Evaluasi terapi :
1. RFT (Release from treatment)
Telah selesai pengobatan MDT 6 blister dalam waktu 6-9 bulan
untuk PB dan telah selesai pengobatan MDT 12 blister dalam
waktu 12-18 bulan untuk MB
2. Default
Penderita PB selama > 3 bulan tidak mengambil obat atau
penderita MB selama > 6 bulan tidak mengambil obat
3. Relaps
Telah selesai pengobatan dan muncul lesi baru pada kulit
Reaksi kusta
Pengobatan reaksi :
1. Prinsip pengobatan
- Istirahat/imobilisasi
- Pemberian analgesik, antipiretik, sedatif
- Atasi faktor pencetus
- Pemberian obat anti reaksi pada reaksi berat
- Jika sedang dalam pengobatan MDT, maka MDT diteruskan dengan
dosis yang tidak diubah
2. Pengobatan reaksi ringan
- Berobat jalan, istirahat di rumah
- Pemberian analgetik, obat penenang bila perlu
- Atasi faktor pencetus
- Jika sedang dalam pengobatan MDT, maka MDT diteruskan dengan
dosis yang tidak diubah
3. Pengobatan reaksi berat
- Atasi faktor pencetus
- Pemberian prednison
- Pemberian analgetik sedatif
- Immobilisasi lokal
- Bila memungkinkan pasien dirawat inap di RS
Catatan penting :
a. Diberikan dalam dosis tunggal pagi hari sesudah makan
b. Setiap 2 minggu harus diperiksa untuk melihat keadaan klinis. Bila tidak
ada perbaikan, maka dosis prednison yang diberikan dapat dilanjutkan 3
sampai 4 minggu atau dapat ditingkatkan
c. Selain dosis tunggal,bisa juga diberikan dalam dosis terbagi
d. Perhatikan efek samping prednison dosis tinggi dalam jangka waktu lama
e. Pemberian lampren untuk reaksi hanya pada reaksi tipe II (ENL berulang).
Dosis lampren ditingkatkan dari dosis pengobatan kusta. Dewasa 3x100
mg/hari selama 2 bulan kemudian dosis diturunkan menjadi 2x100 mg/hari
selama 2 bulan, dan selanjutnya menjadi 100 mg/hari selama 2 bulan. Jika
pasien masih dalam pengobatan MDT, maka lampren dalam MDT
diteruskan. Jika sudah RFT,lampren dihentikan.
f. ENL berat yang terjadi setelah pasien RFT harus mendapatkan lampren
Klasifikasi
a. Keputihan fisiologis
Berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, mengandung
banyak epitel dengan leukosit yang jarang.
b. Keputihan patologis
Cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit,
jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas,
sehingga seringkali menyebabkan luka akibat garukan di daerah mulut
vagina.
Terapi
a. Kandidiasis vulvovaginalis tidak sulit (KVV uncomplicated)
1. Umum
- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi
- Memakai pakaian dalam dari katun dan menghindari
pakaian ketat
- Antibiotik spektrum sempit bila perlu: golongan
eritromisin/ azitromisin, linkomisin/klindamisin,
kotrimoksasol/sulfa.
2. Obat topikal yang ada di Indonesia
Untuk vaginitis
- Nistatin supositoria vagina; 1 tablet (100.000µ) / malam
selama 14 hari, kurang efektif disbanding derivate
imidazol.
- Amfoterisin B supositoria vagina; 1 tablet (50
mg)/malam selama 7-12 hari. Sediaannya dikombinasi
dengan Tetrasiklin 100 mg untuk meningkatkan
aktifitas anti jamur dari Amphoterisin B.
- Klotrimazol tablet vagina; 1 tablet (100 mg)/malam
selama 7 hari
- Mikonazol 2% krim vagina; 1 kali/malam selama 7 hari
- Butokonazol nitrat 2% krim vagina; dosis tunggal,
dapat diulang pada hari ke 4-5 bila diperlukan
Untuk vulvitis
- Nistatin krim; dioleskan 2 minggu
- Derivat imidazol, naftifin, siklopiroksolamin dan
haloprogen krim; dioleskan selama 2 minggu
Pilihan utama
Doksisiklin : 2x100 mg sehari selama 7 hari, atau
Azitromisin : 1 gram dosis tunggal
Eritromisin : untuk penderita yang tidak tahan tetrasiklin, ibu hamil, atau
berusia kurang dari 12 tahun, 4x500 mg sehari selama 1 minggu atau
4x250 mg sehari selama 2 minggu