PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengobatan dengan tumbuhan obat dari pada obat paten hasil sintesis.
glukosa sebagai energi didalam sel membuat glukosa tetap dalam aliran
darah dan dapat menyebabkan gula darah tinggi. Gejalah klinis yang umum
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, oleh karena itu salah satu
DM terbagi atas 2 jenis yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II. Diabetes tipe
menurunnya sensitifitas reseptor insulin pada hati, jaringan otot, dan jaringan
sel ß langerhans pankreas untuk mensekresi insulin. Obat golongan ini juga
mempunyai aksi di luar pankreas (aksi ekstra pankreatik). Aksi ini bekerja
(glukosa transporter 2). GLUT2 banyak terdapat pada pankreas dan hati.
STZ juga merupakan antibiotik yang bekerja melalui GLUT2 di dalam tubuh
kenitu (Chrysophyllum cainito L.), daun kenitu dapat digunakan sebagai obat
antidiabetes (Zuhro et al., 2016). Kenitu (Chrysophyllum cainito L.) atau Star
Apple telah menyebar ke seluruh daerah tropis, tanaman ini berasal dari
dataran rendah Amerika Tengah dan Hindia Barat. Di Asia Tenggara, kenitu
Hampir semua bagian tanaman ini bisa digunakan baik daun, buah, bahkan
batangnya. Kenitu merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah Jawa
Timur dan mempunyai fungsi medis .Ekstrak air daun kenitu yang kaya akan
tanin dipercaya oleh masyarakat sebagai anti diabetes, anti inflamasi pada
flavonoid, tanin, dan polifenol. Dalam hal ini golongan senyawa flavonoid dan
saponin yang ada di daun kenitu diduga kuat menurunkan kadar glukosa
darah. Fungsi dari saponin sendiri yaitu mencegah transport glukosa menuju
et al. 2018).
ekstrak etanol daun kenikir (Cosmos caudatus) dosis 100 mg/kg BB efektif
dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan rata-rata hasil penurunan
78, 28 (Tandi J et al. 2017), ekstrak etanol daun jambu air (Syzygium
aqueum (Blum f.) Alston) dosis 200 mg/kg BB efektif dalam menurunkan
kadar glukosa darah dengan rata-rata hasil penurunan 99,25 (Tandi J et al.
2017), ekstrak etanol daun sukun (Artocarpus artilis (Parkinson Ex F.A Zorn)
dosis 200 mg/kg BB efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan
penelitian lebih lanjut mengenai uji efek antidiabetes ekstrak etanol daun
kenitu yaitu 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 150 mg/kg BB. Penelitian ini
dan suspensi Na CMC 0,5% sebagai kelompok kontrol sakit, kelompok III
mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB. Hasil pengamatan berupa kadar
signifikan antara kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjut Post hoc
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
cainito L.)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Family : Sapotaceae
Genus : Chrysophyllum
2. Nama Daerah
daerah, sawo ijo, (Jawa), sawo hejo, (Sunda), sawo kadu (Banten), kenitu
3. Morfologi Tumbuhan
bergaris kasar, kulit batang abu abu gelap sampai keputihan, bagian pohon
Daun tunggal, warna permukaan atas hijau, warna bagian bawah daun
coklat, panjang 9-14 cm, lebar 3-5 cm, helai daun agak tebal, kaku, bentuk
daun susah rontok, daun tunggal berwarna coklat keemasan, bulu bulu halus
yang tumbuh terutama di sisi bawah daun dan di rerantingan. Duduk daun
Buah berbentuk bulat hingga bulat telur, berdiameter 5-10 cm, dengan
kulit buah licin mengkilap, warna buah coklat keunguan atau hijau
getah dan kulit buah tak dapat dimakan. Daging buah putih atau keunguan,
lembut dan banyak mengandung sari buah, rasa daging buah manis,
bentuknya mirip bintang jika dipotong melintang. Biji 3-10 butir, pipih agak
bulat telur, warna biji buah coklat muda sampai hitam, biji buah keras
Keterangan :
A : Daun
B : Cabang Ranting
C : Buah
2016).
5. Kandungan Kimia
a. Alkaloid
N
H
b. Flavonoid
luteolin, vitexin dan isovitexin terdapat pada sereal, sayuran, buah dan
c. Saponin
ekstrak bersama air hangat didalam tabung reaksi, akan timbul busa
cerna dan merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas (Ayunda
R. 2014).
d. Tanin
kayu, daun, buah, dan akar. Tanin dibentuk dengan kondensasi turunan
B.W, 2014). Struktur inti tannin dapat dilihat pada gambar 2.5.
sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari.
2014).
e. Polifenol
yang memiliki cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih
B. Uraian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh , bagian tanaman dan
eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau
zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masi belum
berupa zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan
utuh, bagian hewan atau zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan yang
masih belum berupa bahan mineral, baik yang belum diolah ataupun telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. (Ditjen
panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen
dalam sehari.
b. Sortasi Basah
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti
tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
c. Pencucian
air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air mengalir,
d. Perajangan
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
f. Sortasi kering
kemudian disimpan.
(15º sampai 30ºC), tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5º sampai
15ºC), atau tempat dingin (0º sampai 5ºC). Tergantung dari sifat-sifat dan
h. Pemeriksaan Mutu
C. Metode Ekstraksi
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. (Rambe.
2015).
sebagai berikut.
1. Maserasi
serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
larutan luar sel dan didalam sel. Keuntungan dari metode maserasi yaitu
2. Perkolasi
1. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas relatif konstan dengan
pendingin balik.
3. Digesti
4. Infus
5. Dekok
Dekok adalah proses infus yang lebih lama (suhu lebih dari 30℃)
D. Pankreas
insulin yang relatif atau absolut, seperti pada diabetes melitus yang dapat
mengurangi mortalitas akibat diabetes (Harvey RA. and Pamela CC. 2013).
atau dua pulau sel-sel tersebar diantara bagian eksokrin. Disekitar pulau-
pulau terdapat bantalan pembuluh darah kapiler. Setiap pulau terdiri dari
janis sel α (alfa), (beta), (delta) dan sel F (gamma) yaitu : sel α (alfa) sel
yang menghasilkan glukagon, jumlah sel lebih kecil dan terletak ditepi pulau
Langerhans. Fungsi glukagon adalah memecah glikogen di hati. Sel (beta)
sel yang menghasilkan hormon insulin, jumlah sel lebih banyak dan terletak
E. Pengertian Insulin
jaringan tubuh lainnya. Insulin menyebabkan sel pada otot dan adiposit
dan GLUT4 dan menyimpannya sebagai glikogen di dalam hati dan otot
mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin, dan
Sintesis dan sekresi insulin terjadi didalam sel beta. Proses ini
yang terdiri dari fase pertama yang terjadi singkat (berlangsung sekitar 10
menit) dan diikuti oleh fase kedua yang berkelanjutan. Pada individu normal,
laju sekresi insulin selama fase pertama dan kedua telah diperkirakan1.600
pmol/menit dan 400 158 pmol/menit, (Jensen M, 2015) Fase pertama sekresi
insulin melibatkan difusi kantung kecil dari granul -granul pada membran
dan juga non -nutrisi sekretagog. Fase kedua sekresi insulin umumnya
dalam sel β, tetapi stimulus paling kuat adalah hiperglikemia. Pada diabetes
Depolarisasi sel β mengakibatkan influks ion Ca2+ melalui kanal Ca2+ yang
sensitif tegangan dan memicu pelepasan insulin. Ikatan insulin pada reseptor
sub unit α mengaktivasi aktivitas tirosin kinase sub unit β dan memulai suatu
pada hati, jaringan lemak (adiposa), dan jaringan otot. Di hati, insulin
2014.)
otot, glukosa dioksidasi menjadi CO2 dan asam laktat. Asam laktat berdifusi
kedalam sirkulasi darah dan oleh hepar digunakan sebagai substrat untuk
ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah >120mg%, sel beta pankreas
glikogen. Sedangkan ketika kadar glukosa darah turun <80mg%, sel alfa
dan menghambat konversi asam amino dan asam lemak menjadi glukosa.
Hati dan otot rangka menyimpan gula sebagai glikogen, sementara sel-sel
hidrolisis glikogen, mengubah asam amino dan asam lemak menjadi glukosa
pada jaringan target, dengan hasil kadar glukosa darah yang tinggi. (Cunha
D, Ladriere L, 2014).
(proses pasif) dan transpor aktif sekunder (proses aktif yang pada gradien
ion yang terbentuk melalui hidrolisis ATP , dikenal sebagai transpor aktif
dan GLUT3 adalah 1mM; oleh karena itu GLUT1 dan GLUT3 memiliki
afinitas tinggi terhadap glukosa dan penyerapan dari aliran darah adalah
selaput plasma hepatosit dan sel beta pankreas (Km tinggi GLUT2
dan ditemukan pada otot dan jaringan adiposa . Karena otot adalah tempat
penyimpanan utama untuk glukosa dan jaringan adiposa untuk trigliserida (di
Gambar 2.10 Jalur Sinyal Insulin Dalam Metabolisme Glukosa Di Sel Otot
dan Adiposa (J.Tandi. 2016).
konsentrasi. Difusi yang difasilitasi dapat terjadi antara aliran darah dan sel
glukosa diserap kembali dari filtrat di tubulus lumen , di mana ia berada pada
melapisi tubulus ginjal, dan ke dalam aliran darah di mana glukosa berada
pada konsentrasi yang relatif tinggi. Oleh karena itu, gradien konsentrasi
glukosa menentang reabsorpsi, dan energi diperlukan untuk
+ ; Oleh karena itu gradien Na + harus ditetapkan. Ini dicapai melalui aksi
Na + diekstrusi dari sel dengan imbalan dua ion K + yang masuk melalui
masuk ke dalam sel epitel, glukosa memasuki kembali aliran darah melalui
difusi yang difasilitasi melalui transporter GLUT2. Oleh karena itu reabsorpsi
glukosa tergantung pada gradien natrium yang ada yang dihasilkan melalui
Vos, A, 2014).
glukosa. Dekat dengan loop Henle dan di tubulus nefron berbelit-belit distal
sekunder ini memastikan bahwa hanya jumlah glukosa yang dapat diabaikan
kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
menyebabkan glukosa tidak dapat dikelola atau masuk ke dalam sel untuk
meningkat. Kadar glukosa pada orang normal adalah ≤120 mg/dL pada
kondisi puasa dan ≤140 mg/dL saat 2 jam setelah makan. Penderita diabetes
melitus, kadar glukosa darahnya adalah ≥120 mg/dL pada kondisi puasa dan
≥200 mg/dL saat 2 jam setelah makan. Apabila kadar glukosa darah puasa
dan saat 2 jam setelah makan berurutan adalah ≤120 mg/dL dan 120-200
toleransi glukosa, pada saat puasa kadar glukosa darahnya normal, namun
setelah makan kadar glukosa darahnya berada di atas normal. Hal ini
kelebihan gula tersebut melalui ginjal bersama urin. Gejala ini terutama
pasien yang memiliki sedikit atau tidak normalnya fungsi produksi insulin.
tubuh. Diabetes tipe 1 tersebut sangat lazim terjadi pada anak remaja
terdiri dari bentuk diabetes yang lebih ringan, biasa disebut diabetes
melitus jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja insulin.
insulin tersebut sering dalam kadar yang kurang dari normal atau
c. Diabetes gestasional
oleh beberapa faktor yaitu diabetes disebabkan cacat genetik dari sel
(PERKENI. 2015).
1) Pengaturan Diet
gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, pada dasarnya ditujukan untuk
2) Olahraga
Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per
penggunaan glukosa.
b. Terapi Farmakologi
1) Sulfonilurea
granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan
biasanya memiliki potensi lebih tinggi dan durasi aksinya relatif lebih
a) Klorpropamid
b) Tolbutamid
hati. Lama kerjanya relatif pendek dengan waktu paruh eliminasi 4-5
jam, dan paling baik diberikan dalam dosis terbagi. Karena waktu
paruhnya yang pendek, maka obat ini paling aman digunakan oleh
pasien diabetes lansia (PERKENI. 2015).
c) Tolazamid
a) Glibenklamid (Globurid)
Obat ini memiliki potensi 200 kali lebih kuat dari tolbutamid, masa
dengan gangguan ginjal atau hati yang berat. Dosis awal yang biasa
diberikan adalah 2,5 mg/hari atau lebih kecil, dan dosis pemeliharaan
rerata adalah 5-10 mg/hari, yang diberikan sebagai dosis tunggal pada
b) Glipizide
waktu paruh yang lebih pendek, sehingga sediaan regular glipizid jauh
lebih jarang menimbulkan hipoglikemia yang serius dibanding gliburid.
tidak aktif, dan 10% dieksresikan dalam bentuk utuh dalam urin
(PERKENI. 2015).
c) Glimepirid
efektif dan dosis maksimal yang dianjukan adalah 8 mg. Obat ini
bekerja dalam waktu lama dengan waktu paruh 5 jam sehingga dapat
2) Melitinid
a). Repaglinid
b). Nateglinid
3) Glinid
secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post
(PERKENI. 2015).
1) Metformin
2) Thiazolidinedion
ditemukan di otot, lemak, dan hati. Reseptor ini bersifat kompleks dan
2015).
1) Glukosidase Inhibitor
glukosa plasma pada orang normal dan pasien diabetes melitus. Kerja
(PERKENI. 2015).
1) Inkretin
(PERKENI. 2015).
Inkretin terdiri dari dua jenis yaitu Glugacon Like Peptide-1 (GLP-
K. Uraian Streptozotocin
penurunan NAD dan ATP akan menyebabkan nekrosis dan kerusakan pada
sel β pancreas.
sekresi dan sintesis insulin. Selain itu, kalsium berlebih yang kemungkinan
pembuluh darah. Fase ini berlangsung selama 2 sampai 4 jam. Fase kedua
lemak dan otot, menyebabkan penurunan glukosa darah dengan cepat. Pada
morfologi ditemukan kerusakan yang besar pada hampir seluruh sel β pada
sebagaiberikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Sub-Famili : Murinae
Genus : Rattus
biomedis. Ada perbedaan antara tikus liar dan tikus laboratotium (Rattus
seasonability reproduksi, dan masa hidup lebih pendek dari tikus liar. Tikus
yang terjadi di malam hari dan di pagi hari . Tikus biasanya non-agresif, ingin
Penanganan yang tidak tepat, kekurangan gizi, dan vokalisasi dari tikus putih
jantan merasa paling nyaman di tempat kecil, gelap, ruangan terbatas. Tikus
laboratorium tidak seperti tikus liar yang mungkin untuk melawan ketika
ditempatkan bersama. Tikus laboratorium juga berbeda dari tikus liar pada
kesediaan dan penerimaan makanan (Sengupta P. 2013).
M. Uraian Glibenklamid
1. Farmakokinetik
kurang dari 24 jam. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak di
pada saat distribusi Glibenclamide sangat terikat pada albumin darah, seperti
dan lemah) dan satu metabolit yang tidak teridentifikasi. Metabolit yang tidak
aktif akan dieliminasi melalui rute biliar dan renal secara imbang. Lalu di
bentuk serta kekuatan sediaan oral. Ekskresi glibenclamide 50% melalui urin
2. Farmakodinamik
terutama pada sel langerhans pankreas. Obat ini bekerja secara pankreatik
Obat golongan ini juga mempunyai aksi di luar pankreas (aksi ekstra
pankreatik). Aksi ini bekerja dengan cara menurunkan kadar glukagon serum
3. Efek Samping
lebih rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu
dapat timbul. Hipoglikemi dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat
dosis tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan fungsi hepar dan
Hipoglikemi tidak mudah dikenali pada orang tua karna timbul perlahan tanpa
tanda akut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat menimbulkan
saluran cerna seperti mual, rasa tidak enak di perut atau anoreksia. Efek
samping lainnya yaitu reaksi alergi kulit seperti pruritus, eritema, urtikaria,
4. Interaksi
sehingga secara teoritis obat ini dapat menggeser obat lain yang terikat
glibenklamid. Karena itu, alkohol tidak dianjurkan pada pasien yang sedang
5. Dosis
tunggal 5 mg pada pagi hari, tetapi pada pasien usia lanjut atau pasien
mg atau bahkan 1,25 mg sehari. Jika kadar glukosa darah tidak dapat
dikontrol secara kuat setelah 2-4 minggu, dosis dapat ditingkatkan 2,5-5 mg
dengan interval sama sampai tercapai kontrol glikemia yang diinginkan atau
tercapai dosis maksimum 15-20 mg. Dosis harian yang melebihi 10 mg dapat
dibagi untuk pagi dan malam hari, yang diminum bersamaan dengan
N. Kerangka Teori
Streptozotocin
Kadar 8 – OHdG
meningkat Mengaktivasi poli ADP -
ribosilasi
NADA+ Menurun
ATP Menurun
Hiperglikemia
Diabetes(Tandi J. 2017).
O. Kerangka Konsep Ekstrak Etanol Daun Kenitu
Tanin
Alkaloid
polifenol
Menghambat Menghambat
alkilasi DNA Respon imun
Poly ADP
Reactive Oxygen
Ribosilasi Species (ROS) tidak
terbentuk
NAD+,ATP >>
NAD+,ATP >>
Gambar 2.16 Kerangka konsep ekstrak etanol daun kenitu (Tandi J. 2017).
P. Kerangka Konsep Penelitian
Sreptozotocin
Meningkatkan
Kadar 8-Hidroksi-
+ Mengaktivasi Poli
NAD dan ATP ADP- ribosilasi
Kerusakan sel β
Hiperglikemia
Meningkatnya ROS
Flavonoid
Polifenol
Kadar malondialdehid
meningkat
Mengembalik Meregenera
Memacu Menghambat Menghambat Mengurangi an sensitivitas Mengurangi si sel β
metabolisme penyerapan aktivitas enzim stress reseptor ROS pankreas
glukosa glukosa α-glukosidase oksidatif insulin yang rusak
streptozotocin.
dosis yang efektif sebagai antidiabetes terhadap tikus putih jantan yang
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
ekstrak.
Kelompok I T
E
Kelompok II
R
Kriteria Kelompok III M
Tikus Randomisasi
Inklusi
I
Kelompok IV
N
Kelompok V A
A B C S
Kelompok VI
I
-14 0 7 14 21 28 Hari
Keterangan :
C = Pada hari ke-0 tikus diukur kadar glukosa awal. Dibagi secara acak
menjadi 6 kelompok, lalu diinduksi streptozotocin dengan dosis 40 mg/kg
D=Pada hari ke-7 diukur kadar glukosa darah setelah induksi. Tikus
CMC 0,5% secara per oral setiap hari selama 21 hari sebagai kontrol
sakit.
secara per oral setiap hari selama 21 hari sebagai kontrol positif.
kenitu dengan dosis 50 mg/kg BB secara per oral setiap hari selama 21
hari.
kenitu dengan dosis 100 mg/kg BB secara per oral setiap hari selama 21
kenitu dengan dosis 150 mg/kg BB secara per oral setiap hari selama 21
(Pyrex), Gelas Ukur (Pyrex), Gunting bedah (Smics), Glukotest strip test
Healt Med Care), Spuit injeksi (one med healt care), Spuit oral (one med
1. Populasi Penelitian
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
galur Wistar. Kriteria inklusinya adalah berumur kurang lebih 3-4 bulan, berat
badan 150-200 gram, jenis kelamin jantan, warna bulu putih, kondisi badan
sehat (aktif dan tidak cacat), sedangkan kriteria eksklusinya adalah tikus
sakit, berat badan menurun hingga kurang dari 150 gram dan tikus
D. Cara Kerja
a. Sortasi basah
bahan asing yang tidak berguna atau berbahaya. Yaitu tanah, kerikil,
c. Perajangan
d. Pengeringan
e. Sortasi kering
proses perendaman selama 3 hari, yaitu serbuk daun kenitu yang telah
diayak menggunakan ayakan no. 40 mesh, ditimbang 1000 gram lalu
3. Uji Pendahuluan
suatu tanaman.
a. Uji Flavonoid
b. Uji Saponin
terbentuk buih atau busa yang selama ini tidak kurang dari 10 menit
setinggi 1-10 cm. Pada penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2N,
c. Uji Tanin
tambahkan dengan 1-2 tetes besi (III) klorida, terjadi warna biru atau
d. Uji Alkaloid
atas penangas air selama 2 menit, di dinginkan lalu disaring, lalu diambil
e. Uji Polifenol
ukur 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan aquades hingga 100 ml.
dikonversi pada tikus dengan berat 200 gram adalah 0,018 maka dosis
glibenklamid untuk tikus adalah 0,45 mg/kg BB. Ditimbang serbuk tablet
dengan masing-masing 0,08 gram (dosis 50 mg/kg BB) 0,16 gram (100
mg/kg BB) dan 0,24 gram (150 mg/kg BB). Selanjutnya pada masing-masing
glukosa darah sebelum dan setelah perlakuan yang diperoleh dicatat dan
dianalisis.
Tikus diambil sampel darah masing-masing dari vena ekor dan diukur
diberi perlakuan. Kadar glukosa darah puasa normal pada tikus dalam
dideteksi oleh alat ini. Metode penggunaan alat ini sangat sederhana, sensitif
E. Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Hasil Identifikasi
2. Hasil Ekstraksi
1000 gram diekstraksi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 5 liter dan
bejana, masing masing 500 gram dengan masing masing pelarut etanol
96% 2,5 liter. Bobot ekstrak kental daun kenitu 62 gram. Presentase
pemberian ekstrak etanol daun kenitu selama 21 hari dapat dilihat pada
Tabel 4.2 Kadar Glukosa Darah Tikus Sebelum Induksi. Setelah induksi
Pada hari ke-7, 14, 21, dan ke-28 menunjukan adanya perbedaan
dengan nilai p<0,005 (0.00, 0,00, 0,00, 0,00). Sehingga dilakukan uji lanjut
perlakuan ekstrak etanol daun kenitu dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan
Gambar 4.4 diagram kadar glukosa darah tikus putih jantan setiap kelompok
Kontrol Normal
Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
Kontrol Negatif
500
Kontrol Positif
450
Dosis 50 mg/kg BB
400
Dosis 100 mg/kg
350 BB
300 Dosis 150 mg/kg
250 BB
200
150
100
50
0
Hari Ke-0 Hari Ke-7 Hari Ke -14 Hari Ke-21 Hari Ke-28
Gambar 4.5 grafik kadar glukosa darah tikus putih jantan setiap kelompok
pemberian ekstrak etanol daun kenitu dengan dosis 50 mg/kg BB pada hari
ke 14, 21, dan 28. Hal ini juga sebanding dengan kontrol positif pada hari ke
28, sedangkan kelompok dosis 100 mg/kg BB, dan 150 mg/kg BB
memberikan efek hingga kadar glukosa darah normal pada hari ke-28.
Uji statistik anova satu arah One Way Anova dilakukan untuk mengetahui
glukosa darah awal perlakuan, setelah induksi sesudah perlakuan hari ke-14,
Hasil uji anova Satu Arah One way Anova pada hari ke-0 menunjukan
pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 memperlihatkan adanya perbedaan yang
signifikan atar kelompok perlakuan. Hal ini menunjukan adanya efek dari
BB,100mg/kg BB, dan 150 mg/kg BB.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
melihat nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 oleh karena itu dilakukan uji
lanjut LSD.
B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih jantan, dipilih karena
adalah 75,6 mg/dL- 85,6 mg/dL, kadar glukosa darah tersebut dinyatakan
normal karena berada direntang 50-135 mg/dL. Setelah di puasakan tikus
diamati selama satu minggu. Satu minggu setelah induksi kadar glukosa
darah diperiksa kembali, apabila kadar melebihi 200 mg/dL maka tikus
kadar glukosa darah dengan nilai 240 mg/dL- 527 mg/dL. Hal ini menunjukan
hewan uji pada hari ke- 0,7,14,21,dan 28 dilakukan dengan analisis anova
satu arah (One Way Anova). Berdasarkan hasil uji statistik one why anova
pada hari ke-0 menunjukan bahwa ada perbedaan yang tidak signifikan
antara semua kelompok perlakuan. Hal ini di lihat dari nilai 0,27 (p>0,05).
Data hasil pengukuran pada hari ke-7 untuk kontrol normal, kontrol
negatif, kontrol positif, kelompok dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150
mg/kg BB nilai rerata berturut-turut adalah 84,8 mg/dL, 320,4 mg/dL, 221,4
mg/dL, 265,2 mg/dL, 276,4 mg/dL, 368 mg/dL. Hasil uji statistik One Way
perlakuan. Sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut LSD untuk melihat adanya
perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan. Hasil uji lanjut LSD
peran tinggi dalam kerusakan sel β pankreas. Hal ini membuktikan adanya
Pengukuran data hasil pada hari ke-14 untuk kontrol normal, kontrol
negatif, kontrol positif, kelompok dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150
mg/dL 220,2 mg/dL, 164 mg/dL, 245,8 mg/dL. Hasil uji statistik One Way
semua kelompok perlakuan. Hal ini menunjukan adanya efek dari pemberian
variasi dosis ekstrak etanol daun kenitu, sehingga di lanjutkan dengan uji
perlakuan. Hasil uji menunjukan bahwa kelompok dosis 50 mg/kg BB, 100
mg/kg BB, 150 mg/kg BB berbeda signifikan dengan kontrol normal dan
berbeda tidak signifikan dengan kontrol positif, hal ini menunjukan bahwa
ketiga kelompok dosis dan kelompok positif telah memberikan efek dalam
Hasil pengukuran pada hari ke-21 untuk data kontrol normal, kontrol
negatif, kontrol positif, kelompok dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150
mg/dL 174,6 mg/dL, 143,6 mg/dL, 166,8 mg/dL. Hasil uji statistik One Way
dengan kontrol positif dan berbeda signifikan dengan kontrol normal, yang
artinya dosis 50 mg/kg BB sudah memberi efek tetapi belum mencapai nilai
normal, sedangkan kelompok dosis 100 mg/kg BB dan dosis 150 mg/kg BB
berbeda tidak signifikan dengan kontrol positif dan kontrol normal, yang
artinya sebanding dengan kontrol positif dan mendekati nilai normal. Pada
berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah
tenaga dalam tubuh membuat tubuh terasa lemas sehingga timbul hasrat
ingin terus menerus makan dan aktifatas fisik yang kurang juga dapat
Hari ke-28 data hasil pengukuran untuk kontrol normal, kontrol negatif,
kontrol positif, kelompok dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB
136,6 mg/dL, 130,6 mg/dL, 116,8 mg/dL. Nilai p=0,00 (p<0,05) yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok perlakuan,
sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut LSD untuk melihat perbedaan yang
bermakna antara kelompok perlakuan, hasil uji statistik one way anova pada
kelompok perlakuan . Hal ini menunjukan adanya efek variasi dosis ekstrak
etanol daun kenitu sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut LSD. Hasil uji lanjut
menunjukan bahwa kelompok dosis 50 mg/kg BB, mg/kg BB, 100 mg/kg BB,
150 mg/kg BB, berbeda signifikan dengan kontrol normal dan kontrol positif.
Hal ini menunjukan pada hari ke 28 kadar glukosa darah tikus kelompok
dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, dan 150 mg/kg BB mengalami penurunan
kadar glukosa darah. Penggunaan ekstrak etanol daun kenitu dosis 50 mg/kg
memberi efek penurunan kadar glukosa mendekati kontrol positif, dan dosis
150 mg/kg BB merupakan dosis yang efektif, Hal ini di lihat dari penurunan
melitus yaitu ekstrak etanol daun kenikir pada dosis 100 mg/kg BB dengan
glukosa darah (Tandi J,2017). Pada penelitian lain ekstrak etanol daun
Jambu air pada dosis 200 mg/kg BB dengan rata-rata hasil penurunan 99,25
mg/dL efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah (Tandi J,2017). Pada
penelitian lain ekstrak etanol daun sukun pada dosis 200 mg/kg BB dengan
etanol daun kenitu lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah
kandungan flavonoid, tanin, saponin, polifenol dan alkaoid. Hal ini sesuai
ekstrak daun kenitu yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah
kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari (Prameswari,O.M dan
saluran cerna dan merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas
dapat meningkat dengan baik. Kadar GH yang tinggi akan menstimulasi hati
untuk mensekresi insulin like Grownth Factor-1 (IGF-1). IGF-1 dapat berefek
A. Kesimpulan
bahwa:
streptozotocin.
3. Ekstrak etanol daun kenitu dosis 150 mg/kg BB merupakan dosis yang
B. Saran
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Andry, M., Wintari T., dan Rizqa A. 2014. Uji Aktivitas Jamu Gendong Kunyit
Asam (Curcuma domestica L Val :Tamarindus indica L) Sebagai antidiabetes
pada Tikus Yang Diinduksi Streptozotocin. Asian pacific Journal of Tropical
Biomedicine. 7(3), 1089-1099.
Chowdhury, A. Z., Hossain, M. I., Hossain, S., Ahmed, S., Afrin, T., & Karim,
N. 2012. Effects of Momordica Charantia ( Karela ) in Male long Evans Rat.
Journal of Advanced Laboratory Research in Biology, 3(3), 175–180.
De Vos, A., H. Heimberg, et al. 2014. "Sel beta manusia dan tikus berbeda
dalam transporter glukosa tetapi tidak dalam ekspresi gen glukokinase."
Jurnal Investigasi Klinis. 96(5), 2489-2495.
Harvey RA. and Pamela CC. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta: Widya Medika. 4 (2), 335-33.
Malikul imam HA, Burhan M’arif, Arief S, 2018. Activity Of Ethyl Acetate From
Chrysophyllumcainito L.Leaves In Decreasing Blood Suger Level In Male
Wistar Rast. Malang: University Islamic Phram.
Prameswari, O.M. dan Simon, B.W. 2014.Uji Ekstrak Air Daun Pandan
Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Dan Histopatologi Tikus
Diabetes Melitus. Jurnal Trop Pharmachy Chemstry.2(2), 23.
Scobie IN. 2011. Atlas of Diabetes Mellitus Third Edition. London : Informa
Healthcare
Sotyati. 2016. Flora dan Fauna. Satu Harapan. Jawa Timur. 1(1), 20-32.
Tandi J,Rizky M,Mariani R. 2017. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Sukun
(Artocarpus artilis (Parkinson Ex FA Zorn) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Kolesterol. Jurnal sains dan kesehatan.
Tandi J. 2017. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Jambu Air (Syzygium aqueum
(Burm f.) Alston) Terhadap Glukosa Darah, Ureum dan Kreatinin tikus Putih
(Rattus norvegicus). Jurnal Trop Pharmacy Vol.04 No. 02.
Tandi J. 2016. Obat Tradisional. STIFA PELITA MAS PALU. ISBN. 978-602-
7460-3-1-3. Hal 215.
Tandi J. 2016. Farmasi Klinik II. STIFA PELITA MAS PALU. ISBN. 976-602-
74003-5-1 (jilid II). Hal 183.
Yunita, 2012.Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Daun Cabai
Rawit (Capsicum frutescens L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa Dari
Fraksi Teraktif.Skripsi.FMIPA Program Studi Farmasi.Universitas Indonesia.