Anda di halaman 1dari 5

KUSTA

Nomor : C-VII/../II/2018
SOP Terbit ke :1
No.Revisi :
DinKes Kab. Tgl : 1 februari 2018
Halmahera Selatan Dibelakukan
Halaman :1/2
Kepala UPTD Puskesmas
ttd
UPTD Puskesmas
Loleojaya
Suprianto Andartomo, S. Kep
NIP. 19870310 201001 1 001

1. Definisi Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh kuman

kusta (mycobacterium leprae),yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan

tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat.

2. Tujuan Membantu dokter dalam menegakan diagnose dan memberikan pengobatan


yang tepat pada pasien kusta
3. Etiologi Micobakterium Leparea
4. Patofisiologi Meskipun cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa
penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin
dan melalui mukosa nasal. Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor
imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah,
waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.
M. Leprae (Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag
sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf,
bila kuman masuk tubuh : tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag (berasal dari
monosit darah, sel imun, histiosit) untuk memfagosit.
Tipe LL ; terjadi kelumpuhan system imun seluler tinggi : macrofag tidak
mampu menghancurkan kuman : dapat membelah diri dengan bebas : merusak
jaringan. Tipe TT; fase system imun seluler tinggi : macrofag dapat
menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel
epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian
longhans, bila tidak segera diatasi : terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
5. Gejala Gejala penyakit kusta menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Klinis (2007), yaitu:
a. Tanda-tanda utama atau Cardinal Sign penyakit kusta, yaitu:  Lesi
(kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk
bercak keputih-putihan (hypopigmentasi) atau kemerah-merahan
(erithematous) yang mati rasa (anaesthesi), dan penebalan saraf tepi yang
disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini
merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer).
Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa:  gangguan fungsi sensori : mati
rasa,  gangguan fungsi motoris: kelemahan otot (parese) atau
kelumpuhan (paralise), gangguan fungsi otonom: kulit kering dan retak-
retak, adanya bakteri tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit
(BTA positif)
b. Tanda-tanda tersangka (suspek) kusta, yaitu: tanda-tanda pada kulit:
bercak/kelainan kulit yang merah atau putih dibagian tubuh, bercak yang
tidak gatal dan Kulit mengkilap, adanya bagian tubuh yang tidak
berkeringat atau tidak berambut, dan lepuh yang tidak nyeri, sedangkan
tanda-tanda pada saraf: rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada
anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian
muka, adanya cacat (deformitas) dan luka (ulkus) yang tidak mau
sembuh.
6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut
Penanganan 2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3. Petugas menanyakan keluhan utama pasien, apakah sering merasa kaku dan
nyeri di persendian lutut, tulang belakang, pergelangan tangan dan kaki.
4. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
5. Petugas mengukur suhu tubuh pasien
6. Perugas mengukur nadi pasien
7. Dokter/Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah pada bagian yang
nyeri berwarna kemerahan, bengkak, teraba panas dan terdapat krepitasi.
8. Dokter/Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.
9. Dokter/Petugas menuliskan resep untuk mengobati penyakit kusta :
.Klasifikasi kusta menurut WHO untuk memudahkn pengobatan di lapangan :
-PB(pauci bacillary)
-MB(multi bacillary)
Prinsip Multi Drupg Treatment (pengobatan kombinasi regimen MDT-Standar
WHO)
a. Regimen MDT-pausibasiler
-Rifampisin
Dewasa : 600mg/bulan, di supervisi
Berat badan < 35 kg : 450 m/bulan
Anak 10-14 th : 450 mg/bulan (12-15 mg/kgBB/hari)
Rifampisin : Diminum di depan petugas ( hari pertama)
 Dewasa :600 mg/bulan
 Anak 10-14 tahun : 450 mg/bulan
 Anak 5-9 tahun : 300mg/bulan
Dapson :
 Dewasa : 100mg/bulan
 Anak 10-14 tahun: 50mg/bulan
 Anak 5-9 tahun :25mg/bulan
Diberikan dalam jangka waktu 6-9 bulan.
-Dapson
Dewasa :100mg/hari
Berat badan<35kg:50mg/hari
Anak 10-14 th :50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari)
Lama pengobatan :diberikan sebanyak 6 regime dengan jangka waktu maksimal
9 bulan.
b. Regimen MDT multibasirer
-rivampisin
Dewasa :600mg/bulan, disupervisi
Dilanjutkan dengan 50mg/hari
Anak 10-14th :450 bulan(12-15mg/kgBB/bulan).
Rifampisin: diminum didepan petugas (hari pertama)
 Dewasa :600mg/bulan
 Anak 10-14 tahun :400mg/bulan
 Anak 5-9 tahun :300mg/bulan
Lampren:
 Dewasa : 100mg/bulan
 Anak10-14 tahun:150mg/bulan
 Anak 5-9 tahun :100mg/bulan
Dapson:
 Dewasa :100mg/hari
 Anak 10-14 tahun:50mg/hari
 Anak 5-9 tahun :25mg/hari
Diberikan sebanyak 12 blister dengan jangka waktu 12-18 bulan.
-lampren
Dewasa : 100mg/bulan disupervisi
Dilanjutkan dengan 50mg/hari
Anak 10/14 tahun: 200mg/bulan disupervisi
Dilanjutkan dengan 50mg selang hari
-Dapson
Dewasa :100mg/hari
Berat badan <35kg:50mg/hari
Anak 10-14 tahun :50mg/hari(1-2mg/harikgBB/hari)
Lama pengobatan :diberikan sebanyak 24 regimen dengan jangka waktu
maksimal 36 bulan sedapatmungkin apusan kulit menjadi negative.

10. Dokter/Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada


rekam medic pasien
11. Dokter/Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.

7. Prognosis Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan
lebih singkat serta prognosis menjadi lebih baik. Bila sudah ada kontraktur dan
ulkus kronik, prognosis menjadi kurang baik.

8. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan
Dasar Bagi Dokter di Fasyankes Primer
2. Kementerian Kesehatan RI (2007). Pedoman Pengobatan Dasar Di
Puskesmas
3. Kapita Selekta Kedokteran, Jild 1 hal 535-536

OSTEOARTRITIS (4001) Disahkan oleh Kepala UPTD


Puskesmas
No. Kode :
Terbitan :
DAFTAR TILIK No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku : Suprianto Andartomo, S. Kep
UPTD Puskesmas Halaman : NIP. 19870310 201001 1 001
Loleojaya
Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku
No
1 Apakah
Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut
2 Apakah
Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3 Apakah
Petugas menanyakan keluhan utama pasien,
apakah sering merasa kaku dan nyeri di
persendian lutut, tulang belakang, pergelangan
tangan dan kaki.
6 Apakah
Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
7 Apakah
Perugas mengukur nadi pasien
8 Apakah
Petugas mengukur suhu tubuh pasien
9 Apakah
Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien,
apakah pada bagian yang nyeri berwarna
kemerahan, bengkak, teraba panas dan terdapat
krepitasi.
8 Apakah
Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil
pemeriksaan.
9 Apakah Petugas menuliskan resep untuk mengobati
gejala untuk osteoartritis: Natrium diclofenac
atau Piroksikam atau Ibuprofen 3 x 1 tablet
10 Apakah Petugas mengedukasi pasien agar menghindari
aktivitas berlebihan pada sendi yang sakit dan
diet untuk menurunkan berat badan.
11 Apakah
Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan
terapi pada rekam medic pasien
12 Apakah Petugas menulis hasil diagnose pada buku
register.

CR: …………………………………………%.

………………………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai