Anda di halaman 1dari 26

Morbus Hansen

Kelompok 15
Iqbal Said Fajar Lindra
Laoya Amelia Purba
Nuriyanti
Sifa imarianti
Morbus Hansen
Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu
dikenal sebagai Penyakit Kusta atau Lepra adalah penyakit
infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
dan biasanya mempengaruhi kulit serta saraf tepi, namun
memiliki berbagai macam manifestasi klinis. (WHO, 2010).
Worldmap Style

Penderita kusta tersebar di seluruh dunia. Di


Indonesia tercatat 33.739 orang penderita kusta.
Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak
penderitanya setelah India dan Brazil dengan
prevalensi 1,7 per
10.000 penduduk.
Kusta dapat menyerang semua orang. Pria lebih
banyak terkena dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2:1, walaupun ada daerah yang
menunjukkan insidensi hampir sama bahkan
penderita wanita lebih banyak. Perbedaan tidak
begitu nyata untuk tipe tuberkuloid pada orang
dewasa karena perbedaan kerentanan dari faktor-
faktor kontak.

33.739
50% 50%
Penyebab Morbus Hansen
Penyebab penyakit kusta adalah kuman kusta
( mycobacterium leprae), yang berbentuk batang
dengan
ukuran panjang 1–8 mic, lebar 0,2–0,5 mic biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu,
hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA).

Masa belah diri kuman memerlukan waktu yaitu 12-21


hari. Hal ini merupakan salah satu penyebab masa
tunas lama yaitu rata-rata 2–5 tahun. Pertumbuhan
optimal dari kuman kusta adalah pada suhu 27°-30°C.
Klasifikasi Morbius Hansen
01 Tipe tuberkuloid-tuberkuloid (TT)

02 Tipe Borderline tuberkuloid (BT).

03 Tipe Borderline-Borderline (BB)

04 Tipe Borderline Lepromatous (BL)

05 Tipe Lepromatous-Lepromatous (LL)


Klasifikasi
Cara penularan

1 2 3

Faktor sumber Faktor kuman Faktor daya


penularan kusta tahan tubuh
Manifestasi Klinis
Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati
rasa Penebalan dalam saraf tepi di sertai kelainan berupa
mati rasa dan kelemahan pada otot tangan, kaki, dan mata

Pada pemeriksaan kulit BTA + Dikatakan menderita kusta


apabila di temukan satau atau lebih dari tanda pasi kusta
dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003 )
Cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, menurut beberapa
penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh ber suhu dingin
dan melalui mukosa nasal, Kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang
rendah, waktu regenerasi lama, serta
Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang,

Patofisiologi Morbus Hansen


Komplikasi Morbius Hansen

Gejala sistemik seperti


01 hepatosplenomegali, demam,
arthritis, dan nefritis biasanya
hadir.
Cacat dan kelainan bentuk : Neuropati
disebabkan oleh kusta dapat
02 mengakibatkan trauma, nekrosis tekanan,
atau infeksi sekunder yang terjadi tanpa
disadari, menyebabkan amputasi digit atau
anggota badan
Osteoporosis dan patah tulang dapat
03 hasil dari perubahan tulang karena
kusta. Arthritis / arthralgias dapat
terjadi pada sekitar 10% pasien dengan
kusta dan gejala sendi.
Kerusakan mata, terutama di bagian
04 anterior dari mata, dapat
mengakibatkan hilangnya refleks
kornea, lagophthalmos, ectropion,
entropion, dan kebutaan.
Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan Bakterioskopik

 Test Mitsuda
Pencegahan

Penerangan dengan memberikan


sedikit penjelasan tentang seluk
beluk penyakit lepra pada pasien

Pengobatan profilaksis dengan


dosis yang lebih rendah dari pada
dosis therapeutic.

Vaksinasi dengan BCG yang


juga mempunyai daya
profilaksis terhadap lepra.
Pengobatan
Pengobatan bulanan
:hari pertama :2 Kapsul
Pengobatan bulanan
Rifampisin ,3 Tablet
:hari pertama : 2 Kapsul
Lamrene, 1 Tablet
Rifampisin 1 Tablet
Dapsone
Dapsone (DDS)
pengobatan harian :
Pengobatan harian: hari
hari ke 2 – 28 :1 Tablet
ke 2 – 28 : 1 tablet
Lamrene , 1 Tablet
Dapsone (DDS)
PB MB Dapsone (DDS)
Lama pengobatan : 6 Tipe kering Tipe basah lama pengobatan : 12
Blister diminum selama
blister diminum selama
6 – 9 bulan
12 – 18 bulan.
1. pengkajian
 Identitas pasien
 Riwayat Kesehatan lalu
 Riwayat kesehatan sekarang

ASUHAN  Riwayat kesehatan keluarga


 Riwayat pengobatan
KEPERAWA  Data sosial ekonomi
TAN MORB  Aktifitas sehari-hari

US HANSE  Pemeriksaan Fisik

N
2. Diagnosa
 Kerusakan intergritas kulit b.d adanya
lesi
 Isolasi sosial b.d perubahan bentuk

ASUHAN tubuh
 Gangguan konsep diri b.d perubahan
KEPERAWA penampilan fisik
TAN MORB
US HANSE
N
3. Intervensi
 1)Kerusakan Integritas kulit b.d adanya lesi
 Kriteria hasil : Lesi tidak menyebar Pasien merasa nyaman
 a) Intervensi
 - Kaji/catat ukuran warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka.
ASUHAN  - berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan control infeksi.

KEPERAWA
 - mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.

TAN MORB  - lakukan advis dokter untuk memberikan obat sesuai dosis
 - lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nitrisi TKTP.

US HANSE  - ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan luka. serta cara
mencegah penularan.
N
3. Intervensi
 2)Isolasi sosial b.d perubahan bentuk tubuh
 Kriteria Hasil
 - Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri
 - Berpartisipasi dalam aktivitas/progam pada tingkat kemampuan
 a)Intervensi

ASUHAN  - Tentukan presepsi pasien tentang situasi


 - Berikan waktu untuk berbicara dengan pasien selama dan diantara
KEPERAWA aktivitas perawatan. Tetap memberi dukungan, mengusahakan verbalisasi.

TAN MORB Perlakukan dengan penuh penghargaan dan menghormati perasan pasien.

US HANSE
N
3. Intervensi
 - Batasi atau hindari penggunaan master, baju dan sarung tangan
jika memungkinkan, misalnya jika berbicara dengan pasien
 - Identifikasi sistem pendukung yang tersedia bagi pasien, termasuk
adanya/hubungan dengan keluarga kecil dan besar
 - Dorong kunjungan terbuka, hubungan telepon dan aktivitas sosial
ASUHAN dalam tingkat yang memungkinkan

KEPERAWA  - Dorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat


 - Kembangkan perencanaan tindakan dengan pasien

TAN MORB  - Rujuk pada sumber – sumber pelayanan sosial, konselor dan
organisasi
US HANSE
N
3. Intervensi
 3) Gangguan konsep diri B.d perubahan penampilan fisik
 - Kriteria hasil
 Klien mengatakan dan menunjukan peneimaan atas penampilanNya.
 - Menunjukan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. Klien dapat mengidentifikasi aspek
ASUHAN  a)Intervensi

KEPERAWA  - Bina hubungan saling percaya antara perawat-klien.


 - Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah

TAN MORB kesehatan, pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan kemungkinan


hasilnya.
US HANSE
N
3. Intervensi
 - Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama tentang cara
ia merasakan, berfikir dan memandang dirinya.
 - Hindari mengkritik.
 - Jaga privasi dan lingkungan individu

ASUHAN
 - Tingkatkan interaksi social klien.
 - Berikan informasi yang dapat dipercaya dan kejelasan informasi.

KEPERAWA  - Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.

TAN MORB
US HANSE
N
Thank you
Pertanyaan
Fully Editable Shapes
Fully Editable Icon Sets : A

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : B

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets : C

You can Resize without


losing quality

You can Change Fill Color &


Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com

Anda mungkin juga menyukai