Anda di halaman 1dari 9

PENATALAKSANAAN LEPRA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1 / Jumlah hal.

UPT PUSKESMAS dr.MIFTACHUL ULUM


PRONOJIWO NIP.19671008 200501
1 010

1. PENGERTIAN Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh


Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.
Penularan kemungkinan terjadi melalui saluran pernapasan
atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan terus menerus.
Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun dapat juga bertahun
– tahun
2. TUJUAN Sebagai acuan dalam penatalaksanaan Lepra di UPT
Puskesmas Pronojiwo
3. KEBIJAKAN Surat Keputusan Kepala Puskesmas nomor ………. tentang
Pelayanan Klinis UPT Puskesmas Pronojiwo
4. REFERENSI Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan
Primer
5. ALAT DAN Alat :
BAHAN
1. ATK
2. Termometer
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Arloji tangan dengan penunjuk detik
6. Timbangan
7. Kapas
8. Jarum (pada neuro hammer)
Bahan :
1. Obat
2. Handscoon
3. Masker
6. PROSEDUR 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut dan
mencocokan identitas di rekam medis
2. Petugas melakukan 3S (Salam, Senyum, Sapa)
3. Petugas melakukan anamnesis pada pasien apakah
pasien mengeluhkan adanya bercak kulit berwarna merah
atau putih berbentuk plakat, terutama di wajah dan telinga.
Bercak kurang/mati rasa, tidak gatal. Lepuh pada kulit tidak
dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan
pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf
tepi. Adanya faktor risiko kontak, daerah endemik,
immunokompromais dan sosial ekonomi rendah
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila
diperlukan) dengan rujukan internal ke unit laboratorium
berupa pemeriksaan mikroskopis kuman BTA pada
sediaan kerokan jaringan kulit
6. Petugas menentukan klasifikasi Lepra, yaitu Pausibasilar
(PB) atau Multibasilar (MB) berdasarkan tanda-tanda:
7. Petugas menuliskan resep untuk pengobatan lepra.
7.1 Terapi pada pasien PB:
Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya
(obat diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul
rifampisin @ 300mg (600mg) dan 1 tablet dapson/DDS
100 mg, pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap
bulannya: 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat
untuk 1 bulan, pasien minum obat selama 6-9 bulan (±
6 blister), pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450
mg, dan DDS 50 mg
7.2 Terapi pada Pasien MB:
Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya
(obat diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul
rifampisin @ 300mg (600mg), 3 tablet lampren
(klofazimin) @ 100mg (300mg) dan 1 tablet
dapson/DDS 100 mg, pengobatan harian: hari ke 2-28
setiap bulannya: 1 tablet lampren 50 mg dan 1 tablet
dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan,
pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister),
pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg,
lampren 150 mg dan DDS 50 mg untuk dosis
bulanannya, sedangkan dosis harian untuk lampren 50
mg diselang 1 hari
7.3 Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan
dengan berat badan: Rifampisin: 10-15 mg/kgBB,
Dapson: 1-2 mg/kgBB, Lampren: 1 mg/kgBB, obat
penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin
B1, B6, dan B12, tablet MDT dapat diberikan pada
pasien hamil dan menyusui. Bila pasien juga
mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan
dengan tuberkulosis.
7.4 Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan
lampren, untuk MB dengan alergi, terapinya hanya 2
macam obat (dikurangi DDS).
8. Petugas mengedukasi pasien
8.1 Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang
lepra, cara penularan, komplikasi, pengobatan, efek
samping obat, prognosis
8.2 Dari keluarga diminta untuk membantu memonitor
pengobatan pasien sehingga dapat tuntas sesuai waktu
pengobatan
8.3 Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota
keluarga lainnya, perlu dibawa dan diperiksakan ke
pelayanan kesehatan.
9. Petugas memberikan resep kepada pasien
10. Petugas merujuk pasien bila:
10.1 Terdapat efek samping obat yang serius
10.2 Reaksi kusta dengan kondisi
10.3 ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi,
neuritis
10.4 Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau
neuritis
10.5 Reaksi yang disertai komplikasi penyakit lain yang
berat, misalnya hepatitis, DM, hipertensi, dan tukak
lambung berat
11. Petugas menulis hasil SOAP ke dalam rekam medis dan
menandatangani
12. Petugas menulis diagnosis dan terapi ke buku register
rawat jalan
13. Petugas mengisi buku program pengobatan kusta/lepra
14. Petugas melakukan rencana tindak lanjut
14.1 Setiap petugas harus memonitor tanggal
pengambilan obat
14.2 Bila terlambat, paling lama dalam 1 bulan harus
dilakukan pelacakan
14.3 Release From Treatment (RFT) dapat dinyatakan
setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan
laboratorium
14.4 Pasien yang sudah RFT namun memiliki faktor
risiko: cacat tingkat 1 atau 2, pernah mengalami reaksi,
BTA pada awal pengobatan >3 (ada nodul atau
infiltrate), maka perlu dilakukan pengamatan semi-aktif
14.5 Pasien PB yang telah mendapat pengobatan 6
dosis (blister) dalam waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT,
tanpa harus pemeriksaan laboratorium
14.6 Pasien MB yang telah mendapat pengobatan MDT
12 dosis (blister) dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan
RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium
14.7 Default
Jika pasien PB tidak mengambil/minum obatnya lebih
dari 3 bulan dan pasien MB lebih dari 6 bulan secara
kumulatif (tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan
pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka yang
bersangkutan dinyatakan default. Pasien defaulter tidak
diobati kembali bila tidak terdapat tanda-tanda klinis
aktif. Namun jika memiliki tanda-tanda klinis aktif
(eritema dari lesi lama di kulit/ ada lesi baru/ ada
pembesaran saraf yang baru). Bila setelah terapi
kembali pada defaulter ternyata berhenti setelah lebih
dari 3 bulan, maka dinyatakan default kedua. Bila default
lebih dari 2 kali, perlu dilakukan tindakan dan
penanganan khusus

7. BAGAN ALIR
Melakukan 3S Melakukan
(FLOW CHART) Memanggil pasien sesuai anamnesa pada
nomer urut dan mencocokkan (Salam,
Senyum, Sapa) pasien
identitas di rekam medis
Mengedukasi tentang
perjalanan penyakit

8. HAL - HAL 1. Faktor risiko


YANG PERLU
2. Pemeriksaan penunjang
DIPERHATIKAN
3. Diagnosis banding
4. Rencana tindak lanjut
9. UNIT TERKAIT 1. Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Pelayanan KIA – KB
3. Pelayanan Kesehatan Umum
4. Pelayanan PONED
5. Pelayanan Rawat Inap
6. Pelayanan Obat
1. DOKUMEN 1. Rekam medis
TERKAIT
2. Catatan tenaga medis
3. Informed consent
4. Formulir Rujukan BPJS
5. Formulir Rujukan Umum

1. REKAMAN HISTORI PERUBAHAN


No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
PENATALAKSANAAN LEPRA
Daftar No Kode :
Terbitan :
Tilik
No. Revisi :
Tanggal mulai berlaku :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
PRONOJIWO

Unit :
Nama Petugas :
Tanggal Pelaksanaan :

No Kegiatan Ya Tidak
1 Apakah petugas memanggil pasien sesuai nomor
urut dan mencocokan identitas di rekam medis?
2 Apakah petugas melakukan 3S (Salam, Senyum,
Sapa)?
3 Apakah petugas melakukan anamnesis pada pasien:
adanya bercak kulit berwarna merah atau putih
berbentuk plakat, terutama di wajah dan telinga. Bercak
kurang/mati rasa, tidak gatal. Lepuh pada kulit tidak
dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan
pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan
saraf tepi. Adanya faktor risiko kontak, daerah endemik,
immunokompromais dan sosial ekonomi rendah?
4 Apakah petugas melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital dan pemeriksaan fisik?
5 Apakah petugas melakukan pemeriksaan
penunjang (bila diperlukan) dengan rujukan
internal ke unit laboratorium berupa pemeriksaan
mikroskopis kuman BTA pada sediaan kerokan
jaringan kulit?
6 Apakah petugas menentukan klasifikasi Lepra,
yaitu Pausibasilar (PB) atau Multibasilar (MB)?
7 Apakah Petugas menuliskan resep untuk pengobatan lepra?

7.5 A Terapi pada pasien PB:


Pengobatan bulanan: hari pertama setiap
bulannya (obat diminum di depan petugas) terdiri
dari: 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg) dan 1
tablet dapson/DDS 100 mg, pengobatan harian:
hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet dapson/DDS
100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan, pasien
minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister), pada
anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, dan
DDS 50 mg
7.6 Terapi pada Pasien MB:
Pengobatan bulanan: hari pertama setiap
bulannya (obat diminum di depan petugas) terdiri
dari: 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg), 3
tablet lampren (klofazimin) @ 100mg (300mg)
dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg, pengobatan
harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet
lampren 50 mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
1 blister obat untuk 1 bulan, pasien minum obat
selama 12-18 bulan (± 12 blister), pada anak 10-15
tahun, dosis rifampisin 450 mg, lampren 150 mg
dan DDS 50 mg untuk dosis bulanannya,
sedangkan dosis harian untuk lampren 50 mg
diselang 1 hari
7.7 Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat
disesuaikan dengan berat badan: Rifampisin: 10-
15 mg/kgBB, Dapson: 1-2 mg/kgBB, Lampren: 1
mg/kgBB, obat penunjang (vitamin/roboransia)
dapat diberikan vitamin B1, B6, dan B12, tablet
MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan
menyusui. Bila pasien juga mengalami
tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan dengan
tuberkulosis.
7.8 Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti
dengan lampren, untuk MB dengan alergi,
terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi DDS).
8 Apakah petugas mengedukasi pasien?
8.1 Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang
lepra, cara penularan, komplikasi, pengobatan, efek
samping obat, prognosis
8.2 Dari keluarga diminta untuk membantu memonitor
pengobatan pasien sehingga dapat tuntas sesuai waktu
pengobatan
8.3 Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota
keluarga lainnya, perlu dibawa dan diperiksakan ke
pelayanan kesehatan
9 Apakah petugas memberikan resep kepada pasien?

10 Apakah petugas merujuk pasien? Bila:


10.1 Terdapat efek samping obat yang serius
10.2 Reaksi kusta dengan kondisi
10.3 ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh
tinggi, neuritis
10.4 Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak
ulserasi atau neuritis
10.5 Reaksi yang disertai komplikasi penyakit
lain yang berat, misalnya hepatitis, DM,
hipertensi, dan tukak lambung berat
11 Apakah petugas menulis hasil SOAP ke dalam
rekam medis dan menandatanganinya?
12 Apakah petugas menulis diagnosis dan terapi ke
buku register rawat jalan?
13 Apakah petugas mengisi buku program pengobatan
kusta/lepra?
14 Apakah petugas melakukan rencana tindak lanjut?

JUMLAH

CR : ........................................%

..............................................
Auditie Pelaksana / Auditor

(.....................................) (.....................................)

Anda mungkin juga menyukai