Disusun oleh :
Khalida Khairunnisa
G1A114006
Dosen Pembimbing :
dr. ANGGELIA PUSPASARI
ANTIVIRUS
Asiklovir
1. Posologi obat
Asiklovir tersedia dalam bentuk kapsul, salep, dan serbuk untuk
dilarutkan (rekonstruksi) untuk penggunaan intravena.1
Asiklovir oral memiliki berbagai kegunaan. Pada episode pertama
herpes genital, asiklovir oral mengurangi lama gejala sekitar 2 hari,
waktu penyembuhan lesi selama 4 hari, dan lama peluruhan virus
hingga 7 hari. Pada herpes genital rekuren, durasinya dikurangi selama
1-2 hari. Supresi herpes genital jangka-panjang dengan asiklovir oral
pada pasien yang sering mengalami rekurensi mengurangi frekuensi
rekurensi simtomatik dan peluruhan virus asimtomatik sehingga
menurunkan angka transmisi seksual. Sebagai profilaksis pada pasien
yang menjalani transplamtasi organ, asiklovir oral (200mg tiap 8 jam
atau 800 mg tiap 12 jam) atau asiklovir IV (5 mg/kg tiap 8 jam)
mencegah reaktivasi infeksi HSV.2
Asiklovir IV menjadi terapi pilihan pada ensefalitis herpes
simpleks, infeksi HSV neonates, dan infeksi HSV atau ZVZ berat. Pada
pasien yang luluh-imun yang menderita infeksi ZVZ, asiklovir IV
menurunkan insidens penyebaran infeksi ke kulit dan visera.2
Asiklovir topical kurang efektif ketimbang terapi oral pada infeksi
HSV primer. Asiklovir topical tidak bermanfaat pada terapi herpes
genital rekuren.2
2. Dosis dan indikasi
Jalur
pemberian
Oral
Indikasi
Herpes genitalia
episode pertama
Herpes genitalia
rekuren
Supresi herpes
genitalia
Proktitis herpes
Herpes orolabia
Herpes mukokutan
Zoster
Infeksi HSV berat
Intravena
Herpes mukokutan
pada pejamu yang
luluh-imun
Ensefalitis herpes
Infeksi HSV
neonates
Varisela atau zoster
pada pejamu yang
luluh-imun
Herpes labialis
hari
20 mg/kg (maksimum 800
mg) 4 kali sehari x 5 kali
sehari
800 mg 5 kali sehari x 7-10
hari
5 mg/kg setiap 8 jam x 7-10
hari
10 mg/kg setiap 8 jam x 7-14
hari
10-15 mg/kg setiap 8 jam x
14-21 hari
10-20 mg/kg setiap 8 jam x
14-21 hari
10 mg/kg setiap 8 jam x 7 hari
3. Kontra indikasi
Asiklovir tidak digunakan pada orang yang menderita
hipersensitivitas terhadap asiklovir.3
4. Efek samping
Penggunaan asiklovir topical dalam basis polietilen glikol dapat
menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar sesaat jika digunakan
untuk lesi pada alat kelamin. Penggunaan asiklovir oral terkadang disertai
mual, diare, ruam, atau sakit kepala dan sangat jarang disertai dengan
insufisiensi ginjal atau neurotoksisitas.1
Toksisitas utama asiklovir intravena yang membatasi dosis yaitu
insufisiensi ginjal dan efek-efek samping pada sistem saraf pusat.1
5. Keamanan pada Kehamilan
Asiklovir dalam bentuk sediaan oral, parenteral maupun topical
indeks kehamilan termasuk dalam kategori B (tidak ada bukti risiko pada
Valacyclovir
1. Posologi obat
Valasiklofir adalah L-valil ester dari asiklovir. Vasiklofir tersedia
dalam pemberian oral. Vasiklofir cepat diubah menjadi asiklovir setelah
pemberian oral melalui saluran cerna dan metabolisme lintas-pertama
di hati sehingga kadarnya dalam serum lebih besar tiga hingga lima
kali daripada kadar yang dicapai dengan asiklovir oral dan hampir
menyamai kadar serum pada pemberian asiklovir intravena.
Bioavailabilitas oralnya adalah 54%, dan kadarnya dalam cairan
serebrospinal adalah 50% kadarnya dalam serum. Waktu paruh
eliminasinya 2,5-3,3 jam.2
2. Dosis dan indikasi
Jalur
pemberian
Indikasi
Herpes genitalia
episode pertama
Herpes genitalia
500 mg 2 kali sehari x 3 hari
rekuren
Supresi herpes
500-1000 mg tiap hari
genitalia
Oral
Herpes orolabia
2 gr 2 kali sehari x 2 dosis
Herpes orolabia
1 gr 3 kali sehari x 7-10 hari
atau genitalis pada
pejamu yang luluhimun
Zoster
1 gr 3 kali sehari x 7 hari
Dosis harus diturunkan pada penderita insufisiensi ginjal2
3. Kontraindikasi
Valasiklofir digunakan pada orang yang menderita Hipersensitif
terhadap valasiklofir atau asiklovir.3
4. Efek samping
Valasiklovir umumnya ditoleransi dengan baik, meskipun mual,
muntah, atau ruam sesekali muncul. Agitasi, pusing, nyeri kepala,
Famsiklovir
1. Posologi obat
Famsiklovir merupakan prekursor obat diasetil ester dari 6deoksipensiklovir, suatu analog guanosin asiklik. Pasca pemberian oral,
famsiklovir cepat diubah oleh merabolisme lintas-pertama menjadi
pensiklovir. Obat ini aktif in vitro terhadap HSV-1,HSV-2, VZV,EBV,dan
HBV. Seperti asiklovir, aktivasinya melalui fosforilasi dikatalisis oleh
timidin kinase yang spesifik-virus dalam sel yang terinfeksi, dan diikuti
oleh inhibisi kompetitif DNA polimerase virus untuk menyekat sintesis
DNA. Akan tetapi, berbeda dengan asiklovir, pensiklovir tidak
menyebabkan terminasi rantai. Pensiklovir trifosfat memiliki memiliki
afinitas yang lebih rendah terhadap DNA polimerase virus ketimbang
asiklovir trifosfat, tetapi obat ini mencapai kadar intrasel yang lebih
tinggi sehingga memiliki efek intrasel yang lebih lama pada sistem
eksperimental. Mutan klinis HSV yang paling sering dijumpai adalah
mutan yang tidak memiliki resistensi-silang terhadap asiklovir dan
famsiklovir.2
Indikasi
Herpes genitalia
episode pertama
Herpes genitalia
rekuren
Oral
Supresi herpes
genitalia
Herpes orolabia
Herpes orolabia
atau genitalis pada
pejamu yang luluhimun
Zoster
500
3 kali sehari x 7
hari
Dosis harus diturunkan pada penderita insufisiensi ginjal.2
3. Kontra indikasi
Famsiklovir digunakan pada orang yang menderita
hipersensitivitas terhadap famsiklovir atau metabolit aktifnya,
pensiklovir.3
4. Efek samping
Famsiklovir oral umumnya ditoleransi dengan baik,meskipun
dapat timbul nyeri kepala, diare, dan mual. Seperti asiklovir,
famsiklovir terbukti toksik pada testis binatang yang berulang kali
mendapat famsiklovir. Akan tetapi, laki-laki yang mendapat famsiklovir
harian (250 mg tiap 12 jam) selama 18 minggu tidak mengalami
perubahan korfologi maupun motilitas sperma. Insidens
Antiinfluenza
1. Amantadin dan Rimantadin
Amntidin dan rimantidin efektif untuk pencegahan dan
pengobatan infeksi oleh virus influenza A. Profilaksis musiman
menggunakan salah satu obat tersebut ( total 200 mg/hari dalam 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Gilman, Alfred Goodman. 2012. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi. Edisi 10, Volume 3. Jakarta:EGC.
2. Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 10.
Jakarta:EGC.
3. Yeo, ben. 2014/2015. Mims Petunjuk Konsultasi. Edisi 14. Jakarta:
Medidata.