Anda di halaman 1dari 16

4.

Terangkan pengobatan kusta menurut WHO dan jangka pendek


a. Tata laksana kusta tipe PB
Dewasa
Pengobatan 6 bulan
Hari pertama tiap bulan :
- Rifampisin 300 mg : 2 kapsul
- Dapson 100 mg : 1 tablet
Hari 2-18 :
- Dapson 100 mg 1 tablet

Anak (10-14 tahun)


Pengobatan 6 bulan :
Hari pertama tiap bulan :
- Rifampisin 300 mg 1 kapsul
- Rifampisin 150 mg 1 kapsul
- Dapson 50 mg 1 tablet
Hari 2-28 :
- Dapson 50 mg 1 tablet

b. Tata laksana kusta tipe MB


Dewasa
Pengobatan 12 bulan
Hari pertama tiap bulan
- Rifampisin 300 mg : 2 kapsul
- Klofazimin 100 mg : 3 kapsul
- Dapson 100 mg : 1 tablet
Hari 2-28 :
- Klofazimin 50 mg 1 : kapsul
- Dapson 100 mg 1 : tablet

Anak (10-14 tahun)


Pengobatan 12 bulan :
Hari pertama tiap bulan :
- Rifampisin 300 mg 2 kapsul
- Rifampisin 150 mg 1 kapsul
- Clofazimin 100 mg 3 kapsul
- Dapson 50 mg 1 tablet
Hari 2-28 :
- Clofazimin 50 mg 1 kapsul (dua hari sekali)
- Dapson 50 mg 1 tablet

Efek samping obat :


Rifampisin
- Sindroma kulit (rasa panas, gatal)
- Sindroma perut (nyeri, mual, muntah, diare)
- Sindroma flu (demam, menggigil, sakit tulang)
- Sindroma pernafasan
- Hepatotoksik
- Perubahan warna kencing, feses, ludah, air mata dan keringat menjadi
berwarna merah
Clofazimine
- Rangsangan dan obstruksi saluran cerna
- Hiperpigmentasi kulit dan mukosa
- Kulit dan mukosa kering
DDS (Diaminodifenil sulfon)
- Reaksi alergi (dermatitis eksfoliativa, fixed drug eruption)
- Hepatitis
- Nefritis
- Anemia hemolitik
- Neuritis perifer

Evaluasi terapi :
1. RFT (Release from treatment)
Telah selesai pengobatan MDT 6 blister dalam waktu 6-9 bulan
untuk PB dan telah selesai pengobatan MDT 12 blister dalam
waktu 12-18 bulan untuk MB

2. Default
Penderita PB selama > 3 bulan tidak mengambil obat atau
penderita MB selama > 6 bulan tidak mengambil obat
3. Relaps
Telah selesai pengobatan dan muncul lesi baru pada kulit

Reaksi kusta
Pengobatan reaksi :
1. Prinsip pengobatan
- Istirahat/imobilisasi
- Pemberian analgesik, antipiretik, sedatif
- Atasi faktor pencetus
- Pemberian obat anti reaksi pada reaksi berat
- Jika sedang dalam pengobatan MDT, maka MDT diteruskan dengan
dosis yang tidak diubah
2. Pengobatan reaksi ringan
- Berobat jalan, istirahat di rumah
- Pemberian analgetik, obat penenang bila perlu
- Atasi faktor pencetus
- Jika sedang dalam pengobatan MDT, maka MDT diteruskan dengan
dosis yang tidak diubah
3. Pengobatan reaksi berat
- Atasi faktor pencetus
- Pemberian prednison
- Pemberian analgetik sedatif
- Immobilisasi lokal
- Bila memungkinkan pasien dirawat inap di RS

Skema pemberian prednison pada orang dewasa :


- 2 minggu I : 40 mg/hari
- 2 minggu II : 30 mg/hari
- 2 mimggu III : 20 mg/hari
- 2 minggu IV : 15 mg/hari
- 2 minggu V : 10 mg/hari
- 2 minggu VI : 5 mg/hari

Catatan penting :
a. Diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan
b. Setiap 2 minggu harus diperiksa untuk melihat keadaan klinis. Bila tidak
ada perbaikan, maka dosis prednison yang diberikan dapat dilanjutkan 3
sampai 4 minggu atau dapat ditingkatkan
c. Selain dosis tunggal,bisa juga diberikan dalam dosis terbagi
d. Perhatikan efek samping prednison dosis tinggi dalam jangka waktu lama
e. Pemberian lampren untuk reaksi hanya pada reaksi tipe II (ENL berulang).
Dosis lampren ditingkatkan dari dosis pengobatan kusta. Dewasa 3x100
mg/hari selama 2 bulan kemudian dosis diturunkan menjadi 2x100 mg/hari
selama 2 bulan, dan selanjutnya menjadi 100 mg/hari selama 2 bulan. Jika
pasien masih dalam pengobatan MDT, maka lampren dalam MDT
diteruskan. Jika sudah RFT,lampren dihentikan.
f. ENL berat yang terjadi setelah pasien RFT harus mendapatkan lampren

Terangkan dan jelaskan pengobatan fluor albus


Keputihan (leukorea/fluor albus/vaginal discharge) adalah semua
pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Keputihan
bukanlah penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari
hampir semua penyakit kandungan. Penyebab utama keputihan harus
dicari dengan anamnesa, pemeriksaan kandungan, dan pemeriksaan
laboratorium.

Klasifikasi
a. Keputihan fisiologis
Berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, mengandung
banyak epitel dengan leukosit yang jarang.
b. Keputihan patologis
Cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit,
jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas,
sehingga seringkali menyebabkan luka akibat garukan di daerah mulut
vagina.

Terapi
a. Kandidiasis vulvovaginalis tidak sulit (KVV uncomplicated)
1. Umum
- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi
- Memakai pakaian dalam dari katun dan menghindari
pakaian ketat
- Antibiotik spektrum sempit bila perlu: golongan
eritromisin/ azitromisin, linkomisin/klindamisin,
kotrimoksasol/sulfa.
2. Obat topikal yang ada di Indonesia
Untuk vaginitis
- Nistatin supositoria vagina; 1 tablet (100.000µ) / malam
selama 14 hari, kurang efektif disbanding derivate
imidazol.
- Amfoterisin B supositoria vagina; 1 tablet (50
mg)/malam selama 7-12 hari. Sediaannya dikombinasi
dengan Tetrasiklin 100 mg untuk meningkatkan
aktifitas anti jamur dari Amphoterisin B.
- Klotrimazol tablet vagina; 1 tablet (100 mg)/malam
selama 7 hari
- Mikonazol 2% krim vagina; 1 kali/malam selama 7 hari
- Butokonazol nitrat 2% krim vagina; dosis tunggal,
dapat diulang pada hari ke 4-5 bila diperlukan
Untuk vulvitis
- Nistatin krim; dioleskan 2 minggu
- Derivat imidazol, naftifin, siklopiroksolamin dan
haloprogen krim; dioleskan selama 2 minggu

Pada vulvitis kandida yang berat dapat diberi


tambahan obat topikal kortikosteroid ringan (hidrokortison
1% - 2,5%) untuk 3-4 hari pertama, selanjutnya diberikan
obat anti jamur topikal. Indikasi obat topikal: wanita hamil,
KKV akut, KVV ringan sampai sedang tanpa komplikasi,
pemakaian jangka pendek (7 hari atau dosis tunggal).
3. Obat sistemik
- Ketokonazol tablet; 2 x 200 mg / hari selama 5-7 hari
- Itrakonazol kapsul; 200 mg/hari selama 2-3 hari
- Flukonazol kapsul; 1x 50 mg/ hari selama 7 hari

b. Kandidiasis vulvovaginalis sulit (KVV complicated)


1. Kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR)
- Mencari berbagai faktor predisposisi dan mengatasinya,
misalkan pasien Diabetes Melitus untuk tidak melakukan
aktivitas seksual selma pengobatan untuk mengurangi
iritasi/trauma, mengurangi pemakaian douche, mengurangi
iritasi oleh penggunaan kertas toilet, dan menghindari kolam
renang yang airnya banyak mengandung khlor.
- Pengobatan KVVR sama seperti KVV akut, tetapi perlu jangka
lama (10-14 hari), baik obat topikal maupun oral
- Profilaksis; bila gejala sudah tidak tampak lagi dalam 3-6
bulan, maka pengobatan profilaksis dapat dihentikan.

2. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) berat


- Azol topikal vagina selama 10-14 hari
- Flukonazol tablet 150 mg, 2 kali selang 3 hari ( hari 1 dan 4)

3. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) non-albicans


- Itrakonazol 2 kapsul (200 mg)/hari selama 7-14 hari

4. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) non-albicans resisten/kambuh


- Asam borak, 600 mg dalam kapsul gelatin dimasukkan ke
vagina 1x/hari selama 1 bulan, memiliki efek samping iritasi.
- Tablet vagina nistatin 2x/hari selama 1 bulan
- Solusio gentian violet 1% dioleskan seminggu sekali selama 4-
6 minggu, memiliki efek samping iritasi namun lebih efektif. -
Amphoterisin vagina supositoria
5. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) kronis
- Itrakonazol; 100 mg/hari selama 1 minggu-3 bulan, bila semua
gejala hilang turunkan menjadi 100 mg/minggu selama 6
minggu
- Flukonazol; 50 mg/hari selama 1 minggu-3 bulan, bila semua
gejala hilang turunkan menjadi 150 mg/minggu selama 6
minggu

5. Terangkan tentang STS


Secara umum, tes serologi sifilis terdiri atas dua jenis, yaitu :
1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
dan VDRL (Veneral Disease Research Laboratory). Tes serologis yang
termasuk dalam kelompok ini mendeteksi imunoglobulin yang
merupakan antibodi terhadap bahan-bahan lipid sel-sel T. Pallidum
yang hancur. Antibodi ini dapat timbul sebagai reaksi terhadap infeksi
sifilis. Namun antibodi ini juga dapat timbul pada berbagai kondisi
lain, yaitu pada infeksi akut (misalnya : infeksi virus akut) dan
penyakit kronis (misalnya : penyakit autoimun kronis). Oleh karena itu
tes ini bersifat non-spesifik dan bisa menunjukan hasil positif palsu.
Tes non-spesifik dipakai untuk mendeteksi infeksi dan reinfeksi yang
bersifat aktif, serta memantau keberhasilan terapi. Karena tes non-
spesifik ini jauh lebih murah bila dibandingkan tes spesifik treponema,
maka tes ini sering dipakai untuk skrining. Jika tes non-spesifik
menunjukkan hasil reaktif, selanjutnya dilakukan tes spesifik
trepanoma untuk menghemat biaya.

2. Tes Spesifik Treponema


Termasuk dalam kategori ini adalah tes TPHA (Treponema Pallidum
Haemagglutination Assay), TP Rapid (Treponema Pallidum Rapid),
TP-PA (Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay), FTA-
ABS (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption). Tes serologis
yang termasuk dalam kelompok ini mendeteksi antibodi yang bersifat
spesifik terhadap treponema. Oleh karena itu, tes ini jarang
memberikan hasil positif palsu.Tes ini dapat menunjukkan hasil
positif/reaktif seumur hidup walaupun terapi sifilis telah berhasil .Tes
jenis ini tidak dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi aktif
dan infeksi yang telah diterapi secara adekuat.Tes treponemal hanya
menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi treponema, namun
tidak dapat menunjukkan apakah seseorang sedang mengalami infeksi
aktif.Tes ini juga tidak dapat membedakan infeksi T pallidum dari
infeksi treponema lainnya. Anamnesis mengenai perilaku seksual,
riwayat pajanan dan riwayat perjalanan ke daerah endemis
treponematosis lainnya dibutuhkan untuk menentukan diagnosis
banding.
Untuk bisa melakukan kedua jenis pemeriksaan tersebut di atas
diperlukan alat-alat dan bahan habis pakai sbb:
1. Perangkat tes /Test ki
2. Pipet mikro
3. Sentrifus.
Sentrifus dibutuhkan untuk memisahkan plasma dari darah
lengkap. Jika sentrifus tidak tersedia, plasma dapat dipisahkan dari
darah lengkap dengan cara mendiamkan darah di dalam tabung
selama 30 menit.
4. Rotator
Rotator dibutuhkan untuk proses penggumpalan antigen antibodi
sehingga terbentuk butiran-butiran penanda positif. Terdapat dua
macam rotator. Yaitu rotator listrik dan rotator yang diputar dengan
tangan. Jika alat rotator tidak tersedia, maka proses dapat dibantu
secara manual, dengan cara menggoyang piringan rotator/plate
dengan tangan.

Tes Cepat Sifilis (Rapid test Syphilis)


Akhir-akhir ini, telah tersedia rapid test untuk sifilis yaitu (Treponema
Pallidum Rapid). Penggunaan rapid test ini sangat mudah dan memberikan
hasil dalam waktu yang relatif singkat (10 – 15 menit). Jika dibandingkan
dengan TPHA atau TPPA, sensitivitas rapid test ini berkisar antara 85%
sampai 98%, dan spesifisitasnya berkisar antara 93% sampai 98%. Rapid
test sifilis yang tersedia saat ini TP Rapid termasuk kategori spesifik
treponema yang mendeteksi antibodi spesifik terhadap berbagai spesies
treponema (tidak selalu T pallidum), sehingga tidak dapat digunakan TP
Rapid. Rapid test sifilis yang tersedia saat ini TP Rapid termasuk kategori
tes spesifik treponema yang mendeteksi antibodi spesifik terhadap
berbagai spesies treponema (tidak selalu T pallidum), sehingga tidak dapat
digunakan membedakan infeksi aktif dari infeksi yang telah diterapi
dengan baik. TP Rapid hanya menunjukkan bahwa seseorang pernah
terinfeksi treponema, namun tidak dapat menunjukkan seseorang sedang
mengalami infeksi aktif. TP Rapid dapat digunakan hanya sebagai
pengganti pemeriksaan TPHA, dalam rangkaian pemeriksaan bersama
dengan RPR. Penggunaan TP Rapid tetap harus didahului dengan
pemeriksaan RPR. Jika hasil tes positif, harus dilanjutkan dengan
memeriksa titer RPR, untuk diagnosis dan menentukan pengobatan.
Pemakaian TP Rapid dapat menghemat waktu, namun harganya jauh lebih
mahal dibandingkan dengan TPHA. Bagi daerah yang masih mempunyai
TPHA konvensional/bukan rapid masih bisa digunakan.
Hasil tes non-treponemal (RPR) masih bisa negatif sampai 4 minggu sejak
pertama kali muncul lesi primer. Tes diulang 1-3 bulan kemudian pada
pasien yang dicurigai sifilis namun hasil RPR nya negatif.
Hasil positif tes RPR perlu dikonfirmasi dengan TPHA/TP-PA/TP Rapid.
- Jika hasil tes konfirmasi non-reaktif, maka dianggap reaktif palsu dan
tidak perlu diterapi namun perlu dites ulang 1-3 bulan kemudian. - Jika
hasil tes konfirmasi reaktif, dilanjutkan dengan pemeriksaan RPR
kuantitatif untuk menentukan titer sehingga dapat diketahui apakah sifilis
aktif atau laten, serta untuk memantau respons terhadap pengobatan.
Jika hasil RPR reaktif, TPHA reaktif, dan terdapat riwayat terapi dalam
tiga (3) bulan terakhir, serta pada anamnesis tidak ada ulkus baru, pasien
tidak perlu diterapi. Pasien diobservasi dan tes diulang tiga bulan
kemudian. - Jika titer RPR tetap atau turun, tidak perlu diterapi lagi dan
tes diulang tiga bulan kemudian. - Jika hasil RPR tidak reaktif atau reaktif
rendah (serofast), pasien dinyatakan sembuh. - Jika titer naik, berikan
terapi sebagai infeksi baru/sifilis aktif.
Jika hasil RPR reaktif dan TPHA reaktif dan tidak ada riwayat terapi
sifilis dalam 3 bulan terakhir, maka perlu diberikan terapi sesuai stadium.
- Titer RPR 1:8 dapat diinterpretasikan dan diterapi sebagai sifilis aktif
dan diterapi. 3 bulan setelah terapi, evaluasi titer RPR. - Jika titer RPR
turun 2 tahap (misal dari 1:64 menjadi 1:16) atau lebih, terapi dianggap
berhasil. Ulangi evaluasi tiap tiga bulan sekali di tahun pertama dan 6
bulan di tahun kedua, untuk mendeteksi infeksi baru. - Jika titer tidak
turun dua tahap, lakukan evaluasi kemungkinan re-infeksi, atau sifilis
laten.

Terangkan dan jelaskan pengobatan NSU


Infeksi Genital Nonspesifik (IGNS) atau Nonspesific Genital Infection
(NSGI) adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) berupa peradangan di
uretra, rektum atau serviks yang disebabkan oleh kuman non spesifik.
Uretritis Nonspesifik (UNS) atau Non-specific Urethritis (NSU)
pengertiannya lebih sempit dari NSGI karena peradangan hanya terjadi
pada uretra yang disebabkan oleh kuman non-spesifik.
Penyebab IGNS adalah Chlamydia trachomatis (50%), sedangkan sisanya
adalah : Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis, Trichomonas
vaginalis, Herpes Simplek Virus, Gardnerella vaginalis, Alergi dan
Bakteri.

Pedoman tatalaksana pada infeksi genital non spesifik


Nonmedikamentosa
- Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada
pasangan tetapnya (notifikasi pasangan)
- Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh
secara laboratoris, bila tidak memungkinkan, dapat
dianjurkan penggunaan kondom
- Kunjungan ulang untuk follow-up di hari ke-7
- Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang
dapat terjadi dan pentingnya keteraturan berobat
- Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)
terhadap infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan
infeksi menular seksual lain.
- Indikasikan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.
Obat yang paling efektif adalah golongan makrolide

Pilihan utama
Doksisiklin : 2x100 mg sehari selama 7 hari, atau
Azitromisin : 1 gram dosis tunggal
Eritromisin : untuk penderita yang tidak tahan tetrasiklin, ibu hamil, atau
berusia kurang dari 12 tahun, 4x500 mg sehari selama 1 minggu atau
4x250 mg sehari selama 2 minggu

6. Terangkan dan jelaskan pengobatan sifilis


Tata laksana Sifilis
Tata laksana nonfarmakologi
- Konseling tentang sifilis, cara penularan, pengobatan, dan
pencegahan serta resiko tertular HIV
- Periksa dan obati pasangan seksual pasien
- Abstinensia hingga sembuh

Tata laksana farmakologi


 Penisillin
Ada beberapa macam :
- Penisillin G benzatin (benzatin benzilpenisillin,
benzilpenisillin benzatin, benzatin penisillin)
- Penisillin G prokain dalam akua (Aqueous benzylpenicillin,
crystalline penicillin, benzilpenicillin potasium,
benzilpenicillin sodium, penisillin G potasium, penisilin G
sodium)
Tujuan diberikan penisillin secara injeksi ialah mencapai
konsentrasi 0,03 unit/ml dalam serum selama 30 hari pada
sifilis dini dan diatas 30 hari pada sifilis lanjut.
Terapi penisillin dibedakan menjadi :
- S I, SII, dan sifilis laten dini kurang dari 2 tahun
 Penisillin G benzatin IM 2,4 juta unit satu
kali seminggu
 Penisillin G prokain dalam akua IM 0,6 juta
unit per hari selama 10 hari jika seronegatif
dan 14 hari jika seropositif
 PAM (Penisillin G Prokain dan 2 %
aluminium monostrerat) dosis total 4,8 juta
unit , 1,2 juta unit per kali sebanyak 2 kali
per minggu
- Sifilis laten lanjut lebih dari 2 tahun atau masa
infeksinya tidak diketahui
 Penisillin G benzatine dosis total 7,2 juta
unit, 2,4 juta unit per minggu selama 3
minggu atau
 Penisillin G prokain dalam akua dosis total
12 juta unit , 0,6 juta unit per hari selama 20-
21 hari, atau
 PAM dosis total 7,2 juta unit , 1,2 juta unit
per kali sebanyak 2 kali seminggu selama 3
minggu
- S III
 Penisillin G benzatine dosis total 9,6 juta
unit
 Penisillin G prokain dalam akua dosis total
18 juta unit, 0,6 juta unit per hari selama 30
hari
 PAM dosis total 9,6 juta unit , 1,2 juta unit
per kali sebanyak 2 kali seminggu selama 4
minggu
- Sifilis Kardiovaskular
 Penisiillin G benzatin 9,6 juta unit, 3x 2,4
juta unit interval 1 kali seminggu
- Neurosifilis
 Penisiliin G prokain dalam akua IV 12-24
juta unit per hari , 2 - 4 juta unit per 4 jam
sehari selama 10-14 hari
 Penisiliin G prokain dalam akua IM 1,2 juta
unit per hari ditambah probenesid 4x500 mg
per hari selama 10-14 hari
Yang digunakan adalah penisillin G prokain
karena hanya penisillin ini yang dapat
menembus sawar darah otak
- Sifilis Kongenital dini
 Penisillin G prokain dalam akua IM
100.000-150.000 unit/kg/hari, 50.000
unit/kg/hari selama 10 hari
 Penisillin G prokain dalam akua IV 10.000-
150.000 unit/kg/hari , 50.000 unit/kg/dosis
setiap 12 jam selama 7 hari pertama
kelahiran dan setiap 8 jam sesudahnya
hingga hari ke 10
- Sifilis kongenital lanjut
 Penisillin G prokain dalam akua IV/IM
200.000-300.000 unit/kg/hari , 50.000
unit/kg setiap 4-6 jam selama 10-14 hari
 Eritromisin per oral 7,5-12,5
mg/kg/sebanyak 4 kali sehari selama 30 hari
Pengobatan sifilis pada ibu hamil dapat menggunakan
semua jenis penisillin dan eritromisin. Perlu diingat dapat
terjadi berbagai reaksi dari terapi penisillin seperti alergi,
syok anafilaktik, reaksi Jarish-Harxheimer (pseudoalergi),
serta reaksi Hoigine (gejala psikotik akut yang ditimbulkan
prokain dalam penisillin).

Lama pengobatan S I dan S II selama 30 hari stadium laten


> 30 hari
- Tetrasiklin 4x500 mg per hari
- Eritromisin 4x500 mg per hari
- Doksisiklin 2x100 mg per hari
- Sefaleksin 4x500 mg per hari
- Seftriakson 1x2 gr per hari
- Sefaloridin 2 x 1gr per hari
- Azitromisin 500 mg per hari selama 10 hari.

Terangkan dan jelaskan pengobatan pioderma


Tata laksana pioderma
1. Sistemik
a. Golongan penisillin
- Ampisillin 4x500 mg/hari PO, 1 jam sebelum makan
- Amoksisillin 4x500 mg/hari PO, diberikan setelah makan
- Golongan obat penisillin resisten-penisillinase : kloksasilin
3x250 mg/hari PO sebelum makan
b. Linkomisin 3x500 mg/hari PO, atau Klindamisin 4x150 mg/hari
PO, atau klindamisin 4x150 mg/hari PO, pada infeksi berat
diberikan 4x300-450 mg
c. Eritromisin 4x500 mg/hari PO
d. Sefalosporin : Sefadroksil 2x500 mg PO atau 2x1000 PO mg/hari
2. Topikal
a. Antibiotik topikal : basitrasin, neomisin, mupirosin 2%
b. Kompres : larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1%
, yodium povidon 7,5 % dilarutkan 10 kali

Anda mungkin juga menyukai