Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN PENYAKIT KUSTA

No.Dokumen : /C- /SOP/PUSK-TU/2016


SOP Terbit ke :
NomorRevisi :
Tanggalterbit :
Halaman : 1-5
KEPALA
UPT PUSKESMAS
TAPIN UTARA
PEMERINTAH Pathiah, SKM
NIP.19660303 199103 2 017
KABUPATEN
TAPIN
1. Pengertian  Kusta / Lepra / Morbus Hansen adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri tahan asam mycobacterium leprae
 Program Pemberantasan Penyakit Kusta adalah upaya pengendalian
penyebaran kasus kusta sehingga kusta bukan lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat, dengan kegiatan tata laksana penderita sbb :
1. Penemuan penderita
2. Diagnosis dan klasifikasi
3. Pengobatan dan pengendalian pengobatan
4. Pencegahan cacat dan perawatan diri
5. Rehabilitasi medik.
 MDT (Multiple Drug Therapy) adalah terapi kombinasi 2 atau lebih obat
anti kusta yang salah satunya harus terdiri atas rifampisin sebagai anti
kusta yang sifatnya bakterisid kuat dengan obat anti kusta lain yang bisa
bersifat bak-teriostatik.
 PB (Pauci Baciller) adalah penyakit kusta tipe kering yang kurang
menular tetapi sering menimbulkan kecacatan
 MB (Multi Baciller) adalah kusta tipe basah yang lebih menular tetapi
jarang menimbulkan kecacatan
 RFT (Release From Therapy) adalah kondisi dimana pasien telah menye-
lesaikan pengobatan MDT secara lengkap (6-9 bulan untuk tipe PB dan
12-18 bulan untuk tipe MB)
 RFC (Release From Controle) adalah penderita telah lepas pengawasan
seusai RFT (2 tahun uantuk penderita tipe PB dan 5 tahun untuk
penderita tipe MB)
 POD (Prevention Of Disability) adalah upaya untuk mendeteksi reaksi
secara dini sehingga dapat mencegah kecacatan
 Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit
kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (cellular respons) atau
reaksi antigen-antibody atau humoral respons dengan akibat merugikan
penderita terutama bila mnegenai saraf tepi karena menimbulkan
gangguan fungsi
2. Tujuan Sebagai petunjuk dalam penatalaksanaan penyakit kusta
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Tapin Utara Nomor : 1678 /
PKM.T / TU-01/12.2015 Tentang Jenis Pelayanan Yang Ada di Puskesmas
TAPIN UTARA
4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Depkes RI, 2007
5. Alat dan Bahan  Alat tulis
 Buku register
6. Prosedur 1. PERENCANAAN
a. Penetapan diagnosa komunitas
b. Mapping sasaran berdasarkan hasil contact tracing
c. Pembuatan Kohort Kusta
d. Permintaan obat, register kusta dan kartu penderita

2. PELAKSANAAN
PENEMUAN PENDERITA.
a. Penemuan penderita secara pasif.
Berdasarkan adanya orang/penderita yang datang berobat ke Pus-
kesmas dan sarana kesehatan yang lain.
b. Penemuan penderita secara aktif.
 Pemeriksaan Kontak.
Sebagai sasaran adalah semua anggota keluarga penderita Kusta
yang tinggal serumah, terutama penderita tipe MB, dan diulang
setiap tahun.
 Survey sesuai kebutuhan.
 Pemeriksaan anak sekolah SD/TK.
Dilaksanakan terintegeasi dengan pelaksanaan UKS.
 Rapid Village Survey (RVS) dan Chase Survey.
Mencari penderita baru dalam lingkup kecil dan mem-bina
partisipasi masyarakat.

3. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI.


a. Diagnosis.
Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bila ditubuhnya
terdapat salah satu Cardinal sign dibawah :
 Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa.
Lesi dapat hypopigmentasi atau erithematous yang anaesthesi.
 Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf.
Gangguan fungsi saraf bisa berupa :
 Gangguan fungsi sensoris (mati rasa).
 Gangguan fungsi motoris (Parese atau Paralise)
 Gangguan fungsi otonom (kulit kering dan retak-retak).
 Adanya bakteri tahan asam (BTA)
 Di dalam kerokan kulit BTA (+).
b. Klasifikasi.
Ada 2 tipe penderita kusta :
 Tipe PB (Pauci Basiler).
 Tipe MB (Multi Basiler).

4. Melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari Cardinal Sign.


1. Periksa pandang.
Memeriksa penderita di tempat yang aman, untuk menjaga privasi,
ruangan cukup sinar matahari tidak langsung.
Menyiapkan sarung bagi penderita yang tidak memakai celana
pendek .
Menyiapkan :
1). kapas yang diruncingkan
2). alat tulis
3). kartu penderita kusta
4). kartu pencegah kecacatan / POP
5). kartu monitoring
6). buku register kusta
7). alat bantu pencegahan kecacatan.
a. Petugas mencuci tangan.
b. Meminta kepada penderita agar melepas pakaian yang menutupi
badannya.
c. Penderita disuruh berdiri menghadap pada petugas dengan sinar
matahari tidak langsung mengenai arah depan penderita.
d. Melihat / memandang penderita secara sistematis dari ujung
rambut sampai ujung kaki, kelainan dicatat.
e. Melihat / memandang penderita dari arah belakang dengan cara
penderita disuruh berbalik. Semua kelainan dicatat pada kartu
penderita kusta.
f. Kelainan yang timbul dan belum sampai 6 bulan menandakan
adanya reaksi dan perlu pengobatan Prednison.

2. Periksa rasa raba.


 Penderita disuruh duduk mengahadap petugas.
 Petugas memegang kapas yang telah di runcingkan.
 Memeriksa adanya mati rasa pada semua bercak dengan cara
menyentuh bercak dengan ujung kapas yang runcing.
 Sedapat mengkin penderita tidak melihat setiap sentuhan kapas
untuk menghindari tipuan penderita.
 Membandingkan dengan kulit yang normal.
 Menggambar setiap bercak yang ada secara berurutan dari atas ke
bawah pada kartu penderita kusta.

3. Periksa adanya penebalan syaraf dan nyeri tekan.


a) N. Auricularis Maknus
 Penderita dianjurkan memandang sendi bahu kiri untuk melihat
adanya penebalan syaraf Auricularis Maknus pada leher kanan,
pandang dan raba adanya penebalan syaraf akan kelihatan dan
teraba.
 Untuk memeriksa nerves Auricularis Maknus kiri penderita
dianjurkan memandang sendi bahu kanan, petugas melakukan
hal yang sama dengann memeriksa nerves kanan.
b) N. Ulnaris
 Kanan
 Petugas memegangtangan kanan penderita dengan tangan kanan
petugas. Tangan kiri meraba adanya penebalan syaraf di siku
kanan penderita, merasakan adanya penebalan syaraf dan
mencari adanya nueri tekan dengan telnjuk dan tengah petugas.
 Kiri
 Petugas memegang tangan kiri penderita dengan tangan kiri
petugas.
 Tangan kanan petugas menceri adanya penebalan dan nyeri
tekann npada siku kiri dengan jari telunjuk & jari tengah.
 Kelainan dicatat / gambar pada kartu penderita kusta.
c) N. Medianus
 Pemeriksaan N. Medianus kelainannya diketahui dengan
penurunan fungsi organ yang di syaraf pada jari kelingking dan
jari manis.
4. N. Peroneus
 Tangan kanan petugas meraba saraf Peroneus kiri penderita,
tangan kiri petugas meraba syaraf Peroneus kanan penderita.
 Petugas mencari adnya penebalan syaraf dan nyeri tekan kelainan
di catat / gambar pada kartu kusta.
5. N. Tibialis Posterior
 Petugas duduk di depan penderita.
 Telunjuk tangan kanan meraba dan mencari adanya nyeri tekan
pada belakang mata kaki sebelah dalam kaki kanan penderita.
 Pada saat bersamaan tangan kiri mencari adanya penebalan dan
nyeri tekan pada kaki kiri.
 Kelainan di catat / gambar pada kartu penderita kusta.

5. Mengisi form POD


 Petugas memeriksa adakah kecacatan dan seberapa tingkat
kecacatan pada :
a) Mata
b) Tangan
c) Kaki
 Petugas juga menanyakan adakah pada penderita berapa lama
kelainan mulai timbul.
 Mata :
Petugas melihat adakah Lagoptalmus, kalau ada lebab lagotalmus.
 Tangan
a) Petugas meraba syaraf ulnalis kanan dan kiri.
b) Mengetahui adanya mati rasa pada telapak tangan kanan dan
kiri dengan menggunakan ujung bolpoin.
c) Mencari kelainan pada pergelangan tangan kanan dan kiri.
 Kaki
d) Petugas mencari kelainan dengan meraba syaraf peroneus
terletak di belakang lutut penderita adakah nyeri tekan.
e) Memeriksa kelainan syaraf Tibialis posterior kanan & kiri
adakah nyeri tekan.
f) Memeriksa pergelangan kaki adakah kelumpuhan.
g) Memeriksa adnya rasa raba pada telapak kaki kanan kiri
menggunakan ujung bolpoin.

6. Mengklasifikasikan tipe Kusta PB atau MB

Tipe PB Tipe MB
PB MB
Bercak 1 – 5 >5
Kelaman fungsi syaraf 1 2 atau lebih
LaboratoriumBTA (-) Laboratorium BTA (+)

7. Menentukan obat
PB diobati dengan DDSMDT 6 bulan.
MB diobati dengan MDT 12 bulan.
 Memberikan obat dosis bulanan kepada penderita agar langsung
diminum di depan petugas.
 Dosis harian dibawa pulang.

8. Penyuluhan
 Penderita agar berkunjung kembali setiap obat habis.
 Melaporkan pada petugas kalau ada tanda-tanda reaksi.
 Agar penderita menghindari stres fisik maupun mental, cukup
gizi, perilaku hidup bersih dan sehat.
 Bila ada kecacatan petugas memperagakan cara perawatan diri di
rumah.
7. Unit Terkait  Poli umum (Dokter Puskesmas)
 P2M Dinas Kesehatan

8. Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai