Anda di halaman 1dari 11

DIABETES MELITUS

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) akibat kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Brunner & Suddart, 2015).
Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolic menahun akibat
pancreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif (Infodatin, 2014).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin.
Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel
beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-
sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008)

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes
Association, 2010 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering
ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi
insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang
diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya 13 sekitar
10% dari semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1
kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor
lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat menyebabkan
penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (Merck, 2008).
b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin
disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent)
ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan
insulin, bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan
tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi
pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum
dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes
tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami
obesitas. Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari
itu orang obesitas 14 memerlukan insulin yang
c. Diabetes mellitus Gestasional Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari
peningkatkan kadar glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis
Diabetes Melitus berdasarkan nilai kadar gula darah, berikut ini 15 adalah
kriteria diagnosis berdasarkan American Diabetes Association tahun 2010.
Kriteria Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association
2010 :
1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1
mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik
adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah
pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi
Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
tergantung dari hasil yang dipeoleh : TGT : glukosa darah plasma 2 jam
setelah beban antara 140- 199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa
darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2015), Diabetes seringkali muncul tanpa
gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat
kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes
antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia
(banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan
kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki,
timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas.
a. Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
b. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM
Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan
komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.

D. Patofisiologi Diabetes Melitus


Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pula dalam
peta, sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas. Pulau-pulau ini
berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara berlawanan,
glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan
kadar glukosa darah (Schteingart, 2006).
Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan
bantuan GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan
glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di
metabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau berjumlah
sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam sel dan akan terus berada di aliran
darah yang akan mengakibatkan keadaan hiperglikemia (Sugondo, 2009).

Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun reseptor
di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci
masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun
karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah glukosa yang
masuk ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi insulin). Sementara produksi
glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa
meningkat (Schteingart, 2006)

E. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi
akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang sering terjadi
dan harus diwaspadai.
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan
menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang
kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan
akhirnya kematian. Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang
dari 50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan
gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa
darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan
energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak. Hipoglikemia lebih
sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 – 2 kali
perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan di Inggeris diperkirakan 2
– 4% kematian pada penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan
hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih
jarang terjadi, meskipun penderita tersebut mendapat terapi insulin. Serangan
hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam) ƒ Makan
terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli gizi.
2) Berolah raga terlalu berat.
3) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya
4) Minum alkohol
5) Stress
6) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila
penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:
a) Dosis insulin yang berlebihan
b) Saat pemberian yang tidak tepat
c) Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik berlebihan
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap
insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara
tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria,
polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.
Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak menjadi
parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan
seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina.
Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic
Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan
membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula
darah yang ketat.
c. Komplikasi Makrovaskular
3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita
diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD),
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer
(peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular
dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan
komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya
menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari
penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,
antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic
Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome.
Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada penderita
diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus dilakukan
sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar
kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan
darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan
sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet
dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi
stress dan lain sebagainya.
d. Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin
lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping
karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi
hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi mikrovaskularnya.
Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi
mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes.
Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat
jalan perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah dengan pengendalian
kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan menggunakan
suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan
monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya
komplikasi mikrovaskular sampai 60%.

F. Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengelolaan
diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi
farmakologis (ADA, 2010).
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian pusing, keringat dingin maka cepat minum teh
manis
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin, tangga
( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau menghilangkan
kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok
Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:
1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril dan
bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

Perawatan kaki Diabetik :


1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat, kemerahan)
,bentuk (pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), Suhu (dingin, lebih panas)
4. Bila kaki kering, olesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari, jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu keras
kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki dan
jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekecil apapun.

G. Pengertian Perawatan Luka


Perawatan luka adalah suatu teknik dalam membersihkan luka yang
diakibatkkan oleh penyakit diabetes mellitus (kencing manis) dengan tujuan
untuk mencegah infeksi luka, melancarkan peredaran darah sekitar dan
mempercepat proses penyembuhan luka.

H. Penyebab Infeksi
a) Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka
b) Luka terbuka dan kotor
c) Gizi Buruk
d) Daya tahan tubuh yang lemah
e) Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
I. Tanda dan Gejala Infeksi
Menurut SDKI tahun 2018, tanda dan gejala infeksi adalah sebagai berikut:
a) Terjadi bengkak disekitar luka e) Perubahan fungsi organ
b) Panas badan yang meningkat f) Cairan yang berupa nanah
c) Kemerahan disekitar luka pada luka
d) Nyeri g) Luka berbau tidak sedap

J. Cara – Cara Perawatan Luka Di Rumah


Persiapan alat:
a) Kapas
b) Kassa steril
c) Cairan infus NaCl 0,9 %
d) Sarung tangan bersih
e) Sarung tangan steril
f) Plester
g) Gunting
h) Kantong plastic
i) Perban gulung
1. Langkah – Langkah:
a) Atur posisi senyaman mungkin
b) Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien
c) Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun dan memakai sarung tangan bersih.
d) Buka plester/ perban (dengan menggunakan kayu putih)
e) Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastic
f) Bersihkan luka :
• Memakai sarung tangan steril
• Cuci luka terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi NaCl 0,9%
atau kapas lembab yang telah dibasahi air matang yang telah dingin
• Keringkan luka dengan kassa kering steril
• Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah
dibasahi NaCl 0,9%
• Tutup luka yang telah dikompres kassa NaCl 0,9% dengan kassa
kering
• Plester balutan tersebut agar tidak mudah lepas atau perban
menggunakan perban gulung
2. Bereskan peralatan
3. Cuci tangan dengan sabun.
4. Perhatian:
a) Perawatan luka hendaknya dilakukan 1 minggu 2-3x dan selalu dijaga
kebersihannya.
b) Jika tidak bisa melakukan perawatan luka secara mandiri atau khawatir
luka menjadi infeksi, bawalah pasien ke pusat pelayanan kesehatan untuk
dilakukan perawatan luka atau undanglah perawat home care yang ahli
dalam perawatan luka kaki diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes Association). 2010. Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.33: S62-9.
Brunner & Suddarth, 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 4. EGC:
Jakarta.
Depkes RI., 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia.
http://www.depkes.go.id/indeks/.
PPNI. 2018. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator
diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai