Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah di bawah normal.Diagnosis hipoglikemia
ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg% (2,8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2
mmol).(dikutip oleh Djoko Wahono S, 2006). Hipoglikemi ada tiga tingkatan yaitu dari
ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari – hari yang
nyata, sedang : simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari –
hari yang nyata, da berat : sering (tidak selalu ) tidak simptomatik, karena gangguan kognitif
pasien tidak mampu mengatasi sendiri.pada tingkatan berat, membutuhkan pihak ketiga
tetapi membutuhkan terapi parenteral,tetapi di sisi lain Membutuhkan terapi parenteral
(glukagon intramuskular atau glukosa intravena) ,disertai koma atau kejang. Munculnya
gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi.
Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72
jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat.
Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil
yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi
lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas,
letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk
mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah,
hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak
mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Hipoglikemia
merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya
kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah: 1.1 Hipoglikemi
murni : Ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl 1.2 Reaksi hipoglikemi : Gejala
hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
1.3 Koma hipoglikemi : Koma akibat gula darah < 30 mg/dl 1.4 Hipoglikemi reaktif : Gejala
hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar hipoglikemi ?
2. Apa saja klasifikasi hipoglikemi ?
3. Apa penyebab hipoglikemi ?
4. Apa langkah promotif dan preventif hipoglikemi ?
5. Bagaimana diagnosis hipoglikemi ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Klinispada hipoglikemi?
7. Bagaimana manajemen hipoglikemi ?
8. Bagaimana penanganan kadar gula darah rendah ?
9. Bagaimana pengobatan hipoglikemi ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa Dapat mengetahui konsep dasar hipoglikemi
2. Mahasiswa Dapat mengetahui klasifikasi hipoglikemi
3. Mahasiswa Dapat mengetahui penyebab hipoglikemi
4. Mahasiswa Dapat mengetahui langkah promotif/preventif hipoglikemi
5. Mahasiswa Dapat mengetahui diagnosis hipoglikemi
6. Mahasiswa Dapat mengetahui Pemeriksaan Klinis hipoglikemi
7. Mahasiswa Dapat mengetahui manajemen hipoglikemi
8. Mahasiswa Dapat mengetahui penanganan hipoglikemi
9. Mahasiswa Dapat mengetahui pengobatan hipoglikemi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Hipoglikemia


Hipoglikemia adalah masalah serius yang dialami bayi baru lahir karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Dalam keadaan normal tubuh
mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl. Pada diabetes, kadar gula darah
terlalu tinggi, pada hipoglikemia kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak merupakan
organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan
sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang
rendah dan melalui sistem saraf merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin.
Hal ini akan merangsang untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga.
Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
Kejadian hipoglikemi lebih sering terjadi pada bayi dengan ibu diabetes melitus.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses
persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.  Setiap stress yang terjadi mengurangi
cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya
pada asfiksia, hipotermi, hipetermi, gangguan pernapasan.
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dl.
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kadar gula
darah. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Jenis
hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan
yang mengandung fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa
menghalangi pelepasan glukosa dari hati,  leusin meragsang pembentukan insulin yang
berlebihan dari pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat
setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun,
maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin.
Penyebab lainnya adalah penyakit autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang
menyerang insulin.
Berdasarkan patofisiologi ada 4 golongan anak yang beresiko terjadinya hipoglikemi, yaitu:
a. Bayi dari ibu diabetes, atau diabetes selama kehamilan. 
b. BBLR yang mingkin mengalami mal nitrisi intra uterine
c. Bayi sangat kecil atau sakit berat yang mengalami hipoglikemia karena respon terhadap
kebutiuhan metabolisme yang lebih tinggi atau melebihi cadangan kalori.
d. Bayi dengan kelainan geneitik atau gangguan kelainan metabolik primer.
e. Frekuensi hipoglikemia secara keseluruhan berkisar 2-3/1000 kelahiran hidup, secara
bermakna lebih tinggi pada BBLR dengan riwayat komplikasi dan sakit berat.

B. Klasifikasi Hipoglikemi

Klasifikasi Klinis Hipoglikemia Akut Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata
Ringan
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan
Sedang gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata

Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat


mengatasi sendiri karena adanya gangguan
kognitif
1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak
Berat membutuhkan terapi parenteral
2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon
intramuskuler atau intravena)
3. Disertai kejang atau koma
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai
kelompok umur anak:

Kelompok Umur Glokuse <mg/dl  Darah Plasma/serum


Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

Neonatus <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml


* BBLR/KMK
* BCB
0-3 hari <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hari <40 mg/100 ml <45  mg/100 ml

C. Penyebab
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat
memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus
seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang
maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda
berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.


Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
8. Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus
mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum
sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
9. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
10. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini
berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian
kadar gula darah menjadi terganggu.
11. Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
12. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
D. Faktor Resiko
1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar
glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang
pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-tiba turun
karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga
terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah
pada ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan
toleransi glukosa yang abnormal.
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah
mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan
kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan
metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi
yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang
sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih
banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih
hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan
cairan intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.
4. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada
trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini
terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai
5. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang. Asupan
glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan glikogennya.
Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah mengalami
hipoglikemia.
6. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali
memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya
menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan
38 ATP.
7. Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran
darah.
8. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi
dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi
9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil
dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang
tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
10. Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion, hipotermia, distress
pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis, sindrom Beckwith-Wiedermann,
mikrosefalus atau defek pada garis tengah tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn
error of metabolism dan bayi stres lainnya, mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.
11. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan
(terbutalin, propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa
intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.

E. Langkah Promotif dan Preventif


1. Penanganan / pengendalian kadar glukosa ibu DM
2. Penanganan keadaan yang mengakibatkan BBLR
3. Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan penggunaan glukosa bayi, misal: pada
asfiksia, hipotermi, hipetermi, gangguan napas.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini.

F. Gejala
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang
menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung
berdebar-debar, dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan
koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari
setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olahraga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda Gejala
1. Gerakan gelisah (Jitteriness) atau tremor
2. Sianosis.
3. Kejang
4. Letargi dan menyusui yang buruk.
5. Apnea.
6. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi.
7. Hipotermia.
8. Kesulitan makan
9. Keringat banyak
10. Mual muntah

G. Penatalaksanaan
1. Monitor Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor
dalam 3 hari pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap 6
jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
2. Hipoglikemia harus diperlakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi
kerusakan neurologis. Awal makan bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu formula
dianjurkan. Bagi mereka yang tidak mampu untuk minum, selang nasogastrik dapat
digunakan. Andalan terapi untuk anak-anak yang waspada dengan perlindungan jalan
nafas utuh termasuk jus jeruk pada 20 mL / kg.
3. Bagi mereka yang tidak bisa melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat minum, rute
nasogastrik, intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan untuk obat berikut
digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa, glukagon, diazoxide, dan
octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa nifedipin dapat membantu untuk
mempertahankan normoglikemia pada anak dengan PHHI.
   Kortisol tidak boleh digunakan, karena memiliki manfaat akut minimal dan dapat
menunda diagnosis penyebab hipoglikemia. Kortisol merangsang glukoneogenesis dan
menyebabkan penurunan penggunaan glukosa, yang mengarah ke peningkatan glukosa
darah secara keseluruhan dan dapat menutupi penyebab sebenarnya dari hipoglikemia.
  Pengobatan Hipoglikemia
1. Neonatus
a. Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji dextrostix menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan
oleh pemeriksaan laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan
kadar gula rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai
kadar glucose darah menjadi normal.
b. Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji dextrostix menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan
oleh pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan
merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa diberikan
selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik menunjukkan hipoglikemia
dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini membuktikan adanya hipoglikemia
simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan glukose parenteral 8 10 mg/kg BB/ menit.
Makanan rikan NaCl (2-3 meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah
hiponatremia. Dua puluh empat jam kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar
gula darah dipantau setiap 4-6 jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya
glucose hipertonik ini secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10864
mg/kgBB/menit) dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi
hipoglikemia.Pengobatan glukose parenteral ini biasa diperlukan 4872 jam. Penderita
semacam ini berjumlah 15% kasus dan disebut hipoglikemia simptomatik transient.
c. Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya menetap/berulang meskipun sudah
diberikan glukose IV 12-16 mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya.
Diambil darah 5-10 cc sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB
IV/IM/IC tidak lebih dari .1 mg).
2. Bayi
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi.
Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric
drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total sehari diberikan dalam bentuk glukose dengan
kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam hari dengan menggunakan pompa otomatis.
Makanan pagi harinya harus diberikan sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini
akan memperbaiki asidosis kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan
hidung berhenti, mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan pertumbuhan.
3. Anak
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini terdiri atas tindakan sederhana
menghindari puasa lebih dari 1 jam dan hindari penyebab-penyebab muntah. Jika hal ini
tidak mungkin maka dapat dilakukan pencegahan dengan minum air gula (air jeruk
manis) pada malam hari selama beberapa tahun sampai anak mencapai umur kurang lebih
8 tahun. Dalam keadaan serangan hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose
50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat
arang dengan pemberian 4-5 kali/hari.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir
atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan
uji glukose darah.
Penyebab hipoglikemia yaitu  dosis suntikan insulin terlalu banyak, lupa makan atau
makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum alkoholtanpa disertai makan,
menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari,penebalan di lokasi
suntikan, kesalahan waktu pemberian obat dan makanan,penyakit yang menyebabkan
gangguan penyerapan glukosa, gangguan hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat
hipoglikemia sebelumnya.
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air
gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang
bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama
serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan
glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki
resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan
penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan
hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
B. Saran.
1. Kepada klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemi baik pengertian maupun
gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala hipoglikemi tersebut maka klien segera
ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus hipoglikemi, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut
3. Kepada pembaca agar memahami apa itu hipoglikemi dan pencegahan yang dapat di
lakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.
  

DAFTAR PUSTAKA
Ladewig, Patricia. 2006. Buku Saku Asuhan Neonatus, Bayi Baru Lahir. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
www.hipoglikemia.com
 Sacharin, Rosa. 1986. Prinsip Keperawatan Pediatrik., Jakarta: EGC.
Markun. AH.1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Masjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Nelson Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan                      
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj

Anda mungkin juga menyukai