BAB I
PENDAHULUAN
Dan diketahui juga bahwa alkaloid mempunyai efek sebagai antidiabetes. [5]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Glukosa plasma dua jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram.
II.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus
Saat ini diperkirakan terdapat 285 juta penduduk dunia yang menderita
diabetes, meningkat dibandingkan tahun 2008 ketika penderita diabetes mencapai
246 juta penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 380 juta
penduduk pada tahun 2025, atau setara dengan 7,1% dari total penduduk dewasa
pada tahun tersebut, dan akan meningkat lagi menjadi 439 juta penduduk pada
tahun 2030. Prevalensi Diabetes mellitus sendiri mulai mengalami kenaikan pada
awal dekade 1990-an, seiring dengan meningkatnya pula prevalensi obesitas. [7]
Di berbagai belahan dunia, angka kejadian diabetes mellitus terus
meningkat, baik di negara berkembang seperti India, maupun di negara maju
seperti Amerika Serikat. Jumlah penderita DM di India meningkat tiga kali lipat
dalam jangka waktu 14 tahun dari tahun 1989-2003. Di Amerika Serikat (AS),
prevalensi DM diperkirakan akan meningkat menjadi 12% pada tahun 2050, dari
sebelumnya 5,6% pada tahun 2005, dan prevalensi pada penduduk usia 65 tahun
ke atas diprediksi akan meningkat menjadi 20,1% pada tahun 2050 dari
sebelumnya 12,9% pada tahun 2010. [7]
Diabetes Melitus yang merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika
Serikat (AS), diderita oleh sekitar 23,6 juta penduduk usia dewasa di negara
tersebut. Jumlah tersebut merupakan 7,8% dari total populasi AS. Diabetes juga
merupakan salah satu penyebab kematian utama (nomor 4) di Taiwan. Insidens
DM Tipe-2 di Taiwan adalah 6,5 per 100.000 penduduk. Sementara itu, di Tokyo
Insidens Diabetes Melitua tergolong lebih rendah, yaitu mencapai 2,8 per 100.000
penduduk. Sedangkan di Inggris diperkirakan terdapat 2,8 juta penduduk yang
mengidap diabetes. [7]
Prevalensi diabetes mellitus di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia
dapat dibilang cukup tinggi. Pasalnya, dari sekitar 100 juta penduduk dunia yang
menderita DM, 7 juta di antaranya tinggal di Asia Tenggara. Sementara dibanding
dengan negara-negara lainnya di dunia, Indonesia merupakan negara dengan
jumlah kasus diabetes mellitus terbesar keempat pada tahun 2000. [6]
insulin.
[6,7]
[2]
yaitu Triaspoli
poliuri (banyak
efektif apabila diberikan sebagai monoterapi atau dikominasikan dengan agen lain
seperti metformin. Obat ini meningkatkan pelepasan insulin hanya apabila
tingginya kadar insulin namun tidak pada normoglikemi. Jadi insidensi
hipoglikemi sangat rendah berbanding dengan insulin sekretagogue lain.
II.1.5.2 Biguanida
Biguanida yaitu metformin yang cara kerjanya tidak bergantung kepada sel
beta namun bekerja dengan:
a. Menurunkan glukoneogenesis renal dan hepar
b. Memperlahankan absorpsi glukosa dari gastrointestinal dengan meningkatkan
konversi glukosa pada laktat oleh enterosit
c. Stimulasi glikolisis secara direk dengan meningkatkan pembuangan glukosa
dari darah
d. Menurunkan kadar glukagon dalam plasma.
II.1.5.3
Thiazolidinedion
10
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Apocynales
Familia
: Apocynaceae
Genus
: Catharanthus
Spesies
11
putih, bentuk batang bulat. Helaian daun tunggal, terletak berhadapan dengan
pertulangan daun menyirip, bentuk helaian daun memanjang, bulat telur terbalik
sampai oval, pangkal runcing, ujung runcing, tepi daun rata, ibu tulang daun agak
tebal dan berdaging, pertulangan daun sedikit melengkung, warna hijau, tangkai
daun 5-6 mm, ukuran helaian daun 2-9 cm, berbulu pada kedua permukaannya.
Perbungaan berupa bunga majemuk menggarpu, di ketiak daun yang biasanya
dipadati oleh beberapa pasang daun, panjang ibu tangkai bunga 1-2 mm, tegak.
Kelopak bunga berukuran 6 mm, terbagi menjadi 5 helaian yang saling
berlekatan, berambut. Mahkota bunga bersama tabung mahkota berukuran 2-3 cm,
bagian dalam tabung berambut sampai di ujung tabung termasuk di sekitar kepala
sari, bagian ujung mahkota terbagi menjadi 5 bagian daun mahkota (limbus)
dengan ukuran diameter 3-4 cm, letak limbus saling terputar satu dengan yang
lain, tidak berambut, warna limbus merah, putih atau merah muda. Kelenjar di
bagian pangkal bakal buah lebih panjang daripada ruang ovarium tetapi kurang
dari ukuran daun-daun pembentuk bakal buah (karpela). Buah berbentuk kapsul,
ukuran panjang 2-2,5 cm, berisi lebih dari 45 biji, berwarna hitam. Berbunga
sepanjang tahun.[13-15]
II.2.3 Simplisia
Helaian daun berwarna hijau, bentuk memanjang atau bundar telur,
panjang 2,5-9 cm, lebar 1,5-2,5 cm, ujung daun terdapat bagian meruncing kecil,
pangkal daun runcing ada juga yang tumpul atau membulat, tepi daun rata,
permukaan atas agak mengkilat, pada kedua permukaan terutama permukaan
bawah terdapat rambut-rambut halus. Tulang daun menyirip, tulang daun utama
menonjol ke bagian permukaan bawah daun. Tangkai daun pendek.[13]
II.2.4 Kandungan Kimia
Tumbuhan mengandung lebih dari 70 macam alkaloid, termasuk 28
biindol alkaloid. Kandungan yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah
(hipoglikemik) antara lain leurosin, katarantin, lochnerin, tetrahidroalstonin,
vindolin dan vindolinin. Dan yang berkhasiat antikanker antara lain vinblastin dan
vinkristin.[16]
12
sangat aktif dan bersifat onkolitik, yaitu vinblastin dan vinkristin. Senyawa
tersebut mengandung vindolin atau turunannya yang terikat pada indol tetrasiklik,
karbometoksivelbanamida, yang merupakan turunan alkaloid utama lainnya pada
daun tapak dara, katarantin. Alkaloid lainnya dalam kelompok ini adalah leurosin
dan leurosidin.[17]
Alkaloid adalah senyawa kimia aktif yang memiliki potensi penting. Lebih
dari 400 alkaloid terkandung dalam tanaman ini yang digunakan dalam bidang
farmasi, pertanian, perasa dan pengaroma, ramuan, zat tambahan makanan dan
pestisida. Alkaloid-alkaloid yang terkandung contohnya aktineoplasdimerik,
vinblastine,vinkristin, vindesin, vindelin tabersonin dan lain-lain adalah
kandungan yang umum ditemukan di semua bagian tanaman. Ajmalisin , vinsein,
vineamin, raubasin, reserpine, catharanthin ditemukan pada akar dan bagian dasar
batang. Rosindin adalah pigmen antosianin yang ditemukan di bunga catharanthus
roseus.[18]
II.2.5 Khasiat
Ada beberapa khasiat yang dimiliki oleh tapak dara:[18]
II.2.5.1 Anti kanker
Alkaloid antikanker seperti vinblastine dan vinkristin ditemukan di batang
dan daun catharanthus roseus. Alkaloid-alkaloid ini memiliki efek menghambat
beberapa tumor manusia. Vinblastine digunakan secara eksperimental untuk
mengobati
neoplasma
dan
direkomendasikan
unuk
penyakit
hodgkins,
13
Ekstrak kasar dari bagian tanaman yang berbeda sudah diteliti aktivitas
antibakterinya. Ekstrak dari daun menunjukkan efikasi lebih tinggi yang
signifikan. Aktivitas antibakteri dari ekstrak daun tanaman ini telah diuji terhadap
microorganism seperti Pseudomonas aeruginosa NCIM 2036, Salmonella
typhimuruim NCIM 2501, Staphylococcus aureus NCIM 5021 dan diketahui
bahwa ekstrak tersebut dapat digunakan sebagai agen propilaktat dalam
pengobatan berbagai macam penyakit.
II.2.5.4 Antioksidan
Potensi antioksidan dari ekstrak etanol akar dari dua varietas
Catharanthus roseus yaitu rosea ( bunga pink) dan alba (bunga putih) sering
digunakan dalam pengujian yang berbeda.
II.2.5.5 Antihelminthik
Infeksi cacing adalah infeksi kronik yang menginfeksi manusia dan ternak.
Catharanthus roseus digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai anti cacing.
Senyawa anticacing dari ctharanthus roseus telah di evaluasi menggunakan
Pherithema postuma sebagai model eksperimental dengan Piperazin sitrat sebagai
standar. Ekstrak etanol dengan konsentrasi 250mg/ml menunjukkan aktivitas
antihelmintik yang signifikan.
II.2.5.6 Antibisul
Alkaloid Vinkamin dan Vindolin dari tanaman ini menunjukkan ativitas
antibisul.
II.2.5.7 Hipotensi
Ekstrak daun tanaman membuat perubahan hipotensi secara signifikan.
II.2.5.8 Antidiare
Aktivitas antidiare dari ekstrak etanol daun telah diujikan pada tikus galur
Wistar secara eksperimental dengan minyak jarak sebagai agen penginduksi diare
yang diberikan sebelum pemberian ekstrak. Efek anti diare dari ekstrak etanol
catharanthus roseus menunjukkan penghambatan diare yang diinduksi oleh
minyak jarak.
II.2.6 Efek Farmakologi
Pemberian ekstrak daun tapak dara dosis tunggal 150 mg/kgBB secara i.p
pada tikus puasa diabetes yang diinduksi aloksan dapat menurunkan kadar
14
glukosa darah pada hari ke 7 sebesar 37,1% sedang pada hari ke 14 sebesar 48,5%
dengan pembanding metformin HCl dan glibenklamid (pada hari ke 7 adalah
62,7% dan 65,5% ; pada hari ke 14 adalah 75,9 % dan 71,4%). [19] Jus daun tapak
dara segar 0,5; 0,75 dan 1,0 ml/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah
pada kelinci normal 16,7 % (pada jam ke 6, p<0.05), 28,6% (pada jam ke 18,
p<0.05) dan 31,9% ( pada jam ke 20, p<0.01) dengan pembanding glibenklamid
40 g/kg adalah 31,9 % (pada jam 8, p<0.01). Juga dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada kelinci diabetes yang diinduksi aloksan yaitu 19,6% (pada jam
ke 8), 31,4% (pada jam ke 18) dan 36,5 % (pada jam ke 20) dengan pembanding
glibenklamid 40 g/kg adalah 34,9 % (pada jam 8) dengan p<0.001. Dekokta
daun tapak dara yang diberikan secara p.o pada tikus putih jantan dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada menit ke 210, 240, dan 270 (kadar 15%)
serta pada menit ke 240 dan 270 (kadar 30%).[15,20,21] . Kontraindikasi yaitu
terhadap wanita hamil dan menyusui. Penggunaan tumbuhan ini harus atas
petunjuk dokter. Hanya untuk penderita kencing manis yang telah ditetapkan
dokter. Tanaman ini pernah dilaporkan adanya efek halusinogenik pada pasien
yang menghisap daun tapak dara sebagai pengganti marijuana.[22]
Ekstrak air daun tapak dara terbukti berpotensi menghambat metabolisme
enzim CYP2D6 (IC50= 11 mg/mL). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
ekstrak air daun tapak dara memiliki potensi interaksi dengan obat yang
dimetabolisme oleh enzim CYP2D6, antara lain amitriptilin, imipramin,
haloperidol, propranolol dan dekstrometorfan.[23] Ekstrak etanol (95%) daun tapak
dara yang diberikan dosis 75 mg/ kgBB setiap hari selama 24 hari secara p.o pada
tikus jantan mengurangi bobot badan, juga bobot testis dan prostat yang diautopsi
pada hari ke 25. Fraksi alkaloid herba tanaman yang diberikan secara i.p pada
mencit diperoleh LD50= 4,0 mL/kgBB. [15] Dekokta daun tapak dara 4-8 g per hari.
[24]
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
17
18
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Tanaman tapak dara dapat mengobati diabetes melitus dimana ekstrak
daun tapak dara dosis tunggal 150 mg/kgBB secara i.p pada tikus puasa
diabetes yang diinduksi aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah
pada hari ke 7 sebesar 37,1% dan pada hari ke 14 sebesar 48,5% dengan
pembanding metformin HCl dan glibenklamid.
19
(hipoglikemik)
antara
lain
leurosin,
katarantin,
lochnerin,
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar E Y. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi. ITB : Dies Natalis
ITB. 2006
2. WHO. Traditional medicine. United Nation : WHO. 2003
3. De Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMJ. Medical and
Poisonous Plants 1. Bogor: PROSEA. 1999
4. Soriton H, Yamlean PVY, Lolo WA. Uji efektivitas ekstrak etanol daun
tapak dara (Catharantus roseus (L.) G.Don) terhadap penurunan kadar
20
gula darah tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus L.) yang
diinduksi sukrosa. Pharmacon. 2014. 3(3)
5. Ibrahim M, Mehjabeen SS, Narsu ML. Pharmacological Evaluation Of
Catharanthus
Roseus.
International
Journal
of
Pharmaceutical
Applications.2011;2(3)
6. Widjayanti, A., Ratulangi, B.T. Pemeriksaan Laboratorium Penderita
Diabetes.
Available
from
:http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/pus-1.htm. Access :
8 Desember 2015
7. World Health Organisation. Diabetes mellitus : Report of a WHO Study
Group. World Health Organisation. Geneva-Switzerland. 2006. S5-36.
8. John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang
Baru. Cermin Dunia Kedokteran. 2006; 127:37-40.
9. Publlication and Product National Diabetes facts Sheet. Available :
http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/general05.htm#what. Access : 8
Desember 2015
10. Price, A. S dan Wilson, M. L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Prosesproses Penyakit Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
11. Katzung, B.G., 2007, Vasodilator & Terapi Angina Pektoris, dalam
Katzung, B.G., Farmakologi Dasar & Klinik (Basic & Clinical
Pharmacology), edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
12. Arsi TA. Uji Potensiasi Efek Hipnotik Natrium Tiopental Oleh Ekstrak
Toluena Herba Tapak Dara(Catharanthus roseus [L.] G. Don) pada Mencit
Putih Jantan Galur Swiss Webstar [skripsi]. Surakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta ; 2008
13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika Indonesia.
Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1995 .6771
14. Backer CA, Bakhuizen VDB.
21
Diabetic
Rats,
International
Journal
of
Pharmacy
and
22