Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia = Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala
hipoglikemia apabila gula darah < 60 mg/dl (Dr Soetomo, 1998).
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m
mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi
(Petter Patresia A, 1997).
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true
glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa
darah di bawah 60 mg% (Wiyono, 1999).
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh
bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL
yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau
kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL
setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen
oxidasi glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu
hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah
pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan
terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia.Pada bai
baru lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan
Dextrostix berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl),
dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).

B. KLASIFIKASI
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga
terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (classic transient neonatal) : terjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga
terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang (recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

C. ETIOLOGI
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab lain hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik,
sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu.
Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki
monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar
insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang
banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
5. Minum alkohol tanpa disertai makan
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
6. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
7. Penebalan di lokasi suntikan
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu
lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan
ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
8. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi
seimbang.
9. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
10. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa
hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
11. Pemakaian aspirin dosis tinggi
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
12. Riwayat hipoglikemia sebelumnya
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan
tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D. FAKTOR RESIKO
1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/ bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen
hati dan lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/ gangguan metabolik (penyakit cadangan
glikogen, intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

E. PATOFISIOLOGI
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang
begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus
dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di
dalam system saraf tersebut.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis
osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta
klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic. (Smeltzer. 2001).
F. PATHWAY

G. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual
(glukosa turun 50 mg%).
2. Fase kedua yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya      
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman
mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan
kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala-gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:


1. Perubahan tingkah laku
2. Serangan sinkop yang mendadak
3. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
4. Keringat berlebihan waktu tidur malam
5. Bangun malam untuk makan
6. Hemiplegi/ afasia sepintas
7.  Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

Adapun gejala- gejala hipoglikemi menurut ringan beratnya hipoglikemi


1. Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemia sedang
Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di
daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi
pada hipoglikemia sedang.
3. Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang
mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau
bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol
hasil tes dalam waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka akan
menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

I. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, 10-   20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya
dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung
glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak
diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum
ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan 10-20 gram
karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat
mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. 
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati-hati. Pemberian
glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10-25 cc setiap 10-20 menit
sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

J. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta
tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan
glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang
memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa
glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat
melalui pembedahan.Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat
pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang
sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan
sering makan dalam porsi kecil.

K. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,
ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan:
a. Chin lift/ Jaw thrust
b. Suction
c. Guedel Airway
d. Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
a. Beri oksigen
b. Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi/ peredaran darah
a. Cek capillary refill
b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan
c. Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik
d. Cek Frekuensi Pernafasan
e. Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
f. Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil


4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya
respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat
mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala,
untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan
kebutuhan, atau instruksi dokter.

L. PENGKAJIAN SEKUNDER
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1. Keluhan utama :
Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
a. ANC
b. Perinatal
c. Post natal
d. Imunisasi
e. Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f. Pemakaian parenteral nutrition
g. Sepsis
h. Enteral feeding
i. Pemakaian Corticosteroid therapi
j. Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
k. Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel

Data obyektif:
a. Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
b. Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
c. Plasma glukosa < 50 gr/
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit sekarang
6. Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
7. Pola pengkajian fungsional
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus
ototmenurun, gangguan istrahat/ tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi/
disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/
tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/ terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/ anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
e. Nutrisi /Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari/ minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid).
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/ manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesi, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/ koma (tahap lanjut),
gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam
menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/ tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat.

i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/ rentang gerak, parestesia/ paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan
diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

M. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA


YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Hipoglikemia
adalah sebagai  berikut:
PK: Hipoglikemia
1 Resiko aspirasi b.d secret produktif, sesak nafas
2 Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tidak adekuat, pening-katan
metabolisme, diaporesis
3 Kurang pengetahuan tentang asma b.d kurang informasi, keterbatas-an kognisi,
tidak familier dengan sumber informasi
4 Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
5 Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasive, terapi inhalasi
6 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2,
kelemahan
7 Defisit self care b.d  kelemahan, kelelahan, sesak nafas 
N.    RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA
No Diagnosa  Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindak- Airway Suctioning (3160)
napas tiidak efektif an keperawatan selama …
1    Pastikan kebutuhan suctioning
b.d obs-truksi jalan x 24 jam jalan napas klien
2    Auskultasi suara napas sebelum dan
nafas / pe- efektif, dengan kriteria : sesudah suctioning
ningkatan sekresi 3    Informasikan pada klien dan ke-
trakhe-obronkheal. Status Respirasi : Patensi luarga tentang suctioning
Jalan Nafas (0410) : 4    Meminta klien napas dalam sebe-
Batasan           Suara napas bersih lum suctioning
karakteristik :           Tidak ada sianosis 5    Berikan oksigen dengan kanul nasal
          Dispneu -     Tidak sesak napas / untuk memfasilitasi suctioning
          Orthopneu dispneu nasotrakheal
          Sianosis           Irama napas dan
6    Gunakan alat yang steril setiap
          Ronkhi/krepitasi frekuensi napas dalam melakukan tindakan
          Kesulitan rentang normal 7   Anjurkan klien napas dalam dan
berbicara -     Klien tidak merasa ter- istirahat setelah kateter dikeluarkan
-    Batuk tidak cekik dari nasotrakheal
efektif atau          Tidak ada sianosis 8    Monitor status oksigen klien
tidak ada           Tidak gelisah 9    Hentikan suction apabila klien
          Mata melebar           Sputum berkurang  menunjukkan bradikardi
          Produksi
sputum me- Status Respirasi : Airway manajemen ( 3140)
ningkat Ventilasi (0403) 1.   Buka jalan napas, gunakan teknik
          Gelisah      Mendemonstrasikan   ba- chin lift atau jaw thrust bila perlu
          Perubahan tuk efektif 2.   Posisikan klien untuk memaksi-
frekuensi dan     Suara nafas yang bersih malkan ventilasi
irama napas      Tidak ada sianosis 3.   Identifikasi klien perlunya pema-
     Tidak ada dispneu (mam- sangan jalan napas buatan
pu bernafas dengan mudah)
4.   Pasang mayo bila perlu
     Tidak ada pursed lips 5.   Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6.   Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7.   Auskultasi suara napas , catat
adanya suara tambahan
8.   Kolaborasi pemberian bronkodilator
bila perlu
9.   Monitor respirasi dan status oksigen

Cough Enhancement (3250)


1.  Monitor fungsi paru-paru, kapasitas
vital, dan inspirasi maksimal
2.  Dorong pasien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3
kali
3.   Anjurkan klien nafas dalam be-
berapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan batukkan di akhir
ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1.   Bersihkan secret di mulut, hidung
dan trachea / tenggorokan
2.   Pertahankan patensi jalan nafas
3.   Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian
oksigen
4.   Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5.   Pilih peralatan yang sesuai ke-
butuhan :  kanul nasal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt,  dll
6.   Monitor aliran O2
7.   Monitor selang O2
8.   Cek secara periodik selang O2,
humidifier, aliran O2
9.  Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan  O2
11. Pertahankan O2 selama dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan
petugas jaga.

Mengatur posisi (0840)


1    Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2    Miringkan kepala bila muntah  

Fisioterapi dada (3230)


1.   Tentukan adanya kontraindikasi
fisioterapi dada
2.   Tentukan segmen paru-paru yang
memerlukan fisioterapi dada
3.   Posisikan klien dengan segmen paru
yang memerlukan drainase dile-
takkan lebih tinggi
4.  Gunakan bantal kepala untuk
membantu mengatur posisi
5.   Kombinasikan teknik perkusi dan
posturnal drainase
6.   Kombinasikan teknik fibrasi dan
posturnal drainase
7.   Kelola terapi inhalasi
8.   Kelola  pemberian bronchodilator,
mukolitik
9.   Monitor dan tipe sputum
10. Dorong batuk sebelum dan sesudah
posturnal drainase

2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindak- Airway manajemen ( 3140)


efektif b.d  an perawatan selama … X
1.    Buka jalan napas, gunakan teknik
hiperventilasi, kele- 24  jam pola nafas efektif, chin lift atau jaw thrust bila perlu
lahan otot dengan criteria : 2.    Posisikan klien untuk memaksi-
pernafasan malkan ventilasi
Respiratory status 3.   Identifikasi
: klien perlunya pema-
Batasan Airway patency (0410) : sangan jalan napas buatan
karakteristik :      Suara napas bersih 4.   Pasang mayo bila perlu
     Penurunan tekanan     Tidak ada sianosis 5.   Lakukan fisioterapi dada bila perlu
inspirasi / ekspirasi      Tidak sesak napas 6.   Keluarkan sekret dengan batuk atau
     Penurunan ventilasi     Irama napas dan frekuensi suction
per menit napas da-lam rentang
7.   Auskultasi suara napas , catat
    Penggunaan otot normal adanya suara  napas tambahan
na-fas tambahan     Pasien tidak merasa
8.   Kolaborasi pemberian bronkodilator
     Pernafasan nasal tercekik bila perlu
flaring     Tidak ada sianosis 9.   Monitor respirasi dan status oksigen
     Dispneu     Tidak gelisah
     Ortopneu     Sputum berkurang  Respirasi Monitoring (3350)
     Penyimpangan 1    Monitor rata-rata, ritme, kedalaman,
dada Respiratory status : dan usaha napas
     Nafas pendek ventilation (0403) 2    Catat gerakan dada apakah simetris,
     Posisi tubuh     Respirasi dalam rentang ada penggunaan otot tambahan, dan
menun-jukkan normal retraksi
posisi 3 poin     Ritme dalam batas normal 3    Monitor crowing, suara ngorok
     Nafas pursed-lip    Ekspansi dada simetris 4    Monitor pola napas : bradipneu,
(de-ngan bibir)     Tidak ada sputum di jalan takipneu, kusmaul, apnoe
     Ekspirasi meman- napas 5    Dengarkan suara napas : catat area
jang      Tidak ada penggunaan yang ventilasinya menurun / tidak
     Peningkatan otot-otot tambahan ada dan catat adanya suara tam-
diame-ter anterior-     Tidak ada retraksi dada bahan
posterior      Tidak ditemukan dispneu 6     K/p suction dengan mendengarkan
    Frekuensi nafas       Dispneu saat aktivitas ti- suara ronkhi atau krakles
Ø  Bayi  :  < 25 atau > dak ditemukan 7    Monitor peningkatan gelisah, ce-
60     Napas pendek-pendek ti- mas,  air hunger
Ø  1-4 th  : < 20 atau > dak ditemukan 8    Monitor kemampuan klien untuk
30     Tidak ditemukan tak-til batuk efektif
Ø  5-14 th : < 14 atau > fremitus 9    Catat karakteristik dan durasi batuk
25      Tidak suara napas
10  Monitor sekret di saluran napas
Ø  > 14 th : < 11 atau  tambahan 11  Monitor adanya krepitasi
> 24 12  Monitor hasil rontgen thorak
    Kedalaman nafas 13  Bebaskan jalan napas dengan chin
Ø  Volume tidal de- lift atau jaw thrust bila perlu
wasa saat istira-hat 14  Resusitasi bila perlu
500 ml 15  Berikan terapi pengobatan sesuai
Ø  Volume tidal ba-yi advis (oral, injeksi, atau terapi
6-8 ml/kg BB inhalasi)
    Penurunan kapasitas
vital Cough Enhancement (3250)
    Timing rasio 1   Monitor fungsi paru-paru, kapasitas
vital, dan inspirasi maksimal
2    Dorong klien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3
kali
3    Anjurkan klien nafas dalam be-
berapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan batukkan di akhir
ekspirasi

Terapi Oksigen (3320)


1.   Bersihkan sekret di mulut, hidung
dan trakhea / tenggorokan
2.   Pertahankan patensi jalan nafas
3.   Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya   pemberian O2
4.   Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5.   Pilih peralatan yang sesuai ke-
butuhan :  kanul na-sal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt,  dll
6.   Monitor aliran O2
7.   Monitor selang O2
8.   Cek secara periodik selang O2, air
humidifier, aliran O2
9.   Observasi tanda kekurangan O2 :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan O2
11. Pertahankan O2 selama dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
mengamati persediaan O2, air
humidifier, jika habis laporkan
petugas
3 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan tindak-1.  Pantau kadar gula sebelum
an keperawatan  selama … pemberian obat hipoglikemia
Populasi resiko x 24 jam, perawat akan2.  Pantau tanda gejala hipoglikemia
tinggi : menangani dan3.  Jika klien dapat menelan berikan jus
- DM meminimalkan episode jeruk, cola, atau jahe setiap 15 menit
- Nutrisi Parenteral hipoglikemia dngan gejala : sampai kadar gula meningkat diatas
- Sepsis -  Kadar gula <70 mg/dl 69 mg/dl
-Terapi -  Kulit lembab dingin, pucat 4.  Jika klien tidak dapat menelan
Kortikosteroid -  Takikardi berikan glucagon SC atau 50 ml
- Hiperglikemia -  Gelisah glukosa 50% IV
-Hiupoglikemia -  Tidak sadr 5.  Periksa kadar gula darah setelah 1
hiperfungsi kelenjar -  Mudah mengantuk jam pemberian terapi glukosa
adrenal -  Tidak terkoordinasi 6.  Konsul dengan ahli gizi untuk
pemberian kudapan atau kabohidrat
yang lebih kompleks

4. Resiko aspirasi b.d  Setelah dilakukan tindak- Airway Suctioning (3160)


aku-mulasi secret, an keperawatan  selama …
1    Pastikan kebutuhan suctioning
sesak nafas x 24 jam pasien tidak me-
2    Auskultasi suara napas sebelum dan
ngalami aspirasi, dengan sesudah suctioning
Faktor Resiko : kriteria : 3    Informasikan pada klien dan
     Penurunan reflek keluarga tentang suctioning
ba-tuk dan gag Respiratory status 4    Meminta
: klien napas dalam se-
reflek ventilation (0403) belum suctioning
    Ngt     Respirasi dalam ren-tang
5    Berikan O2 dengan kanul nasal
    Penurunan normal untuk memfasilitasi suctioning
kesadaran     Ritme dalam batas normal nasotrakhea
    Gangguan menelan     Ekspansi dada si-metris 6    Gunakan alat yang steril setiap
     Produksi secret    Tidak ada sputum di jalan melakukan tindakan
me-ningkat napas 7    Anjurkan klien napas dalam dan
     Dispneu     Tidak ada pengguna-an istirahat setelah kateter dikeluarkan
otot-otot tambahan dari nasotrakheal
    Tidak ada retraksi da-da 8    Monitor status O2 klien
    Tidak ditemukan se-sak
9    Hentikan suction apabila klien me-
nafas /  dispneu nunjukkan bradikardi
    Dispneu saat aktivitas tidak
ditemukan Airway manajemen ( 3140)
     Napas pendek-pen-dek
1    Buka jalan napas, gunakan teknik
tidak ditemukan chin lift atau jaw thrust bila perlu
    Tidak ditemukan tak-til
2    Posisikan klien untuk memak-
fremitus simalkan ventilasi
    Tidak ditemukan su-ara
3    Identifikasi klien perlunya pema-
napas tambahan sangan jalan napas buatan
4    Pasang mayo bila perlu
Respiratory status : gas
5     Lakukan fisioterapi dada bila perlu
ekchange (0402) 6     Keluarkan secret dengan batuk atau
     Status mental dalam batas suction
normal 7    Auskultasi suara napas, catat adanya
     Bernapas dengan mu-dah suara nafas  tambahan
     Gelisah tidak ditemu-kan 8    Kolaborasi pemberian bronkodilator
     Tidak ada sianosis bila perlu
     Somnolen tidak dite-
9    Monitor respirasi dan status oksigen
mukan
Aspiration Precaution (3200)
1.   Monitor tingkat kesadaran, reflek
batu, gag reflek dan kemampuan
menelan.
2.   Monitor status paru-paru
3.   Pertahankan airway
4.   Alat suction siap pakai, tempatkan
disamping bed, dan suction sebelum
makan
5.   Beri makanan dalam jumlah kecil
6.   Pasang NGT bila perlu
7.   Cek posisi NGT sebelum mem-
berikan makan
8.  Cek residu sebelum memberikan
makan
9.    Hindari pemberian makanan jika
residu banyak
10. Libatkan keluarga selama pembe-
rian makan
11. Potong makanan menjadi kecil-kecil
12. Mintakan obat dalam bentuk sirup
13. Puyer pil sebelum diberikan
14. Jaga posisi kepala pasien elevasi 30-
40˚ selama dan setelah pem-berian
makan
15. Anjurkan pasien / atur posisi klien
semi fowler atau fowler ketika
makan
16. K/p per sonde atau drip feeding
17. Cek apakah makanan mudah di telan

Posisitioning/Mengatur posisi
(0840)
1.   Atur posisi pasien semi fowler,
ekstensi kepala
2.   Miringkan kepala bila muntah 
Respirasi Monitoring (3350)
1.   Monitor rata-rata, ritme, kedalaman,
dan usaha napas
2.   Catat gerakan dada apakah simetris,
ada penggunaan otot tambahan, dan
retraksi
3.   Monitor crowing, suara ngorok
4.   Monitor pola napas : bradipneu,
takipneu, kusmaul, apnoe
5.   Dengarkan suara napas : catat area
yang ventilasinya menurun / tidak
ada dan catat adanya suara tam-
bahan
6.   K/p suction dengan mendengarkan
suara ronkhi atau krakles
7.   Monitor peningkatan gelisah, ce-
mas,  air hunger
8.   Monitor kemampuan klien untuk
batuk efektif
9.   Catat karakteristik dan durasi batuk
10. Monitor sekret di saluran napas
11. Monitor adanya krepitasi
12. Monitor hasil rontgen thorak
13. Bebaskan jalan napas dengan chin
lift atau jaw thrust bila perlu
14. Resusitasi bila perlu
15. Berikan terapi pengobatan sesuai
advis (oral, injeksi, atau terapi
inhalasi)
 5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan
Terapi
tindak-
Aktivitas (4310)
b.d an keperawatan selama …
1    Catat frekuensi jantung  irama, pe-
ketidakseimbangan x  24 jam, klien mampu  rubahan tekanan darah sebelum,
suplai dan mencapai : activity to- selama, setelah aktivitas sesuai indi-
kebutuhan O2, ke- leransi , dengan kriteria : kasi
lemahan 2    Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Activity  tolerance (0005) dan berikan aktivitas senggang yang
Batasan      Saturasi oksigen da-lam tidak berat
Karakteristik : batas normal ke-tika
3    Batasi pengunjung
     Laporan kerja : beraktivitas 4    Monitor / pantau respon emosi, fisik,
kele-lahan dan    HR dalam batas nor-mal sosial dan spiritual 
kelemahan ketika aktivitas 5    Jelaskan pola peningkatan aktivitas
     Respon terhadap    Respirasi dalam batas secara bertahap
ak-tivitas normal saat aktivitas 6     Bantu klien mengenal aktivitas
menunjukkan nadi     Tekanan darah sisto-lik dengan penuh arti
dan tekanan darah dalam batas nor-mal saat
7    Bantu klien mengenal pilihan untuk
abnormal beraktivitas beraktivitas
     Perubahan EKG    Tekanan darah dias-tolik
8    Tentukan klien komitmen untuk
me-nunjukkan dalam batas nor-mal saat meningkatkan frekuensi   untuk
aritmia / disritmia beraktivitas aktivitas
     Dispneu dan    EKG dalam batas normal 9    Kolaborasi yang berhubungan de-
ketidak-nyamanan     Warna kulit ngan fisik, terapi rekreasi, pe-
yang sa-ngat     Usaha bernafas  saat ngawasan program aktivitas yang
    Gelisah beraktivitas tepat
    Berjalan di ruangan 10  Bantu klien  membuat rencana yang
    Berjalan jauh khusus untuk pengalihan aktivitas
    Naik tangga rutin tiap hari
    Kekuatan ADL 11  Bantu klien / keluarga mengenal ke-
    Kemampuan       ber-bicara kurangan mutu   aktivitas
saat latihan 12  Latih klien / keluarga mengenai
peran fisik, sosial, spiritual , pe-
ngertian aktivitas didalam peme-
liharaan kesehatan
13  Bantu klien / keluarga menye-
suaikan lingkungan dengan ke-
inginan aktivitas
14  Berikan aktivitas yang mening-
katkan perhatian dalam jangka wak-
tu tertentu
15  Fasilitasi penggantian aktivitas
ketika klien sudah melewati batas
waktu, energi dan pergerakan
16  Berikan lingkungan yang tidak 
berbahaya untuk berjalan sesuai
indikasi
17  Berikan bantuan yang positif untuk
partisipasi didalam aktivitas
18  Bantu klien menghasilkan motivasi
sendiri
19  Monitor emosi, fisik, sosial, dan
spiritual dalam aktivitas
20  Bantu klien / keluarga monitor men-
dapatkan kemajuan untuk men-capai
tujuan

Manajemen Energi  (0180)


1.   Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
2.   Dorong mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
3.   Kaji adanya factor yang
menyebabkan adanya kelelahan
4.   Monitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
5.   Monitor klien adanya kelelahan fisik
dan emosi secara berlebihan
6.   Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas
7.   Monitor pola tidur dan lamanya
tidur / istirahat klien

Manajemen Disritmia (4090)


1.   Mengetahui dengan pasti klien dan
keluarga yang mempunyai riwayat
jantung.
2.    Monitor dan periksa kekurangan
O2, keseimbangan asam basa,
elektrolit.
3.   Rekam EKG 
4.   Anjurkan istirahat setiap terjadi
serangan.
5.   Catat frekuensi dan lamanya
serangan .
6.   Monitor  status hemodinamik.
6. Defisit self care b.d Kebutuhan ADL klien NIC: Membantu perawatan diri
kele-mahan, terpenuhi selama pera- klien Mandi dan toiletting
dengan kelelahan,  watan Aktifitas:
sesak nafas Indikator: 1. Tempatkan alat-alat mandi ditempat
     Klien tampak bersih dan yang mudah dikenali   dan mudah
Batasan rapi dijangkau klien
karakteristik :      Mengerti secara seder-hana2.  Libatkan klien dan dampingi
     Klien tidak mampu cara  mandi, ma-kan,3.  Berikan bantuan selama klien masih
mengambil toileting, dan ber-pakaian mampu mengerjakan sendiri
makanan serta mau mencoba secara4.  Libatkan keluarga dalam memenuhi
     Klien tidak mampu aman tanpa cemas kebutuhan mandi dan toileting
ke toilet      Klien mau berpartisipasi
     Klien tidak mampu dengan senang hati tanpa NIC: ADL Berpakaian
ke kamar mandi keluhan dalam memenuhi Aktifitas:
    Klien tidak mampu ADL 1.  Informasikan pada klien dalam
memakai baju          Kebutuhan makan mi- memilih pakaian selama perawatan
sendiri num, mandi, toileting, dll2.  Sediakan pakaian di tempat yang
terpenuhi mudah dijangkau
3.  Bantu berpakaian yg sesuai
4.  Jaga privcy klien
5.  Berikan pakaian pribadi yg digemari
dan sesuai
6.  Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian

NIC: ADL Makan


1.  Anjurkan duduk dan berdo’a
bersama teman
2.  Dampingi saat makan
3.  Bantu jika klien belum mampu dan
beri contoh
4.  Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan makan dan minum
5.  Beri rasa nyaman saat makan
7. Takut b.d Setelah dilakukan tindak- Coping enhancement  (5230)
hospitalisasi, an keperawatan selama
1.   Kaji respon takut pasien : data
tindakan invasife, … X 24 jam rasa takut objektif dan subyektif
terapi inhalasi, klien hilang / berkurang,
2.   Jelaskan klien / keluarga tentang
pengalaman / de-ngan kriteria : proses penyakit
lingkungan yang 3.   Terangkan klien /  keluarga tentang
kurang bersahabat. Fear control (1404) : semua pemeriksaan dan pengobatan
(00148)      Klien tidak menye-rang
4.    Sampaikan sikap empati (diam,
atau menghin-dari sumber memberikan sentuhan,   mengijinkan
Batasan yang menakutkan menangis, berbicara dll)
karakteristik :      Klien menggunakan teknik
5.   Dorong orang tua untuk selalu
     Panik relaksasi   un-tuk menemani anak
     Teror mengurangi takut 6.   Berikan pilihan yang realistik
     Perilaku      Klien mampu me-ngontrol tentang aspek perawatan
menghindar   atau respon takut 7.   Dorong klien untuk melakukan
menyerang      Klien tidak melarikan diri. aktifitas sosial dan komunitas
     Impulsif      Durasi takut menurun 8.   Dorong penggunaan sumber spi-
    Nadi,       Klien kooperatif saat ritual
respirasi,    TD dilakukan perawatan dan
sistolik meningkat pengobatan (tera-pi Anxiety Reduction (5820)
    Anoreksia inhalasi) 1.   Jelaskan semua prosedur termasuk
    Mual, muntah perasaan yang mungkin dialami
    Pucat selama menjalani prosedur
     Stimulus sebagai Anxiety control (1402) 2.   Berikan objek yang dapat mem-
an-caman      Tidur pasien adekuat berikan rasa aman
     Lelah      Tidak ada manifestasi fisik3.   Berbicara dengan pelan dan tenang
     Otot tegang      Tidak ada manifestasi
4.   Membina hubungan saling percaya
     Keringat perilaku 5.   Jaga peralatan pengobatan di luar
meningkat      Klien mau berinter-aksi penglihatan klien
    Gempar sosial 6.   Dengarkan klien dengan penuh
    Ketegangan perhatian
mening-kat 7.   Ciptakan suasana saling percaya
    Menyatakan takut 8.   Dorong klien mengungkapkan
    Menangis perasaan, persepsi dan takut secara
    Protes verbal
    Melarikan diri 9.   Berikan peralatan / aktivitas yang 
menghibur untuk mengurangi ke-
tegangan
10. Anjurkan klien menggunakan tek-
nik relaksasi
11. Anjurkan orang tua untuk mem-
bawakan mainan kesukaan dari
rumah
12. Libatkan orang tua dalam pe-
rawatan dan pengobatan
13. Berikan lingkungan yang tenang,
batasi pengunjung
 
8. Kurang Setelah diberikan penje- Teaching : Disease
pengetahuan kli- lasan selama … X per- Process (5602)
en / orang tua temuan klien / orang tua
1.    Berikan penilaian tentang tingkat
tentang asma b.d mengetahui dan mema- pengetahuan klien / orang tua
kurang infor-masi, hami  tentang penyakit- tentang proses penyakitnya
keterbatasan kogni- nya, dengan criteria : 2.    Jelaskan patofisiologi asma dan
si, tak familier bagaimana hal ini berhubungan
dengan sumber  Knowledge : Disease dengan anatomi dan fisiologi dengan
informasi. Process (1803) : cara yang sesuai.
    Mengetahui  jenis / nama
3.  Gambarkan tanda dan gejala yang
Batasan penyakitnya biasa muncul pada asma dengan cara
Karakteristik :     Mampu menjelaskan proses yang sesuai
    Mengungkapkan penyakit 4.  Gambarkan proses penyakit asma
ma-salah      Mampu menjelaskan factor dengan cara yang sesuai
    Tidak tepat mengi- resiko 5.  Identifikasi kemungkinan
kuti perintah     Mampu menjelaskan efek penyebabdengan cara yang tepat
    Tingkah laku yang penyakit 6.  Bantu klien / orang tua mengenali
berlebihan (histeris,    Mampu menjelaskan tanda factor pencetus serangan asma
bermusuhan, dan gejala penyakit 7.    Berikan informasi pada klien /
agitasi, apatis)     Mampu menjelaskan orang tua tentang kondisi klien 
komplikasi dengan tepat
- Mampu menjelaskan
8.    Informasikan kepada orang tua
bagaimana mencegah tentang kemajuan / perkembangan
komplikasi penyakit klien dengan cara yang
sesuai
Knowledge : Health
9.    Sediakan informasi tentang peng-
behavors(1805) ukuran diagnostik yang ada
    Mampu menjelaskan pola
10. Diskusikan perubahan gaya hidup
nutisi yang sehat yang mungkin diperlukan untuk
   Mampu menjelaskan mencegah komplikasi di masa yang
aktifitas yang ber-manfaat akan datang dan atau proses pe-
    Mampu menjelaskan efek ngontrolan penyakit
tembakau / merokok 11. Diskusikan pilihan terapi atau
     Mampu menjelaskan penanganan
teknik manajemen stress 12. Gambarkan pilihan rasional reko-
     Mampu menjelaskan efek mendasi manajemen terapi / pe-
zat kimia nanganan
     Mampu menjelaskan
13. Dukung klien / orang tua untuk
bagaimana mengura-ngi mengeksplorasikan atau men-
resiko sakit dapatkan second opinion dengan
    Mampu menjelaskan cara yang tepat
bagaimana menghin-dari
14. Eksplorasi kemungkinan sumber
lingkungan yang atau dukungan dengan cara yang
berbahaya (factor pencetus) tepat
     Mampu menjelaskan
15. Instruksikan klien / orang
pemakaian obat se-suai tua   mengenai tanda dan gejala
resp asma untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang disediakan
tim kesehatan yang lain dengan cara
yang tepat
Teaching Procedur / Treatment (5618)
1.    Informasikan kepada klien dan
orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2.    Informasikan seberapa lama
prosedur pengobatan akan dilakukan
3.    Informasikan tentang peralatan
yang akan digunakan dalam
pengobatan
4.    Informasikan kepada orang tua
siapa yang akan melakukan prosedur
pe-ngobatan
5.    Jelaskan tujuan dan alasan
dilakukan prosedur pengobatan
6.    Anjurkan kepada klien untuk
kooperatif saat dilakukan prosedur
pengobatan
7.    Jelaskan tentang perasaan yang
mungkin akan dialami selama di-
lakukan prosedur pengobatan

9. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindak-Monitor Cairan (4130)


volu-me cairan an   keperawatan    selama1.   Tentukan riwayat jenis dan
… X 24  jam klien tidak banyaknya intake cairan dan
Faktor resiko : mengalami kekurangan kebiasaan eleminasi
     Kehilangan melalui cairan. 2.   Tentukan faktor resiko yang me-
rute normal : nyebabkan ketidakseimbangan
muntah Hidrasi (0602) cairan (hipertermi diuretik, kelainan
    Sesak napas Kriteria hasil : ginjal, muntah, poliuri, diare,
sehingga sehingga     Hidrasi kulit adekuat diaporesis, terpapar panas, infeksi)
mempenga-ruhi      Tekanan darah dalam batas
3.   Menimbang BB
intake menjadi normal 4.   Monitor vital sign
kurang      Nadi teraba 5.   Monitor intake dan output
     Peningkatan      Membran mukosa lembab6.   Periksa serum, elektrolit dan mem-
metabo-lisme      Turgor kulit normal batasi  cairan bila diperlukan
    Diaporesis      Berat badan stabil dan
7.    Jaga keakuratan catatan intake dan
dalam batas normal out-put
     Kelopak mata tidak cekung
8.   Monitor membrane mukosa, turgor
     Urin out put normal kulit dan  rasa  haus
     Tidak demam 9.   Monitor warna dan jumlah urin
     Tidak ada rasa haus yang
10. Monitor distensi vena leher, krakles,
sangat odem perifer dan peningkatan berat
    Tidak ada napas pen-dek / badan.
kusmaul 11. Monitor akses intravena
12. Monitor tanda dan gejala asites
13. Catat adanya vertigo
14. Berikan cairan
15. Pertahankan aliran infus sesuai advis
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil : Manajemen Cairan (4120)
    Tekanan darah nor-mal 1.    Timbang berat badan sesuai
     Nadi perifer teraba kebutuhan dan monitor
     Tidak terjadi orto-statik kecenderungannya.
hypotension 2.   Timbang popok
     Intake-output seim-bang
3.   Pertahankan keakuratan catatan
dalam 24 jam intake dan output
     Serum, elektrolit da-lam
4.   Pasang kateter kalau perlu
batas normal. 5.   Monitor status hidrasi (kelembaban
     Hmt dalam batas normal mem-bran mukosa, denyut nadi,
     Tidak ada suara napas tekanan darah)
tambahan 6.    Monitor vital sign
     BB stabil 7.    Monitor tanda-tanda overhidrasi  /
     Tidak ada asites, ede-ma kelebihan cairan (krakles, edema
perifer perifer, distensi vena leher, asites,
     Tidak ada distensi vena edema pulmo)
leher 8.   Berikan cairan intravena
     Mata tidak cekung 9.   Monitor status nutrisi
     Tidak bingung 10. Berikan intake oral selama 24 jam
     Rasa haus tidak ber-
11. Berikan cairan dengan selang (NGT)
lebihan / rakus bila  perlu
     Membrane mukosa lembab12. Monitor respon klien terhadap terapi
     Hidrasi kulit adekuat elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan
gejala  kelebihan cairan

Manajemen Hipovolemia (4180)


1    Monitor status cairan  intake dan
output
2    Pertahankan patensi akses intravena
3    Monitor Hb dan Hct
4    Monitor kehilangan cairan (perda-
rahan, muntah,  diare)
5    Monitor tanda vital
6    Monitor respon pasien terhadap
perubahan cairan
7    Berikan cairan isotonic / kristaloid
(NaCl,  RL) 
8    Monitor tempat tusukan intravena
dari tanda infiltrasi atau infeksi
9   Monitor IWL (missal : diaporesis)
10  Anjurkan klien untuk menghindari
mengu-bah   posisi dengan cepat,
dari tidur ke duduk atau berdiri 
11  Monitor berat badan
12  Monitor tanda dehirasi ( turgor kulit
menurun,  pengisian kapiler lambat,
membrane mukosa kering, urin
output menurun, hipotensi, rasa haus
me-ningkat, nadi lemah)
13  Dorong intake oral (distribusikan
cairan selama 24 jam dan beri cairan
diantara waktu makan)

14   Pertahankan aliran infuse


15  Posisi pasien Trendelenburg / kaki
ele-vasi lebih tinggi dari kepala
ketika hipotensi  jika perlu

Monitoring Elektrolit (2020)


1     Monitor elektrolit serum
2     Laporkan jika ada
ketidakseimbangan elektrolit
3     Monitor tanda dan gejala
ketidakseim-bangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor, mual
dan muntah, letargi, ce-mas,
bingung, disorientasi, kram otot,
nyeri tulang, depresi pernapasan,
gangguan irama jantung, penurunan
kesadaran :   (apatis, coma)

Manajemen Elektrolit (2000)


1    Pertahankan cairan infus  yang me-
ngandung elektrolit
2    Monitor kehilangan elektrolit lewat
suction nasogastrik, diare, diaporesis
3    Bilas NGT dengan normal salin
4     Berikan diet makanan yang kaya
kalium
5     Berikan lingkungan yang aman bagi
klien yang mengalami gangguan
neurologis atau neuromuskuler
6     Ajari klien dan keluarga tentang
tipe, penyebab, dan pengobatan
ketidak-seimbangan elektrolit
7     Kolaborasi dokter bila tanda dan
gejala ketidakseimbangan  elektrolit
menetap.
8.    Monitor respon klien terhadap
terapi elektrolit
9.    Monitor efek samping pemberian
suplemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat
yang  mengandung elektrolit
(aldakton, Kcl, Kalsium Glukonas).
11. Berikan suplemen elektrolit baik
lewat oral,  NGT, atau infus sesuai
advis dokter

DAFTAR PUSTAKA
Noer S., Waspadji S., Rahman AM., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III,
Jakarta, FKUI, 1996.
Wilkinson, M.Judith. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawtan. Jakarta : EGC
Anonim. 2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ilmukeperawatan.com/askep-
hipoglikemia.html
Iswanto, J. 2012. Hipoglikemi pada
Bayi.http://www.sumbarsehat.com/2012/07/hipoglikemi-pada-bayi_7154.html (5
Februari 2014)

Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ns-


nining.blogspot.com/2009/07/koma-hipoglikemi.html

Anda mungkin juga menyukai