Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes merupakan penyakit yang banyak diderita dan akan terus berkembang di

berbagai Negara terutama di Negara berkembang. Kenaikan penderita diabetes didunia,

menyebabkan diabetes dianggap sebagai penyakit yang mengancam jiwa di berbagai daerah

di dunia. Pada tahun 2013, jutaan kasus diabetes telah tercatat dan pada tahun 2035

diperkirakan kenaikan penderita diabetes akan semakin besar. Kenaikan yang signifikan

diperkirakan akan terjadi di daerah Timur Tengah, sub-Saharan Afrika, dan india. Di Negara

seperti Eropa, mayoritas penderita diabetes berumur diatas 65 tahun sementara pada Negara

berkembang mayoritas penderitanya berumur antara 45 dan 64. Pada tahun 2030,

diperkirakan penderita diabetes diatas umur 64 berjumlah lebih dari 82 juta di Negara

berkembang dan di Negara maju sekitar diatas 48 juta.

Diabetes adalah penyakit kronik metabolik yang ditandai dengan naiknya kadar

glukosa di dalam darah. Diabetes dapat disebabkan oleh tidak disekresi insulin oleh tubuh

atau juga dapat disebabkan karena insulin tidak berkerja secara maksimal sehingga terjadinya

hiperglikemia kronis. Insulin merupakan hormone yang mengatur kadar gula darah agar tetap

normal dengan mempromosikan glukosa melalui reaksi glikogenolisis dan glukoneogenesis

dan menghambat produksi glukosa dengan reaksi glikogenesis. Insulin disintetis dan

disekresi oleh sel pancreas untuk mempertahankan tingkat glukosa darah.

1
Diabetes akan mempengaruhi disfungsi, kerusakan jangka panjang, dan kegagalan

berbagai organ teutama mata, saraf, ginjal, jantung dan pembuluh darah. Penderita diabetes

memiliki peningkatan resiko kardiovaskular dan cerebrovaskular, penyakit ginjal stadium

akhir, amputasi tungkai bagian bawah, kebutaan bahkan meninggal. Meskipun mekanisme

yang mendasari komplikasi diabetes masih tidak jelas, tetapi secara klinis dan praklinis

diabetes dikaitkan dengan peningkatan produksi spesies oksigen reaktif, termasuk

superoksida radikal (O2.), hydrogen peroksida H2O2 dan hidroksil radikal atau pengurangan

dalam sistem pertahanan antioksidan. Ketidakseimbangan antioksidan dalam mendorong

pathogenesis diabetes merupakan akibat dari peningkatan spesi oksigen reaktif melalui

dinukleotida nicotinamide adenin fosfat-oxidase.

Kebanyakan obat untuk mengobati diabetes berfungsi untuk meningkatkan produksi

insulin. Misalnya obat secreta-insulin, obat ini merangsang sel pancreas, sedangkan

thiazolidine merupakan obat yang sensitive terhadap insulin yang membantu untuk

mengembalikan sensitivitas insulin. Banyak obat antidiabetes tersebut memiliki efek

samping seperti hipoglikemia, berat badan, anemia, dan gagal jantung kongesif. Karena

tingginya biaya terapi insulin dan efek sampingnya, upaya untuk menemukan oabat

antidiabetes yang lebih efektif dan aman merupakan langkah penting menuju pengelolaan

diabetes dan komplikasinya. Baru-baru ini, perhatian telah difokuskan pada produk alami

terutama tanaman pangan. Sumber alam diharapkan lebih kuat dan lebih aman untuk sebagai

terapi antidiabetes.

2
Baru-baru ini, beberapa tanaman obat telah dilaporkan memiliki manfaat sebagai

antidiabetes atau antihiperglikemik. Efek antihiperglikemik dari tumbuhan dikaitkan dengan

kemampuannya untuk mengembalikan fungsi jaringan pancreas degan meningkatkan sekresi

insulin atau menghambat usus meabsorsi glukosa. Lebih dari 400 spesies tanaman yang

memiliki aktivitas hipoglikemik. Kebanyakan tumbuhan tersebut mengandung glycosidik,

alkaloid, terpenoid, flavonoid, karatenoid. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

antidiabetes diantaranya sesawi india, tapak liman, daun yakon, dan labu kuning dan lain-

lain.

Labu kuning merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai makanan dan obat-

obatan. Labu kuning termasuk kedalam anggota cucurbitaceae dan terdiri dari daging dan

biji. Obat-obatan herbal china memperkirakan ada 200 spesies tumbuhan termasuk labu

kuning memperlihatkan komponen hipoglikemic. Di beberapa Negara lain seperti repuplik

Yugoslav, Argentina dan Amerika juga menggunakan labu kuning sebagai obat diabetes.

Bubuk labu kuning yang diolah tanpa gula memperlihatkan kenaikan yang signifikan di

plasma insulin dan mengurangi kadar glukosa darah. Selain itu labu kuning kaya akan pectin.

Pectin adalah sejenis serat makanan yang jika dikonsumsi dipercaya dapat mengendalikan

tingkat glikemik dan mengurangi kebutuhan insulin bila mengkonsumsi makanan kaya akan

serat.

Berdasarkan uraian diatas, saya tertarik untuk mengangkat topic Pemanfaatan labu

kuning sebagai obat antidiabetes pada makalah ini

3
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peranan senyawa polisakarida dan metabolit sekunder yang terdapat pada labu

kuning dalam mengobati diabetes

1.3 Tujuan

Menjelaskan peranan senyawa polisakarida dan metabolit sekunder yang terdapat pada labu

kuning dalam mengobati diabetes

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Diabetes Militus

Diabetes militus merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh berbagai

penyakit metabolik yang disebabkan oleh berbagai faktor etiologi yang ditandai dengan

kenaikan glukosa darah (hiperglikemia) kronik disertai dengan gangguan metanolisme

karbohidrat, protein, dan lemak yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, atau keduanya.

(Amercian Diabetes Association, 2007).

Penderita diabetes melitus dapat diketahui gejala-gejalanya sebagai berikut, yaitu

memiliki sejarah penyakit diabetes dalam keluarga, mengantuk, gatal-gatal, pandangan

buram, berat badan yang berlebih, mati rasa atau rasa sakit pada anggota tubuh bagian

bawah, mudah lelah, infeksi kulit khususnya pada kaki, kencing terus menerus, haus yang

tidak seperti biasanya, rasa lapar yang tinggi, turunnya berat badan secara cepat, mudah

marah dan mual-mual serta mudah muntah. Seseorang tidak perlu merasakan semua tanda-

tanda di atas, tetapi satu atau dua gejala sudah dapat dijadikan indikator (Powel 2000).

Secara umum diabetes dibagi menjadi 2 tipe

1. Diabetes melitus tipe 1 (T1DM)

Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh pengrusakan sel dan menyebabkan

defisiensi insulin. Kerusakan sel pancreas disebabkan oleh gangguan imun tubuh sehingga

merusak sel atau juga dapat disebabkan oleh infeksi virus sehingga hormon insulin dalam

5
tubuh berkurang. Berkurangnya insulin akan mengakibatkan timbunan gula pada aliran

darah. Penderita tipe diabetes ini hanya sekitar 5-10% dari total penderita diabetes .(ADA,

2010). Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap

berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika

konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua

glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin

(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam

berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi). (Brunner & Sudddart, 2002)

T1DM dapat di klasifikasikan menjadi diabetes menengah (tipe 1A) dan diabetes

idiopathic (tipe B) dan hanya sebagian kecil pasien T1DM masuk kedalam kelompok tipe B.

kedua tipe T1DM ini biasanya terjadi pada masa kanak-kanak tetapi tidak menutup

kemungkinan untuk terjadi pada waktu lain. (Fowler, 2010).

2. Diabetes tipe 2 (T2DM)

Diabetes tipe 2 (T2DM) disebabkan oleh defisiensi insulin atau gangguan sekresi

insulin. Mula-mula efisiensi insulin akan muncul dan akan terus terjadi sepanjang hidup

penderita. T2DM sering tidak terdiagnosa, karena hyperglikemia seringnya tidak cukup

parah untuk dilihat dengan gejala umum diabetes dan terus berkembang secara bertahap.

Efek resistensi insulin berbeda berdasarkan fungsi fisiologis. Jaringan dan organ tubuh.

Resistensi insulin ditandai dengan penurunan aktivitas insulin termasuk

Gangguan pengambilan glukosa pada otot, produksi glukosa oleh hati dan juga metabolism

6
lipid. Selain itu, resistensi insulin mempengaruhi fungsi organ lain dan jaringan seperti

pankreas, ginjal, Pembuluh otak, sel endothelial, kelenjar pituitari, gonad dan tulang (Wilcox,

2005). Meskipun ada banyak penyebab jenis diabetes ini, tetapi penyebab spesifiknya hingga

sekarang masih belum diketahui (ADA, 2010). Obesitas secara klinis dianggap sebagai

penyebab diabetes tipe 2 dan obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin. Oleh kerena itu

olahraga, menggurangi berat badan, dan gaya hidup sehat dapat memperbaiki kondisi dan

sebagian pasien dapat mengurangi gejala klinis.( Simpson, 2003)

Berbeda dengan penderita diabetes tipe 1 yang bergantung pada insulin eksogenous,

penderita diabetes tipe 2 membutuhkan terapi pharmaco untuk meningkatkan sensitivitas

insulin sehingga meningkatkan produksi insulin sel . (randell & Kirchain, 2000)

2.2 Obat-Obat yang Berperan dalam Mengobati Diabetes

Obat antidiabetes merupakan obat-obat penting yang digunakan di seluruh dunia. Tiap-

tiap obat memiliki perbedaan dalam mekanismenya menurunkan glukosa darah, serta efek

samping yang mungkin mempengaruhi pengobatan dan kemanjurannya. Dalam beberapa

tahun belakangan, telah ditemukan obat-obatan baru yang berperan dalam meningkatkan

pemeliharaan kadar glukosa darah yang tepat dan menguranggi efek yang tidak diinginkan

dari obat-obatan ini. (Tokajuk, Anna et al,2015). Adapun kelompok obat-obatan yang biasa

digunakan dalam pengobatan diabetes adalah

1. Insulin secretagogues

7
Supfonylureas, maglitinides, GLP-1 agoint dan DPP-4 inhibitor merupakan obat-

obatan yang meningkatkan sekresi insulin dari sel pancreas. Sulfonylurea dan maglitinides

merupakan obat yang mempromosikan eksitosis insulin dari sel di dalam pancreas melalui

pengikatan saluran ATP-dependent K+ pada membrane sel . Obat ini biasanya dikonsumsi

oleh penderita diabetes tipe 2.

Glucagon-like petide-1 (GLP-1) merupakan hormon yang disekresi dari enteredocrin

sel-L epithelium usus setelah makan. Hormone ini menstimulus sel pancreas untuk

mengeluarkan insulin. Kemudian GLP-1 didegradasi oleh dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4).

Ide lain untuk mempromosikan aksi system incretin adalah menghalangi enzim DPP-4

dengan mengkonsumsi sitagliptin, vildagliptin, saxagliptin, linagliptin atau alogliptin secara

oral. (Tokajuk, Anna et al,2015)

2. Sensitizer insulin

Binguanides dan thiazolidinediones merupakan obata yang mengurangi resistensi

insulin dan meningkatkan penyerapan sellular. Metformin (termasuk keldalam kelompok

binguanides) merupakan obat pilihan pertama untuk diabetes tipe 2. Dimetylobiguanid

mengurangi kadar glukosa darah dengan meningkatkan respon organism terhadap insulin.

Hal ini memungkinkan karena pengurangan sintesis glukosa hati dan peningkatan konsumsi

peripheral (glikolisis anaerob) (Tokajuk, Anna et al,2015)

Thiazolidinediones (TZD) berkontribusi dalam pemeliharan hemostasis glukosa

dengan meningkatkan aktivitas ptotein transport glukosa dan penyerapan glukosa. Yang

termasuk kedalam golongan TZD adalah resiglitazone, pioglitazone dan troglitazone. Pada

saat sekarang hanya pioglitazone yang beredar di pasaran sedangkan rosiglitazone telah

8
ditarik katena meningkatkan resiko penyumbatan suplai darah ke myocardial dan

troglitazone ditarik karena dapat menyebabkan luka liver. (Tokajuk, Anna et al,2015)

3. -glucosidase inhibitor

-glucosidase inhibitor menahan pembelahan enzimatik oligo dan disakarida oleh

enzim glukosidasi pada usus. Akibatnya, penyerapan karbohidrat melambat dan akhirnya

mengurangi hiperglicemia postpradinal pada diabetes tipe 2. Acarbinose merupakan contoh

inhibitor -glucosidase karena memiliki afinitas lebih tinggi dibandingkan substrat sukrosa

alami terhadap enzim. (Tokajuk, Anna et al,2015)

Pengaruh obat antidiabetes terhadap resiko kanker sedang marak di bicarakan. Efek

ganda obatan-obatan ini, peningkatan dan penghabatan resiko kanker di tunjukkan. Efek

samping dari mengkonsumsi insulin secretagogues adalah meningkatnya resiko terkena

kanker payudara, pancreas, liver, colorectal. Hal ini disebabkan mekanisme tindakan mereka

dalam mengatur glukosa darah meningkatkan proliferasi dan karsinogenesis. Sebaliknya

metformin dan TZD terlihat memberikan efek perlindungan kanker karena pengaturan kadar

glukosa melalui promosi AMPK, PPAR, dan Egr-1. Menariknya, resiko kanker payudara,

pancreas, liver, colorectal, kerongkongan, dan prostate dapat dikurangki dengan

mengkonsumsi insulin sensitizer.

Beberapa penelitian yang meneliti pola diet menunjukkan bahwa konsumsi buah dan

sayuran dapat mengurangi risiko diabetes. Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa

asupan buah dan sayuran, terutama sayuran berdaun hijau menurunkan kejadian diabetes tipe

2 pada Perempuan. Efek perlindungan buah dan sayuran dikaitkan dengan kehadiran.

9
Antioksidan seperti polifenol. Telah disarankan bahwa aktivitas hipoglikemik buah dan

sayuran mungkin dikarenakan aktivitas seperti insulin mereka atau insulin sekresi oleh

senyawa bioaktif seperti anthocyanin dan anthocyanidins, yang hadir di dalamnya. Banyak

literatur mengonfirmasi aktivitas antidiabetes dari berbagai tanaman obat, yang merupakan

bagian dari makanan biasa kita seperti sayuran, buah dan rempah-rempah (Beidokhti,

Maliheh Najari et al, 2017).

Penggunaan etnofarmakologis tanaman obat untuk pengobatan diabetes dikembangkan

karena Biaya rendah, ketersediaan mudah dan sedikit efek samping Beberapa konstituen

tanaman termasuk polisakarida, galactomannan gum, peptidoglikan, guanidin, Glikopeptida,

triterpenoid, alkaloid, asam amino, steroid, flavonoid, karotenoid danion anorganik

dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes. Alkaloid menghambat -glukosidase dan

menurunkan transportasi glukosa melalui epitel usus. Sementara polisakarida, triterpenoid

dan glikosida steroid meningkatkan kadar insulin serum, menurunkan kadar glukosa darah

dan meningkatkan toleransi glukosa Sebaliknya, flavonoid menekan kadar glukosa,

menurunkan kolesterol plasma dan trigliserida dan meningkatkan aktivitas glukokinase hati

dengan meningkatkan pelepasan insulin dari pulau pankreas (Vessal et al., 2003). Adapun

tanaman obat yang dapat digunakan sebagai anti diabetes adalah lidah buaya, pokat, jambu

biji, pisang, jahe, kunyit, bawang putih, cinnamon, ubi jalar, dan labu kuning (pumpkin).

(Beidokhti, Maliheh Najari et. al 2017).

10
2.3 Labu Kuning (Cucurbita morschata)

Labu kuning yang dalam bahasa inggris dikenal

sebagai pumpkins atau butternut merupakan tanaman

termasuk jenis tanaman menjalar dari famili

Cucurbitaceae yang telah dikenal diberbagai negara

Ada tiga jenis labu yang paling terkenal di dunia yaitu

Gambar1. tanaman labu kuning Cucurbita moschata, Cucurbita maxima dan

Cucurbita pepo. Labu kuning merupakan salah satu jenis labu yang cukup populer di

Indonesia meski buah ini berasal dari Mexico Tengah dan menyebar ke Benua Amerika.

Labu kuning dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Labu kuning merupakan sumber

karotenoid, pektin, vitamin dan senyawa-senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan.

Taksonomi tanaman labu kuning adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ord : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Sechium
Spesies : Cucurbita moschata

(Yuwono, Sudarminto Sutoyo. 2015)

11
Waluh didatangkan ke Indonesia dari benua Amerika diperkirakan pada abad ke-19 oleh

pemerintah kolonial, meskipun ada kemungkinan sebelumnya juga sudah diperkenalkan

secara perorangan. Jenis yang tumbuh di Indonesia kebanyakan adalah C. moschata dan C.

pepo. Jenis-jenis ini biasanya dibedakan dari buahnya.

Cucurbita pepo

Buah C. pepo biasanya relatif kecil dibandingkan dengan lainnya, dengan tangkai

buah agak membesar di bagian perbatasan dengan buah, agak bersudut (berjumlah lima), dan

tidak "tenggelam" ke dalam buah. Warna buahnya dapat hijau atau kuning, tidak selalu

jingga. Zucchini termasuk dalam C. pepo dan baru diperkenalkan belakangan ke Indonesia,

pada tahun 1980-an sebagai sayuran eksotik. Di Amerika Serikat, C. pepo dianggap sebagai

pumpkin sejati dan mencakup

Cucurbita moschata

Buah C. moschata berukuran besar, keras kulitnya, cenderung berbentuk lonjong.

Daging buahnya lunak dengan rasa mulai dari tawar sampai manis. Tangkai buah keras,

bersudut, membesar di bagian dekat buah, dan "tenggelam" ke dalam buah. C. moschata

mencakup kebanyakan waluh yang dikenal orang.

Cucurbita maxima

12
C. maxima mencakup banyak waluh berukuran besar sampai raksasa. Meskipun

demikian, tumbuhan ini relatif kurang tahan kering dan panas dibandingkan jenis waluh

lainnya. Batangnya lunak dan tangkai buahnya tidak membentuk sudut, tidak membesar di

bagian dekat buah, dan sangat tenggelam. (Wikipedia. 2017)

2.4 Kandungan Kimia Labu Kuning

Labu kuning adalah buah berukuran besar yang berbentuk lonjong memanjang dan

tebal. Permukaan luarnya memiliki kulit yang halus dan berusuk. Meskipun begitu, buah ini

bervariasi dalam bentuk dan ukurannya dengan buah masing-masing bisa berbobot hingga

15 kg. Secara interior, dagingnya berwarna kuning keemasan sampai kuning tergantung

pigmen karoten. Cross-section pada bagian labu kuning menunjukkan berongga tengah yang

dipenuhi jaringan serat mucilaginous yang diselingi dengan biji datar dan elips. Benihnya

mirip dengan Pepita (biji labu). Warna kuning keemasan labu kuning yang unik adalah

karena pigmen fenolik kuning-oranye di kulit dan pulpa mereka.

Pada bagian daging labu kuning terdapat heteropolisakarida yang terdiri atas glukosa,

galaktosa, arabinosa, dan ramnosa dengan perbandingan 4:2:3:5. Selain itu juga terdapat

polisakarida yang terikat dengan protein dengan komposisi 41,21% polisakrida dan 10,13%

protein. Di dalamnya ditemukan 18 jenis asam amino. (Beidokhti. 17) Selain itu labu kuning

juga kaya akan pectin. Pectin merupakan serat makanan yang jika dikonsumsi akan

mengontrol kadar gula darah dan dapat mengurangi kebutuhan insulin sehingga baik untuk

dikonsumsi oleh penderita diabetes (Adams, Gary G et al. 2011)

13
Selain kandungan polisakarida, di dalam daging buah labu kuning terdapat senyawa

aktif yang berperan sebagai antidiabetik. Terdapat 10 senyawa aktif dan 4 diantaranya

dianggap dapat digunakan sebagai antidiabetik. Adapun senyawa tersebut adalah (22E,24R)-

24-methyl-6-methoxy-5a-cholesta-7,22-diene-3,5diol], [3-hydroxy-(22E,24R)-ergosta-

5,8,22-trien-7-one], ferulic acid, syringaresinol. Senyawa-senyawa ini berperan sebagai

insulin-sensitizing, dan insulin-like activity (Chang, Chi-I et al. 2014)

Gambar.2 senyawa aktif pada labu kuning.

Sumber: Chang, Chi-I et al. 2014

Seperti anggota Cucurbitaceae lainnya, labu kuning juga memiliki kalori sangat

rendah; dalam 100 g hanya mengahasilkan 45 kalori. Labu kuning tidak mengandung lemak

14
jenuh atau kolesterol; Namun, labu kuning merupakan sumber serat makanan dan fitonutrien

yang kaya..

Labu kuning memiliki lebih banyak vitamin A dibandingkan anggota familie

cucurbutaceae lainnya yang menghasilkan sekitar 35% RDA. Vitamin-A adalah anti oksidan

alami yang hebat dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga integritas kulit dan mukosa. Ini

juga merupakan vitamin penting untuk penglihatan yang sehat. Studi penelitian menunjukkan

bahwa makanan alami yang kaya akan vitamin A membantu tubuh manusia terlindungi dari

kanker rongga mulut dan rongga mulut.Selanjutnya, butternut squash memiliki banyak

senyawa flavonoid polifenolik alami seperti a dan -carotenes, cryptoxanthin-, dan lutein.

Senyawa ini berubah menjadi vitamin A di dalam tubuh dan memberikan fungsi pelindung.

Labu kuning juga kaya akan vitamin B kompleks seperti folat, riboflavin, niasin, vitamin B-

6 (piridoksin), thiamin, dan asam pantotenat. Selain itu, labu kuning mengandung kadar

mineral yang memadai seperti besi, seng, tembaga, kalsium, potassium, dan fosfor.

Biji labu kuning adalah sumber serat makanan dan asam lemak mono-tak jenuh yang

sangat baik yang bermanfaat bagi kesehatan jantung. Selain itu, mereka kaya akan protein,

mineral, dan banyak vitamin manfaat kesehatan. Biji labu kuning adalah sumber yang sangat

baik untuk kesehatan yang mempromosikan asam amino, triptofan. Tryptophan

mengkonversi ke kesehatan yang menguntungkan GABA neurokimia di otak manusia.

15
Principle Nutrient Value Percentage of RDA
Energy 45 Kcal 2%
Carbohydrates 11.69 g 9%
Protein 1.0 g 2%
Total Fat 0.1 g 0.5%
Cholesterol 0 mg 0%
Dietary Fiber 2g 5%
Vitamins
Folates 27 g 7%
Niacin 1.200 mg 8%
Pantothenic acid 0.400 mg 8%

Pyridoxine 0.154 mg 12%


Riboflavin 0.020 mg 2%
Thiamin 0.100 mg 8%
Vitamin A 10630 IU 354%
Vitamin C 21 mg 35%
Vitamin E 1.44 mg 10%
Vitamin K 1.1 g 1%
Electrolytes
Sodium 4 mg 0.5%
Potassium 352 mg 7%
Minerals
Calcium 48 mg 5%
Copper 0.072 mg 8%
Iron 0.70 mg 9%
Magnesium 34 mg 9%
Manganese 0.202 mg 1%
Phosphorus 33 mg 5%
Selenium 0.5 g <1%

16
Zinc 0.15 mg 1%
Phyto-nutrients
Carotene- 834 g --
Carotene- 4226 g --
Crypto-xanthin- 3471 g --
Lutein-zeaxanthin 0 g --

(USDA National Nutrient Database. 2016)

17
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan studi literatur, labu kuning memiliki senyawa yang dapat berperan

sebagai antidiabetes. Adapun senyawa tersebut adalah polisakarida (glukosa, galaktosa,

arabinosa, ramnosa, pektin) dan senyawa bioaktif ((22E,24R)-24-methyl-6-methoxy-5a-

cholesta-7,22-diene-3,5diol], [3-hydroxy-(22E,24R)-ergosta-5,8,22-trien-7-one], ferulic

acid, syringaresinol). Senyawa-senyawa ini berperan sebagai insulin-sensitizing, dan

insulin-like activity. Selain itu, di dalam labu kuning juga terdapat senyawa antioksidan

seperti dan -carotenes, cryptoxanthin-, dan lutein (senyawa flavonoid fenolik).

Keberadaan antioksidan dapat berperan dalam regenerasi sel pankreas sehingga insulin

dapat diproduksi.

Insulin merupakan hormon yang berfungsi untuk mengatur glukosa darah. Pada saat

glukosa di dalam darah tinggi, sebagai akibat dari pencernaan makanan ataupun konversi

glikogen, sel pankreas akan mengeluarkan hormon insulin. Adanya hormon insulin akan

menyebabkan peristiwa glikogenesis yang terjadi dihati. Pada proses ini 2/3 dari sel-sel

tubuh, terutama otot dan sel-sel jaringan lemak, akan didorong untuk menyerap glukosa dari

darah melalui glucosa transporter 4 (GLUT4) sehingga menurunkan kadar gula darah.

GLTU4 adalah transporter glukosa yang utama dan terletak pada sel otot dan sel lemak.

Gerakan intraseluler GLUT-4 dimulai dengan pengikatan insulin pada bagian

permukaan sel (ekstraseluler) reseptor insulin. Pengikatan ini akan mengaktifkan fosforilasi

tirosin kinase pada bagian intraseluler dari reseptor. Substrat utama dari fosforilasi tirosin

kinase adalah molekul substrat reseptor insulin (IRS-1, IRS-2, IRS-3, IRS-4), dan SHC.

18
Kemudian phosphoinositol-3 kinase yang terdapat pada sel lemak dan otot akan menstimulus

transpor glukosa oleh insulin sehingga terjadi translokasi GLUT-4 ke membran plasma.

Phosphoinositol-3 kinase juga akan mengaktifkan protein kinase lainn seperti serin-

treonin kinase yang disebut protein kinase B dan phosphoinositide-dependent kinase-1.

phosphoinositide-dependent kinase-1 akan mengaktifkan protein kinase C karena molekul

ini memfosforilasi aktivasi protein kinase C. Beberapa isoform protein kinase C juga

diaktifkan oleh insulin.

Translokasi intraseluler GLTU-4 ke membran plasma dirangsang oleh protein kinase

B atau isoform protein kinase C yang dihasilkan oleh insulin. Isoform protein kinase

merupakan mediator baik dalam translokasi GLTU-4. Selain isoform protein kinase C,

mediator yang baik dalam translokasi GLTU-4 adalah 5' adenosine monophosphate-activated

protein kinase (AMPK). AMPK merupakan suatu hormon yang berperan dalam homostatis

energi sel. AMPK menstimulasi oksidasi asam lemak hati, ketogenesis, stimulus oksidasi

asam lemak otot skelet dan serapan glukosa, penghambatan sintesis kolesterol, lipogenesis,

trigliserida, penghambatan lipolisis adiposa, dan lipogenesis, dan modulasi sekresi insulin

oleh sel beta pankreas.

Pada penderita diabetes tipe 2 terjadi resistensi insulin. Resistensi insulin dapat

disebabkan oleh gangguan prereseptor, reseptor dan postreceptor. Daerah utama terjadinya

resistensi insulin adalah pada postreseptor sel target di jaringan otot dan sel hati. Kerusakan

posreceptor ini akan menyebabkan peningkatan sekresi insulin oleh sel sehingga terjadi

hiperinsulinemi. Hiperinsulinemi akan menyebabkan penurunan aktivitas enzim tyrosin

kinase dan meningkatkan aktivitas tyrosin phosphatase. Enzim tyrosne kinase bertanggung

19
jawab pada proses fosforilasi sedangkan enzim tyrosin phosphatase bertanggung jawab

dalam proses defosforilasi dan inaktivasi reseptor insulin.

Penurunan aktivasi enzim tyrosine kinase akan menyebabkan penuruan fosforilasi

IRS-1 pada insulin. Penurunan fosforilasi IRS-1 akan menyebabkan penurunan aktivitas

phosphatidylinositol 3-kinase. Penurunan aktivitas phosphatidylinositol 3-kinase akan

menyebabkan penurunan aktivitas protein kinase B sehingga akan mengganggu transpor

glukosa. Untuk itu, sebagai gantinya diperlukan 5' adenosine monophosphate-activated

protein kinase (AMPK) agar prose transpor glukosa tetap berjalan

Gambar. 3 mekanisme translokasi GLUT-4 pada sel otot dan hati

Senyawa aktiv (22E,24R)-24-methyl-6-methoxy-5a-cholesta-7,22-diene-3,5diol],

[3-hydroxy-(22E,24R)-ergosta-5,8,22-trien-7-one] yang terdapat pada labu kuning

(termasuk kedalam kelompok steroid) dapat meningkatkan aktivasi AMPK. AMPK akan

20
berperan sebagai mediator transportasi GLTU-4 ke membran sel. Aktivitas ini akan

menyebabkan terjadinya penyerapan glukosa sehingga glukosa di dalam darah akan

berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa AMPK berperan sebagai insulin-like effect.

Ferulic acid merupakan agen antioksidan dan anti imflamasi dan disarankan sebagai

antidiabetik. Penelitian telah menunjukkan bahwa ferulic acid memiliki efek hipoglikamik

pada tikus yang terkena diabetes. Ferulic acid yang terdapat pada ekstrak labu kuning dapat

berperan sebagai insulin sensitizer (peka terhadap insulin). Namun mekanisme insulin

sensitizer dari ferulic acid belum diketahui secara jelas. Namun keberadaan gugus metoksi

pada C-3 pada cincin aromatik dianggap sebagai penyebab ferulic acid memiki aktivitas

sebagai antidiabetik.

Selain ferulic acid. Senyawa Syringaresinol yang ditemukan dalam labu kuning dapat

berperan sebagai insulin sensitizer. Senyawa ini memiliki 4 gugus metoksi yang melekat

pada cincin aromatik. Seperti halnya ferulic acid mekanisme kerja senyawa Syringaresinol

dalam insulin sensitizer belum diketahui secara jelas. Namun keberadaan gugus metoksi

dianggap sebagai penyebab Syringaresinol memilki aktivitas sebagai antidiabetik.

Selain senyawa bioaktiv,senyawa polisakarida pada labu kuninga, baik itu

heteropolisakarida, homopolisakarida (pektin) dan polisakarida yang berikatan dengan

protein juga memilki aktivitas sebagai antidiabetik. Heteropolisakarida pada labu kuning

berperan dalam regenerasi pulau pankreas yang rusak dengan cara menstimuus poliferasi sel

. Sedangkan polisakarida yang berikatan dengan protein dapat meningkatkan kadar serum

insulin, menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan toleransi glukosa. Sementara

pektin berperan sebagai serat makanan. Dengan mekonsumsi makanan yang tinggi akan serat

21
dapat menyebabkan kebutuhan insulin dapat berkurang. Sehingga makanan yangkaya akan

serat seperti pektin sangat cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi literatur, labu kuning dapat dingunakan sebagai obat anti diabetes.

Hal ini dikaitkan dengan terdapatnya senyawa aktif seperti steroid, ferulic acid, dan

syringaresinol yang dapat berperan sebagai insulin-like effect, insulin sensitizer. Seain itu

kandungan polisakarida pada labu kuning juga menujukan sifat antidiabetes.

4.2 Saran

Diperlukan studi yang lebih lanjut untuk mempelajari mekanisme aktivitas

antidiabetik senyawa aktif labu kuning.

23
Daftar Pustaka

Adams, Gary G, et all. 2011.The hypoglycaemic effect of pumpkins as anti-diabetic and

functional medicines. \ Food Research International, Volume 44, hal 862-867

Amercian Diabetes Association (ADA). 2007. Diagnosis and Classification of Diabetes

Melitus. Diabetes Care. Vol 30, hal 542-547

Amercian Diabetes Association (ADA). 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

Melitus. Diabetes Care. Vol 30, hal 562-569

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.

Jakarta : EGC.

Chang, Chi-I et al. 2014.Constituents of the Steam of Cucurbita Moschata exhibit

Antidiabetic Aktivities Through Multiple Mechanisms. Journal of Fuctional

Foods. Vol 10, hal260-273)

Fowler, M. J. (2010). Diagnosis, Classication, and Lifestyle Treatment of Diabetes. Clinical

Diabetes. vol 28, hal 79-86.

Simpson, R. W., Shaw, J. E., & Zimmet, P. Z. 2003. The Prevention of Type 2 Diabetes:

Lifestyle Change or Pharmacotherapy A Challenge for the 21st Century.

DiabetesResearch and Clinical Practice. Vol 59, hal 165-180.

24
USDA National Nutrient Database. 2016. All Natural 100% Pure Pumkin, Fat Free, No

Preservatives, Good Sourse of Fiber, Excellent Source of Vitamin C

https://ndb.nal.usda.gov/ndb/

Rendell, M. S., & Kirchain, W. R. (2000). Pharmacotherapy of type 2 diabetes mellitus.The

Annals of Pharmacotherapy, vol 30, hal 878-895

Tokajuk, Anna et al. 2015. Antidiabetic Drugs and Risk of Cancer. Pharmacological

Reports. Vol 67, hal 1240-1250

Wilcox, Gisela. 2005. Insulin and Insulin Resistance. Clin Biochem Rev. Vol 26, hal 2

Yuwono, Sudarminto Sutoyo. 2015. Labu Kuning (Cucurbita moschata).

http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/06/labu-kuning-cucurbita-moschata/. Diakses

pada 21 mei 2017

25

Anda mungkin juga menyukai