Anda di halaman 1dari 3

LEPRA

No. Dokumen : 440/C.VII.SOP.0235.11/436.6.3.59/2016


No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 2 Nopember 2016
Halaman : 1/3

UPTD Puskesmas drg. Gaguk Septijo Widodo


Siwalankerto NIP 196009131987011002
Surabaya

1. Pengertian Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh Mycobacterium
leprae yang bersifat intraselular obligat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan Lepra
3. Kebijakan Surat Penetapan Kepala UPTD Puskesmas Siwalankerto Nomor
440/C.VII.SP.0001.11/436.6.3.59/2016 tentang Penyusunan Rencana Layanan
Medis dan Terpadu di UPTD Puskesmas Siwalankerto.
4. Referensi 1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
tahun 2013;
2. Panduan Rujukan 195 Diagnosa Klinis bagi Dokter di Puskesmas Pada Dinas
Kesehatan Surabaya Tahun 2016;
3. Pedoman Layanan Klinis Puskesmas Siwalankerto Tahun 2016.
5. Alat dan 1. Alat :
Bahan a. Alat tulis;
b. Rekam medis;
c. Tensi meter;
d. Stetoskop;
e. Termometer;
f. Senter;
g. Kapas.
2. Bahan : -
6. Prosedur/ 1. Petugas melakukan pengkajian awal pasien (SOP Pengkajian Awal klinis);
Langkah- 2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien. Didapatkan tanda patognomis;
langkah a. Pada kulit: Setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat
dengan kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat
dan berambut.Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan
suhu, vitiligo. Dapat pula ditemukan nodul.
b. Pada saraf: Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan
pada saraf, kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak,
kelemahan anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus
yang sulit sembuh. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi.
3. Petugas merujuk ke unit laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis kuman
BTA pada sediaan kerokan jaringan kulit;
4. Petugas menegakkan diagnosis apabila terdapat satu dari tanda-tanda utama
atau cardinal (cardinalsigns), yaitu:
a. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa,
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf,
c. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit
skin smear)
5. Petugas mengklasifikasikan Lepra terdiri menjadi 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB)
dan Multibasilar (MB)
PB : bercak kusta jumlah 1-5, penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi
jumlah hanya 1 saraf, kerokan jaringan kulit BTA negatif
MB : bercak kusta jumlah >5, penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi
jumlah >1 saraf, kerokan jaringan kulit BTA positif
6. Petugas memulai penatalaksanaan dengan :
a. Non medikamentosa
Pasien diberikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, serta
mengenai pengobatan serta pentingnya kepatuhan untuk eliminasi
penyakit.
Higiene diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi
dilaksanakan
b. Medikamentosa
Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada: Pasien yang
baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat MDT.
a. Terapi pada pasien PB:
Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat
diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin
@ 300mg (600mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet
dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan. Pasien
minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister). Pada anak 10-15
tahun, dosis rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
b. Terapi pada Pasien MB:
Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat
diminum di depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin
@ 300mg (600mg), 3 tablet lampren (klofazimin) @ 100mg
(300mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet
lampren 50 mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister
obat untuk 1 bulan. Pasien minum obat selama 12-18 bulan
(± 12 blister). Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450
mg, lampren 150 mg dan DDS 50 mg untuk dosis
bulanannya, sedangkan dosis harian untuk lampren 50 mg
diselang 1 hari.
c. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan
berat badan: Rifampisin: 10-15 mg/kgBB; Dapson: 1-2
mg/kgBB; Lampren: 1 mg/kgBB. Obat penunjang
(vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1, B6, dan
B12.Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan
menyusui.Bila pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi
rifampisin disesuaikan dengan tuberkulosis. Untuk pasien
yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren, untuk MB
dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi
DDS)
c. Kriteria rujukan jika terdapat efek samping obat yang serius; reaksi
kusta dengan kondisi ENL melepuh, pecah (ulcerasi), suhu tubuh
tinggi, neuritis; reaksi tipe 1 dengan bercak ulcerasi/neuritis; reaksi
yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat misalnya hepatitis,
DM, hipertensi dan tukak lambung berat.

2/2
7. Diagram Alir

Mulai

Petugas melakukan pengkajian awal pasien


(SOP Pengkajian Awal Klinis)

Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien

Petugas merujuk ke unit laboratorium

Petugas menegakkan diagnosis

Rekam
Petugas mengklasifikasikan Lepra terdiri
medis
menjadi 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB) dan
Multibasilar (MB)

Petugas memulai penatalaksanaan

Selesai

8. Unit Terkait 1. Unit Pengobatan Umum;


2. Unit Pelayanan Kefarmasian;
3. Unit Laboratorium.
9. Dokumen Rekam medis.
Terkait

10. Rekaman Historis Perubahan

No Yang diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan

3/3

Anda mungkin juga menyukai