Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN


PADA BY. NY . D DENGAN DIAGNOSA HIPOGLIKEMIA

DISUSUN OLEH :
SRI REJEKI
1490123045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). Hipoglikemia =
Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala hipoglikemia apabila gula darah < 60
mg/dl (Nabyl, 2009).
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi
glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang
disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa,
tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada
hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau
jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi
serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).

B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal): tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
Sekunder (Scondary): sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
Berulang (Recurrent): disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme.
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai:
Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
1. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
2. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun
berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti
terlihat pada table. Nilai kadar glukose darah/ plasma atau serum untuk diagnosis
Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
DARAH
KELOMPOK UMUR GLOKUSE <mg/dl
PLASMA/SERUM
Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

C. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan
dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa
darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA
1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan


insulin atau sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan makan
b. kesalalahan dosis obat
c. latihan jasmani yang berlebihan
d. penurunan kebutuhan insulin
- penyembuhan dari penyakit
- nefropati diabetic
- hipotiroidisme
- penyakit Addison
- hipopituitarisme
e. hari-hari pertama persalinan
f. penyakit hati berat
g. gastro paresis diabetic
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. pengendalian glukosa darah yang ketat
b. pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
c. penggantian jenis insulin

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia


E. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang
telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM).
Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar
neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
- dehidrasi
- kehilangan elektrolit
- asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh
urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai
akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan
keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi,
sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
Pathway Hipoglikemia

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

F. TANDA DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA


Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan
gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat
menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah,
lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan
fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering
terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita
tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa
semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga
sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi,
keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental
menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang-
kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).(3)
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
- Perubahan tingkah laku
- Serangan sinkop yang mendadak
- Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
- Keringat berlebihan waktu tidur malam
- Bangun malam untuk makan
- Hemiplegi/ afasia sepintas
- Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi
otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di
samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada
fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan
kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat
ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama
menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan
yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan
gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang
dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan
adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita
DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif),
dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A,
1997).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang
ketoasidosis,meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok
ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan
manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas
sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari
apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari
pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi
di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan
yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun pemulihan yang berarti dan
hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit setelah pengobatan yang
sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap
terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin.
Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk
menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.(Ester, 2000:).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis
yang meliputi:
- Lapar
- Mual-muntah
- Pucat,kulit dingin
- Sakit kepala
- Nadi cepat
- Hipotensi
- Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
- Sakit kepala
- Koma
- Kesulitan dalam berfikir
- Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
- Perubahan dalam sikap emosi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet,
jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat
mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan
tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan
dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa
lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian
glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40
gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya
8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai
infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
I. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah,
air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama
penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat
dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut
penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya
selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus
diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat
pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan
dalam porsi kecil.

J. PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA


1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah
ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
- Beri oksigen
- Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
- Cek capillary refill
- Auskultasi adanya suara nafas tambahan
- Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
- Cek Frekuensi Pernafasan
- Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
- Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan
pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.
Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

K. PENGKAJIAN SEKUNDER HIPOGLIKEMIA


Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan
diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang,
sepsis.
2. Riwayat :
 ANC
 Perinatal
 Post natal
 Imunisasi
 Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
 Pemakaian parenteral nutrition
 Sepsis
 Enteral feeding
 Pemakaian Corticosteroid therapi
 Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
 Kanker
3. Data fokus
4. Data Subyektif:
 Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
 Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
 Rasa lapar (bayi sering nangis)
 Nyeri kepala
 Sering menguap
 Irritabel
5. Data obyektif:
 Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
 Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler,
keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
 Plasma glukosa < 50 gr/

6. Pengkajian head toe


Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun,
gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitasLetargi/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda :
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada,
disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola
mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine
encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika
terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,
adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik,
turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau
buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum
purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak,
lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadapglukosa darah.

L. DATA-DATA LABORATORIUM HIPOGLIKEMIA


Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan gula darah, urea darah,
serum creatinin (BUN), mikoro albumunurea, dan glikohemoglobin (Hb) Ph dan bagian
tekanan dari karbon dioksida (PCO2). tabel 51-1 menjelaskan bahwa rasional
peningkatan dari studi ini. Periksa bagian urinary menunjukkan adanya
pemeriksaan.tabel 51-2 menunjukkan gula darah normal, penjelasan mengenai
interprestasi yang tidak normal pada keadaan koma, perawat memberi perawatan sampai
pemeriksaan gula darah selanjutnya. (Donna 1991).

M. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA


YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Asma adalah
sebagai berikut:
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas,
peningkatan sekresi trakheobronkheal
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan
3. PK: Hipoglikemia
4. Resiko aspirasi b.d secret produktif, sesak nafas
5. Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tidak adekuat, pening-katan metabolisme,
diaporesis
6. Kurang pengetahuan tentang asma b.d kurang informasi, keterbatas-an kognisi, tidak
familier dengan sumber informasi
7. Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
8. Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasive, terapi inhalasi
9. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, kelemahan
10. Defisit self care b.d kelemahan, kelelahan, sesak nafas

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia


N. RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Airway Suctioning (3160)
napas tiidak tindak-an keperawatan
1 Pastikan kebutuhan suctioning
efektif b.d obs- selama … x 24 jam
2 Auskultasi suara napas sebelum
truksi jalan jalan napas klien dan sesudah suctioning
nafas / pe- efektif, dengan kriteria3: Informasikan pada klien dan ke-
ningkatan luarga tentang suctioning
sekresi trakhe- Status Respirasi 4: Meminta klien napas dalam sebe-
obronkheal. Patensi Jalan Nafas lum suctioning
(0410) : 5 Berikan oksigen dengan kanul
Batasan Suara napas bersih nasal untuk memfasilitasi
karakteristik : Tidak ada sianosis suctioning nasotrakheal
Dispneu Tidak sesak napas 6/ Gunakan alat yang steril setiap
Orthopneu dispneu melakukan tindakan
Sianosis Irama napas dan
7 Anjurkan klien napas dalam dan
Ronkhi/ frekuensi napas dalam istirahat setelah kateter
krepitasi rentang normal dikeluarkan dari nasotrakheal
Kesulitan Klien tidak merasa
8 Monitor status oksigen klien
berbicara ter-cekik 9 Hentikan suction apabila klien
Batuk tidak Tidak ada sianosis menunjukkan bradikardi
efektif atau Tidak gelisah
tidak ada Sputum berkurang Airway manajemen ( 3140)
Mata 1. Buka jalan napas, gunakan teknik
melebar Status Respirasi : chin lift atau jaw thrust bila perlu
Produksi Ventilasi (0403) 2. Posisikan klien untuk memaksi-
sputum me- Mendemonstrasikan malkan ventilasi
ningkat ba-tuk efektif 3. Identifikasi klien perlunya pema-
Gelisah Suara nafas yang sangan jalan napas buatan
Perubahan bersih 4. Pasang mayo bila perlu
frekuensi dan Tidak ada sianosis 5. Lakukan fisioterapi dada bila
irama napas Tidak ada dispneu perlu
(mam-pu bernafas
6. Keluarkan sekret dengan batuk
dengan mudah) atau suction
Tidak ada pursed
7. Auskultasi suara napas , catat
lips adanya suara tambahan
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
9. Monitor respirasi dan status
oksigen

Cough Enhancement (3250)


1. Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
2. Dorong pasien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk
2-3 kali
3. Anjurkan klien nafas dalam be-
berapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan batukkan di akhir
ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan secret di mulut, hidung
dan trachea / tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-
butuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2,
humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan
petugas jaga.

Mengatur posisi (0840)


1 Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2 Miringkan kepala bila muntah

Fisioterapi dada (3230)


1. Tentukan adanya kontraindikasi
fisioterapi dada
2. Tentukan segmen paru-paru yang
memerlukan fisioterapi dada
3. Posisikan klien dengan segmen
paru yang memerlukan drainase
dile-takkan lebih tinggi
4. Gunakan bantal kepala untuk
membantu mengatur posisi
5. Kombinasikan teknik perkusi dan
posturnal drainase
6. Kombinasikan teknik fibrasi dan
posturnal drainase
7. Kelola terapi inhalasi
8. Kelola pemberian
bronchodilator, mukolitik
9. Monitor dan tipe sputum
10. Dorong batuk sebelum dan
sesudah posturnal drainase

2. Pola nafas Setelah dilakukan Airway manajemen ( 3140)


tidak efektif tindak-an perawatan
1. Buka jalan napas, gunakan teknik
b.d selama … X 24 jam chin lift atau jaw thrust bila perlu
hiperventilasi, pola nafas efektif,
2. Posisikan klien untuk memaksi-
kele-lahan otot dengan criteria : malkan ventilasi
pernafasan 3. Identifikasi klien perlunya pema-
Respiratory status : sangan jalan napas buatan
Batasan Airway patency (0410)
4. Pasang mayo bila perlu
karakteristik : : 5. Lakukan fisioterapi dada bila
Penurunan Suara napas bersih perlu
tekanan Tidak ada sianosis 6. Keluarkan sekret dengan batuk
inspirasi / Tidak sesak napas atau suction
ekspirasi Irama napas dan
7. Auskultasi suara napas , catat
Penurunan frekuensi napas da-lam adanya suara napas tambahan
ventilasi per rentang normal 8. Kolaborasi pemberian
menit Pasien tidak merasa bronkodilator bila perlu
Penggunaan tercekik 9. Monitor respirasi dan status
otot na-fas Tidak ada sianosis oksigen
tambahan Tidak gelisah
Pernafasan Sputum berkurang Respirasi Monitoring (3350)
nasal flaring 1 Monitor rata-rata, ritme,
Dispneu Respiratory status : kedalaman, dan usaha napas
Ortopneu ventilation (0403) 2 Catat gerakan dada apakah
Penyimpan Respirasi dalam simetris, ada penggunaan otot
gan dada rentang normal tambahan, dan retraksi
Nafas Ritme dalam batas
3 Monitor crowing, suara ngorok
pendek normal 4 Monitor pola napas : bradipneu,
Posisi tubuh Ekspansi dada takipneu, kusmaul, apnoe
menun-jukkan simetris 5 Dengarkan suara napas : catat
posisi 3 poin Tidak ada sputum di area yang ventilasinya menurun /
Nafas jalan napas tidak ada dan catat adanya suara
pursed-lip (de- Tidak ada tam-bahan
ngan bibir) penggunaan otot-otot
6 K/p suction dengan
Ekspirasi tambahan mendengarkan suara ronkhi atau
meman-jang Tidak ada retraksi krakles
Peningkatan dada 7 Monitor peningkatan gelisah, ce-
diame-ter Tidak ditemukan mas, air hunger
anterior- dispneu 8 Monitor kemampuan klien untuk
posterior Dispneu saat batuk efektif
Frekuensi aktivitas ti-dak
9 Catat karakteristik dan durasi
nafas ditemukan batuk
 Bayi : < 25 Napas pendek-
10 Monitor sekret di saluran napas
atau > 60 pendek ti-dak
11 Monitor adanya krepitasi
 1-4 th : < 20 ditemukan 12 Monitor hasil rontgen thorak
atau > 30 Tidak ditemukan
13 Bebaskan jalan napas dengan chin
 5-14 th : < 14 tak-til fremitus lift atau jaw thrust bila perlu
atau > 25 Tidak suara napas
14 Resusitasi bila perlu
 > 14 th : < 11 tambahan 15 Berikan terapi pengobatan sesuai
atau > 24 advis (oral, injeksi, atau terapi
Kedalaman inhalasi)
nafas
 Volume tidal Cough Enhancement (3250)
de-wasa saat 1 Monitor fungsi paru-paru,
istira-hat 500 kapasitas vital, dan inspirasi
ml maksimal
 Volume tidal 2 Dorong klien melakukan nafas
ba-yi 6-8 ml/kg dalam, ditahan 2 detik lalu batuk
BB 2-3 kali
Penurunan 3 Anjurkan klien nafas dalam be-
kapasitas vital berapa kali, dikeluarkan dengan
Timing pelan-pelan dan batukkan di akhir
rasio ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1. Bersihkan sekret di mulut, hidung
dan trakhea / tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian
O2
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Pilih peralatan yang sesuai ke-
butuhan : kanul na-sal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran O2
7. Monitor selang O2
8. Cek secara periodik selang O2,
air humidifier, aliran O2
9. Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan
petugas
3 PK: Setelah dilakukan1. Pantau kadar gula sebelum
Hipoglikemia tindak-an keperawatan pemberian obat hipoglikemia
selama … x 24 jam,2. Pantau tanda gejala hipoglikemia
Populasi perawat akan3. Jika klien dapat menelan berikan
resiko tinggi : menangani dan jus jeruk, cola, atau jahe setiap 15
- DM meminimalkan episode menit sampai kadar gula
- Nutrisi hipoglikemia dngan meningkat diatas 69 mg/dl
Parenteral gejala : 4. Jika klien tidak dapat menelan
- Sepsis - Kadar gula <70 mg/dl berikan glucagon SC atau 50 ml
- Terapi - Kulit lembab dingin, glukosa 50% IV
Kortikosteroid pucat 5. Periksa kadar gula darah setelah 1
- - Takikardi jam pemberian terapi glukosa
Hiperglikemia - Gelisah 6. Konsul dengan ahli gizi untuk
- Hiupoglikemia - Tidak sadr pemberian kudapan atau
hiperfungsi - Mudah mengantuk kabohidrat yang lebih kompleks
kelenjar - Tidak terkoordinasi
adrenal

4. Resiko aspirasi Setelah dilakukan Airway Suctioning (3160)


b.d aku-mulasi tindak-an keperawatan1 Pastikan kebutuhan suctioning
secret, sesak selama … x 24 jam
2 Auskultasi suara napas sebelum
nafas pasien tidak me- dan sesudah suctioning
ngalami aspirasi,
3 Informasikan pada klien dan
Faktor Resiko dengan kriteria : keluarga tentang suctioning
: 4 Meminta klien napas dalam se-
Penurunan Respiratory status : belum suctioning
reflek ba-tuk ventilation (0403) 5 Berikan O2 dengan kanul nasal
dan gag reflek Respirasi dalam ren- untuk memfasilitasi suctioning
Ngt tang normal nasotrakhea
Penurunan Ritme dalam batas
6 Gunakan alat yang steril setiap
kesadaran normal melakukan tindakan
Gangguan Ekspansi dada si-
7 Anjurkan klien napas dalam dan
menelan metris istirahat setelah kateter
Produksi Tidak ada sputum di dikeluarkan dari nasotrakheal
secret me- jalan napas 8 Monitor status O2 klien
ningkat Tidak ada
9 Hentikan suction apabila klien
Dispneu pengguna-an otot-otot me-nunjukkan bradikardi
tambahan
Tidak ada retraksi Airway manajemen ( 3140)
da-da 1 Buka jalan napas, gunakan teknik
Tidak ditemukan se- chin lift atau jaw thrust bila perlu
sak nafas / dispneu 2 Posisikan klien untuk memak-
Dispneu saat simalkan ventilasi
aktivitas tidak
3 Identifikasi klien perlunya pema-
ditemukan sangan jalan napas buatan
Napas pendek-pen-
4 Pasang mayo bila perlu
dek tidak ditemukan 5 Lakukan fisioterapi dada bila
Tidak ditemukan perlu
tak-til fremitus 6 Keluarkan secret dengan batuk
Tidak ditemukan su- atau suction
ara napas tambahan 7 Auskultasi suara napas, catat
adanya suara nafas tambahan
Respiratory status : 8 Kolaborasi pemberian
gas ekchange (0402) bronkodilator bila perlu
Status mental dalam
9 Monitor respirasi dan status
batas normal oksigen
Bernapas dengan
mu-dah Aspiration Precaution (3200)
Gelisah tidak
1. Monitor tingkat kesadaran, reflek
ditemu-kan batu, gag reflek dan kemampuan
Tida ada sianosis menelan.
Somnolen tidak dite-
2. Monitor status paru-paru
mukan 3. Pertahankan airway
4. Alat suction siap pakai,
tempatkan disamping bed, dan
suction sebelum makan
5. Beri makanan dalam jumlah kecil
6. Pasang NGT bila perlu
7. Cek posisi NGT sebelum mem-
berikan makan
8. Cek residu sebelum memberikan
makan
9. Hindari pemberian makanan jika
residu banyak
10. Libatkan keluarga selama pembe-
rian makan
11. Potong makanan menjadi kecil-
kecil
12. Mintakan obat dalam bentuk sirup
13. Puyer pil sebelum diberikan
14. Jaga posisi kepala pasien elevasi
30-40˚ selama dan setelah pem-
berian makan
15. Anjurkan pasien / atur posisi klien
semi fowler atau fowler ketika
makan
16. K/p per sonde atau drip feeding
17. Cek apakah makanan mudah di
telan

Posisitioning/Mengatur posisi
(0840)
1. Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2. Miringkan kepala bila muntah

Respirasi Monitoring (3350)


1. Monitor rata-rata, ritme,
kedalaman, dan usaha napas
2. Catat gerakan dada apakah
simetris, ada penggunaan otot
tambahan, dan retraksi
3. Monitor crowing, suara ngorok
4. Monitor pola napas : bradipneu,
takipneu, kusmaul, apnoe
5. Dengarkan suara napas : catat
area yang ventilasinya menurun /
tidak ada dan catat adanya suara
tam-bahan
6. K/p suction dengan
mendengarkan suara ronkhi atau
krakles
7. Monitor peningkatan gelisah, ce-
mas, air hunger
8. Monitor kemampuan klien untuk
batuk efektif
9. Catat karakteristik dan durasi
batuk
10. Monitor sekret di saluran napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil rontgen thorak
13. Bebaskan jalan napas dengan chin
lift atau jaw thrust bila perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan sesuai
advis (oral, injeksi, atau terapi
inhalasi)
5. Intoleransi Setelah Terapi
dilakukan
Aktivitas (4310)
aktivitas b.d tindak-an keperawatan
1 Catat frekuensi jantung irama,
ketidakseimban selama … x 24 jam, pe-rubahan tekanan darah
gan suplai dan klien mampu mencapai sebelum, selama, setelah aktivitas
kebutuhan O2, : activity to-leransi , sesuai indi-kasi
ke-lemahan dengan kriteria : 2 Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas dan berikan aktivitas
Batasan Activity tolerance senggang yang tidak berat
Karakteristik (0005) 3 Batasi pengunjung
: Saturasi oksigen da-4 Monitor / pantau respon emosi,
Laporan lam batas normal ke- fisik, sosial dan spiritual
kerja : kele- tika beraktivitas 5 Jelaskan pola peningkatan
lahan dan HR dalam batas nor- aktivitas secara bertahap
kelemahan mal ketika aktivitas 6 Bantu klien mengenal aktivitas
Respon Respirasi dalam dengan penuh arti
terhadap ak- batas normal saat 7 Bantu klien mengenal pilihan
tivitas aktivitas untuk beraktivitas
menunjukkan Tekanan darah sisto-
8 Tentukan klien komitmen untuk
nadi dan lik dalam batas nor-mal meningkatkan frekuensi untuk
tekanan darah saat beraktivitas aktivitas
abnormal Tekanan darah dias-9 Kolaborasi yang berhubungan de-
Perubahan tolik dalam batas nor- ngan fisik, terapi rekreasi, pe-
EKG me- mal saat beraktivitas ngawasan program aktivitas yang
nunjukkan EKG dalam batas tepat
aritmia / normal 10 Bantu klien membuat rencana
disritmia Warna kulit yang khusus untuk pengalihan
Dispneu Usaha bernafas saat aktivitas rutin tiap hari
dan ketidak- beraktivitas 11 Bantu klien / keluarga mengenal
nyamanan yang Berjalan di ruangan ke-kurangan mutu aktivitas
sa-ngat Berjalan jauh 12 Latih klien / keluarga mengenai
Gelisah Naik tangga peran fisik, sosial, spiritual , pe-
Kekuatan ADL ngertian aktivitas didalam peme-
Kemampuan liharaan kesehatan
ber-bicara saat latihan 13 Bantu klien / keluarga menye-
suaikan lingkungan dengan ke-
inginan aktivitas
14 Berikan aktivitas yang mening-
katkan perhatian dalam jangka
wak-tu tertentu
15 Fasilitasi penggantian aktivitas
ketika klien sudah melewati batas
waktu, energi dan pergerakan
16 Berikan lingkungan yang tidak
berbahaya untuk berjalan sesuai
indikasi
17 Berikan bantuan yang positif
untuk partisipasi didalam aktivitas
18 Bantu klien menghasilkan
motivasi sendiri
19 Monitor emosi, fisik, sosial, dan
spiritual dalam aktivitas
20 Bantu klien / keluarga monitor
men-dapatkan kemajuan untuk
men-capai tujuan

Manajemen Energi (0180)


1. Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang
menyebabkan adanya kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat
5. Monitor klien adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur / istirahat klien

Manajemen Disritmia (4090)


1. Mengetahui dengan pasti klien
dan keluarga yang mempunyai
riwayat jantung.
2. Monitor dan periksa kekurangan
O2, keseimbangan asam basa,
elektrolit.
3. Rekam EKG
4. Anjurkan istirahat setiap terjadi
serangan.
5. Catat frekuensi dan lamanya
serangan .
6. Monitor status hemodinamik.
6. Defisit self Kebutuhan ADL klien NIC: Membantu perawatan diri
care b.d kele- terpenuhi selama klien Mandi dan toiletting
mahan, dengan pera-watan Aktifitas:
kelelahan, Indikator: 1. Tempatkan alat-alat mandi
sesak nafas Klien tampak bersih ditempat yang mudah
dan rapi dikenali dan mudah dijangkau
Batasan Mengerti secara klien
karakteristik : seder-hana cara mandi,2. Libatkan klien dan dampingi
Klien tidak ma-kan, toileting, dan3. Berikan bantuan selama klien
mampu ber-pakaian serta mau masih mampu mengerjakan
mengambil mencoba secara aman sendiri
makanan tanpa cemas 4. Libatkan keluarga dalam
Klien tidak Klien mau memenuhi kebutuhan mandi dan
mampu ke berpartisipasi dengan toileting
toilet senang hati tanpa
Klien tidak keluhan dalam NIC: ADL Berpakaian
mampu ke memenuhi ADL Aktifitas:
kamar mandi Kebutuhan makan1. Informasikan pada klien dalam
Klien tiodak mi-num, mandi, memilih pakaian selama
mampu toileting, dll terpenuhi perawatan
memakai baju 2. Sediakan pakaian di tempat yang
sendiri mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan berpakaian

NIC: ADL Makan


1. Anjurkan duduk dan berdo’a
bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu
dan beri contoh
4. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan makan dan
minum
5. Beri rasa nyaman saat makan
7. Takut b.d Setelah dilakukan Coping enhancement (5230)
hospitalisasi, tindak-an keperawatan
1. Kaji respon takut pasien : data
tindakan selama … X 24 jam objektif dan subyektif
invasife, terapi rasa takut klien hilang2./ Jelaskan klien / keluarga tentang
inhalasi, berkurang, de-ngan proses penyakit
pengalaman / kriteria : 3. Terangkan klien / keluarga
lingkungan tentang semua pemeriksaan dan
yang kurang Fear control (1404) : pengobatan
bersahabat. Klien tidak menye-
4. Sampaikan sikap empati (diam,
(00148) rang atau menghin-dari memberikan
sumber yang sentuhan, mengijinkan
Batasan menakutkan menangis, berbicara dll)
karakteristik : Klien menggunakan
5. Dorong orang tua untuk selalu
Panik teknik relaksasi un-tuk menemani anak
Teror mengurangi takut 6. Berikan pilihan yang realistik
Perilaku Klien mampu me- tentang aspek perawatan
menghindar ngontrol respon takut 7. Dorong klien untuk melakukan
atau Klien tidak aktifitas sosial dan komunitas
menyerang melarikan diri. 8. Dorong penggunaan sumber spi-
Impulsif Durasi takut ritual
Nadi, menurun
respirasi, TD Klien kooperatif saat Anxiety Reduction (5820)
sistolik dilakukan perawatan
1. Jelaskan semua prosedur
meningkat dan pengobatan (tera-pi termasuk perasaan yang mungkin
Anoreksia inhalasi) dialami selama menjalani
Mual, prosedur
muntah Anxiety control (1402)2. Berikan objek yang dapat mem-
Pucat Tidur pasien adekuat berikan rasa aman
Stimulus Tidak ada
3. Berbicara dengan pelan dan
sebagai an- manifestasi fisik tenang
caman Tidak ada
4. Membina hubungan saling
Lelah manifestasi perilaku percaya
Otot tegang Klien mau berinter-
5. Jaga peralatan pengobatan di luar
Keringat aksi sosial penglihatan klien
meningkat 6. Dengarkan klien dengan penuh
Gempar perhatian
Ketegangan 7. Ciptakan suasana saling percaya
mening-kat 8. Dorong klien mengungkapkan
Menyatakan perasaan, persepsi dan takut
takut secara verbal
Menangis 9. Berikan peralatan / aktivitas
Protes yang menghibur untuk
Melarikan mengurangi ke-tegangan
diri 10. Anjurkan klien menggunakan tek-
nik relaksasi
11. Anjurkan orang tua untuk mem-
bawakan mainan kesukaan dari
rumah
12. Libatkan orang tua dalam pe-
rawatan dan pengobatan
13. Berikan lingkungan yang tenang,
batasi pengunjung

8. Kurang Setelah diberikan penje- Teaching : Disease


pengetahuan lasan selama … X per- Process (5602)
kli-en / orang temuan klien / orang tua
1. Berikan penilaian tentang tingkat
tua tentang mengetahui dan mema- pengetahuan klien / orang tua
asma b.d hami tentang penyakit- tentang proses penyakitnya
kurang infor- nya, dengan criteria : 2. Jelaskan patofisiologi asma dan
masi, bagaimana hal ini berhubungan
keterbatasan Knowledge : Disease dengan anatomi dan fisiologi
kogni-si, tak Process (1803) : dengan cara yang sesuai.
familier dengan Mengetahui jenis 3./ Gambarkan tanda dan gejala yang
sumber nama penyakitnya biasa muncul pada asma dengan
informasi. Mampu menjelaskan cara yang sesuai
proses penyakit 4. Gambarkan proses penyakit asma
Batasan Mampu menjelaskan dengan cara yang sesuai
Karakteristik factor resiko 5. Identifikasi kemungkinan
: Mampu menjelaskan penyebab dengan cara yang tepat
Mengungka efek penyakit 6. Bantu klien / orang tua mengenali
pkan ma-salah Mampu menjelaskan factor pencetus serangan asma
Tidak tepat tanda dan gejala
7. Berikan informasi pada klien /
mengi-kuti penyakit orang tua tentang kondisi klien
perintah Mampu menjelaskan dengan tepat
Tingkah komplikasi 8. Informasikan kepada orang tua
laku yang Mampu menjelaskan tentang kemajuan / perkembangan
berlebihan bagaimana mencegah penyakit klien dengan cara yang
(histeris, komplikasi sesuai
bermusuhan, 9. Sediakan informasi tentang peng-
agitasi, apatis) Knowledge : Health ukuran diagnostik yang ada
behavors(1805) 10. Diskusikan perubahan gaya hidup
Mampu menjelaskan yang mungkin diperlukan untuk
pola nutisi yang sehat mencegah komplikasi di masa
Mampu menjelaskan yang akan datang dan atau proses
aktifitas yang ber- pe-ngontrolan penyakit
manfaat 11. Diskusikan pilihan terapi atau
Mampu menjelaskan penanganan
efek tembakau 12.
/ Gambarkan pilihan rasional reko-
merokok mendasi manajemen terapi / pe-
Mampu menjelaskan nanganan
teknik manajemen
13. Dukung klien / orang tua untuk
stress mengeksplorasikan atau men-
Mampu menjelaskan dapatkan second opinion dengan
efek zat kimia cara yang tepat
Mampu menjelaskan
14. Eksplorasi kemungkinan sumber
bagaimana mengura-ngi atau dukungan dengan cara yang
resiko sakit tepat
Mampu menjelaskan
15. Instruksikan klien / orang
bagaimana menghin- tua mengenai tanda dan gejala
dari lingkungan yang asma untuk melaporkan pada
berbahaya (factor pemberi perawatan
pencetus) 16. Kuatkan informasi yang
Mampu menjelaskan disediakan tim kesehatan yang
pemakaian obat se-suai lain dengan cara yang tepat
resp
Teaching Procedur / Treatment (5618)
1. Informasikan kepada klien dan
orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama
prosedur pengobatan akan
dilakukan
3. Informasikan tentang peralatan
yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua
siapa yang akan melakukan
prosedur pe-ngobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan
dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk
kooperatif saat dilakukan prosedur
pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang
mungkin akan dialami selama di-
lakukan prosedur pengobatan

9. Resiko Setelah dilakukanMonitor Cairan (4130)


kekurangan tindak-an 1. Tentukan riwayat jenis dan
volu-me cairan keperawatan selama banyaknya intake cairan dan
… X 24 jam klien tidak kebiasaan eleminasi
Faktor mengalami kekurangan
2. Tentukan faktor resiko yang me-
resiko : cairan. nyebabkan ketidakseimbangan
Kehilangan cairan (hipertermi diuretik,
melalui rute Hidrasi (0602) kelainan ginjal, muntah, poliuri,
normal : Kriteria hasil : diare, diaporesis, terpapar panas,
muntah Hidrasi kulit adekuat infeksi)
Sesak napas Tekanan darah
3. Menimbang BB
sehingga dalam batas normal 4. Monitor vital sign
sehingga Nadi teraba 5. Monitor intake dan output
mempenga- Membran mukosa
6. Periksa serum, elektrolit dan
ruhi intake lembab mem-batasi cairan bila
menjadi kurang Turgor kulit normal diperlukan
Peningkatan Berat badan stabil
7. Jaga keakuratan catatan intake
metabo-lisme dan dalam batas normal dan out-put
Diaporesis Kelopak mata tidak
8. Monitor membrane mukosa,
cekung turgor kulit dan rasa haus
Urin out put normal9. Monitor warna dan jumlah urin
Tidak demam 10. Monitor distensi vena leher,
Tidak ada rasa haus krakles, odem perifer dan
yang sangat peningkatan berat badan.
Tidak ada napas
11. Monitor akses intravena
pen-dek / kusmaul 12. Monitor tanda dan gejala asites
13. Catat adanya vertigo
14. Berikan cairan
15. Pertahankan aliran infus sesuai
advis
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil : Manajemen Cairan (4120)
Tekanan darah nor-
1. Timbang berat badan sesuai
mal kebutuhan dan monitor
Nadi perifer teraba kecenderungannya.
Tidak terjadi orto-
2. Timbang popok
statik hypotension 3. Pertahankan keakuratan catatan
Intake-output seim- intake dan output
bang dalam 24 jam 4. Pasang kateter kalau perlu
Serum, elektrolit da-
5. Monitor status hidrasi
lam batas normal. (kelembaban mem-bran mukosa,
Hmt dalam batas denyut nadi, tekanan darah)
normal 6. Monitor vital sign
Tidak ada suara
7. Monitor tanda-tanda overhidrasi
napas tambahan / kelebihan cairan (krakles, edema
BB stabil perifer, distensi vena leher, asites,
Tidak ada asites, edema pulmo)
ede-ma perifer 8. Berikan cairan intravena
Tidak ada distensi
9. Monitor status nutrisi
vena leher 10. Berikan intake oral selama 24 jam
Mata tidak cekung 11. Berikan cairan dengan selang
Tidak bingung (NGT) bila perlu
Rasa haus tidak ber-
12. Monitor respon klien terhadap
lebihan / rakus terapi elektrolit
Membrane mukosa
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda
lembab dan gejala kelebihan cairan
Hidrasi kulit adekuat
Manajemen Hipovolemia (4180)
1 Monitor status cairan intake dan
output
2 Pertahankan patensi akses
intravena
3 Monitor Hb dan Hct
4 Monitor kehilangan cairan
(perda-rahan, muntah, diare)
5 Monitor tanda vital
6 Monitor respon pasien terhadap
perubahan cairan
7 Berikan cairan isotonic /
kristaloid (NaCl, RL)
8 Monitor tempat tusukan
intravena dari tanda infiltrasi atau
infeksi
9 Monitor IWL (missal :
diaporesis)
10 Anjurkan klien untuk menghindari
mengu-bah posisi dengan cepat,
dari tidur ke duduk atau berdiri
11 Monitor berat badan
12 Monitor tanda dehirasi ( turgor
kulit menurun, pengisian kapiler
lambat, membrane mukosa kering,
urin output menurun, hipotensi,
rasa haus me-ningkat, nadi lemah)
13 Dorong intake oral (distribusikan
cairan selama 24 jam dan beri
cairan diantara waktu makan)
14 Pertahankan aliran infuse
15 Posisi pasien Trendelenburg / kaki
ele-vasi lebih tinggi dari kepala
ketika hipotensi jika perlu

Monitoring Elektrolit (2020)


1 Monitor elektrolit serum
2 Laporkan jika ada
ketidakseimbangan elektrolit
3 Monitor tanda dan gejala
ketidakseim-bangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor, mual
dan muntah, letargi, ce-mas,
bingung, disorientasi, kram otot,
nyeri tulang, depresi pernapasan,
gangguan irama jantung,
penurunan kesadaran : (apatis,
coma)

Manajemen Elektrolit (2000)


1 Pertahankan cairan infus yang
me-ngandung elektrolit
2 Monitor kehilangan elektrolit
lewat suction nasogastrik, diare,
diaporesis
3 Bilas NGT dengan normal salin
4 Berikan diet makanan yang kaya
kalium
5 Berikan lingkungan yang aman
bagi klien yang mengalami
gangguan neurologis atau
neuromuskuler
6 Ajari klien dan keluarga tentang
tipe, penyebab, dan pengobatan
ketidak-seimbangan elektrolit
7 Kolaborasi dokter bila tanda dan
gejala ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap
terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian
suplemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat
yang mengandung elektrolit
(aldakton, Kcl, Kalsium
Glukonas).
11. Berikan suplemen elektrolit baik
lewat oral, NGT, atau infus
sesuai advis dokter
DAFTAR PUSTAKA

Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam 2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat
dalam http://blog.ilmukeperawatan.com/askep-hipoglikemia.html
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey

Anda mungkin juga menyukai