Anda di halaman 1dari 18

Tatalaksana Meningitis

Tb
16.015
DEFINISI
• Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter, araknoid, dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai
jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial
• Meningitis TB adalah radang selaput otak akibat komplikasi
tuberkulosis primer
EPIDEMIOLOGI
• Meningitis TB  paling banyak menyebabkan kematian dibanding
jenis-jenis TB lain
• Meningitis TB  semua umur, anak-anak lebih sering dibanding
dewasa  jarang umur < 6 bulan  sering anak umur 6 bulan-4
tahun.
• Meningitis TB  komplikasi 0,3% infeksi primer yang tidak diobati
pada anak
ETIOLOGI
• Kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis, jarang oleh jenis
bovinum atau aves
KLASIFIKASI
Rich  meningitis TB  4 jenis berdasar PA
 Tuberkulosis miliaris yang menyebar
 Bercak-bercak pengejuan fokal
 Peradangan akut meningitis pengejuan
 Meningitis proliperatif
MANIFESTASI KLINIS
• Penyakit ini mulainya pelan  panas tidak terlalu tinggi, nyeri kepala
dan nyeri kuduk, juga rasa lemah, berat badan menurun, nyeri otot,
nyeri punggung
• Pemburukan klinis meningitis TB dapat cepat atau perlahan-lahan.
Pemburukan cepat lebih sering pada bayi dan anak muda
• Tanda-tanda dan gejala-gejala lebih sering memburuk perlahan-lahan
selama beberapa minggu dan dapat dibagi menjadi tiga stadium
MANIFESTASI KLINIS
• Stadium pertama  berakhir 1-2 minggu  ditandai gejala-gejala
nonspesifik seperti demam, nyeri kepala, iritabilitas, mengantuk, dan
malaise. Tanda-tanda neurologis setempat (-), bayi dapat mengalami
gangguan perkembangan. Anak kecil  kenaikan suhu ringan sering
tanpa panas, muntah-muntah, tak ada nafsu makan, murung, berat
badan turun, tak ada gairah, mudah tersinggung, cengeng, tidur
terganggu, dan kesadaran berupa apatis
MANIFESTASI KLINIS
• Stadium kedua  mulai lebih mendadak, tanda-tanda paling sering 
lesu, kaku kuduk, kejang-kejang, tanda kernig atau brudzinski positif,
hipertoni, muntah, kelumpuhan syaraf kranial, dan tanda-tanda
neurologis setempat lain.
• Stadium ketiga  koma, hemiplegi atau paraplegi, hipertensi, sikap
deserebrasi, kemunduran tanda-tanda vital, dan akhirnya kematian.
Suhu tidak teratur dan semakin tinggi, pernapasan dan nadi tak teratur,
gangguan pernapasan Cheyne-Stokes atau Kussmaul, gangguan miksi.
Pada stadium ini  meninggal dunia dalam 3 minggu bila tidak
memperoleh pengobatan
DIAGNOSIS
• Anamnesis  riwayat kontak dengan penderita TB, keadaan sosio-
ekonomi, imunisasi, gejala-gejala khas meningitis TB (muntah hebat,
nyeri kepala progresif)
• Tes tuberkulin terutama  bayi dan anak kecil. Hasilnya sering
negatif  reaksi anergi, terutama pada stadium terminal. Uji
tuberkulin yang tidak reaktif ada pada sampai 50% kasus
DIAGNOSIS
• Uji laboratorium paling penting  pemeriksaan dan biakan CSS 
jernih, kadang sedikit keruh/ground glass appearence, bila didiamkan
 pengendapan fibrin halus. Jumlah sel  10-500/ml, kebanyakan
limfosit. Kadar glukosa rendah  20-40 mg%, kadar klorida 
dibawah 600 mg%. Kadar protein naik dan mungkin sangat tinggi
(400-5000 mg/dl). CSS dan endapan dapat untuk biakan/kultur
pengecatan ZN.
• Pemeriksaan radiografi membantu diagnosis meningitis TB  CT atau
MRI  bila penyakit memburuk
PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa
• Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif
• Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein
• Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus.
• Keseimbangan cairan tubuh
• Perawatan kandung kemih dan defekasi
• Mengatasi gejala demam, kejang.
Medikamentosa
Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi:
Rejimen terapi : 2RHZE - 7RH

Untuk 2 bulan pertama.


INH : 1 x 400 mg/hari, oral
Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral
Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, oral
Etambutol :15-20 mg/kgBB/hari, oral

Untuk 7-12 bulan selanjutnya.


INH : 1 x 400 mg/hari, oral
Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral
Steroid, diberikan untuk :
1. Menghambat reaksi inflamasi
2. Mencegah komplikasi infeksi
3. Menurunkan edem cerebri
4. Mencegah perlengketan arachnoid dan otak
5. Mencegah arteritis/ infark otak

Indikasi :
Kesadaran menurun
Defisit neurologi fokal

Dosis : Dosis Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4-5 mg intravena selama 2-3 minggu,
selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
• Isoniazida (INH)  per oral  dosis harian 5-15 mg/kgBB/hari,
maksimal 300 mg/hari pada anak
• Rifampisin  diabsorbsi baik saat perut kosong (1 jam sebelum
makan)  per oral  dosis 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600
mg/hari. Jika bersama isoniazid  dosis tidak melebihi 15
mg/kgBB/hari dan dosis isoniazid 10 mg/kgBB/hari.
• Pirazinamid  per oral  dosis 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal
2 gram/hari.
• Etambutol  jarang pada anak  dosis 15-20 mg/kgBB/hari,
maksimal 1,25 gram/hari dengan dosis tunggal
• Streptomisin  secara intramuskular  dosis 15-40 mg/kgBB/hari,
maksimal 1 gram/hari
• Tuberkulostatika  kombinasi  sesuai konsep baku  2 bulan fase
intensif dengan 4-5 obat antituberkulosis (isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, streptomisin, dan etambutol), dilanjutkan 2 obat
antituberkulosis (isoniazid dan rifampisin) hingga 12 bulan
• Kortikosteroid  biasanya prednison  dosis 1-2 mg/kgBB/hari
(dosis normal 20 mg/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 4-6 minggu,
setelah itu  tappering off  4-6 minggu sesuai lamanya pemberian
regimen  seluruhnya ± 3 bulan.
• Indikasi kortikosteroid  TIK meningkat, defisit neurologis,
mencegah perlekatan araknoidea pada jaringan otak
KOMPLIKASI
• hidrosefalus, epilepsi, gangguan jiwa, buta karena atrofi nervus II, tuli,
kelumpuhan otot yang disarafi nervus III, IV, VI, serta hemiparesis

PROGNOSA
• buruk sekali  bila tidak diobati, dapat meninggal 6-8 minggu.
Prognosis ditentukan  kapan pengobatan dimulai, stadium, umur
penderita
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai