Anda di halaman 1dari 11

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 


RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO 
STATUS PASIEN

Nama : Luna Azhria


NIM : 031052110070
Periode : 14 November – 16 Desember 2022

A. IDENTITAS 
Nama : An. P
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 17 tahun 
Alamat : Petamburan, Jakarta Pusat
Berat Badan : 60 kg
B. ANAMNESIS 
KELUHAN UTAMA 
Laki-laki, usia 17 tahun mengeluhkan bentol dan bercak kemerahan sejak 10 hari yang
lalu

DIFFERENTIAL DIAGNONIS 
 Urtikaria
 Lepra
 Insect bite 

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan bentol kemerahan muncul di beberapa bagian tubuh. Awalnya bentol dan
bercak merah timbul di kedua pipi pasien yang disertai rasa nyeri, kemudian timbul dibagian
tubuh lainnya. Tiga hari berikutnya timbul beberapa lepuh berisi cairan yang semakin
banyak, timbul pada tungkai atas dan bawah pasien. Keluhan demam (+) yang dialami sejak
10 hari lalu. Badan lemah (+), sulit menelan (+), lidah terasa berat (+)  sulit berbicara (+),
bengkak pada tungkai atas dan bawah (+), penurunan berat badan (+). Bercak  merah
menebal dan tidak nyeri timbul pada tungkai atas dan bawah pasien 2 tahun yang lalu.
Pasien pernah berobat ke dokter kulit dan dinyatakan menderita kusta, kemudian
pasien  memulai pengobatan MDT-MB di puskesmas dan oleh petugas  kesehatan yang
berwenang pasien dinyatakan selesai pengobatan 1 tahun. Setelah  itu pasien tidak pernah
kontrol lagi ke dokter. Satu tahun setelah selesai pengobatan  pasien mengeluh sering timbul
bercak merah menebal yang nyeri. Bila keluhan ini  timbul pasien mengonsumsi obat
prednison dan deksametason yang dibeli sendiri  sampai keluhan berkurang. Riwayat kontak
dengan pasien kusta tidak jelas, namun  pasien pernah tinggal di kota Bitung Sulawesi Utara
selama 9 tahun, dimana jumlah  kasus morbus Hansen (MH) masih cukup tinggi. 
C. PEMERIKSAAN FISIK 
Keadaan umum : Baik 
Kesadaran : Compos Mentis 
Kesan Gizi : Baik
Tanda vital 
 Tekanan darah : 110/70 mmHg 
 Nadi : 75 x/menit 
 Pernapasan : 16 x/menit 
 Suhu : 36.4 C 
0

Status generalis 
 Wajah : kesan moon face
 Telinga : megalobuli 
 Ekstremitas : adanya striae, didapatkan reaki ENL 
Pemeriksaan Saraf tepi
 Penebalan nervus aurikularis magnus dextra serta nervus ulnaris Dextra dan sinistra 
Pemeriksaan Sensorik : 
 Hipoestesia pada perabaan suhu 
Pemeriksaan motoric : 
 Kelemahan pada nervus radialis serta peroneus komunis dextra dan sinistra 

STATUS DERMATOLOGIS 

Pada pergelangan tangan kanan dan kedua kaki bagian belakang didapatkan lesi bullae
eritem tegang berisi cairan bening, multiple, nummular, berbatas tegas.
DIAGNOSIS BANDING 
1. Eritema nodosum leprosum
2. Resistesnsi Obat 
3. Reaktivasi 
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 
(BTA) hapusan sayatan kulit di cuping telinga memperlihatkan pada lesi  didapatkan
bentukan solid, globi, dan fragmented. Hasil Morfologi Indeks (MI)  6,5% dan Bakteriologi
Indeks (BI) 4+ 
E. RESUME 
Laki – laki 16 tahun mengeluhkan bentol kemerahan pada beberapa bagian tubuh sejak
10 hari yang lalu. Keluhan lain seperti nyeri (+), demam (+) yang dialami sejak 10 hari lalu.
Badan lemah (+), sulit menelan (+), lidah terasa berat (+)  sulit berbicara (+), bengkak pada
tungkai atas dan bawah (+), penurunan berat badan (+). Pernah berobat dan dinyatakan
menderita kusta, dan pengobatan MDT-MB di puskesmas. dinyatakan selesai pengobatan 1
tahun. tidak pernah kontrol lagi ke dokter. Satu tahun selesai pengobatan pasien mengeluh
sering timbul bercak merah menebal yang nyeri, bila keluhan timbul pasien mengonsumsi
obat prednison dan deksametason yang dibeli sendiri sampai keluhan berkurang. Pada
pergelangan tangan kanan dan kedua kaki bagian belakang didapatkan lesi bullae eritem
tegang berisi cairan bening, multiple, nummular, berbatas tegas. Pemeriksaan penunnjang
(BTA) hapusan sayatan kulit di cuping telinga memperlihatkan pada lesi  didapatkan
bentukan solid, globi, dan fragmented. Hasil Morfologi Indeks (MI) 6,5% dan Bakteriologi
Indeks (BI) 4+ 
F. DIAGNOSIS KERJA 
Morbus Hansen multi basiler relaps disertai reaksi ENL bulosa 
G. PENATALAKSANAAN 
 Pada pasien ini diberikan MDT–MB anak bulan pertama.  
 Kortikosteroid injeksi 40 mg diberikan 0,66 ml pagi selama 10 hari,  kemudian diganti
dengan metilprednisolon tablet 4 mg dosis 6–4–0  selama 6 hari dan diturunkan dosisnya
menjadi 6–2–0 selama 7 hari.
H. EDUKASI 
“Ibu, berdasarkan gejala dan pemeriksaan yang telah dilakukan, anak ibu menderita suatu
infeksi kulit yang disebut Morbus Hansen atau orang-orang  biasanya menyebutnya dengan
kusta atau lepra. Oleh karena itu, saya  memutuskan untuk sementara waktu anak ibu akan
kami rawat terlebih dahulu  sembari memberikan obat minum yang harus diminum selama +
1 tahun. Penyakit ini dapat sembuh secara tuntas namun pengobatannya ini harus diminum 
secara teratur dan tidak boleh terputus, supaya mencegah agar penyakit ini tidak  semakin
berkembang. Obat ini terdiri dari 3 macam, ada obat yang namanya  rifampisin yang harus
diminum satu kali sebulan. Obat ini memiliki efek samping nanti mungkin air kencing anak
ibu akan berwarna merah, namun tidak usah  khawatir, hal tersebut merupakan normal. Dan
juga akan diberikan dapson dan  klofazimin yang harus diminum 1 kali sehari. Selain itu saya
juga akan  memberikan obat untuk menghentikan reaksi lepra yang muncul untuk anak ibu, 
selama 10 hari anak ibu akan kami suntikan obat anti aradang kemudian obat  suntikan ini
akan diganti dengan obat minum yang secara bertahap dosisnya akan  diturunkan. Selama
mengkonsumsi obat-obat yang saya berikan ini apabila  muncul keluhan-keluhan seperti
mual dan apabila muncul keluhan di kulit yang  lebih parah ibu dapat langsung segera
kontrol ya bu. Anak ibu juga harus menjaga  daya tahan tubuh agar tidak timbul keluhan
keluhan lainnya dengan cara makan  makanan bergizi serta selalu disiplin dalam meminum
obat ya…” 
I. PROGNOSIS 
 Ad vitam : Bonam 
 Ad sanationam : dubia ad Bonam 
 Ad functionam : dubia ad Bonam 

PANDUAN TERAPI 
Prinsip: mengeradikasi kuman, memutus mata rantai penularan, mencegah  kecacatan. 
Pengobatan kusta adalah multidrug treatment/MDT berdasarkan WHO 1997 
 TIPE PB dengan 2 – 5 lesi 
 Rifampisin 600mg/bulan  
 Dapson 100mg/hari 
 pengobatan sebanyak 6 dosis yang diselesaikan selama 6-9 bulan.
 TIPE MB 
 Rifampisin 600mg/bulan  
 Dapson 100mg/hari 
 Klofazimin 300mg/bulan dan dilanjutkan dengan dosis 50mg/hari
atau 100mg  selang sehari atau 3 kali 100mg per minggu 
 Lama pengobatan: sebanyak 12 dosis yang diselesaikan selama 12-18
bulan.
 TIPE PB dengan lesi tungal 
 Rifampisin 600mg  
 Ofloksasin 400mg  
 Minosiklin 100mg 
 Diberikan satu kali sebagai dosis tunggal 
 MDT Alternatif  
 Bila terjadi toksisitas rifampisin dapat diberikan ofloksasin 400mg/hari dan 
minosiklin 100mg/hari selama 6 bulan. Dilanjutkan ofloksasin 400mg/hari dan 
minosiklin 100mg/hari selama 18 bulan sedangkan dapson dan klofazimin 
diteruskan. 
 Bila terjadi toksisitas dapson untuk MH tipe PB diganti klofazimin, untuk tipe 
MB, MDT diberikan tanpa dapson. 
 Bila pasien menolak klofazimin, dapat diberikan ofloksasin 400mg/hari selama
12  bulan atau rifampisin 600mg/hari, ofloksasin 400mg/hari dan minosiklin 
10mg/hari selama 24 bulan. 
PPK Fasyankes 
 Terapi pada pasien PB : 
 Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan
 petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @ 300mg (600mg) dan 1 tablet 
Dapson/DDS 100 mg. 
 Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet Dapson/ DDS 100
mg. 1  blister obat untuk 1 bulan. 
 Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
 Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg. 

 Terapi pada pasien MB : 


 Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan 
petugas) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @ 300mg (600mg), 3 tablet
Lampren  (klofazimin) @ 100mg (300mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 
 Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren 50 mg dan
1  tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan. 
 Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister). 
 Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren 150 mg dan DDS
50  mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk Lampren 50
mg diselang  1 hari.

PPK Perdoski 

 
Pengobatan kusta adalah Multi Drug Treatment (MDT), standar WHO (2012)
Tipe PB 
Jenis Obat  < 10thn  10-15 >15 thn  Keterangan
thn 
Rifampisin 300  450  600  Minum di depan  
mg/bln mg/bln 
mg/bln petugas

DDS 25  50  100  Minum di depan  


mg/bln mg/bln 
mg/bln petugas

25  50  100  Minum di rumah


mg/hari mg/hari  mg/hari

Lama pengobatan : diberikan sebanyak 6 dosis yang diselesaikan dala 6 – 9 bulan 


Tipe MB 
Lama pengobatan : diberikan sebanyak 12 dosis yang diselesaikan dalam 12 – 18 bulan 
Tatalaksana reaksi kusta 
1. Istirahat dan imobilisasi  
2. Perbaikan gizi dan keadaan umum  
3. Mengobati penyakit penyerta dan menghilangkan faktor pencetus 
Medikamentosa 
1. Penanganan Reaksi 
a. Prinsip pengobatan reaksi ringan:  
i. Berobat jalan, istirahat di rumah  
ii. Pemberian analgetik/antipiretik, obat penenang bila perlu  
iii. Menghindari/menghilangkan faktor pencetus.  
b. Prinsip pengobatan reaksi berat:  
i. Imbolisasi lokal organ tubuh yang terkena neuritis/istirahat di rumah
ii. Pemberian analgetik/antipiretik, obat penenang bila perlu  
iii. Menghindari/menghilangkan faktor pencetus  
iv. Memberikan obat anti reaksi: prednison, lamprene, talidomid (bila  tersedia)  
v.  Bila ada indikasi rawat inap pasien dikirim ke rumah sakit  
vi. Reaksi tipe 2 berat dan berulang diberikan prednison dan klofazimin.  Catatan: MDT
hanya diberikan pada reaksi yang timbul sebelum dan  selama pengobatan. Bila telah
RFT, MDT tidak diberikan lagi.  
2. Pengobatan untuk reaksi tipe 1 dan 2  
a. Prinsip tatalaksana reaksi tipe 1 adalah sebagai berikut:  
b. MDT harus segera dimulai (bila pasien belum mendapat terapi kusta) atau  tetap
dilanjutkan (bila pasien sedang dalam terapi kusta).  
c. Terapi reaksi tipe 1 sesuai dengan tingkat keparahan:  
i. o Reaksi ringan ditandai dengan inflamasi pada beberapa lesi lama  (EEL)  
ii. o Reaksi berat ditandai dengan adanya satu atau lebih tanda-tanda 
berikut:  
1. Terdapat beberapa EEL dan juga bisa juga terdapat lesi baru  
2. Nyeri saraf, nyeri tekan, parestesia, atau berkurangnya fungsi   saraf  
3. Demam, rasa tidak nyaman, nyeri sendi  
4. Edema pada tangan dan/atau kaki  
5. Lesi ulserasi di kulit  
6. Reaksi menetap lebih dari 6 minggu  
d. Terapi Spesifik Terapi spesifik bertujuan untuk menekan respons 
hipersensitivitas tipe lambat (delayed type hypersensitivity) terhadap antigen  M.
leprae dengan memberikan terapi anti inflamasi. Tatalaksana RR dengan 
berbagai tingkat keparahan dan berbagai pilihan terapi adalah sebagai  berikut:  
i. Terapi reaksi reversal ringan Reaksi reversal ringan dapat diterapi  dengan
aspirin atau parasetamol. selama beberapa minggu.  
ii. Terapi reaksi reversal berat dan neuritis akut Kortikosteroid 
(prednisolon) masih merupakan terapi utama dan terapi pilihan pada
RR
Dengan pemberian dosis standar WHO, kesembuhan dapat tidak tercapai dan  sering
terjadi rekurensi. Durasi pemberian steroid yang lama dapat memberikan  perbaikan yang lebih
baik dan bertahan lebih lama. Pada sebuah studi acak  membandingkan pemberian prednisolon
30 mg yang diturunkan dosisnya dalam 20  minggu jauh lebih baik dibandingkan dengan
pemberian predsinolon 60 mg yang  diturunkan dalam 12 mingguv

Anda mungkin juga menyukai