Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH FIELD STUDY

BLOK CARDIOVASCULAR SYSTEM

ROKOK

Disusun oleh :
Muhamad Al Hafiz 1610211015
Meilita Mutiara Hanifah 1610211027
Ilham Ilmi Habib 1610211043
Vista Bias Angkasa Putri 1610211116
Ajeng Ratna Haryanti 1610211158

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA

1
LEMBAR  PENGESAHAN

           Makalah Field Study yang berjudul “ROKOK”  ini diajukan sebagai tugas dalam
mata kuliah CHOP tahun pelajaran 2017/2018 di MA AL-FALAH JAKARTA dan
dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai sebuah makalah.

Anggota Kelompok :
Muhamad Al Hafiz 1610211015
Meilita Mutiara Hanifah 1610211027
Ilham Ilmi Habib 1610211043
Vista Bias Angkasa Putri 1610211116
Ajeng Ratna Haryanti 1610211158

Jakarta, 19 November 2017

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Tuty Rizkianti, SpPK

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Field Study
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai
hal-hal yang berkaitan dengannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jakarta , 19 November 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .................................................................................................................
2

Kata Pengantar ........................................................................................................................


3

BAB I

Pendahuluan ................................................................................................................
5

BAB II

Tinjauan Pustaka ........................................................................................................ 7

BAB III

Pembahasan ................................................................................................................
20

Lampiran ...............................................................................................................................
22

Kesimpulan dan Saran ...........................................................................................................


29

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Promosi kesehatan di sekolah adalah suatu upaya menciptakan sekolah menjadi


komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui penciptaan lingkungan
sekolah yang sehat, pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah dan upaya pendidikan
kesehatan yang berkesinambungan.

Sekolah menempati kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan, karena


sebagian besar anak-anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka
waktu yang cukup lama (taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan atas). Sekolah
mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah seorang
anak bisa mempelajari berbagai pengetahuan, termasuk kesehatan, sebagai bekal
kehidupannya kelak. Promosi kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan
siswa, guru, karyawan, orang tua, serta masyarakat sekitar lingkungan sekolah, sehingga
proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif. Promosi kesehatan di sekolah, mulai
ditempatkan sebagai salah satu promosi kesehatan di periode 1980-an, lebih dari 125 tahun
sejak dirumuskannya model sosial dalam kesehatan serta peranan negara dalam promosi
kesehatan oleh Rudolf Virchow di Jerman pada tahun 1848 dan Edwin Chadwick di Inggris
tahun 1842.

Chadwick meletakkan prinsip-prinsip dasar tanggung jawab negara terhadap


kesehatan masyarakat yang dituangkan ke dalam Public Health Act 1848 di Inggris (Young,
2005). Rumusan Chadwick ini selaras dengan Deklarasi Ottawa (1980) yang secara tersirat
menyatakan bahwa semua pihak, pemerintah, dan masyarakat termasuk sektor pendidikan
(sekolah) harus terlibat dalam aktivitas promosi kesehatan.

1.2. DASAR KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan :

1. Tri Dharma Perguruan Tinggi

5
2. Program CHOP (Community Health Oriented Programe), Program BHP (Behaviour dan
Humanity Programe), CSP (Clinical Skills Programe), dan RP (Research Programme)

1.3. SASARAN

Mahasiswa tingkat 2 semester 3 Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta.

1.4. TUJUAN

1.4.1. Tujuan Umum :

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN “Veteran”


Jakarta tingkat 2 semester 3 khususnya dalam melakukan promosi kesehatan di sekolah.

1.4.2. Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah
didapat di fakultas

2. Mahasiswa dapat melatih kemampuan komunikasi efektif, berinnteraksi, dan


bersosialisasi dengan masyarakat

3. Mahasiswa dapat membuat materi penyuluhan sesuai dengan topik yang telah
ditentukan

4. Mahasiwa dapat membuat media penyuluhan yang sesuai dengan sasaran penyuluhan

5. Mahasiwa dapat memberikan penyuluhan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan


sasaran

6. Mahasiwa dapat menilai tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan sesuai dengan topik
yang telah ditentukan

7. Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari penyuluhan yang telah diberikan

8. Mahasiswa dapat melatih kerja sama antar teman sehingga dapat meningkatkan rasa
persatuan, kesatuan, kekeluargaan, dan persaudaraan dengan sesama teman,
pembimbing, dan masyarakat

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ROKOK

Definisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin
dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014).

Bahan Baku Rokok


Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:
1. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk dalam
spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
2. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga cengkeh
dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari, kemudian cengkeh ditimbang dan dirajang dengan mesin sebelum
ditambahkan ke dalam campuran tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim,
2013).
3. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan
aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi pembeda antara setiap merek dan
varian kretek (Anonim, 2013).

Kandungan Rokok
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah sebagai berikut:
1. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat
dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat
sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat (Tawbariah et al., 2014).
2. Tar

7
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun, 2012).
3. Karbon monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan kendaraan. CO
menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. CO
juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak
pada dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.

Sejarah Rokok di Indonesia


Menurut Poetra (2012) kebiasaan merokok di Indonesia diperkirakan dimulai pada awal abad
ke-19, dimana warisan budaya luhur bangsa Indonesia ialah rokok kretek. Rokok kretek
adalah rokok yang menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan
cengkeh dan saat dihisap terdengar bunyi ‘kretek’. Sejarah rokok kretek di Indonesia bermula
dari kota Kudus, Jawa Tengah.

Pembagian Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Rokok berdasarkan bahan baku atau isinya, dibedakan menjadi:
a) Rokok Putih
Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok putih mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg
nikotin (Alamsyah, 2009).
b) Rokok Kretek
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok kretek
mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-45 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
c) Rokok Klembak
Bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok berdasarkan penggunaan filter menurut Mardjun (2012) dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
a) Rokok Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus
b) Rokok Non Filter: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus

Jenis Rokok
Menurut Mustikaningrum (2010) jenis rokok dibagi menjadi delapan,
yaitu:
1. Rokok
Merupakan sediaan tembakau yang banyak digunakan.
2. Rokok Organik
Merupakan jenis rokok yang dianggap tidak mengandung bahan adiktif sehingga
dinilai lebih aman dibanding rokok modern.

8
3. Rokok Gulungan atau “Lintingan”
Peningkatan penggunaan rokok dengan cara melinting sendiri ini sebagian besar
disebabkan oleh budaya dan faktor finansial.
4. Bidis
Bidis berasal dari India dan beberapa negara Asia Tenggara. Bidis dihisap lebih
intensif dibandi ngkan rokok biasa, sehingga terjadi peningkatan pemasukan
nikotin yang dapat menyebabkan efek kardiovaskuler.

5. Kretek
Mengandung 40% cengkeh dan 60% tembakau. Cengkeh menimbulkan aroma yang
enak, sehingga kretek dihisap lebih dalam daripada rokok biasa.
6. Cerutu
Kandungan tembakaunya lebih banyak dibandingkan jenis lainnya, seringkali cerutu
hanya mengandung tembakau saja.
7. Pipa
Asap yang dihasilkan pipa lebih basa jika dibandingkan asap rokok biasa, sehingga
tidak perlu hisapan yang langsung untuk mendapatkan kadar nikotin yang tinggi
dalam tubuh.
8. Pipa Air
Sediaan ini telah digunakan berabad-abad dengan persepsi bahwa cara ini sangat
aman. Beberapa nama lokal yang sering digunakan adalah hookah, bhang, narghile,
shisha.

Filter Rokok
Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan tar dan partikel rokok
yang berasal dari rokok yang dihisap, namun dalam jumlah sangat sedikit. Filter juga
berfungsi untuk mendinginkan rokok sehingga menjadi mudah dihisap (Mustikaningrum,
2010).

Dampak Rokok Bagi Kesehatan


Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011) merokok membahayakan
setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan penyakit dan memperburuk
kesehatan,seperti :
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok mengalami
penurunan pada Forced Expiratory Volume in second (FEV1), dimana kira-kira
hampir 90% perokok berisiko menderita PPOK (Saleh, 2011).
2. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan penurunan
fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko terjadinya kehilangan gigi
pada perokok, tiga kali lebih tinggi disbanding pada bukan perokok (Andina, 2012).

9
3. Pegaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi di bagian tengah
lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui, banyak logam dan bahan
kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok dapat merusak protein lensa (Muhibah,
2011).
4. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun wanita. Pada
wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan mengalami penuruan berat
badan, lahir prematur, bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).

PEROKOK

Definisi Perokok
Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila orang tersebut yang
merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila orang tersebut hanya menerima asap
rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok sendiri (KBBI, 2012).
Definisi lain dari perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu
minimal enam bulan selama hidupnya masih merokok saat survei dilakukan (Octafrida,
2011).

Klasifikasi Perokok
Bustan (2007), membagi perokok dibagi atas tiga kategori, yaitu ringan (1-10 batang perhari),
sedang (11-20 batang perhari) dan berat (lebih dari 20 batang perhari). Klasifikasi perokok
juga dapat ditentukan oleh Indeks Brinkman (IB) dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi
rokok perhari (batang) x lama merokok (tahun), dengan hasil ringan (0-199), sedang (200-
599) dan berat (>600).

Tipe Kondisi Perokok


Menurut Syafiie (2009) ada empat perilaku merokok, yaitu:
1. Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
Terdapat tiga sub tipe perokok yang menjadikan rokok sebagai penambah kenikmatan
yang sudah didapat, seperti merokok setelah makan atau minum kopi, merokok untuk
sekedar menyenangkan perasaan, dan suatu kenikmatan seorang perokok saat
memegang rokoknya.
2. Kondisi merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Perokok merokok saat marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap sebagai
penyelamat.
3. Kondisi merokok yang adiktif
Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat
setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
4. Kondisi merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

10
Mereka menggunakan rokok bukan karena untuk mengendalikan perasaan, tetapi
karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Ia menghidupkan api rokoknya
bila rokok yang sebelumnya telah benarbenar habis.

MEROKOK

Definisi Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya, baik menggunakan
rokok maupun menggunakan pipa (Saleh, 2011).

Tahapan Perilaku Merokok


Menurut Leventhal & Clearly dalam Mustikaningrum (2010) terdapat empat tahap seseorang
menjadi perokok, yaitu:

1. Tahap Persiapan
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan
cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal ini bagi mereka menimbulkan
minat untuk merokok.
2. Tahap Inisiasi
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak
terhadap perilaku merokok.
3. Tahap Menjadi Perokok
Seseorang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka
mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap Pemeliharaan
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri.

Faktor Penyebab Perilaku Merokok


Faktor yang menyebabkan seseorang merokok diantaranya sebagai berikut:
1. Gemerlap mengenai perokok
Sebagai hasil dari kampanye besar-besaran dari rokok di media iklan dan media cetak,
maka semakin banyak pria, wanita, tua dan muda yang menjadi perokok.
2. Kemudahan mendapatkan rokok, harganya yang relatif murah, dan distribusinya yang
merata.
3. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok bagi kesehatan.
4. Adanya anggapan bahwa merokok dapat mengatasi kesepian, kesedihan, kemarahan
dan frustasi.
5. Faktor sosio-kultural seperti pengaruh orang tua, teman dan kelompoknya.

Alasan Merokok
Menurut Sadikin et al,. (2008) alasan seseorang merokok ialah sebagai
berikut:
1. Khawatir tidak diterima di lingkungannya jika tidak merokok.

11
2. Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalangan muda, terutama perokok
wanita.
3. Untuk kesenangan, alasan ini lebih banyak diutarakan oleh perokok pria.
4. Mengatasi ketegangan, merupakan alasan yang paling sering dikemukakan, baik pria
maupun wanita.
5. Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat suasana menyenangkan,
misalnya dalam pertemuan bisnis.
6. Tradisi, alasan ini hanya berlaku untuk etnis tertentu.

Perubahan Perilaku Merokok


Perubahan perilaku merokok dapat didasarkan pada teori-teori berikut:
a) Teori WHO
Seseorang berperilaku karena ada empat alasan pokok, yaitu:

1. Pemikiran dan perasaan


Hasil dari pemikiran dan pertimbangan pribadi terhadap stimulus atau objek, yang
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.
2. Adanya acuan atau referensi seseorang yang dipercayai
Dalam masyarakat, dimana sistem paternalistik masih kuat, maka perubahahan
perilaku masyarakat tergantung dari perilaku tokoh masyarakat setempat.
3. Sumber daya
Merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
Sumber daya pada Teori WHO ini sama dengan factor pemungkin pada Teori
Green.
4. Sosial budaya
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.

b) Health Belief Model (HBM)


Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama
dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dimulai dari pertimbangan orang
mengenai kesehatan. Health Belief Model ini digunakan untuk meramalkan perilaku
peningkatan kesehatan. Health Belief Model merupakan model kognitif yang berarti
bahwa proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Kemungkinan
individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung pada hasil dari dua
keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan
pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian. Penilaian pertama adalah ancaman
yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana
seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi
dirinya. Asumsinya adalah bahwa, bila ada ancaman yang dirasakan, maka perilaku
pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini
berdasarkan pada:

12
1. Kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan
kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan
menurut kondisi mereka.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orangorang yang
mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka
mengembangkan masalah kesehatan atau membiarkan penyakitnya tidak
ditangani. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu
sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap
perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah
perilaku yang serupa (Fertman et al., 2010).

c) Teori Tingkat Perubahan Perilaku


Awal 1980-an James Prochaska dan Carlo Di Clemente mengenalkan teori untuk
memahami perubahan perilaku khususnya perilaku adiktif, teori itu dinamakan
Transtheoretical Model. Konsep ini terdiri dari tahapan-tahapan, sehingga model
transtheoretical juga dikenal sebagai tahap perubahan (Fertman, 2010). Tahapan ini
terdiri dari:
1. Prekontemplasi
Seseorang belum merencanakan perubahan perilaku dalam enam bulan kedepan.
2. Kontemplasi
Seseorang mulai mempertimbangkan perubahan perilaku dan berniat mengubah
perilaku dalam enam bulan.
3. Preparasi atau Persiapan
Seseorang telah berencana mengubah perilakunya dalam enam bulan kemudian.
4. Aksi
Seseorang telah melakukan perubahan selama lebih kurang enam bulan.
5. Pemeliharaan
Seseorang telah mempertahankan perubahan perilaku selama setidaknya enam
bulan tetapi kurang dari lima tahun. Tahun 1998 konsep ini dikembangkan oleh
beberapa pakar seperti Velicer, Fava, Norman, dan Redding, menjadi konsep yang
lebih spesifik untuk memahami perubahan perilaku perokok atau disebut tahapan
smoking cessation (berhenti merokok) (Syafiie, 2009).

BERHENTI MEROKOK (Smoking Cessation)

Definisi Berhenti Merokok


Adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perokok untuk meninggalkan kebiasaan
merokok yang pada dasarnya merupakan perpaduan dari terapi perilaku dan obat untuk
menghentikan kebiasaan merokok tersebut (Syafiie, 2009).

Tahapan Berhenti Merokok

13
Berikut tahapan-tahapan dalam upaya berhenti merokok sebagai perubahan perilaku perokok
yang mengacu pada teori Prochaska:
1. Prekontemplasi
Perokok belum merencanakan berhenti merokok.
2. Kontemplasi
Perokok mulai mempertimbangkan untuk berhenti merokok dan berniat untuk
berhenti merokok.
3. Preparasi atau Persiapan
Perokok berencana berhenti merokok dan sudah mempersiapkan diri untuk
berhenti merokok.
4. Aksi
Perokok sudah mulai berhenti merokok.
5. Pemeliharaan
Perokok telah mempertahankan perubahan perilaku (berhenti merokok) selama
minimal enam bulan.

Manfaat Berhenti Merokok


Manfaat berhenti merokok menurut Mikail (2011) antara lain :

1. Dalam 8 jam
Kadar nikotin dan tingkat karbon monoksida dalam darah berkurang, hal ini juga
menyebabkan penurunan risiko serangan jantung. Oksigen dalam darah juga akan
meningkat menjadi normal.
2. Dalam 24 jam
Risiko mengalami serangan jantung menurun. Semua karbon monoksida dan
nikotin keluar dari tubuh.
3. Dalam 48 jam
Inilah bagian tersulit, karena perokok akan mengalami efek samping seperti sakit
perut, muntah dan juga kemungkinan mengalami hipotermia.
4. Dalam 72 jam
Tabung bronkial mulai rileks dan bernapas menjadi lebih mudah.
5. Dalam 2 minggu
Fungsi paru meningkat sampai 30% sehingga sirkulasi darah meningkat, berjalan
menjadi lebih mudah, tetapi juga dapat menyebabkan gejala penarikan diri seperti
mudah tersinggung, sakit kepala, dan kecemasan, inilah alasan obat antidepresan
bekerja dengan baik dalam berhenti merokok.
6. Antara 1-9 bulan
Silia di paru-paru mulai berfungsi dengan baik.
7. Setelah 1 tahun
Risiko serangan jantung akan berkurang setengah dibandingkan saat satu tahun
yang lalu.
8. Setelah 10 tahun

14
Risiko terkena serangan jantung dan kanker paru-paru sama seperti seseorang
yang belum pernah merokok.

Metode Berhenti Merokok


Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam dunia rokok untuk
menghentikan kecanduan terhadap rokok (Syafiie, 2009). Metode tersebut yaitu:
1. Metode yang Mengandalkan Perubahan Perilaku
Perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan, terdiri dari:
a) Metode ’Cold Turkey’
Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak menggunakan
perencanaan yang panjang. Perokok cukup menentukan kapan dia akan
melakukannya.
b) Terapi Perilaku Kognitif
Perokok hanya akan merubah perilaku buruk merokok kalau dia tahu bahwa
merokok itu buruk.
c) Pengondisian Berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulus negative dengan
perilaku yang ingin dirubah.

2. Metode yang Mengandalkan Terapi dan Obat-Obatan


a) Terapi Penggantian Nikotin
Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya dengan nikotin
yang didapat dari kulit (susuk nikotin), mukosa hidung (nikotin sedot hidung)
dan mukosa mulut (permen karet nikotin).
b) Pemberian obat-obatan
Obat yang digunakan untuk membantu keberhasilan berhenti merokok antara
lain :
a. Vareniklin
Vareniklin menghalangi nikotin menempel pada reseptor dan
mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan dari rokok. Efekivitas obat
ini sudah teruji dalam studi terhadap 2.000 perokok. Dosis yang
digunakan untuk terapi adalah 1 mg, diberikan dua kali sehari. Efek
samping yang ditimbulkan adalah mual, sakit kepala, insomnia, dan
mimpi buruk, namun hanya terjadi pada kurang dari 10% pasien
(Larasaty, 2009).
b. Bupropion
Obat ini memiliki efek poten untuk berhenti merokok, bahkan melebihi
khasiat vareniklin. Efek samping bupropion tersering adalah insomnia,
mulut kering, mual dan dapat menyebabkan kejang dengan risiko
1:1.000, maka tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat
epilepsi (Suryadjaja, 2013).
c. Klonidin

15
Klonidin efektif menurunkan gejala putus obat pada pasien yang
berhenti merokok atau berhenti minum alkohol. Efek samping utama
klonidin adalah mulut kering dan sedasi. Klonidin berguna bagi pasien
yang memiliki kontraindikasi dengan farmakoterapi lainnya.
c) Metode Hipnotis
Perokok diberi intervensi oleh penghipnotis bahwa merokok itu buruk dan dia
harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar kemungkinan dia akan
berhenti, sekalipun dia tidak tahu siapa yang menyuruhnya berhenti.

Program Berhenti Merokok (PBM)


Menurut Sadikin (2008) langkah awal dalam PBM dikenal sebagai intervensi singkat yang
dalam guideline dari US Departement of Health and Human Service disebut sebagai langkah
5A yaitu:
1. Ask (tanyakan)
Merupakan langkah untuk memastikan apakah klien/pasien anda merokok dan
menggali motivasinya untuk berhenti merokok, termasuk identifikasi dan
dokumentasi klien setiap kontrol (Sabri, 2011).
2. Advise (anjurkan)
Menasehati klien untuk berhenti merokok. Gunakan pendekatan secara personal,
kuat, dan jelas dalam menganjurkan klien untuk berhenti merokok (Sabri, 2011).

3. Assess (evaluasi)
Nilai kesiapan klien untuk berhenti merokok, gunakan daftar. Tanya yang
dimaksudkan untuk melihat kesiapan klien untuk berhenti merokok. Klien yang
sedang dan tengah merokok, evaluasi keinginan untuk berhenti saat ini (Sabri,
2011).
4. Assist (bantu)
Membantu klien berhenti merokok. Klien yang berniat berhenti merokok,
tawarkan pengobatan dan konseling yang bisa membantu klien berhenti merokok.
Klien yang belum berniat untuk berhenti, berikan motivasi untuk meningkatkan
keinginan berhenti merokok,begitu juga klien yang baru berhenti merokok dan
menghadapi kendala, untuk mencegah klien merokok kembali (Sabri, 2011).
5. Arrange (susun)
Susunlah semua langkah yang sudah dan akan dilakukan oleh pasien untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya.

Kendala Berhenti Merokok


Menurut Sadikin (2008) kendala yang menyebabkan perokok sulit berhenti merokok,yaitu:
1. Gejala putus nikotin
Nikotin dari rokok secara langsung merangsang reseptor asetilkolin pada neuron
yang berisi dopamin. Stimulasi reseptor asetilkolin inilah yang menyebabkan
timbunan dopamin di otak. Aktivasi ini menimbulkan perasaan senang. Kadar
puncak nikotin, aktivasi otak yang sementara, diikuti dengan turunnya kadar

16
nikotin secara bertahap, sampai pada suatu titik “putus” yang hanya dapat
dihilangkan dengan menghisap rokok selanjutnya.
2. Pasien tidak mau berhenti merokok
Menurut Sabri (2011) untuk kasus seperti ini, dapat dilakukan pendekatan 5R,
yaitu:
a) Relevance (Relevan)
Kaitkan merokok dengan dampak negatif terhadap kesehatan dan manfaat
ekonomi.
b) Risk (Risiko)
Minta pasien untuk menjabarkan sendiri bahaya merokok, baik risiko akut
maupun jangka panjang.
c) Reward (Keuntungan)
Pasien diajak mengidentifikasi manfaat yang dapat diperoleh dari merokok.
d) Roadblock (Hambatan)
Tanyakan dan jelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan hambatan yang
dapat muncul dari upaya berhenti merokok.
e) Repetition (Pengulangan)
Berikan motivasi secara terus menerus pada saat pasien melakukan kontrol.

Promosi Kesehatan
1. Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok atau massa. Dengan
adanya pesan tersebut diharapkan sasaran promosi kesehatan dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat
mempengaruhi perubahan perilaku sasaran promosi kesehatan menjadi lebih baik
lagi.
2. Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak
mungkin kepada suatu obyek sehingga mempermudah pemahaman, karena
semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin
jelas pula pengertian yang diterima. Seseorang atau masyarakat di dalam proses
pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai
macam alat bantu pendidikan, tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas
yang berbeda-beda di dalam membantu permasalahan seseorang. . Elgar Dale
membagi alat peraga menjadi 11 macam sekaligus menggambarkan intensitasnya,
yakni sebagai berikut:

17
kata-
kata
Tulisan
Rekaman,Radio
Film
Televisi
Pameran
Field trip
Demonstrasi
Sandiwara
Benda Tiruan
Benda Asli

Kerucut tersebut menggambarkan bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda
asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini mengartikan bahwa dalam
proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang lebih tinggi untuk
mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran, sedangkan penyampaian
bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya
paling rendah.

3. Metode Promosi Kesehatan


Metode yang digunakan pun berbeda antara individu, kelompok maupun massa,
yakni sebagai berikut:
a) Sasaran individu
Promosi kesehatan dalam tingkat individu digunakan untuk membina perilaku
baru. Bentuk pendekatan ini antara lain penyuluhan dan wawancara.
b) Sasaran kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, perlu diperhatikan besanya
kelompok. Bagi kelompok besar (> 15 orang) metode yang sebaiknya
digunakan ialah metode ceramah dan seminar.Bagi kelompok kecil (<15
orang, baiknya digunakan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola
salju, memainkan peranan (roleplay), dan permainan simulasi.
c) Sasaran massa
Sasaran media promosi kesehatan massal sangat heterogen, baik dilihat dari
kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tingkat sosial
budaya. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi dan belum begitu diharapkan sampai pada
perubahan perilaku. Namun, apabila kemudian berpengaruh terhadap

18
perubahan perilaku, ini merupakan hal yang wajar. Pada umumnya, bentuk
pendekatan massa ini secara tidak langsung, salah satu contoh media promosi
kesehatan ialah peringatan bahaya merokok berupa gambar pada kemasan
rokok.

Peran Pelayan Kesehatan


Menurut Daroji et al., (2011) Pelayan Kesehatan (dalam hal ini tenaga medis) yang ada di
Puskesmas memiliki peranan dalam promosi berhenti merokok, peran tersebut yakni sebagai
berikut:
1. Memberi edukasi pada pasien dan keluarga
Edukasi ini lebih diperuntukkan bagi perokok yang sedang sakit agar berhenti dari
kebiasaan merokok. Edukasi kepada keluarga sangat diperlukan, mengingat
keluarga merupakan unit terkecil dari suatu kehidupan.
2. Memberi edukasi ke masyarakat dan siswa sekolah
Edukasi ini bersifat preventif dan promotif, dilakukan dengan memberikan
penyuluhan dan pada tingkat sekolah edukasi biasa dilakukan pada saat
pembekalan siswa baru.
3. Memberi saran dan instruksi pengobatan kepada pasien
Kebanyakan perokok yang sudah sakit parah cenderung lebih mudah dimotivasi
untuk berhenti merokok, selanjutnya tenaga medis akan memberi saran dan
instruksi pengobatan, hendaknya pemberian saran tersebut ditulis dalam rekam
medis.
4. Menyediakan media informasi tentang bahaya rokok
Merupakan bagian dari komunikasi kesehatan, seperti leaflet, poster, pamflet,
video dan sebagainya. Selain untuk pasien, media ini juga digunakan sebagai
bekal materi bagi petugas kesehatan untuk melakukan sosialisasi tentang bahaya
rokok.
5. Menjadi contoh perilaku tidak merokok
Status petugas kesehatan yang bukan perokok, akan memudahkan petugas tersebut
untuk menyampaikan proses tentang berhenti merokok. Praktisi kesehatan
merupakan kunci efektif untuk usaha berhenti merokok karena dianggap sebagai
panutan dalam bidang kesehatan.

19
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Data yang tersaji merupakan hasil dari kegiatan Penyuluhan yang dilakukan fakultas
Kedokteran FKUPNVJ Tutorial D-3 kelompok 2 kepada siswa/i XII IPS 2 MA Al-Falah
Jakarta Barat tentang ROKOK yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa
sebelum dan setelah penyuluhan melalui pre-test dan post-test. Siswa yang mengikuti
penyuluhan berjumlah 30 orang.

Tabel 1. Hasil Uji T Berpasangan

20
Variabel n Mean Perbedaan CI (95%) p
mean
Data sebelum penyuluhan 30 87,83 0,83 (-2,903) – 0,652
(Pre test) (4,570)

Data sesudah penyuluhan 30 87,00


(Post test)

Pada Tabel 1, dengan jumlah responden 30 orang terlihat bahwa terdapat perbedaan
rata-rata sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan sebesar 0,83. Diketahui bahwa nilai p-
value lebih besar dari nilai confidence interval 95% (0,652 > 0,05) maka H0 ditolak dan H1
diterima menunjukan bahwa nilai pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan adalah
berbeda signifikan.

3.2 Pembahasan

Promosi kesehatan tentang ROKOK dilakukan di kelas XII IPS 2 MA Al Falah


Jakarta dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa/i. Sasaran pada promosi kesehatan yang
kami lakukan termasuk dalam sasaran primer. Serta, media pada promosi kesehatan yang
kami lakukan termasuk dalam media cetak berupa leaflet dan poster.
Dari hasil data yang telah diterima dan diolah menunjukan bahwa data pre test dan
post test berdistribusi normal yang ditunjukan pada tabel uji normalitas (Tabel 1c), karena p-
value lebih dari nilai confidence interval (CI 95%) 0,05, dengan p-value pretest 0,434 > 0,05
dan p-value posttest 0,096 > 0,05. Pada hasil tabel 1d dan tabel 1e terdapat penurunan nilai
pengetahuan siswa sebelum dan sesudah dilakukannya promosi kesehatan. Tetapi adapula
peningkatan nilai yang terlihat pada tabel 1b, dimana adanya peningkatan siswa yang
mendapat nilai 90 dari 1 siswa menjadi 3 siswa. Selain itu, terlihat pada tabel uji t
berpasangan, yaitu suatu pengujian data pada subjek sebelum dan sesudah dilakukannya
suatu perlakuan, yang dimaksud perlakuan disini adalah pemberian materi tentang
pengetahuan ROKOK, terlihat bahwa terdapat penurunan rata-rata nilai pengetahuan siswa
dari 87,83(pre test) menjadi 87,00(post test) dengan selisih 0,83. Kemudian dengan nilai p-
value lebih dari nilai confidence interval (95%) yaitu 0,652 < 0,05, yang menunjukan bahwa
terdapat signifikansi serta terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukannya
promosi kesehatan tentang ROKOK. Namun nilai signifikansi tersebut dianggap berbeda
tidak bermakna, karena selisih dari rata-rata pretest dan posttes hanya 0,83 (0,825%), nilai
tersebut sangat jauh dari batas nilai signifikansi berbeda bermakna yaitu 20% atau mendekati
20% dari nilai rata-rata pretest. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan promosi
kesehatan tentang ROKOK dengan menggunakan media poster dan leaflet pada siswa kelas
XII IPS 2 MA Al Falah tidak berhasil.
Hal ini dapat dipengaruhi antara lain, siswa telah mengetahui materi tentang ROKOK
sebelum dilakukannya promosi kesehatan. Kemudian, kurang terciptanya keadaan yang
interaktif antara pemateri dan siswa, dimana siswa hanya memperhatikan tanpa memahami isi
materi karena komunikasi dua arah antara siswa dan pemateri tidak tercipta. Selain itu,

21
suasana yang kurang kondusif dalam penyampaian materi dapat mempengaruhi, dimana
siswa sibuk dengan aktifitanya masing-masing tanpa memperhatikan promosi kesehatan yang
sedang berlangsung. Selain itu, dapat dikarenakan pemateri yang tidak menguasai materi
penyuluhan, sehingga memberi kesan kurang meyakinkan bagi siswa. Kemudian, media yang
digunakan hanya poster dan leaflet, pada poster yang digunakan ukuran dan tulisan poster
terlalu kecil, sehingga tidak terbaca oleh siswa. Serta waktu penyuluhan pada siang hari,
secara fisiologis konsentrasi siswa pada waktu siang hari menurun dan mengurangi fokus
siswa terhadap apa yang disampaikan oleh pemateri.

LAMPIRAN

Lampiran 1

Data Hasil Penyuluhan

Tabel 1a. Data Hasil Pre Test dan Post Test


N Pre test Post test
O
1 85 70
2 90 60
3 100 95
4 95 95
5 95 90
6 80 90
7 80 90
8 95 80
9 90 85

22
10 100 85
11 85 95
12 95 95
13 95 90
14 85 80
15 95 100
16 85 85
17 80 70
18 90 80
19 90 95
20 95 95
21 90 85
22 75 85
23 85 90
24 95 90
25 70 70
26 95 95
27 90 90
28 85 90
29 85 95
30 70 95

Tabel 1a. Menunjukan data pretest dan posttest


dengan responden sebanyak 30 siswa

Tabel 1b. Tabel Distribusi Frekuensi Pretest dan Posttest

Nilai Pretest Posttest


Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
60 2 6,7% 1 3,3%
70 1 3,3 % 3 10 %
75 3 10 % 3 10 %
80 8 26,7% 5 16,7 %
85 6 20% 8 26,7 %
90 8 26,7 % 9 30%
95 2 6,7 % 1 3,3 %
Jumlah 30 100% 30 100%

Tabel 1b. Tabel distribusi frekuensi pretest dan posttest dengan responden 30
siswa dan persentase 100%

23
Tabel 1c. Uji Normalitas Data Pre Test dan Post Test (CI 95%)
Variabel n Min – Max Mean SD P-value
Pre test 30 70 – 95 87,83 7,844 0,434
Post test 30 60 – 95 87,00 9,432 0,096
Tabel 1c. Data berdistribusi normal dengan p-value lebih dari 0,05

Tabel 1d. Paired Samples Statistic

Variabel N Mean Std. Deviation


Pret test 30 87,83 7,844
Post test 30 87,00` 9,432
Tabel 1d. Data dengan jumlah responden 30 orang
terlihat bahwa terdapat penurunan rata-rata
pengetahuan responden. Untuk nilai pretest dengan
rata-rata 87,83 sedangkan posttest dengan rata-rata
87,00

Tabel 1e. Paired Samples Test

Tabel 1e. Diketahui bahwa nilai p-value lebih kecil dari nilai confidence interval (0,652 <
0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukan bahwa nilai pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan adalah berbeda signifikan.

24
Lampiran 2

LEMBAR KUISIONER PRE TEST DAN POST TEST SALAH SATU SISWA

25
Lampiran 3

26
MEDIA PENYULUHAN

Gambar 1. Media Penyuluhan Rokok bentuk Leaflet

27
Gambar 2. Media Penyuluhan dalam bentuk Poster

28
Lampiran 4

DOKUMENTASI

Gambar 4.1 Siswa mengerjakan soal pre test sebelum pemaparan materi penyuluhan

Gambar 4.2 Refleksi jargon oleh mahasiswa bersama siswa

Gambar 4.3 Foto bersama siswa

29
Gambar 4.4 Foto bersama siswa pemenang kuis

Gambar 4.5 Kegiatan ditutup dengan foto bersama

A. Kesimpulan
 Tujuan dari promosi kesehatan yang kami lakukan untuk mengetahui adanya
perbedaan nilai pengetahuan antara sebelum dan sesudah dilakukannya promosi
kesehatan tentang ROKOK. Dari hasil data yang telah diterima dan diolah
menunjukan bahwa terdapat penurunan nilai pengetahuan siswa sebelum dan sesudah
dilakukannya promosi kesehatan

30
 Penurunan tersebut terlihat pada tabel 3, dimana adanya penurunan batas minimun
dari 70 menjadi 65 dan terdapat peningkatan nilai maksimal yaitu 95 yang
sebelumnya hanya delapan siswa menjadi sembilan orang siswa.
 Terlihat bahwa ada penurunan rata-rata nilai pengetahuan siswa dari 87,83 (pre test)
menjadi 87,00(post test) dengan selisih 0,83. Terjadinya penurunan nilai pada siswa
mungkin disebabkan karena tidak fokusnya siswa pada saat setelah selesai
penyuluhan dan bisa juga karena terlalu meremehkan soal sehingga menjadi penyebab
terjadinya penurunan rata-rata nilai siswa.
 Akan tetapi beberapa siswa mendapatkan nilai yang lebih baik dari sebelumnya.
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa kegiatan promosi kesehatan tentang
ROKOK dengan menggunakan media poster dan leaflet pada siswa kelas XII IPS 2
MA Al-Falah dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan promosi
kesehatan tersebut belum berhasil.

B.     Saran

Kami secara langsung menyadari penyuluhan yang kami berikan belum efektif dan
tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan kepada para peserta dalam hal ini yaitu
SIswa/I kelas XII IIS 2 MA Al-Falah. Kami tidak menampik bahwa sebagian panitia
pemateri ROKOK belum maksimal dalam memberikan penyuluhan kepada siswa/i nya. Dan
ini bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama untuk tidak meremehkan sesuatu. Dan
kedepannya kami ingin banyak belajar dari kekurangan-kekurangan yang kami peroleh dalam
penyuluhan ini dan menyerap ilmu dari pengalama yang telah kami dapat.

31

Anda mungkin juga menyukai