Anda di halaman 1dari 17

Nama : Ananda Arya Pratama

Nim : 14330146
Tugas Informasi Obat

Obat antivirus

Apa itu herpes zoster?


Herpes zoster adalah ruam di kulit yang terasa sakit, disebabkan oleh virus varicella zoster.
Penyakit ini biasanya dialami oleh orang tua ataupun orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
rendah dikarenakan stress, obat-obatan, atau kondisi lainnya.

Acyclovir

Tentang Acyclovir Oral


Golongan : Antivirus
Kategori : Obat resep
Manfaat : Mengobati infeksi virus
Dikomsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak
Bentuk : Tablet dan sirup
Kategori kehamilan : Kategori B
 Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko
terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)

o Acyclovir (Asiklovir) adalah analog nukleosida purin asiklik yang aktif terhadap virus

Herpes simplex, Varicella zoster, Epstein-Barr dan Cytomegalovirus.

o Di dalam sel, asiklovir mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif acyclovir trifosfat yang

bekerja menghambat virus herpes simplex DNA polymerase dan replikasi DNA virus,

sehingga mencegah sintesa DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel yang normal.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Infeksi herpes genitalis

o Infeksi herpes genitalis inisial pada dewasa : Acyclovir 200 mg 5 kali sehari setiap 4 jam,

selama 5 – 10 hari. Anak dibawah 2 tahun : ½ dosis dewasa. Untuk penderita

“immunocompromised” atau kelainan absorbsi pada usus dosis dapat ditingkatkan

menjadi 400 mg, atau sebagai alternatif diberikan pengobatan secara intravena.

Pengobatan harus dimulai sedini mungkin, untuk rekuren sebaiknya pada periode mulai

terjadinya lesi pertama.

o Pengobatan supresi infeksi herpes genitalis rekuren : Acyclovir 400 mg 2 kali sehari atau

200 mg 2 – 5 kali sehari, selama 12 bulan.

o Pengobatan intermitten infeksi herpes genitalis rekuren : Acyclovir 200 mg 5 kali sehari

setiap 4 jam, selama 5 hari

Infeksi herpes zoster dan varisela

o Dewasa : Acyclovir 800 mg 5 kali sehari setiap 4 jam, selama 7 – 10 hari.

o Anak 2 – 12 tahun : Acyclovir 400 – 800 mg 4 kali sehari, selama 5 kali.

o Anak dibawah 2 tahun : Acyclovir 200 mg atau 20 mg/kg BB 4 kali sehari, selama 5 hari.

o Pengobatan harus dimulai sedini mungkin dan pada saat awal timbulnya gejala infeksi.

o Penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal diperlukan penyesuaian dosis.

o Beberapa penderita mungkin mengalami infeksi “break through” pada pemberian dosis

total 800 mg sehari. Pengobatan harap dihentikan secara periodic dengan interval waktu 6

– 12 bulan dengan maksud untuk mengobservasi kemungkinan perubahan-perubahan

riwayat penyakit.
Cara Konsumsi Acyclovir
o Baca petunjuk pada kemasan obat dan ikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi acyclovir.

o Pastikan untuk menghabiskan dosis yang sudah diresepkan meski kondisi dirasa membaik

agar infeksi tidak kambuh kembali. Jika infeksi tidak membaik setelah menyelesaikan

dosis yang diresepkan, temuilah dokter kembali.

o Jangan berbagi obat ini dengan orang lain meski memiliki gejala yang sama.

o Disarankan untuk tidak menunda-nunda waktu dalam mengonsumsi obat ini, karena hasil

pengobatan akan lebih efektif jika dimulai sejak awal gejala timbul.

o Hindari sinar matahari terik dan senantiasa memakai tabir surya ketika akan beraktivitas

di luar rumah, karena acyclovir dapat membuat kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar

matahari. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan kantuk. Karena itu,

jangan berkendara, mengoperasikan mesin, atau melakukan aktivitas yang membutuhkan

kewaspadaan selama menggunakan acyclovir.

o Pastikan ada jarak waktu yang cukup dan teratur antara satu dosis dengan dosis

berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi acyclovir pada jam yang sama setiap harinya

untuk memaksimalkan efek obat.

o Bagi pasien yang lupa mengonsumsi acyclovir, disarankan untuk segera melakukannya

jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat,

abaikan dan jangan menggandakan dosis.


Cara penyimpanan dan suhu penyimpanan

 Simpan pada suhu ruangan,

 jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.

 Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk

 Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan


peliharaan.

 Obat disimpan di bawah suhu 30°C dalam wadah tertutup

KONTRAINDIKASI

Asiklovir jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap antibiotik

asiklovir.

EFEK SAMPING

 Efek samping Asiklovir yang dapat terjadi : tuam kulit dan gangguan pencernaan seperti

mual, muntah, diare dan sakit perut.

 Terapi sistemik. Efek obat yang tidak diinginkan umumnya (≥1% dari pasien) berkaitan

dengan terapi asiklovir sistemik (peroral atau intravena) termasuk: mual, muntah,

diare, encefalopaty (hanya pada penggunaan intravena), reaksi pada tempat injeksi (hanya

pada penggunaan intravena) dan sakit kepala.

 Dalam dosis tinggi, halusinasi mungkin terjadi. Efek yang tidak diinginkan yang

jarang (0.1–1% dari pasien) antara lain: vertigo, kebingungan, pusing, edema, arthralgia,

sakit tenggorokan, sembelit, sakit perut, hilang rambut, ruam dan lemah.

 Efek yang tidak diinginkan yang langka (<0.1% dari pasien) antara lain: koma,

kejang, neutropenia, leukopenia, kristaluria, anoreksia, kelelahan, hepatitis, sindrom


Stevens–Johnson, toxic epidermal necrolysis, thrombotic thrombocytopenic

purpura dan anaphylaxis.

 Asiklovir intravena juga dapat menyebabkan nefrotoksisitas reversibel hingga 5%-10%

dari pasien karena pengendapan kristal asiklovir di ginjal, efek ini dapat berakhir dengan

penghentian pemberian asiklovir. Nefropati yang disebabkan kristal asiklovir lebih umum

terjadi ketika asiklovir diberikan secara infusa cepat dan pada pasien dengan dehidrasi

atau gangguan ginjal. Hidrasi yang cukup, kecepatan infus lebih rendah, dan pemberian

dosis sesuai fungsi renal dapat mengurangi risiko ini.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

o Acyclovir tidak boleh digunakan selama masa kehamilan kecuali bila manfaat yang

didapat jauh lebih besar daripada risikonya baik terhadap ibu maupun janin.

o Hati-hati pemberian pada wanita yang sedang menyusui.

KEMASAN

o Acyclovir 200 mg, tablet, dus, isi 10 strip @ 10 kapsul.

o Acyclovir 400 mg, tablet, dus, isi 10 strip @ 10 kapsul.

Daftar Pustaka

 https://hellosehat.com/obat/acyclovir/

 http://www.1001obat.com/acyclovir.html

 https://farmasiindonesia.com/2018/01/13/acyclovir-farmakologi-indikasi-dan-efek-

sampingnya/
Tugas Informasi Obat

Informasi obat Ibandronat

Dosis:
Oral: 50 mg sekali sehari.
Tablet asam ibandronat harus diminum 60 menit sebelum makan dan minum (selain air putih),
atau minum obat dan suplemen lain (termasuk kalsium).
Tablet asam ibandronat harus diberikan setelah puasa selama semalam (minimal 6 jam) dan 60
menit sebelum makan dan minum pada pagi hari atau sebelum mengkonsumsi obat atau
suplemen lain (termasuk kalsium). Puasa dilanjutkan 30 menit setelah tablet diminum. Air putih
dapat diminum bersama dengan pemberian tablet asam ibandronat. Pasien tidak boleh berbaring
60 menit setelah minum tablet asam ibandronat.

Rute dan frekuensi pemberian

Metastasis pada tulang 6 mg IV tiap 3-4 minggu, diberikan secara infus selama 1-2
jam. Hiperkalsemia yang diinduksi oleh tumor Derajat sedang: 2 mg, Derajat berat: 4 mg
sebagai dosis tunggal. Pasien dengan gangguan ginjal & bersihan kreatinin <30
mL/mnt Pencegahan gangguan tulang pada kanker payudara & metastasis tulang 2 mg
tiap 3-4 minggu, diberikan secara infus selama 1 jam.

Indikasi

Tab salut selaput & injeksi Terapi penyakit tulang metastasis; untuk
mengurangi risiko komplikasi penyakit keganasan termasuk hiperkalsemia, nyeri, kebutuhan
untuk radioterapi untuk mengatasi lesi yang nyeri & fraktur yang akan terjadi, & mengurangi
risiko fraktur. Injeksi Terapi hiperkalsemia yang dipicu oleh tumor.

Bentuk Sediaan Kemasan/Harga

Bondronat FC tablet 50 mg 28’s (Rp3,923,500/pak)

Bondronat infusion 6 mL 1’s (Rp2,770,083/vial)


Kategori kehamilan Kategori C

Studi pada binatang percobaan telah memperlihatkan adanya efek samping


pada janin (teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita,
atau studi pada wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya boleh
diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Daftar pustaka :

 https://www.farmasi-id.com/bondronat/
 http://pionas.pom.go.id/monografi/ibandronat
Tugas informasi obat

1. Informasi obat Salbutamol

Salbutamol adalah suatu campuran racemic, obat dari golongan selektif bronkodilator beta2-
adrenergik
 Nama kimia: α1-[(tert-butylamino)methyl]-4-hydroxy-m-xylene-α
 Nama lain: Albuterol
 Nama dagang yang umumnya dikenal adalah Ventolin®
 Salbutamol berupa bubuk kristal putih, larut dalam air, dan sedikit larut dalam etanol
 First-line Terapi:
 Asma Bronkial
 Status Asmatikus
 Efek terapi:
 Bronkodilator
 Anti bronkospasme pada penyakit obstruksi jalan napas yang reversibel pada orang dewasa, dan
anak usia ≥ 6 tahun
 Antiinflamasi[1-5]

Gambar : struktur kimia salbutamol

Salbutamol pertama kali dibuat pada tahun 1967 di Inggris. Obat ini telah disetujui untuk
penggunaan medis di Amerika Serikat pada tahun 1982. Obat ini tercantum dalam Daftar Obat
Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, termasuk paling efektif dan aman yang dibutuhkan dalam
sistem kesehatan. Obat ini tersedia dalam bentuk obat generik.
2. Identifikasi serta penetapan kadar
Nama lain : 2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4-hydroxy-3-
hydroxymethylphenyl).
Identifikasi : Serapan inframerah zat yang didespersikan dalam kalium bromide P, menunjukkan
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Salbutamol BPFI. Spektrum
serapan ultraviolet larutan dalam asam klorida 0,1 N (1 dalam 12.500) menunjukkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti salbutamol BPFI.
Penetapan kadar dengan menimbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam 50 ml asam
asetat glacial P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV mernggunaka indikator 2 tetes Kristal
violet LP, Lakukan penetapanblangko. 1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 23,93 mg
salbutamol (Dinkes, 1995).

3. Indikasi diagnosis & terapi obat


DIAGNOSIS
Mengi/wheezing berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk
menegakkan diagnosis. Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah 3 tahun. Untuk anak yang
sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang
sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Lainnya bisa
melalui uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan
dingin, atau dengan NaCl hipertonis.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung diagnosis asma melalui 3 cara, yaitu didapatkannya:
 Variabilitas pada PFR (peak flow rate) atau FEV1 (forced expiratory volume per satu detik)
≥15%
Variabilitas harian adalah perbedaan nilai (peningkatan/penurunan) hasil PFR dalam satu hari.
Penilaian yang baik dapat dilakukan dengan variabilitas mingguan yang pemeriksaannya
berlangsung ≥ 2 minggu.
 Reversibilitas pada PFR atau FEV1 ≥15%
Reversibilitas adalah perbedaan nilai (peningkatan) PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi
bronkodilator.
 Penurunan ≥20% pada FEV1 setelah provokasi bronkus dengan metakolin atau histamin.
Penggunaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu diupayakan, karena selain
mendukung diagnosis, juga mengetahui keberhasilan tata laksana asma. Jika tidak tersedia, dapat
menggunakan Lembar Catatan Harian sebagai alternatif. Asma bisa langsung diketahui jika
pasien menderita eczema, alergi (atopik) atau sejarah asma dalam keluarga.
TERAPI OBAT
Penghilangan unsur penyebab dari lingkungan hidup seorang pasien asmatik alergi
merupakan cara yang paling baik hasilnya untuk mengatasi keadaan ini. Terapi desensitisasi atau
imunoterapi dengan ekstrak allergen yang dicurigai telah memperoleh dukungan yang luas,
namun penelitian terkontrol terhadap terapi ini masih terbatas dan belum terbukti jika terapi
tersebut sangat efektif.
Obat yang digunakan dalam terapi asma dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori: preparat
agonis beta-adrenergik, metilxantin, glukokortikoid, preparat penstabil sel mast,
dan antikolinergik.

4. Mekanisma Kerja & Mekanisme Aksi

Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi dari
adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi
menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel.
Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma

Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist


yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic yang terdapat didalam
adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine
triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme
ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta
menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells.

5. Mula kerja & lama kerja obat

Durasi
Inhalasi aerosol:
3-6 jam.

Oral inhalasi solusi:


2-4 jam, kadang-kadang ≥6 jam.

Tablet konvensional:
Up to (sampai) 8 jam.

Tablet extended-release:
Up to (sampai) 12 jam.

Larutan oral:
Sampai 6 jam.
Waktu Paruh
Oral Inhalasi:
3,8-6 jam pada orang dewasa yang sehat, 1,7-7,1 jam pada pasien dengan asma.

Tablet konvensional:
5-7,2 jam

Extended-release tablet:
9.3 jam.

Larutan Oral:
5 jam pada individual sehat,

6. Aturan pakai frekuensi pemberian

1. Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) :


Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali
sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan ekstra atau
dapat ditoleransi dengan baik). Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6
tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2 mg 3-4 kali sehari. Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam
bila perlu.
2. Injeksi
injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit, disesuaikan dengan
respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan
0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).
3. Inhalasi
Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari.
Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila perlu; untuk
gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Profilaksis pada exercise- induced bronchospasm,
Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1 semprot), ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot)
bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa 200-400 mcg; untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4
kali sehari; anak-anak 200mcg. Profilaksis untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-
anak 200 mcg.

7. Dosis terapi

 Terhadap Kehamilan : Termasuk dalam kategori C. (2) Untuk penggunaan bronkodilator pada terapi
asma, inhalasi Salbutamol masih dapat direkomendasikan sebagai inhalasi Beta-2 Agonist yang dipilih.
(2) Salbutamol dapat masuk ke dalam plasenta, sehingga dapat menyebabkan: tocolytic effects, fetal
tachycardia, fetal hypoglycemia secondary to maternal hyperglycemia dengan pemakaian oral maupun
intravena.
 Terhadap Ibu Menyusui : Pengaruh terhadap bayi belum dapat dipastikan sehingga perlu
dipertimbangkan antara risk dan benefit. (2) Tidak diketahui apakah terdistribusi dalam ASI. (2,3) Pada
penggunaan inhaler hanya sedikit yang masuk dalam sirkulasi sistemik ibu, sehingga secara teoritis
jumlah yang terekskresi dalam ASI sangat sedikit.
 Terhadap Anak-anak : Lihat leaflet dari pabrik mengenai keamanan penggunaan pada anak-anak.
Pabrik produsen Ventolin menyatakan penggunaan inhalasi aerosol pada anak-anak perlu dilakukan
dengan supervisi orang dewasa.
 Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan renin, meningkatkan aldosterone.

8. Data Farmakokinetik & farmakodinamik

Farmakokinetik
Absorpsi
 Salbutamol tablet 4 mg, cepat diabsorpsi setelah dikonsumsi per oral oleh para sukarelawan yang
normal

 Tablet salbutamol dengan masa kerja panjang, penyerapannya sekitar 80% dengan, atau tanpa
makanan

 Salbutamol tablet dengan masa kerja cepat/segera, absorpsinya 100% dalam keadaan yang stabil

 Namun, kecepatan absorpsinya diperlambat oleh makanan, tanpa mempengaruhi bioavailabilitas


obat

 Onset kerja obat pada sediaan inhalasi adalah kurang dari 15 menit, sedangkan per oral dalam
waktu 30 menit

 Konsentrasi plasma maksimum sekitar 18 ng/mL, yang dicapai dalam waktu dua jam

 Pada clinical trial terhadap para pasien dengan asma, onset perbaikan fungsi pulmonal, adalah
dalam waktu 30 menit setelah konsumsi suatu dosis salbutamol tablet
 Perbaikan mencapai puncaknya dalam waktu antara 2 dan 3 jam

 Masa kerja tablet salbutamol sekitar 8 jam

Distribusi
 Ikatan protein 10%

 Volume distribusi: 0,1 L/kgBB

 Salbutamol pada uji coba hewan melewati sawar otak, dan mencapai konsentrasi sekitar 5% dari
konsentrasi plasma

 Namun, ekskresi ke dalam air susu ibu belum diketahui

Metabolisme
 Terjadi di hepar

 Metabolit yang dihasilkan adalah:


 Aktif: colterol, salbutamol 4-O-sulfat

 Inaktif: 4-O-sulfat ester

Waktu paruh biologis


 Sediaan per oral memiliki waktu paruh sekitar 5 jam

Eliminasi
 Para pasien yang diberikan 8 mg salbutamol per oral, menunjukkan bahwa 76% dari dosis
tersebut diekskresikan ke urine dalam 3 tiga hari

 Mayoritas dosis diekskresikan dalam waktu 24 jam pertama, dimana 60% dalam bentuk
metabolitnya

 Pada pemberian dosis inhalasi, sekitar 72% nya diekskresikan ke urine dalam waktu 24 jam

 Sekitar 28% dari dosis inhalasi tersebut diekskresikan dalam bentuk tidak berubah

 Sedangkan 44% nya sebagai metabolit

 Ekskresi di feses hanya sekitar 4% dari dosis obat yang dikonsumsi[1-3,5]

Resistensi
 Pernah dilaporkan pasien asmatik yang menerima pengobatan salbutamol selama 4 minggu, tidak
menunjukkan adanya resistensi terhadap obat ini

 Namun, pasien normal yang dibandingkan dengan pasien asmatik tersebut, menunjukkan
perkembangan resistensi yang progresif terhadap salbutamol

 Hal ini didukung oleh adanya laporan studi lainnya, yang menyatakan terjadinya resistensi
terhadap obat salbutamol inhalasi, yang diberikan selama dua minggu, kepada beberapa laki-laki
dewasa muda normal

Farmakodinamik
 Salbutamol bekerja pada reseptor beta2-adrenergik dalam menstimulasi enzim adenil siklase
intraseluler

 Reseptor tersebut adalah reseptor predominan pada otot polos bronkial

 Sedangkan enzim tersebut bekerja mengkatalisasi konversi ATP menjadi AMP siklik

 Meningkatnya kadar AMP siklik diasosiasikan dengan relaksasi otot polos bronkial, dan inhibisi
terhadap dilepaskannya mediator ”immediate hypersensitivity” dari sel-sel,.
9. Antidot
Obat penawar yang lebih disukai untuk overdosis dengan salbutamol adalah obat penghambat
beta kardioselektif, tetapi obat pemblokiran beta harus digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan riwayat bronkospasme.

Hipokalemi dapat terjadi setelah overdosis dengan salbutamol. Kadar potasium serum harus
dipantau.

10. Efek samping

Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain:
 gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia);
 nyeri dada
 mual
 muntah
 diare
 anorexia
 mulut kering
 iritasi tenggorokan
 batuk
 gatal
 tachicardia
 ruam pada kulit (skin rush).

11. Reaksi yang tidak diinginkan

Terdapat sejumlah obat yang berpotensi menimbulkan reaksi tidak diinginkan jika digunakan
bersama dengan salbutamol. Beberapa di antaranya meliputi:

 Amineptine.
 Amitriptyline.
 Amitriptylinoxide.
 Amoxapine.
 Atomoxetine.
 Clomipramine.
 Desipramine.
 Dibenzepin.

Apabila pasien harus menggunakan obat-obatan tersebut, dokter akan menyesuaikan dosis serta
frekuensi konsumsi obat yang digunakan.

12. Kontraindikasi salbutamol

Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap perpanjangan interval QT,
hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan melalui inhalasi karena pemberian
melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi miometrium dan dapat mengakibatkan gangguan
jantung), menyusui; diabetes mellitus, terutama pemberian melalui pembuluh darah (pantau
kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis) .Untuk asma jika dosis tinggi diperlukan selama
kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi kaerna pemberian intravena dapat
mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI; pabrik menyarankan untuk dihindari
kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah dari obat yang diinhalasi pada ASI mungkin
terlalu kecil untuk membahayakan.

13. Interaksi obat

 Beta blockers
Pasien dengan asma bisa menyebabkan bronkospasm hebat
 Digoxin
Salbutamol menurunkan level serum digoxin
 Diuretik
Salbutamol akan memperburuk kondisi penderita hipokalemia
 Interaksi Dengan Obat Lain :Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek
bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi.
Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan
Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara
bersamaan. Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan
bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane). Penurunan efek:
Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker (contohnya: Propranolol) dapat
menurunkan efek Salbutamol. Level/efek Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan:
Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin,
Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi CYP3A4.
14. STABILITAS SALBUTAMOL
PENYIMPANAN
Oral
Extended-release tablet: 20-25 ° C; lindungi dari cahaya.

Tablet konvensional: 20-25 ° C; terlindungi dari cahaya .

Oral solusi: 2-30 ° C atau 20-25 ° C, tergantung pada produsen; terlindungi dari cahaya.

Inhalasi Oral
Albuterol inhalasi aerosol:
25 ° C (mungkin terkena 15-30 ° C) untuk (Proventil®)

Albuterol sulfat aerosol inhalasi:


15-25 ° C (ProAir® HFA, Proventil® HFA, Ventolin® HFA)

Albuterol sulfat dalam kombinasi tetap dengan ipratropium bromida inhalasi aerosol: 25 ° C (mungkin
terkena 15-30 ° C); melindungi dari kelembapan berlebih.

Albuterol sulfat larutan oral inhalasi :


2-25 ° C atau 15-30 ° C, tergantung pada produsen. Buang albuterol sulfat (Salbutamol) larutan inhalasi
oral konsentrat sulfat jika solusi berubah warna atau menjadi berkabut. Buang Larutan albuterol sulfat
untuk nebulization (dalam unit sekali pakai) jika menjadi tidak berwarna.

Albuterol sulfat dalam kombinasi tetap dengan ipratropium bromida larutan inhalasi oral:
2-25 ° C.

15. Harga Salbutamol di Apotik

 Produk : Salbutamol 2mg dan 4 mg


 Harga : Rp 1.500,-

16. Efikasi

Pada bayi dibawah 18 bulan efikasi klinis salbutamol tidak pasti, daoat terjadi hipoksia menetap
sehingga pemberian oksigen tambahan harus dipertimbangkan
Daftar pustaka :

 http://obat-drug.blogspot.co.id/2014/10/salbutamol-albuterol-bagian-2.html
 https://www.medicines.org.uk/emc/product/5857/smpc
 http://redyatrybebest.blogspot.co.id/2010/10/salbutamol.html
 https://rhezvolution.wordpress.com/2009/03/19/asma-diagnosis-terapi-dan-prognosis/
 https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-saluran-napas/antiasma-dan-
bronkodilator/salbutamol

Anda mungkin juga menyukai