Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan
yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai
dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi
kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar
glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau
pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji
glukose darah. Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang
dari 50 mg/%. Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar
glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).

B. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan
tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan
insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi
kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar
glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
1. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
2. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
3. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan
penyerapan insulin menjadi lambat.
4. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
5. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
6. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
7. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
8. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

C. Klasifikasi
Hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Secondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :


9. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL). Terjadi jika kadar glukosa darah
menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
10. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL). Penurunan kadar glukosa dapat
menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik.
Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo,
gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
11. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL). Terjadi gangguan pada sistem saraf
pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.
D. Tanda Dan Gejala
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan
rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala
hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain. Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari
dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi,
keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50
mg%).
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun,
hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan
koma (glukosa darah 20 mg%).
Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:
Perubahan tingkah laku
Serangan sinkop yang mendadak
Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
Keringat berlebihan waktu tidur malam
Bangun malam untuk makan
Hemiplegi/ afasia sepintas
Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis
yang meliputi lapar, mual-muntah, pucat, kulit dingin, sakit kepala, nadi cepat, hipotensi,
irritabilitas.

E. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa
untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh
glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.
Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara
terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di
dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat
dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa
darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak,
ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu: dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan
menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan
kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode
waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada
keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi
pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan
ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada
hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat,
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di
deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit
di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa. Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial. Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai
normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c. Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada
orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

G. Penatalaksanaan Hipoglikemia
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-
20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200
ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat
manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada
jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila
pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,
pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia
dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15
menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien
sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok
makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit).
Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau
hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas
glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi
40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10
% 6 kolf/jam.
H. Pathway

Faktor DM insulin Lain-lain Asupan karbohidrat Penyakit


genetik >> kurang kronis

HIPOGLIKEMI

Hiperaktifitas seluler Penurunan suplai glukosa


pd penyakit kronis kejaringan & seluler

Hipermetabolisme
Jaringan otak Jaringan otot
seluler

Unmetabolisme Pemecahan
Penyerapan glukosa
otak glukagon/glikogen
vaskuler >>

Glikolisis dlm hepar Iskemik jaringan otak Metabolisme anaerob


inadekuat

Penurunan Nyeri
fungsi/kesadaran Kepala
Gangguan
keseimbangan
nutrisi
Gangguan Gangguan
fs.sensorik rasa nyaman
Nyeri
Menghasilkan Menghasilkan
Badan keton asam laktat

Penumpukann asam
Nafas bau aseton
laktat pada otot

Mual muntah
Kelemahan
muskuloskeletal

Intoleransi aktifitas

II. KONSER DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer:
a. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputumatau benda asing
yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasanc.
c. Circulation : kaji nadi, capillary refill
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian head to toe
a. Data subyektif
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sekarang
Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-
penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social,
obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau
obat antihiperglikemik oral.
b. Data Obyektif
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
istrahat/tidur. Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitasLetargi/disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala: Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia. Tanda: Perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels,
distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3) Integritas/ Ego
Gejala: Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare. Tanda: Urine encer,
pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus,
penggunaan diuretik (Thiazid). Tanda: Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah
(napas aseton).
6) Neurosensori
Gejala: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi,
gangguan penglihatan. Tanda: Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap
lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat). Tanda: Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan
Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak). Tanda: Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat
9) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik
sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan
diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan adalah sebagai berikut:
1. PK: Hipoglikemia
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, kelemahan
3. Resiko Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi
1 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan tindak-an 1. Pantau kadar gula sebelum pemberian obat hipoglikemia
keperawatan selama x 24 jam, 2. Pantau tanda gejala hipoglikemia
Populasi resiko tinggi : perawat akan menangani dan 3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk, cola, atau jahe
- DM meminimalkan episode hipoglikemia setiap 15 menit sampai kadar gula meningkat diatas 69
- Nutrisi Parenteral dngan gejala : mg/dl
- Sepsis - Kadar gula <70 mg/dl 4. Jika klien tidak dapat menelan berikan glucagon SC atau 50
- Terapi Kortikosteroid - Kulit lembab dingin, pucat ml glukosa 50% IV
- Hiperglikemia - Takikardi 5. Periksa kadar gula darah setelah 1 jam pemberian terapi
- Hipoglikemia hiperfungsi - Gelisah glukosa
kelenjar adrenal - Tidak sadar 6. Konsul dengan ahli gizi untuk pemberian kudapan atau
- Mudah mengantuk kabohidrat yang lebih kompleks
- Tidak terkoordinasi

2 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindak-an Terapi Aktivitas (4310)


ketidakseimbangan suplai dan keperawatan selama x 24 jam, klien 1 Catat frekuensi jantung irama, pe-rubahan tekanan
kebutuhan O2, kelemahan mampu mencapai : activity to-leransi , darah sebelum, selama, setelah aktivitas sesuai indi-kasi
dengan kriteria : 2 Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan
Batasan Karakteristik : aktivitas senggang yang tidak berat
- Laporan kerja : kelelahan dan Activity tolerance (0005) 3 Batasi pengunjung
kelemahan - Saturasi oksigen dalam batas 4 Monitor / pantau respon emosi, fisik, sosial dan
- Respon terhadap aktivitas normal ketika beraktivitas spiritual
menunjukkan nadi dan - HR dalam batas normal ketika 5 Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara bertahap
tekanan darah abnormal aktivitas 6 Bantu klien mengenal aktivitas dengan penuh arti
- Perubahan EKG me- - Respirasi dalam batas normal saat 7 Bantu klien mengenal pilihan untuk beraktivitas
nunjukkan aritmia / disritmia aktivitas 8 Tentukan klien komitmen untuk meningkatkan
- Dispneu dan ketidak- - Tekanan darah sistolik dalam batas frekuensi untuk aktivitas
nyamanan yang sangat nor-mal saat beraktivitas 9 Kolaborasi yang berhubungan dengan fisik, terapi
- Gelisah - Tekanan darah diastolik dalam rekreasi, pengawasan program aktivitas yang tepat
batas nor-mal saat beraktivitas 10 Bantu klien membuat rencana yang khusus untuk
- EKG dalam batas normal pengalihan aktivitas rutin tiap hari
- Warna kulit 11 Bantu klien / keluarga mengenal ke-kurangan
- Usaha bernafas saat beraktivitas mutu aktivitas
- Berjalan di ruangan 12 Latih klien / keluarga mengenai peran fisik, sosial,
- Berjalan jauh spiritual , pengertian aktivitas didalam pemeliharaan
- Naik tangga kesehatan
- Kekuatan ADL 13 Bantu klien / keluarga menyesuaikan lingkungan dengan
- Kemampuan berbicara saat latihan keinginan aktivitas
14 Berikan aktivitas yang meningkatkan perhatian dalam
jangka waktu tertentu
15 Fasilitasi penggantian aktivitas ketika klien sudah
melewati batas waktu, energi dan pergerakan
16 Berikan lingkungan yang tidak berbahaya untuk berjalan
sesuai indikasi
17 Berikan bantuan yang positif untuk partisipasi didalam
aktivitas
18 Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri
19 Monitor emosi, fisik, sosial, dan spiritual dalam aktivitas
20 Bantu klien / keluarga monitor mendapatkan kemajuan
untuk men-capai tujuan
Manajemen Energi (0180)
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
2. Dorong mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan adanya kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
5. Monitor klien adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat klien
9. Resiko kekurangan volume cairan Setelah dilakukan Monitor Cairan (4130)
Faktor resiko : tindakan keperawatan selamaX 1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake cairan dan
- Kehilangan melalui rute 24 jam klien tidak mengalami kebiasaan eleminasi
normal : muntah kekurangan cairan. 2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan
- Sesak napas sehingga sehingga Hidrasi (0602) ketidakseimbangan cairan (hipertermi diuretik, kelainan
mempengaruhi intake menjadi Kriteria hasil : ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar panas,
kurang - Hidrasi kulit adekuat infeksi)
- Peningkatan metabolisme - Tekanan darah dalam batas normal 3. Menimbang BB
- Diaporesis - Nadi teraba 4. Monitor vital sign
- Membran mukosa lembab 5. Monitor intake dan output
- Turgor kulit normal 6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila
- Berat badan stabil dan dalam batas diperlukan
normal 7. Jaga keakuratan catatan intake dan out-put
- Kelopak mata tidak cekung 8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
- Urin out put normal 9. Monitor warna dan jumlah urin
- Tidak demam 10. Monitor distensi vena leher, krakles, odem perifer dan
- Tidak ada rasa haus yang sangat peningkatan berat badan.
- Tidak ada napas pen-dek / kusmaul 11. Monitor akses intravena
Balance Cairan (0601) 12. Monitor tanda dan gejala asites
Kriteria hasil : 13. Catat adanya vertigo
- Tekanan darah normal 14. Berikan cairan
- Nadi perifer teraba 15. Pertahankan aliran infus sesuai advis
- Tidak terjadi ortostatik hypotension Manajemen Cairan (4120)
- Intake-output seim-bang dalam 24 1. Timbang berat badan sesuai kebutuhan dan monitor
jam kecenderungannya.
- Serum, elektrolit dalam batas 2. Timbang popok
normal. 3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
- Hmt dalam batas normal 4. Pasang kateter kalau perlu
- Tidak ada suara napas tambahan 5. Monitor status hidrasi (kelembaban mem-bran mukosa,
- BB stabil denyut nadi, tekanan darah)
- Tidak ada asites, edema perifer 6. Monitor vital sign
- Tidak ada distensi vena leher 7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / kelebihan cairan
- Mata tidak cekung (krakles, edema perifer, distensi vena leher, asites, edema
- Tidak bingung pulmo)
- Rasa haus tidak berlebihan / rakus 8. Berikan cairan intravena
- Membrane mukosa lembab 9. Monitor status nutrisi
- Hidrasi kulit adekuat 10. Berikan intake oral selama 24 jam
11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu
12. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan
cairan
Manajemen Hipovolemia (4180)
1 Monitor status cairan intake dan output
2 Pertahankan patensi akses intravena
3 Monitor Hb dan Hct
4 Monitor kehilangan cairan (perda-rahan, muntah, diare)
5 Monitor tanda vital
6 Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7 Berikan cairan isotonic / kristaloid (NaCl, RL)
8 Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi
atau infeksi
9 Monitor IWL (missal : diaporesis)
a. 10 Anjurkan klien untuk menghindari mengu-bah posisi
dengan cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
10 Monitor berat badan
11 Monitor tanda dehirasi ( turgor kulit menurun, pengisian
kapiler lambat, membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus me-ningkat, nadi lemah)
12 Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam
dan beri cairan diantara waktu makan)
13 Pertahankan aliran infuse
14 Posisi pasien Trendelenburg / kaki ele-vasi lebih tinggi
dari kepala ketika hipotensi jika perlu
Manajemen Elektrolit (2000)
1 Pertahankan cairan infus yang me-ngandung elektrolit
2 Monitor kehilangan elektrolit lewat suction nasogastrik,
diare, diaporesis
3 Bilas NGT dengan normal salin
4 Berikan diet makanan yang kaya kalium
5 Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami
gangguan neurologis atau neuromuskuler
6 Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan
pengobatan ketidak-seimbangan elektrolit
7 Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung
elektrolit (aldakton, Kcl, Kalsium Glukonas).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT, atau
infus sesuai advis dokter
DAFTAR PUSTAKA

_________. 2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat dalam http://blog.ilmukeperawatan.com/askep-


hipoglikemia.html
Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC
Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat dalam http://ns-nining.blogspot.com/2009/07/koma-
hipoglikemi.html
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

http://fokusanime.blogspot.co.id/2015/08/fatezero-episode-1-25-end-subtitle.html

Anda mungkin juga menyukai