. Klien DM dapat mengalami hipotensi dan syok,

sehingga terjadi penurunan penggunaan oksigen otak

selanjutnya menyebabkan koma sampai meninggal.

b) Hyperglycemic Hyperosmolar Non-ketotic Syndrome

(HHNK)

HHNK merupakan komplikasi metabolik akut yang

sering terjadi pada pada DM tipe 2 yang lebih tua. HHNK

didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang

disertai perubahan tingkat kesadaran. Kelainan dasar

pada sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif.

Hiperglikemia tanpa ketosis dapat muncul pada klien


19

DM dengan defisiensi insulin relatif. Hiperglikemia

berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl.

Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, diuresis

osmotik, dan dehidrasi berat

c) Hipoglikemia

Hipoglikemia (syok insulin) merupakan komplikasi yang

terjadi akibat terapi insulin. Klien DM tipe 1 mungkin

mendapatkan insulin dalam jumlah berlebihan dari

kebutuhan normal untuk mempertahankan kadar glukosa

darah sehingga dapat mengalami hipoglikemia. Gejala

yang timbul berupa pelepasan epinefrin (berkeringat,

gemetar, sakit kepala, dan palpitasi) dan kekurangan

glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh, sensori yang

tumpul, dan koma). Serangan hipoglikemia dapat berbahaya

apabila sering atau terjadi dalam jangka waktu lama karena

dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen hingga

kematian.

2) Komplikasi vaskuler jangka panjang

Komplikasi vaskuler jangka panjang pada DM melibatkan

pembuluh darah kecil (microangiopathic) dan pembuluh darah

besar (macroangiopathic). Komplikasi jangka panjang DM

dapat menyerang pada semua sistem organ dalam tubuh.

Komplikasi kronis DM dapat dikategorikan menjadi :


20

a) Komplikasi makrovaskuler

Perubahan aterosklerotik sering terjadi pada pasien DM.

Berbagai penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung

pada lokasi lesi aterosklerotik. Penyakit tersebut meliputi

penyakit arteri koroner, serebrovaskuler, dan penyakit

vaskuler perifer.

b) Komplikasi mikrovaskuler

Penyakit mikrovaskuler ditandai oleh penebalan membran

basalis pembuluh kapiler. Komplikasi mikrovaskuler yang

sering terjadi pada DM yaitu retinopati diabetik dan

nefropati diabetik.

c) Neuropati

Neuropati mengacu pada sekelompok penyakit yang

menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer

(sensorimotor), otonom dan spinal. Neuropati perifer

menjadi penyebab ulserasi yang sulit dikontrol pada kaki

pasien DM. Hilangnya sensasi menyebabkan hilangnya rasa

nyeri dengan kerusakan kulit akibat trauma dan penekanan

dari alas kaki yang sempit. Penyakit vaskuler dengan

berkurangnya suplai darah juga berperan dalam

berkembangnya lesi, dan sering terjadi infeksi.


21

g. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM)

Pilar penatalaksanaan DM menurut PERKENI (2011) adalah:

1) Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup

dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan

penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,

keluarga dan masyarakat.Tim kesehatan dalam hal ini

perawat sebagai motivator dan sebagai tindakan advokasi

dengan mendampingi pasien dalam menuju perubahan

perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan

perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan

glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta

cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.

Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara

mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

2) Terapi Nutrisi Medis

Keberhasilan terapi nutrisi medis sangat bergantung pada

keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli

gizi, petugas kesehatan yang lain serta klien dan

keluarganya). Prinsip pengaturan makan pada klien DM

adalah makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

kalori dan zat gizi masing-masing individu.


22

Klien DM memerlukan penekanan akan pentingnya

keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan

jumlah makanan, terutama bagi yang menggunakan obat

penurun glukosa darah atau insulin.

3) Latihan Jasmani

Salah satu pilar pengelolaan DM tipe 2 adalah kegiatan

jasmani dan latihan secara teratur (3 – 4 kali seminggu selama

kurang lebih 30 menit). Latihan jasmani selain untuk menjaga

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas dari insulin, sehingga dapat

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik

seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.

Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan

status kesegaran jasmani.

4) Terapi farmakologi

Intervensi farmakologi diberikan bersama dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat).

Intervensi farmakologi berupa pemberian obat hipoglikemik

oral (OHO) dan atau suntikan insulin (PERKENI, 2011).OHO

merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang sering

digunakan pada DM tipe 2. Beberapa obat yang biasanya

digunakan antara lain:


23

a) Sulfonil urea

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat

dikombinasikan dengan obat golongan lain, yaitu biguanid

(metrofin), inhibitor glukosidase alfa atau insulin. Obat

golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan

produksi insulin oleh sel-sel beta pankreas dan menjadi

pilihan utama pada pasien DM tipe 2 dengan berat

badan berlebihan. Klien yang berusia lanjut perlu

menghindari pemberian obat golongan sulfonil urea yang

memiliki waktu kerja panjang untuk meminimalkan resiko

hipoglikemia. Obat-obat dari kelompok ini yang beredar

saat inidipasaran adalah glibenklamida (5 mg/tablet),

glibenklamida micronized (5 mg/tablet), glikasida

(80mg/tablet), glikuidon (30 mg/tablet), glipisida

(5mg/tablet), glimepirida (1mg, 2 mg, 3 mg/tablet),

(Sustrani et al., 2006).

b) Biguanid/metformin

Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi

produksi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa

dari jaringan (glukosa perifer). Biguanid

dikontra indikasikan bagi klien diabetes dengan

gangguan fungsi hati dan ginjal dan klien yang

kecenderungan hipoksia jaringan. Efek sampingnya adalah


24

mual, dan untuk mengurangi keluhan tersebut digunakannya

bersamaan atau sesudah makan. Obat generiknya adalah

metformin-HCl (500 mg dan 850 mg/tablet), dengan

merek Bestab, Eraphage, Benofomin, Diabex, Formell,

Glukophage, Glucotika, Gludepatic, Glumin, Methpica,

Neodipar, Tudiab, dan Zumamet (Sustrani et al., 2006);

c) Inhibitor glukosidase alfa

Obat golongan ini mempunyai efek utama menghambat

penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat

menurunkan kadar gula sesudah makan, terutama

bermanfaat untuk klien dengan kadar gula darah puasa yang

masih normal. Efek sampingnya adalah gangguan fungsi

hati dan ginjal, terutama pada klien yang pernah mengalami

gangguan tersebut. Oleh karena itu, untuk pemakaian

jangka lama obat ini, diperlukan pemantauan fungsi hati

dan ginjal. Obat generik yang beredar adalah Acarbose

(50 mg dan100 mg/tablet) dengan merek Glucobay

(Sustrani et al., 2006);

d) Meglitinida

Obat ini termasuk kelompok baru yang bekerja pada

pankreas seperti kelompok sulfonil urea, tetapi dengan

cara kerja yang berbeda. Obat generik yang beredar


25

adalah Repaglinid (0,5 mg, 1 mg dan 2 mg/tablet dengan

merek Novonorm) (Sustrani et al., 2006);

e) Obat kelompok lain

Kelompok lain yang belum beredar di Indonesia adalah

thiazolidrediones (troglitazone) yang bekerja pada otot,

lemak, dan liver untuk menghambat pelepasan gula dari

jaringan penyimpanan sumber gula darah tersebut (Sustrani

et al., 2006).

2. Kayu Manis ( Cinnamomun Burmanni )

a. Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus pohon dapat mencapai 15 m, pepagan

(kulit batang) berbau khas. Helaian daun berbentuk lonjong,

panjang 414 cm, lebar 1,5-6 cm, permukaan atas halus, permukaan

bawah berambut berwarna kelabu kehijauan yang tertekan pada

permukaan daun atau bertepung, daun muda berwarna merah pucat;

berpenulangan 3; panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm. Perbungaan

berupa malai, berambun halus, berwarna kelabu yang tertekan pada

permukaan; panjang tangkai bunga 4-12 mm, juga berambut halus;

tenda bunga panjang 4-5 mm, helai tanda bunga sesudah

berkembang tersobek secara menyilang dan terpotong agak jauh

dari dasar bunga; benang sari mempunyai kelenjar ditengah-tengah

tangkai sari (Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima ; BAB XII dan

BAB I Sediaan Diabetes Mellitus. Badan POM RI. 2011).


26

Buah adalah buah buni panjang ± 1 cm. Kayu Manis

( Cinnamomun sp ) merupakan tanaman tahunan, termasuk salah

satu komoditi ekspor penting Indonesia. Kulit, batang, dan

rantingnya dapat untuk bahan minyak dan obat (Direktorat Obat

Asli Indonesia. BPOM RI, 2011). Menurut Dirjen Perkebunan

(2007) nama umum yang digunakan di Indonesia : Holim (Batak),

Kayu manis (Melayu), Madang kulit manih (Minangkabau),

Mentek (Sunda), Onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga

(Flores). (Balai Besar Perbenihan dan proteksi Tanaman

Perkebunan Surabaya , 2012)

b. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan

belum mengalami pengolahan atau mengalami pengolahan secara

sederhana serta belum merupakan zat murni kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan (Acuan Sediaan Herbal

Volume Kelima ; Bab I Pembuatan Sediaan Herbal. Badan POM RI.

2011). Potongan kulit kayu manis berbentuk gelondong agak

menggulung membujur agak pipih atau berupa berkas yang terdiri

dari tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur

panjang sampai 1 m tebal kulit 1-3 mm atau lebih.

Permukaan luar yang tidak bergabus berwarna coklat

kekuningan atau coklat sampai coklat kemerahan, bergaris-garis


27

pendek melintang yang menonjol atau agak berlekuk; yang

bergabus berwarna hijau kehitaman atau coklat kehijauan, kadang-

kadang terdapat bercak-bercak lumut kerak berwarna agak putih

atau coklat muda. Permukaan dalam berwarna coklat kemerahan

tua sampai coklat kehitaman, bekas patahan tidak rata. (Acuan

Sediaan Herbal Volume Kelima ; BAB XII dan BAB I Sediaan

Diabetes Mellitus. Badan POM RI. 2011).

c. Habitat Tanaman

Tumbuh secara liar di hutan Malaysia, Cina dan Indonesia

pada ketinggian 1000-1500 dpl, suhu 180C-230C. Dapat tumbuh

pada ketinggian 0-2000 m dpl tapi yang terbaik adalah pada

ketinggian 500-1500 m dpl. () Acuan Sediaan Herbal Volume

Kelima ; BAB XII dan BAB I Sediaan Diabetes Mellitus. Badan

POM RI. 2011).

d. Kandungan Kimia

Minyak atsiri 1-3% dengan kandungan kimia utama kulit

kayu manis adalah sinamaldehid (60-85% dari komponen minyak

atsiri), tanin, damar, lendir, kalsium oksalat, karena kandungan

tersebut, banyak manfaat dari mengkonsumsi kayu manis, misalnya

untuk menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Selain itu,

rempah-rempah bernama latin Cinnamomum sp ini ternyata juga

sudah sejak lama dipercaya dapat mengobati kencing

manis(diabetes mellitus). (Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima


28

;BAB XII dan BAB I Sediaan Diabetes Mellitus. Badan POM RI

2011).

e. Efek Farmakologi

Senyawa polimer metilhidroksi kalkon merupakan senyawa

yang paling aktif sebagai anti diabetes dengan cara meningkatkan

metabolisme glukosa. Uji dilakukan dengan menggunakan test tube

terhadap sel lemak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh uji

klinik terhadap penderita diabetes tipe II yang diberi asupan serbuk

kayu manis 3 g 3 kali sehari selama empat bulan berbanding

dengan pasien yang diberi plasebo. Hasilnya menunjukkan efek

moderat penurunan kadar glukosa plasma puasa pada pasien

diabetes dengan kontrol glikemik yang buruk. (Acuan Sediaan

Herbal Volume Kelima ;BABXII dan BAB I Sediaan Diabetes

Mellitus. Badan POM RI, 2011).

Menurut DR dr Amarullah Siregar, kayu manis memiliki efek

biomolekuler di pankreas. “Kayu manis mengandung senyawa

kimia yang disebut PTP1B (protein tyrosine phosphatase 1B) yang

bekerja mengaktifkan senyawa di pankreas dengan cara

mengaktifkan sel beta yang berfungsi menghasilkan insulin,”

ujarnya. Selanjutnya, insulin akan membuka pintu sel darah merah

sehingga gula bisa masuk dan diubah menjadi energi.

Senyawa PTP1B (protein tyrosine phosphatase 1B) juga

bekerja di sel alfa yang berfungsi membantu hati menghasilkan


29

glikogen. “Sel ini mengubah gula menjadi glikogen atau cadangan

energi,” kata Amarullah. Ia menambahkan, berbeda dengan obat-

obat diabetes yang langsung menurunkan gula darah, obat herbal

seperti kayu manis bekerja dengan cara mengoptimalisasi fungsi

organ tubuh yang masih baik. “Kenaikan kadar gula darah hanyalah

simptom dari gangguan insulin. Sumbernya adalah pankreas yang

bermasalah. Karena itu, fungsi pankreas harus diperbaiki.

Para Ilmuwan di Amerika mengklaim bahwa satu sendok teh

kayu manis sehari bisa membantu mencegah diabetes. Peneliti dari

US Agricultural Research Services’ nutrition laboratories di

Beltsville, Md., menemukan kalau ekstrak kayu manis bisa

meremajakan kemampuan tubuh agar lebih responsif terhadap

insulin. Faktanya, hasil percobaan di laboratorium menunjukkan

bahwa pengolahan glukosa meningkat hingga 20 kali lipat. Efek ini

disebabkan oleh kandungan methylhydroxy chalcone polymer yang

terdapat di dalam kayu manis. Hasil percobaan pada tikus

menunjukkan bahwa konsentrasi glukosa darah yang tinggi

menurun dramatis setelah pemberian turunan kayu manis tersebut.

(Bolin Qin, M.D.,Ph.D., Kiran S.Panickar, and Richard A.

Anderson,Ph.D.,C.N.S, 2010)

Studi lain dari Pakistan juga menunjukkan penurunan kadar

gula darah puasa, trigliserida, kolesterol jahat LDL dan kolesterol

total setelah penggunaan kayu manis selama 40 hari. Penurunan itu


30

terus terjadi hingga 20 hari berikutnya. Studi ini menunjukkan

bahwa mereka yang menerima kayu manis paling tidak 1 gram

sehari bisa merasakan manfaat ini (Alam Khan, MS, PHD,

Mahpara Safdar, MS, and Mohammad Muzaffar Ali Khan, MS,

PHD ,2003)

f. Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi Secara tradisional digunakan untuk membantu

meringankan kencing manis, kontra indikasi belum diketahui,

belum ada data yang signifikan yang berhubungan dengan

kehamilan namun sebaiknya dihindari penggunaannya pada masa

kehamilan dan menyusui. Alergi terhadap komponen yang

terkandung dalam kayu manis. (Direktorat Obat Asli Indonesia.

BPOM RI, 2011).

g. Efek Samping

Cinnamon biasanya tidak menimbulkan efek samping. Kelebihan

penggunaan kayu manis dapat mengakibatkan iritasi pada mulut

dan bibir, dan menyebabkan luka. Pada beberapa orang, dapat

menyebabkan reaksi alergi. Jika diaplikasikan pada kulit, mungkin

menyebabkan kemerahan dan iritasi. Jumlah dosis yang sangat

tinggi kayu manis dapat menjadi racun, terutama pada orang

dengan masalah hati. Karena kayu manis dapat menurunkan gula

darah, penderita diabetes mungkin perlu menyesuaikan pengobatan

mereka jika mereka menggunakan suplemen kayu manis. Orang-


31

orang yang memiliki kanker yang dipengaruhi oleh kadar hormon,

seperti kanker payudara, tidak perlu selalu mengkonsumsi kayu

manis. Bahan dalam produk kayu manis seperti coumarin, dapat

menyebabkan masalah hati. Mengingat kurangnya bukti tentang

keamanan, kayu manis sebagai pengobatan, tidak dianjurkan untuk

anak-anak atau wanita yang sedang hamil atau menyusui.

(http://www.konsultankolesterol.com/kayu-manis.html) Interaksi.

Jika Anda mengambil obat-obatan secara teratur, berbicara dengan

dokter Anda sebelum Anda mulai menggunakan suplemen kayu

manis. Mereka bisa berinteraksi dengan obat antibiotik, obat

diabetes, pengencer darah, obat jantung, dan lain-lain.

(http://www.konsultankolesterol.com/kayu-manis.html).

h. Peringatan

Hati-hati pada penderita yang menggunakan obat kencing

manis. Hanya untuk penderita kencing manis yang telah ditetapkan

dokter. Interaksi Obat Ekstrak kayu manis (2 g dalam 100 mL)

menurunkan efek tetrasiklin HCL secara bermakna. Dengan adanya

ekstrak, jumlah tetrasiklin dalam larutan terlarut hanya 20% setelah

30 menit, sebaliknya jumlah tetrasiklin mencapai 97% bila hanya

menggunakan air. Ekstrak juga dilaporkan tidak kompatibel dengan

Halloysitum rubrum. Toksisitas Belum ada data. (Direktorat Obat

Asli Indonesia. BPOM RI, 2011).


32

B. Kerangka Teori

Menurut American Diabetes Association (ADA) Tahun 2010,

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya. Berdasarkan klasifikasi etiologi DM yang

dikeluarkan PERKENI dalam Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011 final revisi untuk etiologi DM

tipe 2 penyebabnya bisa bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif sampai dengan dominan defak sekresi

insulin disertai resistensi insulin

Kayu manis dalam beberapa penelitian memiliki kandung senyawa

polimer metilhidroksi kalkon merupakan senyawa yang paling aktif sebagai

antidiabetes dengan cara meningkatkan metabolisme glukosa. Hasilnya

menunjukkan efek moderat penurunan kadar glukosa plasma puasa pada

pasien diabetes dengan kontrol glikemik yang buruk selain menunjukkan

hasil penurunan kadar gula darah puasa, trigliserida, kolesterol jahat LDL

dan kolesterol total setelah penggunaan kayu manis selama 40 hari.

Penurunan itu terus terjadi hingga 20 hari berikutnya. Studi ini

menunjukkan bahwa mereka yang menerima kayu manis paling tidak 1

gram sehari bisa merasakan manfaat ini.


33

 faktor genetik, faktor imunologi


Faktor  Lingkungan, Usia, Obesitas, Pola Makan.
Pedisposisi  kelompok etnik atau ras tertentu, dan Stres

Kadar Glukosa
 Resistensi Insulin
 Defisinsi Insulin DM Tipe 2 Darah Turun

 meningkatkan metabolisme glukosa


Kayu Manis  Mengaktifkan sel beta yang berfungsi
menghasilkan insulin
 Mengaktifkan sel alfa yang berfungsi
 polimer metilhidroksi membantu hati menghasilkan glikogen
kalkon
 senyawa PTP1B

Gambar. 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Efektivitas Penurunan Kadar


Kayu Manis Glukosa Darah

Keterangan :

: Variabel Bebas/Independen
: Variabel Terikat/Dependen
: Penghubung Variabel

Gambar. 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Terdapat penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis

pada penderita DM Tipe 2.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah Studi Komparatif dengan

pendekatan kohort retrospektif design yaitu rancangan studi yang

mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit (outcome) dengan cara

membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tak

terpapar berdasarkan status penyakit (outcome) dan mengikuti hingga waktu

tertentu.(Nursalam, 2013). Dalam desain ini ada dua kelompok yang diamati

yaitu kelompok yang terkena paparan/exposed (penderita DM Tipe 2 yang

menggunakan kayu manis) dan kelompok yang tidak terkena

paparan/unexposed yang berfungsi sebagai kelompok kontrol, dimana

peneliti tidak melakukan intervensi dalam pembagain kelompok. (H.Risanto

Siswosudarmo,2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Kelurahan Panasakan,

Kecamatan Baolan, Kab.Tolitoli.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni 2016

34
35

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Penderita DM Tipe 2 diwilayah kerja

Puskesmas Kota Kelurahan Panasakan, Kecamatan Baolan, Kab.Tolitoli.

2) Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah, Penderita DM Tipe 2 yang

menggunakan kayu manis untuk menurunkan gula darah

3) Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling,

yaitu merekrut semua subyek yang memenuhi kriteria inklusi dalam waktu

tertentu sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro,

2010). Sampel yang diambil dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria

inklusi dan ekslusi, kriteria adalah tersebut sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

1) Merupakan pasien baru DM tipe 2 di PKM Kota

2) Penderita DM Tipe 2 yang menggunakan Kayu Manis

2. Kriteria eksklusi

1) Pasien bukan penderita DM tipe 2


36

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel, yaitu :

1) Variabel Independen (variable bebas)

Efektivitas Kayu Manis untuk menurunkan glukosa darah

2) Variabel Dependen (variable terikat) dalam penelitian ini adalah

penurunan kadar glukosa.

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
1. Efektivitas Efek maksimalLembar
Kayu Manis kayu manis untuk wawancara/
menurunkan observasi
parameter
glukosa darah.
klinis
3. Penurunan Nilai kadar Glukometer Ordinal ≥ 140 mg/dl =
R
kadar glukosa glukosa darah merk Nesco Sangat tinggi.
darah setelah pemberian MultiChek 70-140 mg/dl
serbuk kayu manis GCUHb = Normal
(diproduksi ≤ 70 mg/dl =
oleh Karnel Rendah
Int’l Corp
,Taiwan)
37

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang diguakan dalam penelitian ini adalah adalah

Glukometer merk NescoR MultiChek GCUHb serta kuisioner/wawancara.

G. Teknik Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan

a) Tahap Persiapan

1) Persiapan administrasi, yaitu peneliti mengurus surat izin untuk

melakukan penelitian kepada pihak institusi pendidikan untuk

ditujukan kepada institusi tempat dilakukannya penelitian.

2) Melakukan pengambilan data pasien DM Tipe 2 di Puskesmas,

untuk dijadikan responden sesuai dengan kriteria inklusi.

b) Tahap Pelaksanaan

Jika responden yang sesuai dengan kriteri inklusi menyetujui, peneliti

memberikan kuisioner dan memeriksa kadar gula darahnya.

H. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data meliputi :

a. Editing dilakukan untuk melihat kelengkapan data, data yang belum

lengkap segera dilengkapi pada pertemuan berikutnya,

b. Coding yaitu tindakan memberikan kode pada lembar observasi

masing – masing responden,


38

c. Entry data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam program

komputer untuk dilakukan analisis menggunakan software statistik,

d. Cleaning yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengecek kembali

apakah masih terdapat kesalahan data atau tidak. Setelah semua data

dipastikan benar, maka dilanjutkan dengan analisis data

menggunakan computer

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengambarkan karaktersitik

responden ( umur, jenis kelamin, pekerjaan, kadar glukosa darah

sebelum dan sesudah pemberian serbuk kayu manis) setelah melalui

proses tabulasi data kemudian diskoring. Hasil tabulasi digambarkan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

b. Analisis Bivariat

Analisis data secara inferensial untuk mencari efektivitas variabel

independent terhadap dependent. Setelah data diolah dan ditabulasi

kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan Uji statistik.

Uji statistik yang digunakan adalah uji t yang disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dianalisis untuk mengetahui adakah efektivitas

penggunaan kayu manis pada penderita DM Tipe 2 yang

menggunakan kayu manis untuk menurunkan gula darah pada

responden dengan menggunakan komputerisasi. Untuk menguji

hipotesis penelitian (tes signifikansi) dengan cara : Nilai signifikansi


39

(ρ) value dibandingkan dengan (α). Bila (ρ) value< (α), maka H0

ditolak yang berarti ada perbedaan nilai glukosa darah. Bila (ρ) value>

(α), maka H1 diterima yang berarti tidak ada perbedaan nilai glukosa

darah antara sebelum dan sesudah pemberian kayu manis pada

responden yang menderita DM tipe 2.

I. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk narasi yang

dilengkapi dengan tabel

J. Jadwal Kegiatan

Terlampir
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian yang kemudian akan

dibahas secara satu persatu berdasarkan teori-teori dari penelitian-penelitan

sebelumnya.

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan karateristik

masing-masing responden yang ada yaitu : Umur, Jenis kelamin,

Pekerjaan, Pendidikan, serta kadar glukosa darah sebelum dan sesudah

pemberian serbuk kayu manis.

a) Karateristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Presentase (%)


34 – 44 4 40%
53 – 59 4 40 %
62 – 70 2 20%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa responden

dengan rentan umur 34 - 44 tahun yang berjumlah 4 orang (40%)

lsama dengan responden dengan umur 53-59 tahun yang berjumlah

4 orang (40%), dan responden yang berumur 62-70 tahun hanya 2

orang (20%).

40
41

b) Karateristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)


Laki-laki 4 40%
Perempuan 6 60%

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa responden terbanyak pada

penelitian ini adalah Perempuan dengan presentase 60%, sisanya

adalah Laki-laki dengan presentase 40% atau hanya sebanyak 4

orang.

c) Karateristik Responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Presentase (%)


PNS 2 20%
Swasta 1 10%
Tani 1 10%
URT 6 60%

Tabel 4.3 diatas menjelaskan bahwa pekerjaan responden yang

paling banyak adalah Ibu Rumah tangga dengan presentase 60%

atau 6 orang, sedangakan responden dengan pekerjaan sebagai PNS

berjumlah 2 orang (20%) , Swasta dan Tani masing-masing 1 orang

(10%).
42

d) Karatersitik Reponden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi Reponden berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Presentase (%)


SD 4 40%
SMP 2 20%
SMA/SMK 1 10%
Diploma 1 10%
Sarjana 2 20%

Tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden

yang paling banyak adalah SD dengan presentase 40% atau 4

orang, sedangakan yang paling sedikit adalah SMA dan Diploma

yaitu masing-masing hanya 1 orang (10%), sedangkan untuk

tingkat pendidikan SMP 2 orang (20%) dan Sarjana berjumlah 2

orang atau 20%.

e) Karatersitik Reponden berdasarkan sebelum dan sesudah


penggunaan kayu manis untuk menurunkan glukosa darah (n=10)
Tabel 4.5
Distribusi Reponden berdasarkan sebelum dan sesudah
penggunaan kayu manis untuk menurunkan glukosa darah (n=10)
Mean Std. Deviation N
Kontak_awal_Pra 318.3000 112.50486 10
Kontak_akhir_post 196.3000 82.94583 10

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa

darah sebelum penggunaan kayu manis adalah 318.3000 dan ketika

sesudah penggunaa kayu manis adalah 196.3000.


43

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian

yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan dibuktikan adalah

Terdapat penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis

pada penderita DM Tipe 2.

Sebelum dilakukan analisis bivariat dilakukan, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data menggunakan uji

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, bila rasio nilai One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test dibandingkan dengan standar error

menghasilkan angka < 2, maka data berdistribui normal

Tabel 4.6
Uji normalitas sebelum dan sesudah penggunaan kayu manis untuk
menurunkan kadar glukosa darah (n=10)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


kontak_awal_ kontak_akhir_
pra post
N 10 10
Normal Parametersa,,b Mean 318.3000 196.3000
Std. Deviation 112.50486 82.94583
Most Extreme Absolute .258 .249
Differences Positive .231 .249
Negative -.258 -.176
Kolmogorov-Smirnov Z .816 .789
Asymp. Sig. (2-tailed) .519 .563
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
44

Berdasarkan tabel diatas dimana semua variabel telah di uji normalitas

dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

didapatkan nilai singnifikan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebelum

penggunaan adalah sebesar 0.519 dan sesudah penggunaan kayu manis

adalah sebesar 0.563 lebih besar dari angka < 2, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal

Tabel 4.7

Deskripsi statistik Pengaruh Penggunaan Kayu Manis


Untuk Menurunkan kadar glukosa darah penderita
DM Tipe 2
Descriptive Statistic
Std.
N Range Minimum Maximum Mean
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
kontak_awal_pra 10 313.00 171.00 484.00 318.3000 35.57716 112.50486
kontak_akhir_post 10 261.00 92.00 353.00 196.3000 26.22978 82.94583
Valid N (listwise) 10

Tabel di atas menunjukkan nilai Range, minimum dan

maksimum, Mean, standart deviasi dari masing-masing

kelompok data (pre dan post). Tampak bahwa Mean atau rata-rata

nilai kontak akhir post penelitian 196.3000 di mana lebih rendah

dari pada nilai kontak awal pra peneltian yaitu 318.3000. Besarnya

perbedaan ini apakah bermakna secara statistik


45

Tabel 4.8
Tabel Uji Statistic Paried Sample t-test

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N
Deviation Mean
Pair 1 Kontak_awal_ 318.3000 10 112.50486 35.57716
pre_penelitian
Kontak_akhir_ 196.3000 10 82.94583 26.22978
post_penelitian

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Kontak_awal_pre_penelitian & 10 .057 .876
Kontak_akhir_post_penelitian

Correlation (r) adalah hubungan antar anggota pasangan. Sig

adalah taraf signifikan. Jika r di kuadratkan makan menunjukkan

penggunaan kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa darah

pada penderita DM Tipe 2, adalah 0,0572 = 0,32 (32%). Dimana

32% terjadi penurunan dikarenakan penggunaan kayu manis

sisanya 68% disebabkan oleh faktor lain.


46

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Sig.
Std. Std. Error Interval of the t df (2-
Mean
Deviation Mean Difference tailed)
Lower Upper
Pair 1 Kontak 122.00000 135.93462 42.98630 24.75823 219.24177 2.838 9 .019
_awal_pre
_penelitian
Kontak
_akhir_post
_penelitian

Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dengan uji

statistic uji Paried Sample t-test, nilai-nilai yang di dapat adalah:

nilai mean atau selisih rata-rata penurunan glukosa darah sebelum

dan sesudah penggunaan adalah 318.3 - 196.3 = 122.0, Std.Deviasi

(simpang baku) dari selisih antara kontak awal pra penelitian dan

kontak akhir post penelitian adalah 135.93462, nilai Confidence

Interval menunjukkan adanya perbedaan pada taraf kepercayaan 95%

dan berdasarkan nilai Sig.(2-teiled) 0.19 serta nilai t > 2 (2.838) maka

dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan penggunaan kayu manis

terhadap penurunan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2.


47

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil penelitian

Pada bagian ini membahas interpretasi dan diskusi hasil penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan meliputi pembahasan

tentang karateristik responden, efektifitas penggunaan kayu manis untuk

menurukan glukosa darah pada penderita DM Tipe 2.

a) Karateritik Responden

1) Berdasarkan umur/usia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur ada hubungannya

dengan prevalensi peningkatan responden menderita DM Tipe 2.

Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008) penyebab resistensi insulin

pada DM sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak

berperan antara lain salah satunya adalah usia/umur. Dimana

manusia mengalami penurunan fisiologis yang menurun dengan

cepat setelah usia 30 - 40 tahun. Penurunan ini akan beresiko pada

penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin

(Riyadi dan Sukarmin, 2008). Resistensi insulin cenderung

meningkat pada usia di atas 65 tahun (Smeltzer & Bare,2001).

2) Berdasarkan Jenis kelamin.

Berdasarkan hasil penelitian hasil pemeriksaan glukosa darah pada

10 responden didapatkan bahwa sebelum pemeriksaan dan

menggunakan kayu manis rerata angka glukosa pada responden

perempuan adalah 218 mg/dl – 400 mg/dl sedangkan untuk laki-


48

laki adalah 171 mg/dl – 397 mg/dl. Hal ini juga dikuatkan oleh data

berdasarkan data analisis dan situasi Diabetes Kemenkes R.I tahun

2014 di dapatkan bahwa laki-laki dengan obesitas memiliki resiko

terserang diabetes sekitar 9,6 % dan perempuan adalah 20%, hal ini

juga di perkuat dengan data bahwa jumlah proporsi penderita DM

untuk laki-laki adalah 5,60% sedangkan pada perempuan adalah

7,70%, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin juga

memiliki hubungan yang erat dengan prevalensi diabetes.

3) Berdasarkan Pendidikan.

Untuk variabel pendidikan berdasarkan hasil penelitian juga

berpengaruh pada tingginya angka penderita diabetes hal ini

dibuktikan dengan dari 10 responden yang diteliti mereka yang

berpendidikan rendah memiliki angka glukosa yang tinggi yaitu

berkisar 243 mg/dl – 484 mg/dl dengan pendidikan SD, hal ini

berbanding lurus dengan data dari analisis dan situasi Diabetes

Kemenkes R.I tahun 2014 di dapatkan mereka yang pendidikannya

rendah yaitu sekitar 10,40% dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan tinggi hanya sekitar 5,90% saja. (InfoDatin, Pusat

Data dan Informasi Kemenetrian Kesehatan R.I, 2014). hal ini

kemungkinan di pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan

paparan informasi mengenai diabetes, sehingga ada resoponden

yang baru mengetahui bahwa ia menderita diabetes setelah

dilakukan pemeriksaan glukosa darah oleh peneliti.


49

4) Berdasarkan Pekerjaan.

Untuk pekerjaan hal ini berkaitan dengan gaya hidup dalam hal ini

pola makan. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung

terlambat akan berperan pada ketidakstabilan kerja sel β pankreas.

Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas Obesitas

mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertropi yang akan

berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi

pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme

glukosa pada seseorang yang mengalami obesitas untuk

mencukupi energi sel yang terlalu banyak (Riyadi dan Sukarmin,

2008). Tingkat Stres, stres akan meningkatkan kerja

metabolisme dan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat

pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi menyebabkan

pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada penurunan

insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008).

b) Efektifitas penggunaan kayu manis untuk menurukan glukosa darah

pada penderita DM Tipe 2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan penurunan

kadar glukosa darah pada responden sebelum dan sesudah

menggunakan kayu manis. Sehigga dapat disimpulkan ada terdapat

penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis pada

penderita DM Tipe 2 pada responden. Meskipun berdasarkan hasil uji

t menyebutkan bahwa hipotesis terbukti, namun penelitian ini masih


50

mempunyai kelemahan pada alat ukur. Alat ukur yang digunakan

dirasakan peneliti masih kurang bisa mengukur seberapa jauh

efektivitas penggunaan kayu manis untuk menurunkan kadar glukosa

darah pada penderita DM Tipe 2, seperti yang dikemukan oleh

PERKENI bahwa penatalakasanaan khusus DM Tipe 2 harus

berlandaskan pada Pilar penatalaksanaan DM menurut PERKENI

(2011) yang meluputi :

1) Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan

penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien,

keluarga dan masyarakat.Tim kesehatan dalam hal ini perawat

sebagai motivator dan sebagai tindakan advokasi dengan

mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat.

Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan

edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.

Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda

dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan

kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan

secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.

2) Terapi Nutrisi Medis

Keberhasilan terapi nutrisi medis sangat bergantung pada

keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,


51

petugas kesehatan yang lain serta klien dan keluarganya).

Prinsip pengaturan makan pada klien DM adalah makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu. Klien DM memerlukan penekanan akan

pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis,

dan jumlah makanan, terutama bagi yang menggunakan obat

penurun glukosa darah atau insulin.

3) Latihan Jasmani

Salah satu pilar pengelolaan DM tipe 2 adalah kegiatan jasmani

dan latihan secara teratur (3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih

30 menit). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga

dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

dari insulin, sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani

yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan

umur dan status kesegaran jasmani.

4) Terapi farmakologi

Intervensi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Intervensi

farmakologi berupa pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan

atau suntikan insulin (PERKENI, 2011).OHO merupakan obat

penurun kadar glukosa darah yang sering digunakan pada DM tipe


52

2. Beberapa obat yang biasanya digunakan antara lain:

a) Sulfonil urea

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan

dengan obat golongan lain, yaitu biguanid (metrofin),

inhibitor glukosidase alfa atau insulin. Obat golongan ini

mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin

oleh sel-sel beta pankreas dan menjadi pilihan utama pada

pasien DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan. Klien

yang berusia lanjut perlu menghindari pemberian obat

golongan sulfonil urea yang memiliki waktu kerja panjang

untuk meminimalkan resiko hipoglikemia. Obat-obat dari

kelompok ini yang beredar saat inidipasaran adalah

glibenklamida (5 mg/tablet), glibenklamida micronized (5

mg/tablet), glikasida (80mg/tablet), glikuidon (30 mg/tablet),

glipisida (5mg/tablet), glimepirida (1mg, 2 mg, 3 mg/tablet),

(Sustrani et al., 2006).

b) Biguanid/metformin

Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi

produksi glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa dari

jaringan (glukosa perifer). Biguanid dikontra indikasikan

bagi klien diabetes dengan gangguan fungsi hati dan ginjal

dan klien yang kecenderungan hipoksia jaringan. Efek

sampingnya adalah mual, dan untuk mengurangi keluhan


53

tersebut digunakannya bersamaan atau sesudah makan.

Obat generiknya adalah metformin-HCl (500 mg dan 850

mg/tablet), dengan merek Bestab, Eraphage, Benofomin,

Diabex, Formell, Glukophage, Glucotika, Gludepatic,

Glumin, Methpica, Neodipar, Tudiab, dan Zumamet

(Sustrani et al., 2006);

c) Inhibitor glukosidase alfa

Obat golongan ini mempunyai efek utama menghambat

penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat

menurunkan kadar gula sesudah makan, terutama bermanfaat

untuk klien dengan kadar gula darah puasa yang masih

normal. Efek sampingnya adalah gangguan fungsi hati dan

ginjal, terutama pada klien yang pernah mengalami

gangguan tersebut. Oleh karena itu, untuk pemakaian jangka

lama obat ini, diperlukan pemantauan fungsi hati dan ginjal.

Obat generik yang beredar adalah Acarbose (50 mg dan100

mg/tablet) dengan merek Glucobay (Sustrani et al., 2006);

d) Meglitinida

Obat ini termasuk kelompok baru yang bekerja pada

pankreas seperti kelompok sulfonil urea, tetapi dengan

cara kerja yang berbeda. Obat generik yang beredar adalah

Repaglinid (0,5 mg, 1 mg dan 2 mg/tablet dengan merek

Novonorm) (Sustrani et al., 2006);


54

e) Obat kelompok lain

Kelompok lain yang belum beredar di Indonesia adalah

thiazolidrediones (troglitazone) yang bekerja pada otot,

lemak, dan liver untuk menghambat pelepasan gula dari

jaringan penyimpanan sumber gula darah tersebut (Sustrani et

al., 2006).

Jadi jika hanya mengandalkan penggunaan kayu manis sebagai terapi

untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2,

maka hal yang diharapkan akan sangat susah untuk dicapai, sehingga

sangat diharapkan adanya sinkronisasi antara ke 4 pilar tersebut.

C. Keterbatasan Penelitian

Seperti telah diungkap di depan bahwa walaupun penelitian ini bisa

membuktikan bahwa ada perbedaan dan penurunan kadar glukosa darah pada

responden sebelum dan sesudah penggunaan kayu manis, namun peneliti

tidak menampik ada banyak keterbatasan pada penelitian ini diantaranya

adalah :

1) Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Studi Komparatif dengan pendekatan kohort

retrospektif design. Kekurangan dari desain ini dengan pendekatan kohort

berdasarkan teori adalah, memerlukan waktu yang cukup lama,

memerlukan biaya yang mahal dan rumit, > Kurang efektif bila kasus

jarang terjadi, memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit,

kemungkinan adanya subjek penelitian yang droup out dan akan


55

mengganggu analisis hasil, karena faktor resiko yang ada pada subjek akan

diamati sampai terjadinya efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang sangat singkat hanya 2 minggu, kurang maksimal

untuk mendapatkan hasil yang benar-benar optimal dan valid hal ini

dikarenakan ada responden yang drop out, juga waktu untuk melakukan

pemeriksaan pada responden yang terkadang dan sering harus dirubah di

sesuaikan dengan waktu dan kesempatan responden maupun peneliti

sendiri.

3) Alat Ukur (Kusioner) penelitian

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini, sedikit membingungkan

peneliti maupun responden untuk mengisinya dikarenakan item-itemnya

kurang bisa dipahami oleh peneliti sehingga tidak maksimal untuk

mengekploitasi lebih rinci tentang responden terkait dengan tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana

efektivitas penggunaan kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa

darah Penderita DM tipe 2.

4) Responden

Beberapa responden ada yang drop out sehigga menyulitkan penelitian.


56

D. Implikasi Penelitian

1) Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan kayu manis

untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2 efektif ,

walaupun untuk menurunkannya seharusnya juga di barengi dengan

tindakan lain dan membutuhkan tindakan keperawatan secara

komprehensif dan holistik.

Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi

perawat untuk bisa menjadikan kayu manis sebagai salah satu terapi

altenatif yang secara tradisional sudah dikenal dikalangan masyarakat,

walaupun harus sesuai dengan dosis yang di tetapkan Penelitian ini juga

sedikit banyak dapat memberikan kontribusi terhadap cara pandang

perawat bahwa seorang perawat harus mampu dan bisa memodifikasi dan

menjadi inovator kaitannya dengan terapi herbal yang secara nyata terkait

dengan keperawatan transkultural,dan terapi komplementer sehingga hal

ini tidak hanya menjadi perhatian profesi lain seperti dokter maupun

apoteker.

2) Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan peluang bagi pengembangan metode dan

ilmu keperawatan serta mengembangkan intervensi keperawatan sesuai

evidance basic practice. Sehingga Institusi pendidikan dapat mengajarkan

kepada peserta didiknya untuk bisa kreatif dan inovatif dalam

mengembangkan ilmu keperawatan, sebab ilmu keperawatan itu selalu


57

dinamis bergerak sesuai kondisi dan perekembangan zaman dan ilmu

pengetahuan.

3) Penelitian Keperawatan

Penelitian ini bersifat perbandingan, sehingga diharapkan dapat direplika

atau dikembangkan lebih jauh untuk memperkaya ilmu pengetahuan

keperawatan terutama intervensi keperawatan mandiri yang berbasis terapi

komplementer, maupun keperawatan trankultural.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Responden rata-rata termasuk kategori usia dewasa, sampai dengan

lansia lebih dari separuh responden adalah perempuan. Rata-rata

mereka sudah menderita DM Tipe 2 antara 1 tahun hingga 4 tahun

lebih.

2. Karateristik responden meliputi umur, pekerjaan, jenis kelamin,

pekerjaan dan pendidikan

3. Kadar glukosa rata-rata responden termasuk kategori mulai dari sedang

sampai sangat tinggi, saat kontak pertama.

4. terdapat penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis

pada penderita DM Tipe 2 pada responden.

5. Perlunya penelitian lanjutan dengan desain Quasi mau True Eksperimen

B. Saran

a) Bagi Pelayanan Keperawatan

Terapi Herbal dalam hal ini adalah kayu manis untuk menurunkan kadar

glukosa darah ada penderita DM Tipe 2 dapat dijadikan salah satu

alternatif terapi yang murah namun tetap harus dilakukan dengan benar

dan sesuai arahan dokter.

58
59

b) Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu bahan yang dapat

dijadikan pengembangan dari intervensi keperawatan terkait

pengembangan keperawatan komplementer dan keperawatan

transkultural.

c) Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber inspirasi rekan-rekan perawat

yang ingin lebih mengembangakan penlitian ini yang mungkin mengarah

kepada penelitian eksperimen sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih

mengembangkan ilmu keperawatan yang lebih dinamis dan tidak

terkunkung oleh paradigma lama, namun harus tetap berdasarkan

evidance based.

Anda mungkin juga menyukai