Anda di halaman 1dari 38

INFEKSI JAMUR

SUPERFISIAL
Mata Kuliah Farmakologi dan Terapi II
Universitas Islam Negeri Malang
2018
Pendahuluan
Infeksi jamur diasumsikan banyak terjadi akibat penggunaan antimikroba
broad-spectrum yang meningkat sehingga imunodefisiensi berkembang.

Imunodefisiensi adalah kemampuan sistem imun untuk melawan penyakit dan


infeksi mengalami gangguan atau melemah

Beberapa patogen jamur (misalnya Cryptococcus, Candida, Pneumocystis,


Fusarium) jarang menimbulkan penyakit serius pada manusia.

Candida albicans dapat dikultur dari mulut, vagina, dan feses pada kebanyakan
orang→imunodefisiensi → invasive candidiasis.

Faktor risiko yang menyebabkan invasive candidiasis yaitu penggunaan


antibiotik spektrum luas,neutropenia, setelah bedah abdomen, penyakit ginjal
dan kateter intravaskular dengan TPN.
Jenis Infeksi Jamur Superfisial
(superficial mycoses)

Vulvovaginal candidiasis

Oropharyngeal candidiasis

Esophageal candidiasis

Infeksi jamur kulit


Vulvovaginal Candidiasis (VVC)
infeksi jamur yang berkembang di daerah vagina dan vulva

• VVC juga dikenal dengan moniliasis  20-25%


merupakan kasus vaginitis
• VVC jarang terjadi pada wanita menopause
• 75% wanita akan mengalami minimal satu kali VVC
• VVC dibagi menjadi dua yaitu dengan komplikasi dan
tanpa komplikasi
• VVC tanpa komplikasi biasanya disebabkan oleh Candida
albicans
• VVC dengan komplikasi meliputi keterulangan infeksi
(>4x/tahun), infeksi berat, wanita yang tidak mengontrol
diabetes, debilitas, imunosupresi, resisten azole, atau
nonalbicans.
Etiologi VVC

Candida albicans (66%)

Candida glabrata

Candida tropicalis
Candida parapsilosis

Candida krusei
Faktor risiko, tanda dan gejala VVC
Gejala sering terjadi seminggu sebelum menstruasi dan membaik setelah menstruasi
Faktor risiko,
tanda dan
gejala VVC
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan
larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram,
terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

2. Pemeriksaan Biakan
Bahan yang akan diperiksakan ditanam dalam agar
dektrosa glukosa Sabouraud. Perbenihan disimpan
dalam suhu kamar atau lemari suhu 37˚C, koloni
tumbuh setelah 24- 48 jam, berupa yeast like colony.
VVC Treatment
Tujuan dari terapi obat VVC yaitu :
1. Meredakan gajala
2. Eradikasi infeksi
3. Mengembalikan kondisi flora normal
4. Mencegah keterulangan infeksi (infeksi
komplikasi)

Terapi non-farmakologi :
5. Menjaga area genital tetap bersih dan kering
6. Mencegah penggunaan hot tubs
7. Tidak menggunakan pakaian yang ketat
8. Tidak menggunakan vaginal douche
9. Hindari penggunaan sabun dan parfum di
area genital
VVC Treatment

1. Derivat Rosanillin
Gentian violet 1-2 % dalam bentuk larutan atau gel, selama 10 hari.

2. Povidone – iodine
Merupakan bahan aktif yang bersifat antibakteri maupun anti jamur.

3. Derivat Polien Nistatin


100.000 unit krim/tablet vagina selama 14 hari
Nistatin 100.000 unit tablet oral selama 14 hari
VVC Treatment

4. Drivat Imidazole

a. Topical

1) Mikonazol 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet vaginal selama


7 hari 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg tablet vaginal dosis
tunggal
2) Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari
3) Fentikonazol 2% krim vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal
selama 3 hari, 600 mg tablet vaginal dosis tunggal
4) Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari, 6,5% krim vaginal dosis
tunggal
5) Klotrimazol 1% krim vaginal selama 7 – 14 hari, 10% krim vaginal sekali
aplikasi, 100 mg tablet vaginal selama 7 hari, 500 mg tablet vaginal dosis
tunggal

6) Butokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari 7) Terkonazol 2% krim


vaginal selama 3 hari
VVC Treatment

4. Drivat Imidazole

b. Sistemik

1) Ketokanazol 400 mg selama 5 hari

2) Itrakanazol 200 mg selama 3 hari atau 400 mg dosis tunggal

3) Flukonazol 150 mg dosis tunggal

Pada pengobatan kandidiasis vaginalis berulang sama seperti pada


pengobatan kandidiasis akut akan tetapi perlu jangka lama (10-14 hari) baik
obat tropikal maupun oral
Terapi Farmakologi Uncomplicated VVC

1. Terapi jangka pendek (1-3


hari)  Antifungi PO / per-
vaginal
2. Lama pemberian
fluconazole PO dapat 1
atau 3 hari.
3. Penggunaan ketoconazole
harus dipantau karena
risiko hepatotoksisitas
berat atau sebagai opsi
lain bila resisten antifungi
Terapi Farmakologi recurrent VVC
Tujuan dari terapi obat VVC yaitu:
Mengontrol infeksi dibanding
menyembuhkan.

Untuk mencapai kondisi remisi,


diperlukan terapi azole yang lebih
lama.
1. Topical azole 14 hari
2. Fluconazole 150mg 4 hari
3. Pertimbangan infeksi non-
albicans
4. Setelah mencapai remisi,
diberikan terapi suppressive
perminggu selama 6 bulan
Terapi infeksi non-albicans dan saat hamil
1. Respon terapi infeksi non-albicans lebih rendah
dibanding C.albicans
2. Pada infeksi non-albicans direkomendasikan
menggunakan non-fluconazole selama 7-14 hari. pilihan
terapi lainnya asam borat 600 mg dalam kapsul gelatin
diberikan pervagina setiap hari selama 2 minggu
3. Pada saat hamil, kadar estrogen meningkat memicu
candidiasis, respon terapi rendah dan risiko infeksi
berulang.
4. Pada saat hamil diberikan antifungal topikal:
clotrimazole (kategori B)
single dose fluconazole 150mg PO (kategori C)
KECACINGAN
• APA ITU
KECACINGAN…. ?

Kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat


adanya cacing parasit di dalam tubuh. Dimana
dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi
berat.
Epidemiologi
• Prevalensi terjadinya pinworm infection di Amerika Serikat
sekitar 5-15% pada populasi umum. Prevalensi terbesar terjadi
pada anak usia 5-14 tahun.
• Penularannya sangat mudah, dan paling sering terjadi pada
anak-anak usia sekolah dan orang tua mereka.
• Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat
tinggi terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu
mempunya risiko terjangkit penyakit ini.
• Hasil survei cacingan di Sekolah Dasar pada beberapa Provinsi
pada tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60%-
80%, dan semua umur berkisar antara 40%-60%.
JENIS-JENIS CACING

1. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale)


2. Cacing kremi (Enterobiasis vermicularis)
3. Cacing gelang (Askariasis lumbricoides)
4. Cacing Pita (Taenia solium)
5. Filaria (W bancrofti, B malayi, Loa loa
(filariasis)
PATOFISIOLOGI
Gejala
1. Cacing Gelang (Askariasis lumbricoides)
• Habitat: rongga usus halus
• Dapat bermigrsi ke organ lain
(empedu,pankreas,peritoneum,mulut,hidung)
• sal empedu sebabkan sakit hebat, kolik di epigastrium
(ascariasis biliaris)
• Pankreas sbbkn pankreatitis sebabkan pelebaran sal
pankreas, proliferasi jaringan penyambung sbbkn
pembesaran pankreas
• Perforasi usus ke peritoneum sebabkan peritonitis
• Rasa tidak enak pada perut
• Kejang perut, diselingi dengan diare
• Kehilangan berat badan.
• Demam
2. Cacing Cambuk
• Nyeri di ulu hati
• Kehilangan nafsu makan
• Diare
• Anemia
3. Cacing Kremi

• Pasien dengan infeksi minor seringkali bersifat


asimptomatik.
• Gejala dan tanda yang sering muncul : Iritasi
dan gatal pada daerah perianal yang biasanya
terjadi pada malam hari saat cacing betina
dewasa meletakkan telurnya.
• Pada anak-anak sering timbul nervousness,
sulit berkonsentrasi, kurang nafsu makan.
• Pada infeksi mayor muncul gejala seperti nyeri abdominal,
insomnia, gelisah (restlessness) hingga anorexia, diare, dan
intractable localized itching.

• Gejala dan tanda yang kurang umum: vaginitis, inflamasi


pelvis, ISK, urethritis, dysuria, dan hives. Pasien dengan gejala-
gejala ini harus segera dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

• Menggaruk daerah perianal yang gatal akibat infeksi cacing E.


vermicularis dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.

• Infeksi cacing pada saluran genitalia dapat menyebabkan


endometritis, salpingitis, tubo-ovarian abscess, inflamasi
pelvis, vulvovaginitis, dan infertilitas
4. Cacing Tambang
- Gangguan pencernaan berupa mual,muntah,
diare dan nyeri di ulu hati.
- Pusing, nyeri kepala.
- Lemas dan lelah
- Gatal di daerah masuknya cacing
- Anemia
• APA ITU
ANTELMENTIK
…….?

Antelmentik atau obat cacing ialah obat yang


digunakan untuk memberantas atau mengurangi
cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
Sasaran dan strategi terapi
1. Sasaran terapi : gejala, daur hidup cacing,
komplikasi, penularan, kualitas hidup.
2. Strategi terapi :
• Menghilangkan gejala pasien
• Memutus daur hidup cacing
• Mencegah komplikasi
• Meningkatkan kualitas hidup pasien
• Mencegah penularan ke anggota keluarga/
teman
Tatalaksana Terapi
Terapi Non-Farmakologi
Terapi Farmakologi
1. Pirantel

• Pirantel bekerja sebagai agen depolarisasi neuromuskular yang


melumpuhkan cacing dewasa, sehingga menyebabkan cacing tersebut
kehilangan kemampuannya untuk berikatan pada dinding usus dan kemudian
akan keluar bersama feses.

• Pirantel tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, yaitu suspensi, sirup,


tablet, dan tablet kunyah. Dosis tunggal pirantel adalah 10 mg/kg dan dosis
maksimal 1 gram diberikan secara oral. Dosis harus diulang selama 2 minggu
setelah gejala terobati agar tidak terjadi infeksi kembali yang biasa terjadi.
Pirantel dapat diberikan tanpa atau bersama makanan.

• Efek samping yang dapat muncul yaitu rasa tidak nyaman di saluran cerna
(GI) seperti mual, muntah, anoreksia, diare, dan kram perut. Kontraindikasi
pada gangguan fungsi hati
2. Mebendazol

• Mebendazol adalah suatu turunan benzomidazole yang memiliki khasiat


sebagai obat antelmintik (obat kecacingan) yang mempunyai jangkauan luas
terhadap cacing-cacing parasit antara lain :

 Ascaris lumbricoides (cacing gelang)


 Trichuris trichiura (cacing cambuk)
 Strongyloides stercoralis
 Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
 Necator americanus (cacing tambang)
 Enterobius vermicularis (cacing kremi)
 Dan juga cacing pita Taenia solium
2. Mebendazol

• Secara selektif dan ireversibel menghalangi


pengambilan glukosa dan nutrisi lainnya oleh cacing
sehingga mengakibatkan penipisan glikogen endogen
cacing dan menghambat pembentukan mikrotubulus di
usus oleh cacing dewasa.

• Absorbsinya rendah yaitu 2-10% dan sebagian besar


diekskresikan bersama feses.

• Dosis tunggal mebendazol adalah 100 mg diberikan per


oral. Mebendazol dapat dikonsumsi bersama makanan
3. Albendazol

• Mekanisme aksinya adalah pengikatan β-tubulin bebas dalam sel


parasit, mengakibatkan penghambatan selektif parasit
mikrotubulus polimerisasi, dan penghambatan penyerapan
mikrotubulus yang tergantung dari glucose

• Absorbsinya rendah yaitu <5% dan akan meningkat bila


dikonsumsi bersama dengan makanan berlemak, serta
diekskresikan bersama feses.

• Bentuk sediaan obat albendazol adalah tablet.

• Dosis tunggal yang diberikan adalah 400 mg dikonsumsi per oral.


Albendazol dapat dikonsumsi bersama dengan makanan.
4. Piperazin
4. Piperazin

Anda mungkin juga menyukai