Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

KUSTA

PRESENTAN :
NUR KHAIRIANI ACHMAD
GINA PUSPA ENDAH
HARUMI KUSUMA

Pembimbing :
dr. Dodik Pramono, Msi. Med
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
13 November 2018 – 12 Januari 2019
LATAR BELAKANG
BAB I
LATAR BELAKANG
Penyakit kusta atau yang juga sering disebut Lepra atau Morbus Hensen
merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks. Penyakit ini dapat berdampak pada kecacatan yang
permanen jika tidak ditangani dengan baik

Berdasarkan data dari WHO (2013) jumlah kasus terdaftar kusta di dunia
pada awal tahun 2013 mencapai 189.018 kasus (0,33%). Jumlah tersebut
paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara sebanyak 125.167 kasus
(0,68%)

Sejak tercapainya status eliminasi kusta pada tahun 2000, situasi kusta di
Indonesia menunjukkan kondisi yang relatif stabil. Eliminasi didefinisikan
sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per
10.000 penduduk. (Kemenkes RI 2013)
Pengobatan kepada penderita kusta adalah salah satu cara
pemutusan mata rantai penularan. Hingga saat ini tidak ada
vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah hal
yang amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan data dicegah.

Dokter Pelayanan
Diagnosis Terapi Edukasi
Keluarga Primer
LATAR BELAKANG
Tujuan Umum

• Mengaplikasi dan menerapkan konsep kedokteran keluarga pada pasien yang menderita Kusta.

Tujuan Khusus

• Meningkatkan kualitas kesehatan seluruh anggota keluarga pasien.


• Membantu seluruh anggota keluarga untuk mengenali masalah yang ada di dalam
keluarga tersebut terkait penyakit Kusta.
• Membantu keluarga untuk memahami fungsi – fungsi anggota keluarga secara
biologis, psikologis, sosial, ekonomi dan pemenuhan kebutuhan, serta
penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi.
• Membantu keluarga untuk dapat memecahkan permasalahan kesehatannya
secara mandiri.
• Membentuk perilaku hidup sehat di dalam keluarga guna meningkatkan derajat
kesehatan keluarga.
LATAR BELAKANG
Manfaat Bagi Penulis
• Mendapatkan pengalaman sebagai dokter muda dan menjadi lebih memahami prinsip
pendekatan kedokteran keluarga.

Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga

• Keluarga menjadi lebih memahami mengenai masalah kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga.
• Keluarga mampu untuk mengatasi permasalahan kesehatan keluarga secara mandiri.

Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan

• Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien Asma secara holistic dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga
dalam proses kesembuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
KUSTA
Definisi
• Kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae yang intraseluler obligat menyerang saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit, dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, sistem retikuloendotelial,
mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat.

Epidemiologi
• Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,70 kasus/10.000
penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000 penduduk.
• kasus baru kusta terbanyak di provinsi Jawa Timur (3.373 jiwa), Jawa Barat (1.813 jiwa),
Jawa Tengah (1.644 jiwa), Papua (968 jiwa), dan Sulawesi Selatan (1.091 jiwa).
• Laki-laki > Wanita
Etiologi
• Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae
• Jenis Mycobacterium ini termasuk kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang, dikelilingi oleh membrane sel lilil yang merupakan ciri dari spesies
• bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai
akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alcohol
• Mycobacterium leprae menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan
penderita (eduanya harus ada lesi baik mikroskopik maupun makroskopik, dan adanya
kontak yang lama berulang-ulang) dan melalui pernapasan,
• masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih
dari lima tahun.
KLASIFIKASI KUSTA
Menurut WHO pedoman utama lasifikasi/tipe penyakit kusta adalah sebagai berikut:

Paucibacillary Multibacillary
Tanda Utama
Baciler (PB) Baciler (MB)
Bercak Kusta Jumlah 1s/d 5 lesi Jumlah >5 lesi
Penebalan saraf tepi yang disertai Hanya satu saraf Satu saraf
dengan gangguan fungsi (kurang/mati
rasa atau kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang
bersangkutan)

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif


FAKTOR YANG MENYEBABKAN KUSTA
Agent

• Mycobacterium leprae satu genus dengan kuman TB dimana di luar tubuh manusia, kuman
kusta hidup baik pada lingkungan yang lembab, namun tidak tahan terhadap sinar matahari.

Host

• Manusia merupakan reservoir untuk penularan kuman seperti Mycobacterium tuberculosis


dan morbus Hensen, kuman tersebut dapat menularkan pada 10-15 orang.
• Karakteristik host dapat dibedakan antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan,
pekerjaan, ras, dan gaya hidup.

Lingkungan

• Lingkungan fisik terdiri dari keadaan geografis, kelembaban udara, suhu, lingkungan tempat
tinggal. Lingkungan non fisik anttara lain sosial (pendidikan, pekerjaan), budaya (adat,
kebiasaan turun temurun), ekonomi, dan politik.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Departemen Kesehatan RI, diagnosis penyakit kusta ditetapkan
dengan cara mengenali cardinal sign atau tanda utama penyakit kusta, yaitu:

Bercak pada kulit yang mengalami mati Penebalan pada saraf tepi yang disertai
rasa; bercak dapat berwarna putih dengan rasa nyeri dan gangguan pada
(hypopigmentasi) atau berwarna merah fungsi saraf yang terkena. Saraf sensorik
(erithematous), penebalan kulit mengalami mati rasa, saraf motorik
(plakinfiltrate) atau berupa nodul-nodul. mengalami kelemahan otot (parese) dan
Mati rasa dapat terjadi terhadap rasa kelumpuhan (paralisis), dan gangguan
raba, suhu, dan sakit yang terjadi secara pada saraf otonom berupa kulit kering
total atau sebagian dan retak-retak.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Bakteriologis

Pada anamnesis dinyatakan secara


lengkap mengenai riwayat Pemeriksaan Slit skin atau skin smear
penyakitnya, seperti sejak kapan kulit/dermatologis dan
timbul bercak, anggota keluarga Pemeriksaan saraf tepi
yang memiliki keluhan yang sama,
daerah tempat tinggal, riwayat
pengobatan sebelumnya.
TATALAKSANA
MB Dewasa
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
PB Dewasa diminum di depan petugas)
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat 2 kapsul rifampisin @300mg (600mg)
diminum di depan petugas) 3 tablet lampren @100 mg (300 mg)
2 kapsul rifampisin @300mg (600mg) 1 tablet dapson/DDS 100mg
1 tablet dapson/DDS 100mg
Pengobatan harian: hari ke-2-28 Pengobatan harian: hari ke 2-28
1 tablet dapson/DDS 100 mg 1 tablet lampren 50 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 1 tablet dapson/DDS 100 mg
blister yang diminum selama 6-9 bulan. Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan
12 blister yang diminum selama 12-18
bulan.
TATALAKSANA
MDT MB untuk anak (usia 10-15 tahun)
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
MDT PB untuk anak (usia 10-15 tahun)
diminum di depan petugas)
Pengobatan bulanan: hari pertama (obat
2 kapsul rifampisin 150mg dan 300 mg
diminum di depan petugas)
3 tablet lampren @50mg (150mg)
2 kapsul rifampisin 150mg dan 300 mg
1 tablet dapson/DDS 50mg
1 tablet dapson/DDS 50mg
Pengobatan harian: hari ke 2-28
Pengobatan harian: hari ke 2-28
1 tablet lampren 50 mg selang sehari
1 tablet dapson/DDS 50 mg
1 tablet dapson/DDS 50 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan
blister yang diminum selama 6-9 bulan.
12 blister yang diminum selama 12-18
bulan.
KEDOKTERAN KELUARGA
• Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan,
Definisi menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya.

• Menurut Goldenberg, bentuk keluarga terdiri sembilan macam yaitu keluarga inti, keluarga
besar, keluarga campuran, keluarga menurut hukum umum, keluarga orangtua tunggal,
Bentuk keluarga hidup bersama, keluarga serial, keluarga gabungan, hidup bersama dan tinggal
Keluarga bersama

• Fungsi ekonimi, fungsi pelindungan, fungsi agama, fungsi rekreasi, fungsi pendidikan dan fungsi
Fungsi status sosial
Keluarga
Manfaat Kedokteran Keluarga
Dapat diselenggarakan
Dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan Dapat diselenggarakan
pengaturannya akan lebih baik
penanganan kasus penyakit penyakit dan dijamin pelayanan kesehatan yang
dan terarah
sebagai manusia seutuhnya kesinambungan pelayanan terpadu
kesehatan

Jika seluruh anggota keluarga


ikut serta, maka segala Dapat dicegah pemakaian
Dapat diperhitungkan berbagai Dapat diperhitungkan berbagai
keterangan tentang keluarga berbagai peralatan kedokteran
faktor yang mempengaruhi faktor yang mempengaruhi
tersebut dapat dimanfaatkan canggih yang memberatkan
timbulnya penyakit timbulnya penyakit
dalam menangani masalah biaya kesehatan
kesehatan

Dapat diselenggarakan
penanganan kasus penyakit
dengan tatacara yang lebih
sederhana
Karakteristik Pelayanan Kedokteran
Menyeluruh
Ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan
• Macam pelayanan tersebut adalah pelayanan kedokteran tingkat pertama
(primary medical care), pelayanan kedokteran tingkat kedua (secondary
medical care), serta pelayanan kedokteran tingkat ketiga (tertiary medical
care).
Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit
• Peningkatan derajat kesehatan (health promotion), pencegahan khusus
(specific protection), diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis
and promt treatment), pembatasan cacat (disability limitation), serta
pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pelayanan Pada Praktek Dokter Keluarga

Menyelenggarakan
Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pelayanan rawat jalan kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
pasien dirumah pelayanan rawat inap di
rumah sakit.
ARTI & KEDUDUKAN KELUARGA dalam KESEHATAN

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan


melibatkan mayoritas penduduk, bila masalah kesehatan
setiap keluarga dapat di atasi maka masalah kesehatan
masyarakat secara keseluruhan akan dapat turut
terselesaikan.

Keluarga sebagai suatu kelompok yang mempunyai


peranan mengembangkan, mencegah, mengadaptasi, dan
atau memperbaiki masalah kesehatan yang diperlukan
dalam keluarga, maka pemahaman keluarga akan
membantu memperbaiki masalah kesehatan masyarakat.

Masalah kesehatan lainnya, misalnya ada salah satu


anggota keluarga yang sakit akan mempengaruhi
pelaksanaan fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh
keluarga tersbut yang akan mempengaruhi terhadap
pelaksanaan fungsi-fungsi masyarakat secara keseluruhan.

Keluarga adalah pusat pengambilan keputusan


kesehatan yang penting, yang akan mempengaruhi
kebrhasilan layanan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
HASIL KUNJUNGAN RUMAH
BAB III
Identitas Pasien
• Nama : Tn. N
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 32 tahun
• Alamat : Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur, Kab. Magelang
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : Petani
Identitas Istri

Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Alamat : Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur, Kab. Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh cuci
KARAKTERISTIK KEDATANGAN PASIEN
Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 30 Agustus
2018

Keluhan Utama : Keluhan Tambahan :


RPS
Sesak napas Batuk kering
RPS
Ny. S mengeluhkan sesak napas
sejak 2 hari sebelum berobat ke Menurut pasien, keluhan sering timbul ketika
Puskesmas, sesak dirasakan pasien kelelahan, cuaca dingin dan terpapar
memberat sampai mengganggu debu. Pasien saat ini bekerja di pabrik garmen,
aktivitas, sesak disertai batuk membuat kain dari benang. Jarak pabrik cukup
kering saat serangan, tidak jauh dari rumah pasien, untuk menuju ke
berkeringat pada malam hari, tempat kerja pasien biasa menggunakan jasa
keluhan nyeri dada jemputan Bus dari pabrik.Untuk sampai ke
disangkal.Keluhan sesak napas ini tempat penjemputan dari rumah pasien
sudah dirasakan hilang-timbulsejak mengendarai sepeda setiap pagi.Pasien
anak pasien berusia 5 tahun. memiliki riwayat alergi terhadap debu dan
udara dingin.

Menurut pasien, keluhan sering timbul


ketika pasien kelelahan, cuaca dingin dan
terpapar debu. Pasien saat ini bekerja di
pabrik garmen, membuat kain dari benang.
Jarak pabrik cukup jauh dari rumah pasien,
untuk menuju ke tempat kerja pasien biasa
menggunakan jasa jemputan Bus dari
pabrik.Untuk sampai ke tempat
penjemputan dari rumah pasien
mengendarai sepeda setiap pagi.Pasien
memiliki riwayat alergi terhadap debu dan
udara dingin.
RPD RPK Pendidikan
Asma (+) Tidak Ada Lulus SD

Sosial
Pekerjaan Perkawinan
Hubungan dengan
Buruh Pabrik Satu kali
tetangga baik

Gaya Hidup
Riw. Menstruasi Riw. Kontrasepsi
Rokok(-) alkohol (-) (+) Tidak memakai
Olah raga (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis Kerja
• Asma Intermitten
Penatalaksanaan
• Medikamentosa :
• Salbutamol sulfat 3x1 tab
• Ambroxol HCl 3x1 tab
• Dexamethasone 3x1 tab
Tabel 11. Waktu dan Bahan Edukasi, saat Kunjungan Berobat
HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS

• Saat ini (6 September 2018) kondisi Ny. S, keluhan sesak napas sudah tidak
dirasakan lagi. Kesan yang didapat, pada saat kunjungan pertama keluhan
pada pasien timbul karena faktor kelelahan dan dingin karena mulai bekerja
pagi hingga sore hari sertafaktor debu di rumahnya karena lantai masih
beralaskan tanah belum di keramik.
• Pada kunjungan kedua, setelah mendapat edukasi tentang cara pengobatan
dan perilaku hidup bersih serta pencegahan terjadinya serangan asma,
tampak keluhan sesak napas dan batuk yang dirasakan pasien sudah sangat
berkurang, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas kembali
• Timbulnya kesadaran dari ibu penderita untuk menghindari faktor pencetus. Pasien mau
menerapkan informasi edukasi yang disampaikan seperti lebih banyak beristirahat,
Faktor menggunakan air hangat untuk mandi dan pakaian hangat di pagi hari.
Pendukung

• Aktivitas pasien sebagai buruh pabrik dapat menyebabkan kelelahan


• Suami merupakan seorang perokok, asapnya dapat memicu asmanya kambuh
Faktor • Kondisi perekonomian pasien dan keluarga yang kurang dari cukup untuk memperbaiki
Penghambat rumah

• Pasien sudah tidak merasakan keluhan sesak napas, dapat beraktivitas seperti biasa.
Indikator
Keberhasilan
PERMASALAHAN PADA PASIEN
DENAH RUMAH

Lokasi di Ngadiharjo,
Luas rumah 16 x 9 m2,
Kecamatan Borobudur,
dihuni 5 orang
Kabupaten Magelang.

LAtap rumah belum


Rumah memiliki kamar
memiliki langit-langit,
mandi namun tidak
dinding rumah terbuat
mempunyai jamban
anyaman tidak
sendiri. Sampah dibuang
permanen. Lantai rumah
ke kebun lalu dibakar
masih beralaskan tanah
INDIKATOR RUMAH SEHAT

Pada rumah pasien


termasuk ke dalam
kategori rumah
dalam kondisi
kurang baik.
DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
GENOGRAM KELUARGA
FAMILY GAP

Bentuk keluarga ini


ialah nuclear family,
yaitu dalam satu rumah
terdiri dari keluarga inti
(ayah, ibu, anak).
SKORING APGAR
Skor 8-10 : Baik
Skor 4-7 : Kurang
Kesimpulan : Fungsi
Sehat
Keluarga Sehat
Skor 0-3 : Tidak
Sehat
FAMILY SCREAM
FAMILY LIFE LINE
PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT

Skor 0-5: Sehat Pratama


Skor 6-10: Sehat Madya
Skor 11-15: Sehat Utama
Skor 16: Sehat Paripurna

Pada keluarga ini mendapat


skor 7

Kesimpulan : Perilaku Rumah


Tangga Madya
DIAGNOSTIK HOLISTIK
• Keluhan : luka di kedua kaki
• Kekhawatiran: kecacatan
Aspek I • Harapan : luka berkurang, tidak timbul kecacatan

• Kusta (morbus hansen) multibasiler


Aspek II

• keluarga pasien (ibu) mengidap kusta


Aspek III
Aspek IV
• pasien sering berkontak dengan ibu pasien yang juga mengidap kusta

Aspek V
• derajat fungsional 3 ( mampu melakukan perawatan diri tapi tidak
mampu melakukan pekerjaan ringan)
PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
• Upaya promotif dilakukan dengan memberikan edukasi kepada
Promotif pasien meliputi penyebab, cara pencegahan dan cara
mengobati

• Pencegahan dilakukan dengan cara edukasi kepada pasien agar menjaga

Preventif
kebersihan diri untuk memutus penularan kusta. Menjaga kebersihan
luka agar tidak terjadi komplikasi atau kecacatan lebih lanjut.
• Edukasi mengenai keteraturan meminum obat MDT agar tidak putus
obat serta mencegah resistensi

• Pelayanan pengobatan yang dilakukan pasien ke


Kuratif puskesmas merupakan upaya pasien untuk
mengobati Kusta pada pasien.
IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
• Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa Tn. N mengalami keluhan
sudah sejak 3 tahun yang lalu. Pasien baru mulai berobat ke puskesmas ketika luka sudah
Fungsi cukupa parah dan menyebar.
Biologis

• Pasien tinggal bersama istri dan satu orang anak.


• Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani.
Fungsi • Pasien mempunyai kepribadian yang cukup terbuka, tidak cepat tersinggung, dan ramah
Psikologis terhadap orang lain

• biaya kebutuhan sehari – hari pasien hanya mengandalkan pendapatannya dari istri
pasien yang seorang buruh cuci,Pendapatan istri pasien hanya 25.000per hari yang
Fungsi dipakai untuk makan, listrik dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Ekonomi
• Pasien dan istri bersekolah sampai SD. saat ini Anak pasien masih duduk di kelas 1
Fungsi SD.
Pendidikan

• Pasien sejak kecil menganut agama Islam, istri juga menganut agama yang sama
Fungsi dan taat beribadah.
Religius

• Sebelum sakit komunikasi pasien dengan tetangga baik dan aktif dalam kegiatan di
lingkungan dengan tetangga sekitar. Setelah sakit pasien lebih sering menghabiskan
Fungsi Sosial waktu dirumah dan jarang berkomunikasi dengan tetangga.
& Budaya
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELUARGA

Faktor Perilaku
• Pasien sudah mengetahui pentingnya meminum obat teratur
(MDT) dan sudah mengetahui tentang penularan kusta. Apabila
ada anggota keluarga yang sakit dilarikan ke puskesmas.

Faktor Non Perilaku


• Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat.
Jarak yang ditempuh untuk ke Puskesmas Borobudur ialah ±1,5
km
DIAGRAM REALITA PADA
KELUARGA
PEMBINAAN & HASIL KEGIATAN
KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
• Tingkat Pemahaman
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik. Pasien dan keluarga sudah memahami
hal-hal yang harus dilakukan dalam menanggulangi penyakit Kusta, serta keteraturan minum obat dan
menjaga kontak dengan pasien.
• Hasil Pemeriksaan
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Keluhan : luka dikedua kaki berwarna kemerahan dan kehitaman
Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
• Faktor Pendukung
Pasien dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan.
Kesadaran keluarga pasien untuk hidup bersih, membuat sangat kooperatif untuk mengubah
perilaku yang tidak baik bagi kesehatan sehingga dapat mencegah penularan penyakit kusta
• Faktor penyulit
Keadaan ekonomi yang kurang menyebabkan tidak dapat dilakukan perbaikan rumah sehingga
tericpta kurangnya kebersihan lingkungan rumah pasien.

• Indikator keberhasilan
1) Pengetahuan meningkat mengenai penyakit
2) Kesadaran pasien untuk meminum obat teratur dan menjaga kebersihan diri
3) Kesadaran pasien untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan
KESIMPULAN
ANALISIS KASUS & SARAN
BAB IV
Kesimpulan
• Berdasarkan data yang didapat dari kunjungan rumah Tn. N di Kedok 02/09, Ngadiharjo, Borobudur,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah didapatkan faktor yang mempengaruhi kejadian Kusta Faktor genetic
yaitu ibu pasien juga mengidap penyakit kusta. Faktor perilaku yaitu pasien merupakan seorang petani.

Saran
• Kepada Pasien
• Teratur meminum obat (MDT), rutin melakukan rawat luka, kontrol berobat sesuai jadwal yang
ditentukan.
• Kepada Keluarga Pasien
• Mendukung pasien untuk teratur minum obat, menjaga diri dari penularan kusta, menjaga kebersihan
badan dan rumah.
• Kepada Tenaga Kesehatan
• Melakukan edukasi serta penyuluhan terhadap warga desa mengenai perilaku bersih dan sehat serta
penyakit yang dipengaruhi oleh genetik, serta melakukan pendekatan kedokteran keluarga dalam
menangani kasus kusta.

Anda mungkin juga menyukai