Definisi
Herpes simplex merupakan infeksi yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV) yang ditandai
dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil dikulit atau selaput lendir, yang berisi cairan
dan terasa nyeri. Istilah herpes digunakan untuk menggambarkan dua serotipe herpes simplex virus
(HSV) yang berbeda tetapi berhubungan secara antigenik.
Etiologi
Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic
marker dan lokasi klinis tempat predileksi. HSV tipe 1 (HSV-1) paling sering dikaitkan dengan
penyakit orofaringeal; tipe 2 (HSV-2) paling erat terkait dengan penyakit genital. Masa inkubasi 2-14
hari (rata-rata 4 hari) Dapat disebabkan oleh HSV-1 atau HSV-2.
Klasifikasi Infeksi :
1. Episode pertama primer : Infeksi genital awal pada individu yang tidak memiliki antibodi
HSV-1 atau HSV-2.
2. Episode pertama non primer : Infeksi genital awal pada individu dengan bukti klinis atau
serologis infeksi HSV sebelumnya (biasanya HSV-1).
3. Episode berulang : Penampilan lesi genital pada beberapa waktu setelah penyembuhan
infeksi episode pertama.
episode pertama :
Berulang :
- Munculnya lesi berulang, terbakar ringan, gatal, dan kesemutan adalah gejala khas
prodromal Dibandingkan dengan infeksi primer, infeksi berulang yang terkait dengan lebih
sedikit lesi yang lebih terlokalisasi, durasi infeksi aktif yang lebih pendek (lesi sembuh dalam
7 hari), gejala yang lebih ringan Tingkat keparahan gejala yang lebih besar pada wanita
dibandingkan pada pria.
- Gejala lebih parah dan berkepanjangan di immunocompromised. Rata-rata, penumpahan
virus berlangsung ~4 hari. Penumpahan virus tanpa gejala lebih sering terjadi selama tahun
pertama setelah infeksi HSV.
Komplikasi :
Infeksi sekunder lesi; infeksi ekstragenital akibat autoinokulasi; infeksi yang menyebar (terutama
pada pasien dengan sistem imun yang tertekan); meningitis atau ensefalitis; penularan neonatal.
Tatalaksana Terapi
Tujuan terapi herpes simplex adalah untuk meringankan gejala dan mempersingkat perjalanan klinis,
mencegah komplikasi dan kekambuhan, dan mengurangi penularan penyakit. Tindakan paliatif dan
suportif adalah landasan terapi untuk pasien dengan herpes genital. Nyeri dan ketidaknyamanan
biasanya merespon pada pemandian saline hangat atau penggunaan analgesik, antipiretik, atau
antipruritik.
Terapi Farmakologi :
Rekomendasi pengobatan khusus diberikan Asiklovir oral, valasiklovir, dan famciclovir adalah
pengobatan pilihan untuk pasien rawat jalan dengan herpes genital episode pertama. Pengobatan
tidak mencegah latensi atau mengubah frekuensi dan keparahan kekambuhan berikutnya. Terapi
antivirus oral supresif mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan rekurensi pada 70% hingga 80%
pasien yang sering mengalami rekurensi.
Rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yaitu terapi topikal tidak perlu diberikan
ketika terapi sistemik diberikan. Acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir telah digunakan untuk
mencegah reaktivasi infeksi pada pasien seropositif untuk HSV yang menjalani prosedur
transplantasi atau kemoterapi induksi untuk leukemia akut. Keamanan asiklovir, famciclovir, dan
terapi valasiklovir selama kehamilan tidak ditetapkan, meskipun tidak ada bukti efek teratogenik
asiklovir pada manusia.
Pengobatan
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat
idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral
preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan
penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine
arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ
dalam (Handoko, 2010).
Asiklovir 400 mg PO tiga kali sehari selama 7-10 hari, d atau Asiklovir 200 mg PO lima kali sehari
selama 7-10 hari, d atau Famciclovir 250 mg PO tiga kali sehari selama 7-10 hari, d atau
Valacyclovir 1 g PO dua kali setiap hari selama 7–10 hari.
Alternatif : Asiklovir 5-10 mg / kg IV setiap 8 jam selama 2-7 hari atau sampai terjadi perbaikan
klinis, diikuti dengan terapi oral untuk menyelesaikan setidaknya 10 hari terapi total.
- Terapi episodik
Acyclovir 400 mg PO tiga kali sehari selama 5 hari, f atau Acyclovir 800 mg PO dua kali sehari
selama 5 hari, f atau Acyclovir 800 mg PO tiga kali sehari selama 2 hari, untuk Famciclovir 125 mg
PO dua kali sehari selama 5 hari, f atau Famciclovir 1 g PO dua kali sehari selama 1 hari, f atau
Famciclovir 500 mg PO sekali, diikuti oleh 250 mg PO dua kali sehari selama 2 hari, f atau
Valacyclovir 500 mg PO dua kali sehari selama 3 hari, f atau Valacyclovir 1 g PO sekali setiap hari
selama 5 hari
obat topikal berupa salap/krim yang Dioleskan 5x sehari Pada lesi yang dini
mengandung preparat idoksuridin (stoxil,
viruguent, virunguent-P) atau preparat
asiklovir (zovirax).
- Terapi supresif
Asiklovir 400 mg PO dua kali sehari, atau Famciclovir 250 mg PO dua kali sehari, atau Valacyclovir
500 mg atau 1.000 mg PO sekali sehari
Mekanisme Asiklovir yaitu ini sangat selektif untuk sel terinfeksi karena mempunyai afinitas
tinggi terhadap enzim kinase timidin virus. Efek ini akan mengkonsentrasikan asiklovir monofosfat
dalam sel yang terinfeksi. Monofosfat kemudian dimetabolisme menjadi bentuk trifosfatkinase aktif
seluler yang akan mengganggu enzim polimerase DNA virus, sehingga menghambat replikasi DNA.1
Dosis diberikan sesuai manifestasi klinisnya. Pemberian intravena hanya dilakukan melalui infus
dengan tetesan lambat. Untuk mencegah kerusakan ginjal maka infus diberikan selama lebih dari 1
jam dengan hidrasi adekuat. Tempat infus harus selalu dirotasi untuk mencegah flebitis.
Subjektif :
Objektif :
- TD : 100/70
- Diagnosa herpes simplex
Assesment :
Planning :
Non Farmakologi :
Referensi :
Handoko, Ronny P., 2010. Herpes Simpleks. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 380-382.
Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., DiPiro, C.V., 2015. Pharmacotherapy
handbook.