Anda di halaman 1dari 22

RESUME GAWAT DARURAT NON TRAUMA

HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh Kelompok 11 :

1. Nur Asni : P07220118023

2. Indah Puspita : P07220118043

3. Musa : P07220118050

4. Afif Syaputra : P07220118031

5. Sifa Imarianti : P07220118027

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020

A. Konsep Dasar

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan


keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang
dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan,
aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia
ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok
hipoglikemia). (Nabyl, 2009)

Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah


puasa(true glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka
penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat


oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah
hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat
terjadi koma (koma hipoglikemik).

Menurut Smeltzer (2002), hipoglikemia (kadar glukosa darah yang


abnormal rendah) terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50
hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L).
Menurut Tandra (2007), hipoglikemia adalah kadar glukosa darah
yang terlalu rendah sampai dibawah 60 mg/dl. Keadaan ini bisa menjadi
gawat darurat dan memerlukan pertolongan segera.

B. Etiologi

1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis
obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu.
Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula
darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat
pemeriksa gula darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan


kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan
yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3. Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip
dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan
glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar


glukosa darah akan menurun.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda


mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun
pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar


merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang


dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan


penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu
ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung
beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun
sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

9. Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon


glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi
terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi


melebihi dosis 80 mg.

11.Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang


masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah
merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami
hipoglikemia lagi.

C. Patofisiologi Hipoglikemia

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak


terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari
penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa
menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam
jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam
system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan
kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian
besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan
koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau


tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga
gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki


sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan
hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic
yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq
natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak


(liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas
akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic
terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun,


sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam
darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah


menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk
bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang
tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi
dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada
hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami


gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,
sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
D. Pathway Hipoglikemia

E. Tanda dan Gejala Hipoglikemia

Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari tiga fase yaitu fase sub


luminal dengan kadar gula darah 60-50 mg/dl gejala rasa lapar tiba-
tiba. Fase kedua adalah aktivasi dengan kadar gula darah 50-20 mg/dl
yang muncul gejala adrenergik seperti palpitasi, keringat berlebihan,
tremor, ketakutan, mual, muntah. Fase ketiga yaitu neurologi dengan
kadar gula darah <20 mg/dl dengan adanya gangguan fungsi otak
serta muncul gejala pusing, pandangan kabur, ketajaman mental
menurun, hilangnya skill motorik halus (Mansjoer, 2001).

F. Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia

1. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-
110 mg/dl.

2. Gula darah 2 jam post prandial Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa
dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3. HBA1c Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk


memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak
dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang
normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah


terganggu

5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

G. Penatalaksanaan Hipoglikemia

1. Glukosa Oral

Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan


glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera
diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml
minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak
dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal
makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram
karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan
keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau
gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.

2. Glukosa Intramuskuler

Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan


tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan
oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah
besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon
tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut
sama dengan pemberian glukosa intravena.

Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan


pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat
kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit
dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan
puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian
glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20
menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

H. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia

1. Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah


penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet
glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu.
Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya
cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik
penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang
bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).

2. Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin


untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan
glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia
berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati.

3. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya


mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil
insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor
(misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia
dengan sering makan dalam porsi kecil.

I. Pengkajian Primer Hipoglikemia

1. Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan


bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada
obstruksi, lakukan :

1) Chin lift/ Jaw thrust

2) Suction

3) Guedel Airway

4) Instubasi Trakea

2. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :

1) Beri oksigen

2) Posisikan semi Flower

3. Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah

1) Cek capillary refill


2) Auskultasi adanya suara nafas tambahan

3) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.

4) Cek Frekuensi Pernafasan

5) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan

6) Cek tekanan darah

7) Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4. Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar,


hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula
tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler,
esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan
Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

J. Pengkajian Skunder Hipoglikemia

Pengkajian Fisik

1. History

Dilakukan meliputi point penting mencakupi SAMPLE, sebagai


berikut:

1) S = sign/symptoms (tanda dan gejala)

2) A = allergics (alergi)
3) M = medication (pengobatan)

4) P = past medical historyI (riwayat penyakit)

5) L = last Oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum


sakit)

6) E = evens prior to the illness or injury (kejadian sebelum injuri,


sakit)

Point penting tersebut dikembangkan menurut OPQRST, sebagai


berikut:

1) O Onset

2) P Provocation

3) Q Quality

4) S Severity

5) T Timing

2. Vital Sign; dilakukan pengkajian vital sign lebih detail dan lengkap
meliputi :

1) Pulse

2) Respiration rate

3) Blood preasure

4) Temperatur
Pertimbangkan :

1) Oxygen saturation sign (saturasi oksigen)

2) Gaslow Coma Scale/GCS

3) Cardiac Monitor/ECG 12 lead

4) Blood Glucose Level (kadar gula darah)

K. Pysical Examination

lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap Head to Toe.

Dalam hal ini pendekatan pengkajian yang terstruktur seperti pada


primary survey , memungkinkan kita untuk dapat mengidentifikasi
dan mengenali masalah klinis yang mengancam kehidupan pasien
sedini mungkin, dan menganalisis intervensi sesegera mungkin.

L. Investigasi dan Analisis

Proses identifikasi terkait dengan ketersediaan hasil diagnostik dan


hasil laboratorium, yang diperlukan untuk menetapkan alur
perawatan pasien (manajemen pasien).

M. Identifikasi Masalah

Identifikasi dan analisa semua data yang ada, selanjutnya dilakukan


kategorisasi data sehingga dapat diidentifikasi masalah kesehatan
pasien atau kebutuhan pasien dan prioritas intervensi yang harus
dilakukan.

N. Intervensi Keperawatan
Di setting gawat darurat, proses keperawatan ditandai dengan kondisi
di mana intervensi keperawatan dan assesment keperawatan sifatnya
interaktif dan stimulan, sehingga pengkajian dan tindakan
keperawatan dapat dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Intervensi keperawatan dapat dikategorikan sebagai beriku:

- Intervensi Mandiri /independen yang dapat dilakukan tanpa


pengawasan dari orang lain

- Intervensi Dependen / intervensi delegatif, yang dilakukan


perawat dengan nstruksi tertulis, dari profesional lain yang
disertai adanya pendelegasian kewenangan (contoh: pemberian
obat-obatan intravenous, dan menetapkan setting untuk
ventilator).

- Intervensi Interdependen/kolaboratif, intervensi dilakukan


secara kolaboratif, berkonsultasi dengan profesi kesehatan
lainnya, sebelum tindakan dilakukan (intervensi yang dilakukan
sesuai dengan protokol).

Di UGD intervensi keperawatan, seperti pemberian oksigen atau


pemasangan intravenous line dapat dilakukan secara bersamaan
sesuai kebutuhan. Selanjutnya intervensi dan reassesment atau
evaluasi dapat dilakukan secara stimulan.

O. Evaluasi/Reasessment

Di unit gawat darurat evaluasi harus dilakukan secara terus menerus


disebut en-going asessment. Waktu melakukan asessment harus
sesuai dengan keadaan klien. Sehingga di unit gawat darurat
pengkajian dapat dilakukan setiap saat (bed side monitoring) untuk
pasien gawat darura, atau tiap 3 sampai 4 jam untuk pasien tidak
gawat darurat. Pada proses evaluasi kondisi pasien harus terus
dipantau.

P. Masalah Keperawatan atau Diagnosa Keperawatan yang


Muncul pada Hipoglikemia

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastric berlebihan, diare,


muntah, masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake
yang kurang.

2. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan


masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh,nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.

3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b/d kadar glukosa darah,


penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi
pernafasan yang sebelumnya.

4. Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia endogen,


ketidak seimbangan insulin glukosa dan atau eletrolit.

5. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolic, perubahan


energi darah defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:status
hipermetabolik/ infeksi.

Q. Tata Laksana Hipoglikemia

1. Glukosa Oral
Setelah diagnosa hipoglikemia ditegakkan, 10-20 g glukosa oral harus
segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly, atau 150-250 mL
minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam maka
ditambahkan 10-20 g karbohidrat kompleks.

2. Glukosa Intramuskular

Bila pasien telah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan


pemberian glukosa oral 20 g dan dilanjutkan dengan pemberian 40 g
karbohidrat dalam bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan.

3. Glukagon intravena

Glukagon Intravena harus diberikan berhati-hati. Pemberian glukosa


intravena 50% terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa
20% atau 150-200 ml glukosa 10% dianggap lebih aman. Ekstravasasi
glukosa 50% dapat menimbulkan nekrosis yang memerlukan
amputasi.

Terapi Hipoglikemia dengan rumus (3-2-


Kadar Glukosa mg/dl
1)
> 30 ml/dl Injeksi IV Dex. 40% (25 cc) bolus 3 flakon

> 30-60 ml/dl Injeksi IV Dex. 40% (25 cc) bolus 2 flakon

> 60-100 ml/dl Injeksi IV Dex. 40% (25 cc) bolus 1 flakon
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year


Book

Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey

Reka Septi Lara, dkk. 2019. Makalah Kegawatdaruratan Metabolik. Makalah.


Lembar Konsultasi Resume

NO Hari/Tanggal Materi yang Dikonsulkan TTD Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai