Anda di halaman 1dari 29

1

Tugas Individu

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (ORTHOSIPHON


ARISTATUS) TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH TIPE 2 PADA LANSIA
DI RS BOBONG

AYU APRILIA MUSAFIR

(P201801073)

Kelas: L2 keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIFERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI

2021
2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolic dengan karakteristik

hiperglekimia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-

duanya. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa

diabetes mellitus merupakan sesuatau yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatau kumpulan

problema antomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi

insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin

Diabetes mellitus juga merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kebutaan,

gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit jantung dan

stroke. Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010

melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena

penyakit tidak menular (PTM).

Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang dapat melindungi sel B pankreas

dari radikal bebas dengan bersifat sebagai antioksidan Selain itu flavonoid berfungsi

untuk menghambat enzim alfa glikosidase yang berfungsi untuk pemecahan

karbohidrat. (Lokacinova et al., 2008).


3

Penghambatan enzim alfa glikosidase ini menyebabkan penundaan penyerapan

glukosa yang pada akhirnya juga akan menurunkan kadar glukosa darah (Fitrianto dan

Priyo, 2010).

Berdasarkan pola pertumbuhan penduduk Indonesia diperkirakan pada tahun

2020 sejumlah 128 juta penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun dengan asumsi

prevalensi sebesar 4% akan diperoleh 7 juta penduduk menderita diabetes, berdasarkan

data World Health Organization (WHO) pada tahun 1998, diperkirakan jumlah

penderita diabetes di Indonesia akan meningkat 250% dari 5 juta penduduk pada tahun

1995 menjadi 12 juta penduduk pada tahun 2025, kasus diabetes mellitus yang banyak

dijumpai adalah diabetes mellitus tipe 2, yang umumnya mempunyai latar belakang

kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin, dari 110,4 juta kasus

diabetes mellitus yang terdiagnosis tahun 1994, 80-90% terdiri atas diabetes mellitus

tipe 2 (NIDDM), Non Insulin Dependent Diabetes Melitus). Setiap tahun 18-20 juta

orang didiagnosa menderita penyakit ini Berdasarkan analisis antara jenis kelamin

dengan kejadian DM Tipe 2,prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi

daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita

memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. (Irawan, 2010).

Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu dimulai dengan

pendekatan non farmakologis, yaitu berupa perencanaan makan atau terapi nutrisi

medik, kegiatan jasmani, dan penurunan berat badan berlebih atau obesitas. Bila

dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes mellitus belum

tercapai, maka di lanjutkan dengan penggunaan obat atau interfensi farmakologi


4

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan

masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan

keanekaragaman tumbuhannya. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang

berasal dari tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat

bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat

banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan

tumbuhan.

Salah satu obat tradisional yang terus dikembangkan kearah fitofarmaka adalah

obat antidiabetes. Daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) merupakan salah satu

tanaman obat tradisional yang secara empiris digunakan sebagai obat diabetes melitus.

Penyakit diabetes melitus ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi

(hiperglikemik) sehingga pengobatannya dimaksudkan untuk menurunkan kadar

glukosa darah.

Daun kumis kucing mengandung orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin,

polifenol, flavonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol. Beberapa zat ini di

dalam tanaman lain memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah yang secara jelas menyebutkan

bahwa daun kumis kucing dapat menurunkan kadar glukosa darah. Untuk lebih

memberikan dasar bukti manfaatnya, perlu dilakukan penelitian terhadap efek

penurunan kadar glukosa darah dari ekstrak daun kumis kucing, agar informasi

tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.


5

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin membuktikan” Pengaruh

pemberian ekstrak daun kumis kucing (orthosiphon aristatus) terhadap

penurunan glukosa darah tipe 2 pada lansia di RS bobong

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

pada penelitian ini, yaitu :

1. Apakah penberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon Aristatus) dapat

menurukan kadar glukosa dara tipe 2 pada lansia di rs bobong?

2. Apakah terdapat perbedaan efektifitas ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon

Aristatus) dalam menurunkan kadar glukosa darah tipe 2 pada lansia di rs bobong?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ingin menganalisis pengaruh pemberian ekstrak daun kumis kucing

(Orthosiphon Aristatus) terhadap penurunan kadar glukosa darah tipe 2 pada lansia

di rs bobong

2. Tujuan khusus

a. Menganalisis penurunan kadar glukosa darah tipe 2 pada lansia di rs bobong

setelah mendapat pemberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon

Aristatus) 0,25 g/kgBB (gram per kilogram berat badan).

b. Menganalisis penurunan kadar glukosa darah tipe 2 pada lansia di rs bobong

setelah mendapat pemberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon

Aristatus) 0,75 g/kgBB (gram per kilogram berat badan)


6

c. Menganalisis penurunan kadar glukosa darah tipe 2 pada lansia di rs bobong

setelah mendapat pemberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon

Aristatus) 1,25 g/kgBB (gram per kilogram berat badan)

d. Menganalisis efektifitas pemberian ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon

Aristatus) dibandingkan dengan metformin dalam menurunkan kadar glukosa

darah tipe 2 pada lansia di rs bobong.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang glukosa darah tipe 2

1. Pengertian diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kadar glukosa

darah (KGD) yang tinggi (hiperglekimia) akibat pengaturan homeostasis glukosa

tidak berjalan sempurna. dalam jurnal National Diabetes Fact Sheet United States

penyakit diabetes mellitus tipe 2 atau (non-insulin-dependent) diabetes mellitus

(NIDDM) diawali dengan kondisi resistensi insulin yang merupakan menurunnya

sensitifitas reseptor insulin pada hati, jaringan otot, dan jaringan adiposa sehingga

hormon insulin tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.(Anonim 12003 ).

Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) adalah

penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gulah darah akibat

penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin

(resistensi insulin), Diabetes tipe 2 ini disebabkan oleh 2 hal yaitu penurunan
7

respon jaringan perifer terhadap insulin (resistensi insulin) dan penurunan

kemampuan sel â prankeas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban

glukosa. Sebagian besar kasus diabetes tipe 2 diawali dengan kegemukan sehingga

sel  pankreas merespon dengan mensekresi insulin lebih, sehingga terjadi

hiperinsulinemia. (Depkes, 2005).

Oleh karena kebutuhan insulin yang meningkat, pankreas berusaha memproduksi

insulin dalam jumlah lebih. Namun kondisi ini tidak bertahan lama, sampai

akhirnya sel B kehilangan kemampuannya (disfungsi sel B) memproduksi insulin

dalam jumlah yang cukup untuk merespon kadar glukosa yang meningkat setelah

makan (Chavez dan Henry, 2005).

Menurut studi populasi World Health Organization(WHO) pada tahun 2005,

menyatakan bahwa jumlah pengidap DM tipe 2 semakin meningkat di seluruh

dunia dari tahun ke tahun. Penderita DM di Indonesia berada pada peringkat 4

dunia setelah india (31,77 juta), cina (20,8 juta), dan amerika serikat (17,7 juta) di

Indonesia, penderita DM terhitung sekitar 8,6 juta orang dan jumlahnya akan terus

meningkat, diperkirakan jumlahnya mencapai 21,2 juta orang pada tahun 2030

(Wild dkk, 2004)

Telah dibuktikan bahwa penderita diabetes mellitus memiliki tingkat stres oksidatif

yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal pada penelitian (Sabu dkk., (2002).

Pemberian antioksidan dapat mengikat radikal bebas sehingga mampu menurunkan

resiko DM tipe 2 dan bermanfaat dalam mengurangi resistensi insulin. Saat ini,

makanan yang mengandung polifenol cukup menarik perhatian karena berperan

sebagai antioksidan (Ruhe dkk., (2001).


8

Diabetes mellitus adalah sindroma yang ditandai oleh gula darah yang tinggi

(hiperglikemia) menahun karena gangguan produksi, sekresi insulin atau resistensi

insulin Beberapa tanaman secara tradisional telah digunakan di seluruh dunia untuk

terapi diabetes mellitus. Pengobatan dan pencegahan diabetes mellitus sudah

difokuskan pada mekanisme stres oksidatif, seperti halnya pencegahan dengan

menggunakan antioksidan untuk mengantisipasi efek radikal bebas. (Depkes RI,

2005).

Tanaman obat yang secara tradisonal digunakan untuk menurunkan kadar glukosa

darah adalah tanaman iler, tanaman ini berasal dari suku yang sama dengan selasih

(Ocimum gratissinuim L. Var) dan kumis kucing (Orthosiphon aristatus Miq.) yang

telah terbukti dapat berefek hipoglikemik karena adanya kandungan senyawa

flavonoid dan saponin yang ada pada tanaman ini (Kavishankar et al., 2011)

Tanama daun kumis kucing ini digunakan oleh masyarakat Amuntai Kalimantan

Selatan sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, demam, dan diabetes

mellitus. Masyarakat biasanya menggunakan tanaman ini dengan cara merendam

seluruh bagian tanaman yang telah dibersihkan pada air rebusan.(Victoria, 2012).

2. Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah tipe 2

Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas

sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar,

maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes

Mellitus Tipe 2 bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan

mengendalikan faktor resiko (Kemenkes, 2010)


9

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakanmenjadi dua.

Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis

kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat

diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa

demografi, faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental

berpengaruh terhadap kejadian DM Tipe 2 (Irawan, 2010).

erdasarkan analisis data Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan oleh Irawan,

didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 45

tahnun sebesar 12,41% Analisis ini juga menunjukan bahwa terdapat hubungan

kejadian DM dengan faktor risikonya yaitu jenis kelamin, status perkawinan,

tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang, dan umur. Sebesar 22,6 % kasus

DM Tipe 2 di populasi dapat dicegah jika obesitas sentral diintervensi

(Irawan,2010).

3. Gejala Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat

mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit

yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan matakatarak, penyakit

jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren,

infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,

penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi

pembusukan (Depkes,2005).
10

4. Penyebab diabetes mellitus tipe 2

Meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus dapat disebabkan oleh banyak

faktor, diantaranya adalah factor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya

hidup, pola makan yang salah, obatobatan yang Ada beberapa factor yang dapat

mempengaruhi kadar glukosa darah yaitu, kurangnya aktivitas fisik, proses menua,

kehamilan, perokok dan stres Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa

variabel yang paling berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe

II adalah Aktivitas fisik dengan p valaue 0,00, dimana variabel aktivitas fisik 0,51

kali lebih beresiko dibandingkan variabel lainnya (Muflihatin, 2015).

Menurut Tanto dan Hustrini (2014) diabetes melitus yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi.

5. Klarifikasi kadar lemak dalam plasma diabetes mellitus tipe 2

Pada penderita DM tipe 2 akan mengalami resistensi insulin sehingga terjadi

peningkatan lipolysis yang juga menyebabkan adanya peningkatan asam lemak

bebas dalam plasa yang selanjutnya akan meningkatkan uptake asam lemak bebas

kedalam hati. Pada DM tipe 2, kadar LDL, didapatkan lebih kecil dan lebih

aterogenik serta kadar HDL. Lebih less protective. Dengan demikian dapat

dimengerti bahwa pada diabetes didapatkan resiko yang lebih besar untuk

terjadinya aterosklerosis. Metabolism lipoprotein dibagi menjadi tiga jalur, dimana

untuk kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol-ldl. Dan

trigliserid, sedang jalur yang ketiga khusus mengenai metabolisme kolesterol-hdl

yaitu : (adam MF jhon,2006)

a. Jalur metabolism eksogen


11

b. Jalur metabolism endogen

c. Jalur reverse cholesterol transport

Kadar Lipid Plasma Yang Optimal

Total Cholesterol
<200 Diinginkan

200-239 Batas tinggi

≥240 Tinggi
LDL Cholesterol
<100 Optimal

100-129 Dekat atau diatas optimal

130-159 Batas tinggi

160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi


HDL CholestroL
<40 Rendah

≥60 tinggi
Trigliserida
<150 Normal

150-199 Batas tinggi

200-499 Tinggi

≥500 Sangat tinggi


PERKENI, 2006

Target penatalaksanaan DM

Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan


Kadar glukosa darah puasa 80-120 mg/dl

Kadar glukosa plasma puasa 90-130 mg/dl

Kadar glukosa darah saat 100-140 mg/dl


12

tidur

Kadar insulin 110-150 mg/dl

Kadar HbA1c <7%

Kadar Kolesterol HDL >55 mg/dl (wanita)

>45 mg/dl (pria)

Kadar Triliserida <200 mg/dl


(American Diabetes Association, 2005)

6. Hubungan dyslipidemia dengan kadar blood urea nitrogen (BUN) dan serum

creatinine pada penyakit diabetes melius tipe 2

Kerusakan kerja insulin dan keadaan hiperglikemia akan menyebabkan perubahan

lipoprotein plasma pada pasien dengan DM. Pada DM tipe 2, obesitas atau

kekacauan metabolisme yang resisten terhadap insulin dapat menjadi penyebab

utama dari timbulnya dislipidemia, selain hiperglikemia itu sendiri

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh peningkatan

atau penurunan fraksi lipid dalam plasma dan umum terjadi pada DM tipe 2.

Dislipidemia sering terjadi pada DM tipe 2 adalah peningkatan TG atau VLDL dan

penurunan kadar kolesterol HDL. Pada penderita DM tipe 2 tidak jelas tampak

peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL.

Kadar kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi berperan menimbulkan

aterosklerosis. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar organ menyebabkan hipoksia

dan cedera jaringan, serta merangsang reaksi peradangan pada dinding pembuluh

darah sehingga terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah.

Konsekuensi adanya aterosklerosis ini adalah penyempitan lumen pembuluh darah


13

dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai

darah ke ginjal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan proses filtrasi di glomerulus

dan penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal dapat diketahui dari

penurunan GFR dan akan diikuti dengan kenaikan kadar BUN dan creatinine darah

(Corwin EJ, 2009).

B. Tinjauan umum tentang lanjut usia

1. Pengertian lanjut usia

Lanjut usia merupakan suatu tahap akhir dalam rentang kehidupan manusia. Para

ahli psikologi telah membagi tahap kehidupan manusia berdasarkan perkembangan

fisik dan psikologisnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh ( Chaplin

(1989:13)Masa tua adalah suatu masa di mana seseorang telah berhasil melewati

berbagai liku kehidupan dan ia telah keluar sebagai pemenang setelah melalui

berbagai krisis pada masa anak-anak, corak dan ragam masa remaja dan seribu satu

ujian pada masa dewasa karena itu masa tua mempunyai suatu arti yang khusus,

suatu masa yang penuh dengan banyak pengalaman dan pergumulan hidup sebagai

insan yang lemah telah berhasil keluar sebagai pemenang dalam arena

kehidupan( Wauran (1981:1)

Tentang pengertian lanjut usia, para ahli psikologi berbeda-beda dalam

menggambarkannya, karena tidak ada pengertian yang tetap dalam

mendefinisikannya.Akan tetapi secara umum ukuran ketuaan seseorang dapat

dilihat dari 3 segi (Wauran, 1981:13)

a. Tua berdasarkan umur

b. Tua berdasarkan emosional, perasaan dan tingkah laku


14

c. Tua berdasrakan intelektualnya dan tingkalaku

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) membagi lanjut usia berdasarkan batas

umur sebagai berikut (Suparto, 2000:11)

a. Usia 45-60 tahun (middle age) disebut dengan setengah baya

b. Usia 60-75 tahun (elderly) disebut dengan lanjut usia wreda utama

c. Usia 75-90 tahun (old) disebut tua/wreda prawasana

d. Usia 90 tahun (very old ) disebut wreda wasana

2. Tahap tahap perkembangan manusia

a. Usia 0-1 tahun disebut masa bayi

b. Usia 1-12 tahun disebut masa kanak-kanak

c. Usia 12-21 tahun disebut masa remaja

d. Usia 21-65 tahun disebut masa dewasa

e. Usia 65 tahun keatas disebut masa tua

Sesuai dengan beberapa ukuran ketuaan di atas,Hawari (1997:233-

234)mengemukakan suatu pengertian tentang manusia lanjut usia,yaitu “Orang

yang telah menjalani siklus hidup di atas 65 tahun”Ketuaan seseorang dilihat dari

segi panjang usianya.

Sedangkan pemerintahan Indonesia memberikan pengertianmanusia lanjut usia

secara umum sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Republik

Indonesiatentang

Kesejahteraan Manusia Lanjut Usia,yaitu pada pasal 1 ayat (2): “Bahwa

yangdimaksud
15

dengan manusia lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas”(Hardywinoto dan Setibudy, 1999:237)

3. Ciri ciri lanjut usia

Seperti pada periode perkembangan manusia sebelumnya, usia lanjut juga

mempunyai ciri-ciri sebagai tanda dari proses menusia,Hal ini dapat dilihat dari

perubahan yang

menyertai lanjut usia dari segi fisik, mental dan keberadaannya di tengah-tengah

lingkungan sosialnya. Dengandemikian efek-efek perubahan tersebut akan

menentukan sejauh mana orang lanjut usia dapat melakukan penyesuaian dengan

dirinya maupun

dengan orang lain. Karena seiring dengan perubahan yang dialami oleh manusia

lanjut usia maka secara tidak langsung golongan lanjut usiatelah menjadi golongan

yang dinomor duakan dalam status lingkungan sosial dan dengan statusnya yang

baru itu manusia lanjut usia membutuhkan perubahan peran pula untuk

menyesuaikan dirinya.

Hal ini sebagaimana dikatakan Hurlock (1997:380)

tentang manusia lanjut usia bahwa “Ciri-ciri dari perubahan lanjut usia cenderung

menuju dan membawa pada penyesuaian yang buruk daripada yang baik dan

menuju kesengsaraan daripada kebahagiaan” Kemudian lebih lanjut, Hurlock

mengelompokkan ciri-ciri manusia lanjut usia :

1. Adanya perubahan fisik pada usia lanjut


16

Perubahan fisik pada lanjut usia berbeda pada masing-masing individu

walaupun usianya sama, tetapi pada umumnya perubahan fisik tersebut dapat

digambarkan denganbeberapa perubahan antara lain :

a) Perubahan pada penampilan

Perubahan penampilan pada manusia lanjut usia tidak muncul secara

serempak, namun tanda-tanda seperti pada daerah kepala, dan tanda-

tanda ketuaan pada wajah,perubahan-perubahan pada daerah tubuh dan

perubahan pada persendian, perubahan-perubahan tersebut membawa

kearah kemunduran fisik pada lanjut usia

b) Perubahan pada bagian tubuh

Perubahan pada bagian ini terlihat dengan adanya perubahan sistem

syaraf yaitu pada bagian otak, sehingga perubahan ini mengakibatkan

menurunnya kecepatan belajar dan menurunnya kemampuan intelektual

c) Perubahan pada fungsi fisiologisDengan munculnya perubahan pada

fungsi fisiologis ini, pada umumnya tingkat denyut nadi dan konsumsi

oksigen lebih beragam, meningkatnya tekanan darah, berkurangnya

kandungan creatine dan terjadinya penurunan jumlah waktu tidur

Karena beberapa perubahan tersebut, maka manusia lanjut usia

mengalami kemunduran dari segi fisiknya

d) Perubahan pada panca indraPada usia lanjut fungsi seluruh organ

pengindraan kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja seperti

kemunduran kemampuan kerja pada penglihatan, pendengaran, perasa,

penciuman, perabaan dan sensitivitas pada rasa sak


17

e) Perubahan seksual Perubahan lanjut usia terlihat setelah berhentinya

reproduksi, pada umumnya hal ini terjadi bila wanita memasuki usia

lanjut dengan terjadinya monopause, dan klimaterik pada laki-laki

2. Perubahan kemampuan motoric pada usia lanjut

Orang berusia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih

lambat dan koordinasinya dalam beraktivitas kurang baik dibanding pada

waktu muda Perubahan pada kemampuan motorik ini disebabkan oleh

pengaruh fisik dan fisiologis, sehingga mengakibatkan merosotnya kekuatan

dan tenaga dan dari segi psikologis munculnya perasaan rendah diri, kurangnya

motivasi dan lainnya,Perubahan kemampuan motorik ini mempunyai pengaruh

besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial pada manusia usia lanjut

(Manula).

3. Perubahan kemampuan mental pada usia lanjut

Apabila ada kecenderungan negatif dari pendapat masyarakat terhadap

perubahan-perubahan manula maka secara otomatis hal tersebut akan

menimbulkan kemunduran kemampuan mental pada manula tersebut

Perubahan

kemampuan mental pada manula berbeda pada tiap individu,walaupun berbeda

pola pikir dan pengalaman intelektualnya. Secara umum,mereka yang

mempunyai pengalaman intelektual lebih tinggi,secara relatif penurunan dalam

efisiensi mental kurang dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya

rendah, hal ini disebabkan adanya tingkat penurunan mental yang bervariasi.

4. Perubahan minat pada usia lanjut


18

Perubahan minat pada seseorang juga merupakan ciri-ciri memasuki usia lanjut,

karena perubahan minat orang pada seluruh tingkat usia berhubungan dengan

keberhasilan penyesuaian mereka Demikian juga penyesuaian pada usia lanjut,

sangat dipengaruhi oleh perubahan minat dan keinginan yang dilakukan secara

sukarela atau terpaksa. Bila Manula mengadakan perubahan minat dan

keinginannya yang dilakukan secara sukarela dengan harapan ia akan mendapat

kebahagiaan tersendiri dari perubahan itu. Seperti minat dan keinginan

seseorang dari semua tingkat usia, hal ini juga sangat berbeda pada mereka

yang sangat tua, bagaimanapun juga keinginan tertentu mungkin dianggap

sebagai tipe keinginan orang berusia lanjut pada umumnya antara lain:

perubahan dan minat pribadi, yang cende rung bersikap berorientasi pada diri

sendiri dan egois tanpa memperdulikan orang lain, minat berekreasi yang tetap

ada pada usia lanjut, keinginan sosial, keinginan yang bersifat keagamaan dan

minat terhadap kematian (Hurlock, 1997:386-402).

C. Tinjauan Umum Tentang Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus)

1. pengertian daun kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Benth)


19

Kumis kucing merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai

bahan ramuan obat tradisional untuk antiinflamasi. herba kumis kucing yang

rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk. Berkhasiat sebagai antiradang,

peluruh kencing (diuretik), menghilangkan panas dan lembab, serta

menghancurkan batu saluran kencing dan sebagai penurun kadar glukosa darah.

Ada dua jenis kumis kucing yang dikenal: Orthosiphon stamineus yang berbunga

ungu dan Orthosiphon aristatus yang berbunga putih. Kandungan senyawa kimia di

dalamnya adalah: saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin, myoinositol, orthosipon

glikosida, minyak atsiri, dan garam kalium. Menurut Dalimartha (2001)

Herba kumis kucing diindikasikan untuk pengobatan infeksi ginjal akut dan

kronis, infeksi kandung kencing, kencing batu, penurunan kadar glukosa darah,

sembab karena timbunan cairan di jaringan (edema ), kencing manis

(diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hiper tensi), dan rematik gout. Sebuah

penelitian menunjukkan bahwa hasil ekstraksi daun kumis kucing dapat

menginhibisi radang pada tikus setelah diinduksi radang selama 60 menit

sebesar 54,13% ( Sukandar dkk, 1995)

Salah satu tanaman yang bermanfaat sebagai obata adalah tanaman kumis kucing

(Orthosiphon Stamineus Benth), mudah sekali ditemukan diseluruh nusantara.

Tanaman ini sangat mudah tumbuh sehingga mudah dikembang biakkan. Kumis

kucing sudah digunakan masyarakat untuk diuretik, pengobatan hipertensi, gulah

darah, dan rematik.

Kandungan ortosifonin dan garam kalium (terutama pada daunnya) adalah

komponen utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat dan oksalat dalam
20

tubuh manusia ( terutama dalam kandung kemih, empedu maupun ginjal) sehingga

dapat mencegah endapan batu ginjal (Anoim, 2011) kandungan kimia kumis

kucing mengandung alkaloid, saponin, flafonoid, dan polifenol (Hutapea, 1993)

Dalam simpilisia daun kumis kucing dapat dijadikan ekstrak dengan menggunakan

cairan pelarut berupa etanol 70%. Cairan pelarut dalam pembuatan eksrak adalah

pelarut yang baik (optimal) untuk kandungan senyawa tersebut agar dapat

terpisahkan dari bahan dan kandungan senyawa lainya, sehingga hanya

mengandung senyawa yang diinginkan. Pelarut etanol bisa digunakan untuk

menyarin zatyang kepolaran relative tinggi sampai relative rendah, karena etanol

merupakan pelarut universal. Etanol mempunyai kelebihan yaitu lebih efektif,

kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral,

absobsirnya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan,

panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.

2. Tanaman Kumis Kucing (Or thosiphon spica tus B.B.S.)

a. Sistematika Tanaman

Sistematika tanaman kumis kucing sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Cla ssis : Dicotyledonae

Sub Classis : Sympetalae

Ordo : Tubiflorae / Solanales


21

Fa mili : Labiatae

Genus : Orthosiphon

Spesies : Or thosiphon spica tus

B.B.S.

(Van Steenis, 2003)

b. Nama Lain

Nama lain dari kumis kucing Sumatera: kumis kucing (Melayu), Jawa:

kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), sesalaseyan, soengoet koceng

(Madura). Mao xu cao (Cina), kattesnor (Belanda), bablas-pusa, kabling

gubat (Tagalog) (Dalimartha, 2001).

c. Morfologi Tanaman

Tanaman kumis kucing termasuk tumbuhan berbatang basah (herba)

yang tumbuh tegak. Diskripsi atau susunan tubuh tanaman kumis kucing

terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah (Rukmana, 1995).

Tanaman kumis kucing merupakan tumbuhan terna, tumbuh tegak, pada

bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi sampai 2 m, batang

bersegi empat agak beralur, berambut pendek atau gundul. Helai daun

berbentuk bundar telur lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat

yang dimulai dari pangkalnya, lancip atau tumpul, panjang 1 cm sampai 10

cm, lebar 7,5 mm sampai 5 cm; urat daun sepanjang tepi berambut
22

tipis atau gundul, kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya

kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai 3 cm.

Perbungaan berupa tandan yang keluar di ujung cabang, panjang 7 cm

sampai 29 cm, ditutupi oleh rambut pendek berwarna ungu dan kemudian

menjadi putih; gagang berambut pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai

6 mm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berambut pendek dan

jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota

berwarna ungu pucat atau putih, panjang 13 mm sampai 27 mm, di bagian

atas di tutupi oleh rambut pendek yang berwarna ungu atau putih panjang

tabung 10 mm sampai 18 mm, panjang bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai

bunga tumpul, bundar. Benang sari lebih panjang dari tabung bunga dan

melebihi bibir bunga bagian atas. Bunga geluk berwarna cokelat gelap,

panjang 1,75 mm sampai 2 mm (Anonim, 1980).

d. Daerah Asal dan Penyebaran

Tanaman kucing diduga berasal dari kawasan Afrika tropis. Di

kawasan ini terdapat lebih kurang 60 jenis atau spesies tanaman kumis

kucing. Dalam perkembangan selanjutnya tanaman kumis kucing

menyebar ke daratan Asia sampai Australia. Menurut Burkill (1935)

tanaman kumis kucing terdapat di India, Cina, hingga Australia dan

daerah Kepulauan Pasifik (Rukmana, 1995).


23

Di Indonesia plasma nutfah tanaman kumis kucing terdapat di pulau

Jawa. Berdasarkan data dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(Balittro), jenis tanaman kumis kucing yang terdapat di pulau Jawa antara

lain adalah Or thosiphon a rista tus, Or thosiphon thymiflorus

(HOTH), Or thosiphon petiolar is MIQ, dan Orthosiphon tementosus BTH

var. glabra tus BTH (Rukmana, 1995).

e. Kandungan Kimia

Tanaman kumis kucing mengandung orthosiphonin glikosida, zat samak,

minyak atsiri, minyak lemak, saponin, garam kalium, mioinositol,

dan sinensetin (Dalimartha, 2001).

f. Khasiat Tanaman

Herba kumis kucing rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk.

Berkhasiat sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghilangkan

panas dan lembap, serta menghancurkan batu saluran kencing

(Dalimartha, 2001). Di India kumis kucing digunakan untuk mengobati

reumatik. Para pengguna obat tradisional memanfaatkan daun kumis

kucing untuk menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya adalah

masuk angin, batuk, encok, dan susah buang air. Bahkan ektrak daun

kumis kucing yang dicampur dengan daun sambiloto (Androgra phis

panicula ta) dipakai sebagai obat sakit diabetes, tetapi sifatnya tidak

konsisten (Rukmana, 1995). Bagian yang digunakan biasanya adalah

herba, baik yang segar maupun yang telah dikeringkan (Dalimartha,


24

2001).

3. Ekstraksi

Ekstrak adalah produk tanaman obat yang dibuat dengan jalan menyari sebagian atau

seluruh bagian tanaman obat yang sebelumnya di larutkan dalam cairan alcohol.

Hasil penyairan tersebut diuapkan sehingga diperoleh cairan kental (Yuli, 1997).

Ekstrasi adalah kegiatan penarikan kandungan kimiayang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simpliasis yang

diekstak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat

larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat

diberbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,

vlavonoid dan lain-lain.

Ekstraksi adalah penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan

menggunakan pelarut tertentu yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat larut.

Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh – tumbuhan atau hewan dikumpulkan,

dibersihkan atau dicuci, dikeringkan dan dijadikan serbuk. Hasil dari ekstraksi

disebut ekstrak. Ekstrak tidak hanya mengandung satu unsur saja tetapi berbagai

macam unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari ekstraksi.14

Proses ekstraksi pada dasarnya dibedakan menjadi dua fase: (Anoim, 2000)

a) Fase Pencucian

Dalam fase pertama ini, sebagian bahan aktif berpindah ke dalam bahan

pelarut. Semakin halus serbuk jamu, maka semakin optimal jalannya proses

pencucian jamu.

b) Fase Estraksi
25

Membran sel yang mengering dan menciut yang terdapat dalam jamu mula-

mula harus diubah dalam suatu keadaan yang memungkinkan suatu

perlintasan bahan pelarut ke dalam bagian dalam sel. Hal itu terjadi melalui

pembengkakan yang kemudian terbentuk ruang antar miselar, yang

memungkinkan bahan ekstraksi mencapai ke dalam ruang sel secara osmose.

Mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel menyebabkan protoplasma

membengkak dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan

kelarutannya. Gaya yang bekerja adalah adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi yang mula-mula masih tanpa

bahan aktif yang mengelilinginya. Bahan kandungan sel akan mencapai ke

dalam cairan di sebelah luar selama difusi melintasi membrane sampai

terbentuknya keseimbangan konsentrasi antara larutan di sebelah dalam dan

larutan di sebelah luar sel.

Macam metode ekstrasi antara lain :

a. Maserasi

Merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari

pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

b. Soxhletasi

Merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari

dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi


26

molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat

setelah melewati pipa sifon.

c. Perkolasi

Adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk

simplisia yang telah dibasahi.

d. Destilasi Uap

Adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap

(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan

untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau

mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada

tekanan udara normal. Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi

dan perkolasi, tetapi kebanyakan ekstraksi obat dikerjakan dengan cara

perkolasi. Dalam pabrik ekstrak umumnya, perkolasi digunakan untuk

melepaskan zat aktif dari obat.

D. Kajian Empiris

1. Sukandar dkk, (1995)

Tentang pemberian ekstra daun kumis kucing dalam meenurunkan kadar glukosa

darah, Kumis kucing mengandung berbagai macam zat, antara lain adalah minyak

atsiri, flavonoid, orthosipon glikosida, saponin, garam kalium, dan myoinositol.

Dua macam zat yang memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah,
27

yaitu flavonoid dan saponin. Flavonoid yang terkandung di dalam kumis kucing

memiliki kemampuan dalam menghambat enzim glukosidase dan alfa amilase

yang berfungsi dalam memecah karbohidrat menjadi monosakarida. Dengan

penghambatan tersebut maka pemecahan karbohidrat menjadi monosakarida

menjadi gagal sehingga tidak terdapat glukosa (monosakarida) yang dapat diserap

oleh usus dan terjadilah penurunan kadar glukosa dalam darah. Saponin juga

merupakan zat yang terkandung di dalam kumis kucing yang berfungsi dalam

menurunkan kadar glukosa dalam darah. Saponin memiliki pengaruh dalam

menghambat Na+ / D-glucose cotransport system (SGLUT) di membran brush

border intestinal, sehingga tidak terdapat transport glukosa di intestinal. Hal ini

kemudian mempengaruhi penyerapan glukosa menjadi penyerapan glukosa di

intestinal terhambat dan menyebabkan efek hipoglikemik.

2. A Widodo S, (2012)

Tentang penberian ektra daun kumis kucing sebagi penurunan kadar glukosa

darah pada tikus wistar yang diinduksi aloksan, Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian pre dan post

test randomized controlled group design. Hewan coba adalah tikus wistar jantan

sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu perlakuan dengan

aquades (kontrol negatif), metformin dengan dosis 18 mg/tikus (kontrol positif),

dan ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dosis 0,25 ; 0,75 ; 1,25

g/kgBB. Seluruh kelompok perlakuan diinduksi aloksan terlebih dahulu sampai

dengan kadar glukosa darahnya mencapai  126 mg/dL kemudian diukur kadar

glukosa darahnya sebagai data pre test. Perlakuan diberikan selama 28 hari dan
28

pada hari ke – 14 dan hari ke – 28 diukur kadar glukosa darah puasanya sebagai

post test 1 dan post test 2, Ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphion aristatus)

dosis 0,75 dan 1,25 g/kgBB memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar

glukosa darah lebih baik dari aquades namun hanya dosis 1,25 g/kgBB yang

memiliki efektifitas sebanding dengan metformin apabila diberikan selama 28

hari.

3. AC kusumastuti 2018

Tentang pemberian rebusan daun binahong terhadap kadar glukosa darah pada

wanita, Penelitian ini dilakukan di perumahan PGRI, kantor Disnakertrans dan

kantor Kesbangpol kota Semarang pada bulan juni 2016. Penelitian ini merupakan

penelitian quasi-experiment denganrancangan control group pre test –post test. dan

termasuk dalam ruang lingkup gizi klinik. Subjek penelitian adalah wanita dengan

usia ≥ 35 tahun dan belum menopause dengan kriteria inklusi tidak sedang

mengonsumsi obat-obatan antihiperglikemik selama penelitian, tidak dalam

keadaan sakit atau dalam perawatan dokter berkaitan dengan penyakit jantung

koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal, dan penyakit kronik lainnya,

dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan mengisi informed consent dari awal

penelitian hingga akhir

4. Dewa Gede Eka Yudistira (2018)

Tentang efek ekstrak etanol daun semak merdeka terhadap penurunan glukosa

darah tikus putif Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratoris dengan

pendekatan pre test–post test with control group design. Penelitian, pemeliharaan

dan pengukuran kadar glukosa darah dilakukan di Laboratorium Fakultas


29

Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Proses ekstraksi dan uji antioksidan

dilakukan di Laboratorium Biosains Universitas Nusa Cendana Pembuatan ekstrak

dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 70%. Serbuk simplisia daun

semak merdeka direndam dalam toples kaca dengan larutan pelarut etanol sampai

menutupi seluruh bagian serbuk simplisia, kemudian ditutup rapat dan dibiarkan

selama tujuh hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai dan

diperas. Pada hari ke tujuh dienap tuangkan atau disaring lalu hari ke delapan

dilakukan pemekatan ekstrak dengan alat rotary evaporator pada suhu 40°C.

Ekstrak daun Chromolaena odorata dosis 87,5; 175 dan 350mg/200 gram BB tikus

mampu menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus secara bermakna dan terdapat

perbedaan kadar glukosa darah puasa yang signifikan antara kelompok yang tidak

diberikan ekstrak Chromolaena odorata dengan kelompok yang diberikan ekstrak

Chromolaena odorata.

Anda mungkin juga menyukai