PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM)
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA,
2015). Jumlah penyandang diabetes melitus cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan jumlah populasi, perubahan
pola hidup, peningkatan prevalensi obesitas, dan kurangnya kegiatan fisik
(Brunner dan Suddarth, 2010). Laporan World Health Organization (WHO)
mengenai studi populasi DM di berbagai negara, jumlah penyandang DM pada
tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dengan prevalensi 8,4
juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa),
dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
2013 penyandang DM diatas usia 15 tahun mengalami peningkatan dua kali lipat
dari tahun 2007. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia
cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup
masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes
RI, 2013).
Gejala-gejala yang timbul pada DM disebabkan oleh kerja hormon insulin
yang tidak adekuat dalam menurunkan kadar glukosa darah (Guyton dan Hall, 2007).
Diabetes adalah penyakit kronik kompleks yang berhubungan dengan komplikasi
autofosforilasi dari insulin reseptor, dan aktivitas sintase glikogen. Selain itu
ekstrak kayu manis menghambat glikogen sintase kinase-3 dan defosforilasi
insulin reseptor sehingga meningkatkan sensitivitas insulin (Elisabeth et al., 2011;
Khan et al., 2003). Penelitian sebelumnya pada ekstrak kayu manis
(Cinnamomum sp.) dengan dosis 3 g selama 14 hari memberikan efek yang
signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa (Solomon dan Blannin,
2009). Penelitian lain dengan dosis berbeda (1, 3, 6 gram) dalam waktu 40 hari
dapat menurunkan kadar glukosa darah pada subjek penyandang Diabetes Melitus
tipe 2 (Blevin et al., 2007).
Kayu manis mengandung Cinnamaldehyde sebagai senyawa fitokimia
yang paling dominan bertindak sebagai antioksidan dengan menghambat
pembentukan enzim aldose reduktase yang menimbulkan stress oksidatif, selain
juga bertindak sebagai antihyperglycemic dengan meningkatkan sensitivitas
insulin dan fungsi pankreas (Juane et al., 2012). Kandungan Cinnamaldehyde
pada batang dan daun kayu manis berbeda yaitu 35% pada daun dan 26% pada
batang kayu manis (Daswir, 2006). Penggunaan ekstrak batang kayu manis 1000
mg/kg BB pada mencit yang obesitas menunjukkan hasil yang signifikan terhadap
penurunan glukosa darah mencit (Afrianti et al., 2014). Penelitian ekstrak daun
kayu manis Cinnamomum macrocarpum 100 mg/kg pada mencit yang diinduksi
aloksan juga menunjukkan penurunan glukosa darah (Jothi et al., 2015).
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui perbedaan pengaruh ekstrak
batang dosis 1000 mg/kg BB dan daun Cinnamomum burmanii dosis 100 mg/kg
BB selama 14 hari terhadap glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan (Jothi et
al., 2015; Solomon dan Blannin, 2009).
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah penelitian yaitu
bagaimana pengaruh ekstrak batang kayu manis dosis 1000 mg/kg BB dan daun
kayu manis dosis 100 mg/hari selama 14 hari dalam menurunkan glukosa darah
mencit.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak batang
kayu manis dosis 1000 mg/kg BB dan daun kayu manis dosis 100 mg/kg BB
selama 14 hari dalam menurunkan glukosa darah mencit.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh ekstrak batang kayu manis dosis 1000 mg/kg BB
selama 14 hari terhadap glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
2. Mengetahui pengaruh ekstrak daun kayu manis dosis 100 mg/kg BB
selama 14 hari terhadap glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
3. Mengetahui perbedaan pengaruh esktrak batang kayu manis dosis 1000
mg/kg BB dan daun kayu manis dosis 100 mg/kg BB selama 14 hari
terhadap kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman dalam penelitian terutama dalam bidang
eksperimental.
1.4.2
Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa ekstrak kayu manis
1.4.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Diabetes Melitus
2.1.1
2.1.2
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin
atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin, terdapat 2 tipe utama
diabetes melitus (Sarah et al., 2004).
pada otot dan jaringan adiposa, penurunan progresif dalam sekresi insulin
pankreas, produksi glukosa hepatik yang tak terkendali, sekresi glukagon yang tak
terkendali, dan penurunan produksi inkretin pada gastrointestinal (Muscelli et al.,
2008).
Kelainan utama yang terjadi pada penyandang DMT 2 adalah resistensi
insulin dan disfungsi sel- progresif. Otot, lemak, dan jaringan lain menjadi
kurang responsif terhadap insulin, sehingga sel mencoba untuk menjaga dengan
memproduksi insulin. Beberapa orang mungkin bahkan memiliki serangan
hipoglikemia ketika sirkulasi insulin yang berlebihan dalam aliran darah akibat
resistensi insulin. Hipoglikemia ini adalah penanda resistensi insulin dan
dipandang sebagai prekursor DMT 2. Keadaan resistensi insulin sel
memproduksi insulin lebih dari yang diperlukan untuk mengkontrol kadar glukosa
agar tetap optimal. Pola sekresi insulin yang abnormal juga disebabkan oleh
disfungsi sel dan menjadi semakin buruk dari waktu ke waktu. Penelitian telah
menunjukkan bahwa pada saat didiagnosis, setidaknya 50% dari fungsi sel- telah
hilang. Selain itu pada saat yang sama, hati memproduksi lebih banyak glukosa
dari tubuh agar dapat digunakan, menyebabkan peningkatan kadar glukosa
plasma. Insulin dibutuhkan untuk menghentikan produksi glukosa hati karena
dengan kurangnya insulin dan resistensi insulin, hati terus membuat glukosa
secara tak terkendali (Barr, 2008).
2.1.4
Manifestasi Klinis
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan jika ada keluhan khas DM
mengakibatkan dehidrasi sel yang berat karena glukosa darah tidak bisa berdifusi
dengan baik sehingga terjadi peningkatan tekanan osmotik pada ekstraseluler
yang menyebabkan cairan berpindah ke ekstraseluler. Selain efek dehidrasi sel
langsung akibat glukosa darah yang berlebihan, keluarnya glukosa kedalam urine
akan menimbulkan keadaan diuresis osmotik, yaitu berkurangnya reabsorbsi
ginjal karena adanya glukosa pada urine yang menyebabkan banyaknya urin yang
dikeluarkan (poliuria) sehingga terjadi dehidrasi dan timbul rasa haus berlebihan
yang menyebabkan banyak minum (polidipsia). Defisiensi glukosa intrasel
menyebabkankan peningkatan nafsu makan (polifagia) untuk meningkatkan
asupan energi bagi tubuh, namun tetap tidak terpenuhi sehingga terjadi penurunan
berat badan pada penyandang DM karena metabolisme lemak dan protein (Pasha
dan Suhail, 2014).
2.1.6
Kriteria Diagnosis
Untuk mendiagnosis DM diperlukan adanya gejala klasik yaitu poliuria,
polidipsia, dan polifagia, ditambah dengan kadar glukosa darah sewaktu 200
mg/dL atau gejala klasik dengan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL. Untuk
pasien DM tanpa gejala khas dan dilakukan pemeriksaan glukosa darah yang baru
satu kali abnormal masih belum cukup kuat untuk menjadi patokan diagnosis DM.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan hasil
abnormal yaitu dengan hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) (Davidson et al.,
2000).
2.2.1
10
2.2.2
Sekresi Insulin
Proses sekresi insulin terjadi beberapa tahap setelah adanya rangsangan
11
Gambar 2.2 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi glukosa
(Manaf, 2006).
2.2.3
kebutuhan tubuh normal dalam bentuk dua fase (biphasic). Sekresi insulin normal
biphasic ini terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang berasal dari
makanan atau minuman. Insulin yang dihasilkan ini berfungsi mengatur regulasi
glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis yaitu 100-125 mg/dL saat
berpuasa dan 140-199 mg/dL pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu (Fan et
al., 2015; Ananda et al., 2009) .
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi
insulin yang terjadi segera beberapa menit setelah ada rangsangan terhadap sel
beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat (pulsatile secretion). Terjadinya
peningkatan sekresi pada insulin menyebabkan insulin lebih efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah postprandial. Berakhirnya fase 1 diikuti
12
13
IGT
DM
Type 2DM
Basal
Second
Phase
Insulin Secretion
First-Phase
Intravenous glucose stimulation
Gambar 2.3 Dinamika kerja insulin setelah beban glukosa intravena pada
keadaan normal dan keadaan disfungsi sel beta (Manaf, 2006)
14
2.2.4
Aksi Insulin
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme
dalam tubuh terutama metabolisme karbohidrat dan utilisasi glukosa oleh hampir
seluruh jaringan tubuh. Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak,
insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang
terdapat pada membran sel (Zhengpin et al., 2007).
Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal
yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan
lemak. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan
kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan juga mendorong penempatannya di
membran sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja
memasukkan glukosa dari ekstrasel ke intrasel untuk selanjutnya mengalami
metabolisme. Pada DMT 2 memiliki ciri khas yaitu menurunnya sensitivitas
insulin terhadap glukosa (Zeggini et al., 2014).
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan
metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana
GLUT-2 berfungsi mengangkut glukosa melewati membran sel untuk masuk
kedalam sel. Dalam hal inilah jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur
homeostasis glukosa tubuh. Peninggian kadar glukosa darah puasa bisa terjadi
dengan peningkatan produksi glukosa secara endogen yang berasal dari proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar yang dikontrol oleh hormon
insulin. Ketika jaringan hepar resisten terhadap insulin maka efek inhibisi hormon
tersebut menjadi tidak lagi optimal hingga makin tinggi tingkat resistensi insulin
15
2.2.5
pada
metabolisme
terutama
glukosa
sehingga
banyak
dampak
yang
ditimbulkannya. Pada dasarnya ini bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa
yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar glukosa darah yang dikenal sebagai
gejala diabetes melitus secara klinis. Pada (DMT2) yaitu jenis diabetes yang
paling sering ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua
faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi insulin (defisiensi insulin) dan kurang
sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin), disertai oleh faktor
lingkungan (environment). Sedangkan pada (DMT1) gangguan tersebut murni
disebabkan oleh defisiensi insulin secara absolut (Manaf, 2006).
2.3
Direktorat
Jendral
Perkebunan
Cinnamomum
burmanii
16
17
2.3.1
Taksonomi
Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System (ITIS) kayu manis
Plantae
Subkingdom
Viridiplantae
Infrakingdom
Superdivision
Division
Subdivision
Class
Superorder
Order
Family
Streptophyta
Embryophyta
Tracheophyta
Spermatophytina
Magnoliopsida
Magnolianae
Laurales
Lauraceae
Genus
Species
Cinnamomum Schaeff.
Cinnamomum burmannii
18
Senyawa bioaktif yang ditemukan pada batang kayu manis memiliki sifat
insulin-mimetic yaitu meningkatkan uptake glukosa dengan mengaktifkan reseptor
insulin, autofosforilasi reseptor insulin, dan aktivitas sintesis glukosa (Baker et
al., 2008). Pada daun kayu manis juga terdapat antioksidan yang dapat digunakan
untuk melawan oksidan bagi tubuh yaitu -terpineol, phenol, camphene, pinene, -pinene yang juga dapat membantu dalam meningkatkan potensi aktifitas
insulin dan metabolisme tubuh (Cinnamon and Cassia, 2004). Pada kayu manis
juga terdapat eugenol dan cinnamaldehyde yang secara signifikan menurunkan
kadar glukosa darah dan meningkatkan plasma insulin terhadap tikus yang
diinduksi streptozotocin (Babu et al., 2007; Srinivasan et al., 2014).
2.3.3
Manfaat Tanaman
Tanaman kayu manis telah digunakan sejak lama oleh bangsa Mesir (1500
19
2.4
Aloksan
Aloksan adalah agen yang digunakan untuk penatalaksanaan insulinoma
pada manusia dan untuk mereduksi hewan percobaan menjadi diabetes dengan
merusak sel beta pankreas yang menghasilkan insulin (Sohrabi et al., 2006).
Ankhur dan Ali (2012) mengatakan bahwa mekanisme kerja aloksan
dibagi menjadi 4 fase yaitu:
1. Hipoglikemia, maksimal selama 30 menit setelah penginduksian karena
peningkatan stimulasi sekresi insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia.
2. Fase kedua terjadi setelah satu jam yang menyebabkan hiperglikemia
pada mencit karena aloksan telah sampai pada sel beta pankreas mencit
dan menghambat sekresi insulin.
3. Hipoglikemia yang terjadi karena induksi aloksan pada sekretori granul
dan ruptur membran menyebabkan hipoglikemia sementara.
4. Merupakan respon terakhir dari induksi aloksan setelah 48 jam yang
menyebabkan kerusakan permanen sel beta pankreas sehingga menjadi
diabetes.
Penggunaan
aloksan
dapat
diinduksikan
pada
mencit
secara
20
normal (NaCl 0,9%) dan dapat dilihat perkembangan mencit menjadi DM selama
beberapa hari ( Etuk, 2010). Dosis minimal yang dapat diberi pada mencit adalah
65 mg/kg BB yang masih bisa ditolerir tikus liar dan jika lebih dari 140 mg/kg BB
akan menyebabkan kematian pada mencit (Yoko et al., 2010; Etuk, 2010).
21
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Diteliti
Tidak diteliti
22
BAB 4
23
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental
4.2
24
3n 18
n6
Akan tetapi, untuk mencegah terjadinya drop-out karena mencit mati atau
sakit, maka dilakukan koreksi besar sampel dengan menggunakan rumus:
n
'
n=
( 1f )
dengan
dihitung,
'
n =
Kriteria Inklusi
4.3.2
Kriteria Eksklusi
- Berat badan mencit turun 10% selama aklimatisasi
- Mencit mati selama penelitian
25
Induksi
aloksan
4.5
Definisi Operasional
1. Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
Definisi
Alat ukur
Timbangan
Hasil ukur
Skala ukur
2. Glukosa Darah
Definisi
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Nominal
:
:
:
26
4.6.2
Bahan Eksperimen
Batang dan daun kayu manis yang telah di ekstrak di laboratorium Kimia
UNAND
4.6.3
4.6.6
-
4.6.7
-
27
Alat-alat tulis.
4.7
Prosedur Penelitian
4.7.1
4.7.2
Perencanaan Dosis
A. Dosis Aloksan
Aloksan 150 mg/kg BB secara intraperitoneal dosis tunggal yang
28
4.7.3
mg/kg BB secara intraperitonial dosis tunggal dan setelah itu diberikan makan
tambahan untuk mencegah drop-out mencit karena kekurangan glukosa (Federiuk
et al., 2004; Maroo et al., 2003).
B. Ekstrak Kayu Manis
Ekstrak kayu manis didapatkan dengan metode maserasi etanol
(Gabriella et al., 2014). Ekstrak kayu manis diberikan setelah 5 hari
penginduksian aloksan untuk menstabilkan aloksan dan mencit menjadi DM
(Waguri et al., 1997).
C. Pengukuran Glukosa Darah
Kadar glukosa darah mencit setelah diinduksi diukur dengan metode
enzimatis menggunakan alat cek glukosa Easy Touch dengan sampel dari vena ekor
mencit. Glukometer memudahkan pengukuran kadar glukosa darah, dengan sampel
darah yang dibutuhkan hanya 1 L dan hasil pengukuran akan keluar dalam
beberapa detik, serta diaplikasikan dalam strip satu kali pakai (Hones et al., 2008).
29
4.7.4
30
Post-hoc untuk melihat kelompok dengan perbedaan data yang signifikan. Semua
proses analisa data akan diproses menggunakan aplikasi komputer.
4.8
Etika Penelitian
Pemeliharaan mencit akan dilakukan didalam kandang khusus untuk
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti Ria, M Husni Mukhtar, Allen Baksir. 2014. Uji Aktivitas Diabetes Tipe II
Ekstrak Etanol Sisa Penyulingan Kulit Batang Kayu Manis Dengan
Induksi Lemak Terhadap Mencit Putih Jantan. Jurnal Scientia Farmasi
dan Kesehatan, Vol. 4, No. 2 p. 51-54
Aileen JF King. 2012. The use of animal models in diabetes research. British
Journals of Pharmacology, Vol. 166, No. 3, p. 877894
American Diabetes Association. 2015. Diagnosis and Classification of Diabetes.
http://care.diabetesjournals.org diakses pada 20 November 2015
American Diabetes Association. 2015. Standards Of Medical Care In Diabetes.
http://www.diabetes.teithe.gr diakses pada 20 November 2015
Ananda MD Basu, Rita MD Basu, Cobelli PHD Claudio. 2009. Effects of Type 2
Diabetes on Insulin Secretion, Insulin Action, Glucose Effectiveness, and
Postprandial Glucose Metabolism. Journal Diabetes Care, Vol. 32, No. 5, p.
72
Anderson RA, Broadhurst L, Polansky MM, Schmidt WF, Khan A., Flanagan VP,
Schoene NW, dan Graves D. 2004. Isolation and Characterization of
Polyphenol Type-A Polymers from Cinnamon with Insulin-Like
Biological Activity. Journals Agricultural Food and Chemical, Vol. 52,
No. 1, p. 65-70
Ankur Rohilla dan Shahjad Ali. 2012. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms
and Effects. International Journal of Research in Pharmaceutical and
Biomedical Sciences, Vol. 3, No. 2 p. 819-823
Babu P Subash, Prabuseenivasan S, Ignacimuthu S. 2007. Cinnamaldehyde a
potential antidiabetic agent. Phytomedicine journals, Vol. 14, No. 1, p.
15-22
Baker L William, Gutierrez Williams, Gabriela, Michael. 2008. Effect of
Cinnamon on Glucose Control and Lipid Parameters. Care Diabetes
Journal, Vol. 31, No. 1, p. 41
Barr Rhonda, Myslinski, M Jane, Scarborough Pamela. 2008. Understanding Type
2 Diabetes: Pathophysiology and Resulting Complications. Magazine of
Physical Therapy. 16 februari. halaman 34. USA
Blevins M Steve, Leyva J Misti, Brown Joshua, Wright Jonelle. 2007. Effect of
Cinnamon on Glucose and Lipid Levels in Non-Insulin-Dependent Type
2 Diabetes. Care Diabetes Journal, Vol. 30, No. 9, p. 2236-2237
33
Boirie Yves, Broyer Michel, Marie France Gagnadoux, Niaudet Patrick, Bresson
Jean-Louis. 2000. Alterations of protein metabolism by metabolic
acidosis in children with chronic renal failure. Journal Kidney
International, Vol. 58, No.1 p. 236.
Brunner and Suddarth's. 2010. Textbook of Medical-Surgical Nursing (edisi 12).
Philadelphia: Wolters Kluwers Health
Chen Jian-Xiong. 2008. Regulation of Vascular Maturation Regression In
Diabetes. Research open journal, Vol. 10, No. 13, p. 116-117
Daswir. 2011. Profil Tanaman Kayu Manis di Indonesia (Cinnamomum spp.).
balittro.litbang.pertanian.go.id/ diakses pada 5 Januari 2016
Davidson Mayer B MD, Schriger David L MD MPH, Peters Anne L MD, Lorber,
Brett MPH, 2000. Revisiting the oral glucose tolerance test criterion for
the diagnosis of diabetes. Journal of General Internal Medicine, Vol. 15,
No. 8, p.1
Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Buku Tanaman Rempah dan Penyegar.
http://ditjenbun.pertanian.go.id diakses pada 20 November 2015
Elisabeth Fabian, Sabine Tscher, Ibrahim Elmadfa, Thomas R. Pieber. 2011.
Use of Complementary and Alternative MedicineSupplements in Patients
with Diabetes Mellitus. Ann Nutrition and Metabolism Journal, Vol. 10,
No. 1007, p. 101108
Engelgau, Michael M. 2004. Diabetes Diagnostic Criteria and Impaired
Glycemic States: Evolving Evidence Base. Clinical Diabetes nursing and
allied health, Vol. 22, No. 2, p. 69
Etuk E. 2010. Animals models for studying diabetes mellitus. Agriculture and
Biology Journal of North America Vol. 1, No. 2, p. 131-134
Fan Fan, Ji, Chen, Wu Yumei, Ferguson Shawn M, Tamarina Natalia. 2015.
Dynamic 2 regulates biphasic insulin secretion and plasma glucose
homeostasis. Journal of clinical investigation, Vol. 125. No. 11, p. 4026
Federiuk IF, Casey HM, Quinn MJ, Wood MD, Ward WK. 2004. Induction of
type-1 diabetes mellitus in laboratory rats by use of alloxan: route of
administration, pitfalls, and insulin treatment. Comp medicine, Vol. 54,
No. 3, p. 252
Gabriella Alusinsing, Widdhi Bodhi, dan Sri Sudewi1. 2014. Uji Efektifitas Kulit
Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus)
Yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 3, No.
3, p. 273
34
Guyton AC dan JE Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi 11). Jakarta:
EGC
Holl RW. Grabert E. Heinze W, Sorgo K, M Debatin. 1998. Age at onset and
long-term metabolic control affect height in type-1 diabetes mellitus. Eur
J Pediatr, Vol. 157, No. 43, p. 972
Hnes J., Mller P., Surridge N. 2008. The technology behind glucose meters: test
strips. Diabetes Technol Ther, Vol. 10, No. 10, p. 26
Integrated Taxonomy Information System. 2015. Taxonomy Serial of
Cinnamomum Burmanii. http://www.itis.gov diakses 20 November 2015
Jothi M. Arul A, Benno Susai Vijayakumar, C.S. Parameswari, S.Vincent, S.
Sivasubramanian. 2015. Antidiabetic Activity Of Cinnamomum
Macrocarpum Hoo F Leaves On Alloksan- Induced Diabetic Swiss
Albino Mice International Journal of Plant, Animal and Environmental
Sciences, Vol. 5, No. 3, p. 16-21
Juane Li, Tonghua Liu, Lei Wang, Xiangyu Guo, Tunhai Xu, Lili Wu, Lingling
Qin, Wen Sun. 2012. Antihyperglycemic and antihyperlipidemic action of
cinnamaldehydein C57blks/j Db/db mice. Journal tradisional china
medicine, Vol. 323 No. 3, p. 446
Khan Alam, Safdar, M Khan, MM Khattak, K and Anderson R. 2003. Cinnamon
Improves Glucose and Lipids of People With Type 2 Diabetes. Care
Diabetes Journal, Vol. 26, No. 12, p. 3215-3218
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pusat Data dan Informasi
Kesehatan Kementrian RI. www.depkes.go.id
diakses pada 20
November 2015
Maroo J, Vasu VT, Gupta S. 2003. Dose dependent hypoglycemic effect of
aqueous extract of Enicostemma littorale Blume in alloxan induced
diabetic rats. Phytomedicine Journal, Vol. 10, No. 2, p. 196
Muscelli Elza, Mari Andrea, Casolaro Arturo, Camastra Stefania, Seghieri
Giuseppe. 2008. Separate Impact of Obesity and Glucose Tolerance on
the Incretin Effect in Normal Subjects and Type 2 Diabetic Patients.
Diabetes Care Journal, Vol. 57, No. 5, p. 1340
Nabil A. Khouri & Haytham Daradka. 2013. Antidiabetic effect of Orchis
anatolica root extracts on alloxan-induced diabetic rats. Journal of
clinical pathology, Vo. 22, No. 10, p. 347
Notoadmojo Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
35
Pasha Alter dan Suhail Bin Ahmed. 2014. Acute Retention of Urine a Rare
Presentation of Type 2 Diabetes Mellitus (DM). International journal
Pharmcy Medicine & Biology Sciene, Vol. 3, No. 3 p. 83
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan
Bagi
Penyandang
Diabetes.
Diunduh
pada
www.pbpapdi.org diakses pada 20 November 2015
Peter KV. 2006. Handbook of herbs and spices (volume 3). Florida. CRC Press
LLC
Ravindran PN, Arya Vaidya Sala, M Shylaja. 2004. Cinnamon and Cassia the
genus Cinnamomum. Edisi 36. Florida: CRC Press LLC
Robert K Murray, Daryl K Granner, Victor W Rodwell. 2006. Biokimia Harper
(edisi 27). Jakarta: EGC
Ryan EA, Pick ME, Marceau C, 2000. Use of alternative medicines in diabetes
mellitus. Care Diabetes Journal. Vol. 18, No. 3, p. 242-5
Sarah Wild, Gojka Roglic, Anders Green, Richard Sichree, Hillary King. 2004.
Global Prevalence of Diabetes Estimates for the year 2000 and
projections for 2030. Journal Diabetic Care, Vol. 27, No. 1, p. 1047
Seino Susumu, Shibasaki Tadao, Minami Kohtaro. 2011. Dynamics of insulin
secretion and the clinical implications for obesity and diabetes. Journal
of Clinical Investigation, Vol. 121, No. 6, p. 2118
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 7. Jakarta:
EGC
Sisko Kondoy, Adeanne Wullur, Widdhi Bodhi. 2013. Potensi Ekstrak Etanol
Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Dari Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Yang
DIinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2, No.3, p. 2302
Sohrabi
36
37
38
LAMPIRAN
Kelompok
Perlakuan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Table 2. Perbedaan rerata glukosa darah mencit hari ke-5 setelah induksi aloksan
Kelompok
Perlakuan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Tabel 3. Perbedaan rerata glukosa darah mencit hari ke-12 setelah induksi aloksan
Kelompok
Perlakuan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Tabel 4. Perbedaan rerata glukosa darah mencit hari ke-19 setelah induksi
aloksan
39
Kelompok
Perlakuan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Tabel 5. Perbedaan rerata glukosa darah mencit dari hasil pengukuran glukosa
darah mencit
Kelompok
perlakuan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
40
Harga
15.000
1000/ml
100.000/bungkus
30.000
3000
371.000
80.000
Jumlah
30
150 ml
3
2
10
1
5
41
Total
450.000
150.000
100.000
30.000
5.000
371.000
400.000