KUSTA
PRESENTAN :
NUR KHAIRIANI ACHMAD
GINA PUSPA ENDAH
HARUMI KUSUMA
Pembimbing :
dr. Dodik Pramono, Msi. Med
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
13 November 2018 – 12 Januari 2019
LATAR BELAKANG
BAB I
LATAR BELAKANG
Penyakit kusta atau yang juga sering disebut Lepra atau Morbus Hensen
merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks. Penyakit ini dapat berdampak pada kecacatan yang
permanen jika tidak ditangani dengan baik
Berdasarkan data dari WHO (2013) jumlah kasus terdaftar kusta di dunia
pada awal tahun 2013 mencapai 189.018 kasus (0,33%). Jumlah tersebut
paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara sebanyak 125.167 kasus
(0,68%)
Sejak tercapainya status eliminasi kusta pada tahun 2000, situasi kusta di
Indonesia menunjukkan kondisi yang relatif stabil. Eliminasi didefinisikan
sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per
10.000 penduduk. (Kemenkes RI 2013)
Pengobatan kepada penderita kusta adalah salah satu cara
pemutusan mata rantai penularan. Hingga saat ini tidak ada
vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah hal
yang amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan data dicegah.
Dokter Pelayanan
Diagnosis Terapi Edukasi
Keluarga Primer
LATAR BELAKANG
Tujuan Umum
• Mengaplikasi dan menerapkan konsep kedokteran keluarga pada pasien yang menderita Kusta.
Tujuan Khusus
• Keluarga menjadi lebih memahami mengenai masalah kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga.
• Keluarga mampu untuk mengatasi permasalahan kesehatan keluarga secara mandiri.
• Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien Asma secara holistic dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga
dalam proses kesembuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
KUSTA
Definisi
• Kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae yang intraseluler obligat menyerang saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit, dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, sistem retikuloendotelial,
mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat.
Epidemiologi
• Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,70 kasus/10.000
penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000 penduduk.
• kasus baru kusta terbanyak di provinsi Jawa Timur (3.373 jiwa), Jawa Barat (1.813 jiwa),
Jawa Tengah (1.644 jiwa), Papua (968 jiwa), dan Sulawesi Selatan (1.091 jiwa).
• Laki-laki > Wanita
Etiologi
• Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae
• Jenis Mycobacterium ini termasuk kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang, dikelilingi oleh membrane sel lilil yang merupakan ciri dari spesies
• bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai
akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alcohol
• Mycobacterium leprae menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan
penderita (eduanya harus ada lesi baik mikroskopik maupun makroskopik, dan adanya
kontak yang lama berulang-ulang) dan melalui pernapasan,
• masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih
dari lima tahun.
KLASIFIKASI KUSTA
Menurut WHO pedoman utama lasifikasi/tipe penyakit kusta adalah sebagai berikut:
Paucibacillary Multibacillary
Tanda Utama
Baciler (PB) Baciler (MB)
Bercak Kusta Jumlah 1s/d 5 lesi Jumlah >5 lesi
Penebalan saraf tepi yang disertai Hanya satu saraf Satu saraf
dengan gangguan fungsi (kurang/mati
rasa atau kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang
bersangkutan)
• Mycobacterium leprae satu genus dengan kuman TB dimana di luar tubuh manusia, kuman
kusta hidup baik pada lingkungan yang lembab, namun tidak tahan terhadap sinar matahari.
Host
Lingkungan
• Lingkungan fisik terdiri dari keadaan geografis, kelembaban udara, suhu, lingkungan tempat
tinggal. Lingkungan non fisik anttara lain sosial (pendidikan, pekerjaan), budaya (adat,
kebiasaan turun temurun), ekonomi, dan politik.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Departemen Kesehatan RI, diagnosis penyakit kusta ditetapkan
dengan cara mengenali cardinal sign atau tanda utama penyakit kusta, yaitu:
Bercak pada kulit yang mengalami mati Penebalan pada saraf tepi yang disertai
rasa; bercak dapat berwarna putih dengan rasa nyeri dan gangguan pada
(hypopigmentasi) atau berwarna merah fungsi saraf yang terkena. Saraf sensorik
(erithematous), penebalan kulit mengalami mati rasa, saraf motorik
(plakinfiltrate) atau berupa nodul-nodul. mengalami kelemahan otot (parese) dan
Mati rasa dapat terjadi terhadap rasa kelumpuhan (paralisis), dan gangguan
raba, suhu, dan sakit yang terjadi secara pada saraf otonom berupa kulit kering
total atau sebagian dan retak-retak.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Bakteriologis
• Menurut Goldenberg, bentuk keluarga terdiri sembilan macam yaitu keluarga inti, keluarga
besar, keluarga campuran, keluarga menurut hukum umum, keluarga orangtua tunggal,
Bentuk keluarga hidup bersama, keluarga serial, keluarga gabungan, hidup bersama dan tinggal
Keluarga bersama
• Fungsi ekonimi, fungsi pelindungan, fungsi agama, fungsi rekreasi, fungsi pendidikan dan fungsi
Fungsi status sosial
Keluarga
Manfaat Kedokteran Keluarga
Dapat diselenggarakan
Dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan Dapat diselenggarakan
pengaturannya akan lebih baik
penanganan kasus penyakit penyakit dan dijamin pelayanan kesehatan yang
dan terarah
sebagai manusia seutuhnya kesinambungan pelayanan terpadu
kesehatan
Dapat diselenggarakan
penanganan kasus penyakit
dengan tatacara yang lebih
sederhana
Karakteristik Pelayanan Kedokteran
Menyeluruh
Ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan
• Macam pelayanan tersebut adalah pelayanan kedokteran tingkat pertama
(primary medical care), pelayanan kedokteran tingkat kedua (secondary
medical care), serta pelayanan kedokteran tingkat ketiga (tertiary medical
care).
Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit
• Peningkatan derajat kesehatan (health promotion), pencegahan khusus
(specific protection), diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis
and promt treatment), pembatasan cacat (disability limitation), serta
pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pelayanan Pada Praktek Dokter Keluarga
Menyelenggarakan
Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pelayanan rawat jalan kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
pasien dirumah pelayanan rawat inap di
rumah sakit.
ARTI & KEDUDUKAN KELUARGA dalam KESEHATAN
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Alamat : Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur, Kab. Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh cuci
KARAKTERISTIK KEDATANGAN PASIEN
Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 30 Agustus
2018
Sosial
Pekerjaan Perkawinan
Hubungan dengan
Buruh Pabrik Satu kali
tetangga baik
Gaya Hidup
Riw. Menstruasi Riw. Kontrasepsi
Rokok(-) alkohol (-) (+) Tidak memakai
Olah raga (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis Kerja
• Asma Intermitten
Penatalaksanaan
• Medikamentosa :
• Salbutamol sulfat 3x1 tab
• Ambroxol HCl 3x1 tab
• Dexamethasone 3x1 tab
Tabel 11. Waktu dan Bahan Edukasi, saat Kunjungan Berobat
HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS
• Saat ini (6 September 2018) kondisi Ny. S, keluhan sesak napas sudah tidak
dirasakan lagi. Kesan yang didapat, pada saat kunjungan pertama keluhan
pada pasien timbul karena faktor kelelahan dan dingin karena mulai bekerja
pagi hingga sore hari sertafaktor debu di rumahnya karena lantai masih
beralaskan tanah belum di keramik.
• Pada kunjungan kedua, setelah mendapat edukasi tentang cara pengobatan
dan perilaku hidup bersih serta pencegahan terjadinya serangan asma,
tampak keluhan sesak napas dan batuk yang dirasakan pasien sudah sangat
berkurang, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas kembali
• Timbulnya kesadaran dari ibu penderita untuk menghindari faktor pencetus. Pasien mau
menerapkan informasi edukasi yang disampaikan seperti lebih banyak beristirahat,
Faktor menggunakan air hangat untuk mandi dan pakaian hangat di pagi hari.
Pendukung
• Pasien sudah tidak merasakan keluhan sesak napas, dapat beraktivitas seperti biasa.
Indikator
Keberhasilan
PERMASALAHAN PADA PASIEN
DENAH RUMAH
Lokasi di Ngadiharjo,
Luas rumah 16 x 9 m2,
Kecamatan Borobudur,
dihuni 5 orang
Kabupaten Magelang.
Aspek V
• derajat fungsional 3 ( mampu melakukan perawatan diri tapi tidak
mampu melakukan pekerjaan ringan)
PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
• Upaya promotif dilakukan dengan memberikan edukasi kepada
Promotif pasien meliputi penyebab, cara pencegahan dan cara
mengobati
Preventif
kebersihan diri untuk memutus penularan kusta. Menjaga kebersihan
luka agar tidak terjadi komplikasi atau kecacatan lebih lanjut.
• Edukasi mengenai keteraturan meminum obat MDT agar tidak putus
obat serta mencegah resistensi
• biaya kebutuhan sehari – hari pasien hanya mengandalkan pendapatannya dari istri
pasien yang seorang buruh cuci,Pendapatan istri pasien hanya 25.000per hari yang
Fungsi dipakai untuk makan, listrik dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Ekonomi
• Pasien dan istri bersekolah sampai SD. saat ini Anak pasien masih duduk di kelas 1
Fungsi SD.
Pendidikan
• Pasien sejak kecil menganut agama Islam, istri juga menganut agama yang sama
Fungsi dan taat beribadah.
Religius
• Sebelum sakit komunikasi pasien dengan tetangga baik dan aktif dalam kegiatan di
lingkungan dengan tetangga sekitar. Setelah sakit pasien lebih sering menghabiskan
Fungsi Sosial waktu dirumah dan jarang berkomunikasi dengan tetangga.
& Budaya
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELUARGA
Faktor Perilaku
• Pasien sudah mengetahui pentingnya meminum obat teratur
(MDT) dan sudah mengetahui tentang penularan kusta. Apabila
ada anggota keluarga yang sakit dilarikan ke puskesmas.
• Indikator keberhasilan
1) Pengetahuan meningkat mengenai penyakit
2) Kesadaran pasien untuk meminum obat teratur dan menjaga kebersihan diri
3) Kesadaran pasien untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
KESIMPULAN
ANALISIS KASUS & SARAN
BAB IV
Kesimpulan
• Berdasarkan data yang didapat dari kunjungan rumah Tn. N di Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah didapatkan faktor yang mempengaruhi kejadian Kusta Faktor genetic
yaitu ibu pasien juga mengidap penyakit kusta. Faktor perilaku yaitu pasien merupakan seorang petani.
Saran
• Kepada Pasien
• Teratur meminum obat (MDT), rutin melakukan rawat luka, kontrol berobat sesuai jadwal yang
ditentukan.
• Kepada Keluarga Pasien
• Mendukung pasien untuk teratur minum obat, menjaga diri dari penularan kusta, menjaga kebersihan
badan dan rumah.
• Kepada Tenaga Kesehatan
• Melakukan edukasi serta penyuluhan terhadap warga desa mengenai perilaku bersih dan sehat serta
penyakit yang dipengaruhi oleh genetik, serta melakukan pendekatan kedokteran keluarga dalam
menangani kasus kusta.