Anda di halaman 1dari 3

B.

Hubungan antara Qada' dan Qadar 


Menurut bahasa, kata qada' berarti ketentuan Allah, sedangkan
menurut istilah, qada' adalah keputusan terhadap suatu ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah untuk makhluk-Nya atau ketentuan yang
ditetapkan sejak zaman azali. Hidup dan matinya seseorang sudah
ditentukan oleh Allah. Tak ada seorangpun yang tahu kapan dan dimana
dirinya akan mati.
Firman Allah swt :

Artinya :
‘’ Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…….” (Q.S. an-
Nisa:78)

Qadar menurut bahasa artinya yang tetap, sedangkan menurut


istilah, qadar adalah ketentuan Allah yang terjadi sejak zaman azali,
baik ketentuan itu sudah terjadi maupun yang akan terjadi terhadap
semua makhluk hidup.
Hubungan antara qada' dan qadar merupakan hubungan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antara
qada' dan qadar itulah yang disebut takdir.Takdir dibagi menjadi dua
macam :
1.    Takdir mubram (pasti)
2.   Takdir mu'allaq (tergantung)
Qada' dan qadar merupakan takdir Allah yang telah digariskan
kepada manusia. Namun, ada juga takdir yang memberi kesempatan
kepada manusia untuk berikhtiar atau beusaha mengubahnya.
Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar
selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman
azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha
qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya.
Di dalam surat Al-Hijr ayat 21
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah
takdir”, maksudnya qadha dan qadar.

Hubungan Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan rukun iman yang keenam. Qadha
adalah ketentuan akan kepastian yang datangnya dari Allah SWT terhadap segala
sesuatu sejak zaman azali, yaitu sejak zaman sebelum sesuatu itu terjadi. Segala
sesuatu yang terjadi telah diketahui Allah SWT terlebih dahulu karena Dialah yang
merencanakan serta yang menentukannya. Seluruh makhluk, baik malaikat, syetan,
jin, maupun manusia tidak akan mengetahui rencana-rencana Allah SWT tersebut.
Manusia punya rencana, tetapi Allah SWT yang menentukan. Ungkapan ini
merupakan salah satu bentuk cara memahami qadha dan qadar Allah SWT. Manusia
memang diberi kemampuan untuk berbuat dan berpikir, namun kedudukan Allah
SWT dan kekuasaan-Nya adalah di atas segala-galanya.

Ketentuan Allah SWT ini merupakan hak mutlak (absolut), tanpa campur tangan
siapapun dan dari manapun. Oleh karena itu manusia harus mau menerima
kenyataan. Kemampuan manusia terbatas pada ikhtiar untuk mengatasi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan berhasil atau gagal, ini
merupakan kekuasaan Allah SWT semata. Rasulullah saw bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: baginda s.a.w bersabda:
Allah SWT mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Ia
masih berupa air mani. Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan!
Ia sudah berupa segumpal darah. Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari
Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging. Apabila
Allah SwT membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka
Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan?
Celaka atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya? Segala-
galanya dicatat ketika masih di dalam kandungan ibunya”. (HR Bukhari dan Muslim)

Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah berlaku bagi setiap
makhluk sesuai dengan ukuran dan ketentuan yang telah dipastikan oleh Allah SWT
sejak zaman azali. Oleh karena itulah, baik buruknya telah direncanakan terlebih
dahulu oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : “Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”  (QS Ar Ro’du: 8)
Dari pengertian hadis dan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa qadha dan
qadar atas diri manusia telah diputuskan oleh Allah SWT sebelum manusia ada atau
dilahirkan ke dunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah qadha dan qadar biasa
disebut juga dengan takdir. Jadi, beriman kepada qadha dan qadar dapat dikatakan
pula dengan beriman kepada takdir.

Takdir baru dapat diketahui oleh manusia dengan kenyataan atau peristiwa yang
yang telah terjadi, contoh :
1. Terjadinya musibah bencana tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember tahun
2004 yang merenggut ratusan ribu korban meninggal dunia. Sebelum kejadian
tersebut tak ada seorangpun yang mengetahuinya.

2. Dalam suatu kejadian kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang ternyata


ada seorang bayi yang selamat. Menurut ukuran akal, si bayi adalah makhluk yang
sangat lemah dan tidak mampu mencari perlindungan, tetapi malah dia yang
selamat. Sementara penumpang lain yang sudah dewasa dan dapat berusaha
menyelamatkan diri malah meninggal dunia.

3. Ada seorang yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Orang sekampung
memperkirakan anak tersebut kelak juga akan menjadi miskin seperti orang tuanya.
Namun, setelah anak tersebut dewasa ternyata menjadi orang yang pandai
berdagang, sehingga dia menjadi orang yang kaya.

Contoh-contoh di atas hanyalah merupakan bagian kecil ari peristiwa-peristiwa yang


berkaitan dengan takdir Allah SWT. Masih banyak sekali peristiwa yang bisa kita
pahami sebagai perwujudan dari qadha dan qadar dari Allah SWT. Namun dari
berbagai contoh di atas menunjukkan bahwa qadha dan qadar Allah SWT akan tetap
berlaku kepada setiap makhluk-Nya. Oleh karena itu, orang beriman harus meyakini
dengan sepenuh hati akan adanya qadha dan qadar. Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
(takdir) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.  (QS. Yasin : 38)
Dalam surat al-Hadid ayat 22, Allah juga berfirman :
Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”  (QS.
al-Hadid : 22)

Anda mungkin juga menyukai