Anda di halaman 1dari 21

FARMAKOLOGI

TERKAIT HIV DAN


PIMS PELATIHAN JARAK JAUH
AKSELERASI ARV DALAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN PIMS BAGI
TENAGA FARMASI DI FKTP DAN FKRTL

Tim Farmasi
SubDirektorat HIV dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2020
PENDAHULUAN

Source: image from CDC Glossarium


Tujuan Terapi
• ARV
Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan
mempertahankannya
• Memperbaiki kualitas hidup
• Mencegah infeksi oportunistik
• Mencegah progresi penyakit
• Mengurangi transmisi kepada yg lain
PENGELOMPOKAN OBAT ARV
1. Entry Inhibitor
2. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
a. Abacavir
b. Emtricitabine
c. Lamivudine
d. Tenovofir
e. Zidovudin
3. Non-nucloside Rerverse Transcriptase
Inhibitor
a. Efavirenz
b. Rilpivirine
4. Integrase Inhibitor
a. Dolutegravir
b. Raltegravir
5. Protease Inhibitor
a. Atazanavir
b. Darunavir
c. Lopinavir
6. Pharmacologic Booster
a. Cobicistat
b. Ritonavir
Mengingat
Parameter
Farmakokinetika
Obat
KONSEP TERAPI 4S
- Indikasi memulai ARV : Semua ODHA dewasa termasuk ODHA hamil,
STAR remaja dna anak <10 thn
tanpa melihat stadium dan nilai CD4
T - Pasien koinfeksi TB
- Penggantian salah satu atau seluruh komponen rejimen ARV
SUBSTITUSI dalam lini yang sama
- Alasan substitusi : ESO, interaksi, kehamilan
- Apabila pasien mengalami kegagalan terapi dan atau terjadi
SWITCH resistensi, maka dilakukan Switch obat ke Lini 2
- Kegagalan terapi: gagal secara klinis, imunologis dan
virologis
- Menghentikan/penghentian sementara terapi ARV
STO - Alasan STOP : toksisitas /ESO berat, gagal pengobatan,
P adherence yang buruk, kurang biaya etc
REJIMEN
ARV
LINI 1 LINI 2 LINI 3
2 NRTI + 1 NNRT Dan /atau + ARV Gol PI Dan /atau + PI
generasi ke-2
Recommended Rejimen:
Start ARV : TDF +3TC+EFV
Profilaksis PPP : TDF+3TC+LPV/r
Profilaksis PrEP : TDF+3TC/FTC (Tidak ditanggung pemerintah)
KEGAGALAN TERAPI ARV
GAGAL VIROLOGIS
Viral Load > 1000 kopi/mL berdasarkan pemeriksaan 2 kali berurutan dengan interval 3 bulan, dengan
dukungan adherence yg baik setelah pemeriksaan ke-1, setelah paling sedikit iniasisi ART 6 bulan

GAGAL IMUNOLOGIS
Dewasa dan Remaja
Jumlah CD4 < 250 sel/mm3 setelah gagal klinis atau CD4 persisten < 100 sel/mm3
Anak-anak
< 5 tahun : CD4 persisten < 200 sel/mm3
> 5 tahun : CD4persisten < 100 sel/mm3

GAGAL KLINIS
Dewasa dan Remaja
Munculnya IO baru atau berulang yg mengindikasikan defisiensi imun berat setelah 6 bulan pengobatan
yg efektif
Anak-anak
Munculnya IO baru atau berulang yg mengindikasikan defisiensi imun berat atau lanjut setelah 6 bulan
pengobatan yg efektif
Farmakologi obat yang direkomendasikan untuk
IO ODHA
Farmakologi obat yang
direkomendasikan untuk PIMS
Obat-obatan yang digunakan untuk penanganan IMS adalah obat-obatan
yang termasuk dalam daftar Obat esensial nasional (DOEN) yang dipilih
dengan kriteria pemilihan obat sebagai berikut:
• Angka kesembuhan/kemanjuran tinggi (sekurang-kurangnya 95% di wilayah
tersebut).
• Harga murah
• Toksisitas dan toleransi masih dapat diterima
• Pemberian dalam dosis tunggal
• Cara pemberian peroral
• Tidak menjadi kontra indikasi untuk ibu hami atau menyusui
DAFTAR OBAT
PIMSGONOKOKUS
PENGOBATAN URETRITIS PENGOBATAN URETRITIS NON-
GONOKOKUS
Cefixim 400 mg, Azitromicin 1 g, dosis tunggal, per oral
dosis tunggal, per oral ATAU
Doksisiklin* 2 x 100 mg,
per oral, 7 hari
Pilihan pengobatan lain
Kanamisin 2 g, injeksi IM,
dosis tunggal ATAU
Cetriaxon 250 mg, Injeksi IM,
dosis Tunggal
*tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 12 tahun
IM = intramuskular
PENGOBATAN PEMBENGKAKAN SKROTUM

PENYEBAB PENGOBATAN
Gonore dan klamidia Sefiksim 400 mg/hari per oral selama 5 hari ATAU
Seftriakson 250 mg/hari, injeksi intramuskular selama 3
hari DITAMBAH
Doksisiklin* 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari
Gonore, klamidia dan Sefiksim 400 mg/hari per oral selama 5 hari ATAU
organisme enterik Seftriakson 250 mg/hari, injeksi intramuskular selama 3
hari DITAMBAH
Levofloksasin* 500 mg per oral sekali sehari selama 10
hari
Organisme enterik Levofloksasin* 500 mg per oral sekali sehari selama 10 hari

*tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 12 tahun


Chancroid (ulkus Herpes genitalis Herpes genitalis Limfogranuloma
Sifilis stadium 1 & 2 mole) episode pertama rekurens venereum
Obat yang Benzatin - Siprofloksasin*, Asiklovir, 5x200 Asiklovir, 5x200 Doksisiklin *,
dianjurkan benzilpenisilin 2,4 juta 2x500 mg/hari, per mg/hari, per oral, mg/hari, per oral, 2x100 mg/hari,
IU, dosis tunggal, injeksi oral, selama 3 hari selama 7 hari, ATAU selama 5 hari, ATAU per oral, selama
intramuskular ATAU Asiklovir 3x400 Asiklovir 3x400 14 hari,
Eritromisin base, mg/hari selama 7 hari mg/hari selama 5 ATAU
4x500 mg/hari, per ATAU hari Eritromisin base
oral, selama 7 hari Valasiklovir, 2x500 ATAU 4x500 mg/hari,
ATAU mg/hari, per oral, Valasiklovir, 2x500 per oral, selama
Azitromisin 1 g, per selama 7 hari, mg/hari, per oral,
oral, dosis tunggal 14 hari
selama 5 hari,
ATAU

Obat Penisilin-prokain injeksi Seftriakson 250


pilihan lain IM 600.000 U/hari mg, injeksi intra
selama 10 hari muskuler, dosis
tunggal
Alergi Doksisiklin* 2X100
penisilin mg/hari per oral,
dan tidak selama 30 hari ATAU
hamil Eritromisin 4 x 500
mg/hari selama 30 hari
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil/menyusui atau anak berumur kurang dari 12 tahun
PENUT
UPARV dibedakan berdasarkan mekanisme dan lokasi kerja ARV dalam siklus replikasi
1. Obat
virus HIV.
2. Minum obat ARV dosis yang benar dan tepat waktu setiap hari untuk menjaga dan
mempertahankan kadar obat ARV di dalam darah adalah essensial untuk menekan
jumlah virus dalam tubuh dan mencegah terjadinya resistensi obat ARV.
3. Terapi ARV tidak boleh dihentikan tanpa berkonsultasi dengan dokter HIV, kecuali dalam
situasi gawat darurat.
4. Proses Switch dan Stop terapi ARV dapat menyebabkan terhadap
farmakokinetika permasalahan ARV dalam tubuh, oleh karena
obat
pengawasan pakar HIV itu perlu
untuk dilakukan
mengurangi dampak terjadinya resistensi. dengan
5. Memulai terapi ARV dini lebih baik daripada terlambat. Pengobatan ARV bisa
menurunkan resiko menularkan, mencegah timbulnya penyakit penyerta dan
memperpanjang masa hidup.
Reference
1. sKementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 87 tahun 2014 tentang
Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Kementerian Kesehatan, Jakarta Indonesia; 2015.
2. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/90/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Kementerian Kesehatan,
Jakarta Indonesia; 2019.
3. WHO. 2016. The Use of ARV Drug For Treating and Preventing HIV Infection. WHO. Geneva.
4. Matthew P, Stephen T., 2018. Medicine; Sexually Transmitted Infections and HIV & AIDS, part 1
of 2, Volume 46;5 May 2018. Elsevier Ltd. , London UK. ISSN: 1367-3039.
5. Dirjen PPPL RI. Pedoman nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual, 2015, Jakarta,
Indonesia,616.951.Ind.p.
6. BHIVA Treatment Guidelines Writing Group. British HIV Association guidelines for the
treatment of HIV-1-positive adults with antiretroviral therapy 2015 (2016 interim update).
Available at: Treatment/ 2016/treatmentguidelines-2016-interim-update.pdf.
7. Corbett AH, Sheffield CI. Key pharmacologic principles and drug-drug interactions in HIV
patient care. inPractice_ HIV. Available at: http://www.clinicaloptions.com/
inPractice/Index/HIV.aspx.
8. PSA. 2015. Community Pharmacy and HIV. Pharmaceutical Society of Australia Ltd. Deakin
West, Australia.

Anda mungkin juga menyukai