Anda di halaman 1dari 11

1.

Tahap Penyusunan Pidato


Seringkali kita mendengar seseorang yang berpidato panjang tanpa memperoleh
apa-apa daripadanya selain kelelahan dan kebosanan. Ini biasanya disebabkan
pembicaraan mempunyai bahan yang banyak tetapi tetapi tidak mampu
mengorganisasikannya. Herbert Spencer pernah berkata :”kalau pengetahuan
orang itu tidak teratur, maka makin banyak pengetahuan yang dimilikinya, makin
besar pula kekacuan pikirannya”.1

1.1Prinsip-prinsip Komposisi Pidato


Banyak cara menyusun pesan pidato,tetapi semuanya harus di dasari dengan tiga
prinsip komposisi. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh organisasi pesan.
“these three great rhetorical principles”,kata Raymond S. Ross,”have a profound
bearing upon how we should organize massages”. Prinsip-prinsip ini ialah
kesatuan(unity), pertautan(coherence) dan titik berat(emphasis).
a. Kesatuan (unity)
Aristoteles pernah membandingakan komposisi sebagai satu tubuh. Seluruh
gubahan harus merupakan kesatuan yang tidak dapat di cerai beraikan. Hilangnya
satu bagian anggota tubuh menyebabkan bentuk yang rusak dan tidak lengkap.
Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan
dalam isi,tujuan dan sifat(mood)
Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang
menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang.
Komposisi juga harus mempunyai satu tujuan. Satu diantara yang tiga-
menghibur,memberitahukan dan mempengaruhi harus di pilih.
Kesatuan harus nampak dalam sifat pembicaraan(mood). Sifat ini mungkin
serius, informal, formal anggun,atau bermain-main. Kalau memilih sifat informal,
maka suasana formalitas harus mendominasi seluruh uraian. Untuk
mempertahankan kesatuan ini bukan saja di perlukan ketajaman pemikiran, tetapi
juga kemauan kuat untuk membuang hal-hal mubazir.
b. Pertautan (coherence)
1
Jalaluddin rakhmat,Retorika modern,(Bandung:Remaja Rosdakarya,1998)31
Pertautan menunjukan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain.
Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang
lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan
yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu menarik gagasan pokok dari
seluruh pembicaraan.
Untuk memelihara pertautan dapat di pergunakan tiga cara : ungkapan
penyambung (conennctive pharases), paralalisme dan gema(eco). Ungkapan
penyambung adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan
bagian-bagian.
Paralelisme ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan
yang sama untuk setiap pokok pembicaraan.
Gema berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu di ulang kembali pada
kalimat baru. Gema dapat berupa sinonim, prulangan kata, kata ganti seperti ini,
itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang
terdahulu.
c. Titik-berat (emphasis)
Bila kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah
jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukan mereka pada bagian-bagian penting
yang patut diperhatikan. Hal-hal yang dititikberatkan bergantung kepada isi
komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama (central
ideas), ikhtisar, uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus
dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus dititikberatkan, atau
di tekankan. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah,
huruf miring atau besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan
hentian,tekanan suara yang dinaikan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya.
Secara singkat, prinsip-prinsip komposisi ialah: kesatuan, pertautan, dan titik-
berat. Kesatuan berarti satunya isi, tujuan dan sifat. Tetapi kesatuan tanpa susunan
gagasan yang teratur akan menimbulkan kebingungan. Karena itu di perlukaan
syarat kedua: pertautan. Setelah itu, beberapa gagasan di tonjolkan, yang lain
dikebelakangkan, sebagian ditekankan dan sebagian lagi diuraikan sambil lalu.
Inilah yang dinamakan titik-berat. 2
2
Jalaluddin rakhmat,Retorika modern,(Bandung:Remaja Rosdakarya,1998)32-34
1.2 Menyusun Pesan Pidato
Pidato yang tersusun tertib (well-organized) akan menciptakan suasan yang
favorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas
sehingga memudahkan pengertian, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas
sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok dan
menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis. Pesan di bagi
menjadi dua yaitu: organisasi pesan(message organization) dan pengaturan
pesan(message arrangment).
a. Organisasi Pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan(sequence): deduktif,
induktif, kronologis, logis, spasial dan topikal.

 Deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian


memperjelasnya dengan keterangan penunjang penyimpulan dan bukti.
 Induktif di mulai dengan keterangan penunjang penyimpulan dan bukti
kemudian gagasan utama.
 Kronologis,pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
 Logis, pesan disusun berdasarkan sebab-ke-akibat atau akibat-ke-sebab.
 Spasial, pesan di susun berdasarkan tempat.
 Topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan

b. Pengaturan Pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih perlu menyesuaikan
organisasi ini dengan cara berpikir khalayak. Urutan pesan yang sejalan dengan
proses berpikir manusia disebut Alan H. Monroe dalam buku Retorika Modern
sebagaimotivated sequence (urutan bermotif). Bagaimana kita berpikir
dikemukakan William James dalam bukunya, How We think. Proses berpikir dari
James ini diterjemahkan oleh Raymond S. Ross dalam susunan sebagai berikut:
1) Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan.
2) Pengenalan masalah atau kebutuhan.
3) Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari pcnyelesaian terbaik.
4) Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan.
5) Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan
masalah. Suatu hari anda mendengar adanya hubungan antara mental wiraswata
(enterpreneurship) dengan kemajuan bangsa. Perhatian anda mulai timbul.
Kemudian terbukti bahwa mental wiraswasta itu amat perlu dibina (tahap berpikir
ke dua). Tetapi bagaimana caranya, hal-hal apa yang merintanginya, bagaimana
cara pemecahannya dirumuskan dalam beberapa alternatif (tahap berpikir ke tiga).
anda membayangkan akibat-akibat alternatif itu (tahap berpikir ke empat).
Alternatif yang paling baik anda terima dan yang lain anda tolak (tahap berpikir
ke lima). Hollingsworth dalam the Psychology of the Audience menyebutkan lima
tugas pokok yang harus diperhitungkan komunikator dalam mempengaruhi
khalayak, yaitu perhatian, minat, kesan, keyakinan, dan pengesahan. Tahap
pertama yang dilakukan pembicara ialah merebut perhatian khalayak dengan
menggunakan berbagai macam daya tarik. Perhatian harus dipertahankan dengan
membangkitkan minat khalayak. Di sini digunakan cerita lucu, penggunaan
bahasa yang baik, dan hal-hal lainnya yang menimbulkan tambahan perhatian.
Tahap berikutnya ialah menanamkan kesan yang kuat dan merebut keyakinan
melalui manipulasi emosi yang ditampilkan dalam bentuk argumentasi logis. Pada
tahap terakhir khalayak harus ditunjukkan kepada arah tindakan dengan sifat,
waktu, tempat, dan cara yang telah ditentukan.
Raymond S. Ross menganjurkan sistem penyusunan pesan sebagai berikut :
1.Perhatian. Timbulkan perhatian sehingga khalayak memiliki perasaan yang
sama tentang masalah yang dihadapi.
2.Kebutuhan. Bangkitkan minat dan terangkan perlunya masalah tersebut di atas
dengan menghubungkannya pada kebutuhan pribadi dan daya tarik motif.
3.Rencana. Jelaskan pemecahan masalah tersebut dengan melihat pengalaman
masa lalu, pengetahuan dan kepribadian khalayak
4.Keberatan. Kemukakan keberatan-keberatan, kontra argumentasi atau
prmecahan lainnya.
5.Penegasan kembali. Bila arah tindakan yang diusulkan telah terbukti paling
baik, tegaskan kembali pesan tersebut dengan ikhtisar, tinjauan singkat, kata-kata
pengingat dan visualisasi.
6.Tindakan. Tunjukkan secara jelas tindakan yang harus mereka lakukan.
1.3 Membuat Garis-Garis Besar Pidato
Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi
pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis besar
adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan
retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar
yang salah akan mengacaukan perjalanan pembicaraan, seperti juga garis besar
yang teratur akan menertibkan jalannya pidato.
a. Ciri-ciri Garis Besar yang Baik
Bentuk garis besar bermacam-macam, tetapi ada pedoman yang sama untuk
membuat garis besar yang baik.
Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup. Dengan
menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya
menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan
tindakan.Perhatian ditempatkan pada pengantar, yaitu kebutuhan pemuasan, dan
visualisasi. Sedangkan pada isi, yaitu tindakan pada penutup pidato.
b. Macam-macam Garis Besar
Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H. Monroe
menunjukkan tiga macam garis besar yaitu garis besar lengkap (fullcontent
outline), garis besar singkat(key-word outline), garis besar alur teknis (outline of
technical plot).
Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan
digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya.
Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja,
digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato.
Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar Slengkap
diletakkan pada kertas lain.
1.4 Memilih Kata-kata
Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr. merumuskan ketentuan-ketentuan retorika
itu
sebagai berikut: Bahasa lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas, tepat, dan
menarik.
Ini berarti bahwa kata-kata yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda
(ambigues),
tetap dapat mengungkapkan gagasan secara cermat, yaitu dengan :
1. Gunakan istilah yang spesifik (tertentu)
2. Gunakan kata-kata yang sederhana
3. Hindari istilah-istilah teknis
4. Berhemat dalam penggunaan kata-kata
5. Gunakan perulangan atau pernyataan kembali
Ini berarti kata-kata yang digunakan hams sesuai dengan kepribadian
komunikator, jenis pesan, keadaan khalayak, dan situasi komunikasi. Hindari
kata-kata klise. Kata klise ialah kata yang sudah terlalu sering dipergunakan atau
tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

1. Gunakan bahasa pasaran secara hati-hati


Bahasa pasaran (slang) ialah bahasa yang dipergunakan bukan oleh orang yang
terpelajar,
tetapi diterima dalam percakapan sehari- hari.
2. Hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut.
Kata-kata asing sebaiknya dihindari, kalau tidak ditemukan istilah Indonesianya.
3. Hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan.
Vulgarisme ialah kata-kata kampungan yang hanya digunakan oleh masyarakat
rendahan.
4. Jangan menggunakan penjulukan
Penjulukan (name calling) adalah pemberian nama jelek pada sesuatu atau
seseorang yang tidak kita senangi.
5. Jangan menggunakan eufemisme yang berlebih-lebihan.
Eufemisme ialah ungkapan pelembut yang biasanya menggantikan kata-kata yang
"terasa" kurang enak. Kata-kata Harus Menarik selain harus jelas dan pantas
(clear and appropriate), kata-kata juga harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup
dan merebut perhatian. Untuk itu, di bawah kita tuturkan beberapa petunjuk:
1. Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayak
2. Gunakan kata berona
Kata berona (colorfull word) ialah kata yang dapat melukiskan sikap dan-
perasaan atau keadaan.

3. Gunakan bahasa yang figuratif


Bahasa figuratif ialah bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga menimbulkan
kesan yang indah.
4. Gunakan kata-kata tindak (action words)
Kata tindak menggunakan kata-kata aktif.
1.5 CARA MEMBUKA PIDATO
Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam
membuka
pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan
utama pembukaan pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar
belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator
”Perhatian akan menentukan tindakan", kata William James. Tetapi kesan
pertama akan menentukan sikap. Karena itu seorang pembicara harus memulai
pembicaraannya dengan penuh kesungguhan, sehingga ia kelihatan mantap,
berwibawa, dan mampu. Bagaimana cara-cara membuka pidato dan berapa
banyak waktu yang dibutuhkannya amat bergantung kepada topik, tujuan, situasi,
khalayak, dan hubungan antara komunikator dengan komunikan. Sebagai
pedoman, Anda dapat memilih satu di antara cara-cara di bawah ini:
1. Langsung menyebutkan pokok persoalan komunikator menyebutkan hal yang-
akan dibicarakannya dan memberikan kerangka pembicaraannya.
2. Melukiskan latar-belakang masalah komunikator menerangkan sejarah topik,
membatasi pengertian, dan menyatakan masalah-masalah utamanya.
3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi
pusat perhatian.
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
5. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato.
6. Menghubungkan dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak.
7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu.
8. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar.
9. Memberikan pujian pada khalayak atas prestasi mereka.
10. Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
11. Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan pertanyaan
yang baik dapat mendorong khalayak untuk memikirkan jawabannya.
12. Menyatakan kutipan yang dikutip
13. Menceritakan pengalaman pribadi.
14. Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotetis.
15. Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya.
16. Membuat humor

1.6 CARA MENUTUP PIDATO


Permulaan dan akhir pidato adalah bagian-bagian yang paling menentukan. Kalau
permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian
kepada pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus dapat memfokuskan
pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari
seluruh isi pidato. Karena itu penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh
tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan
yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan
kesan terakhir yang positif. Ada dua macam penutup yang buruk: berhenti tiba-
tiba tanpa memberikan gambaran komposisi yang sempurna, atau berlarut-larut
tanpa pengetahuan di mana harus berhenti.Untuk menghindari hal seperti ini,
penutup pidato harus direncanakan sebelumnya lebih baik.
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
3. Mendorong khalayak untuk bertindak (Appeal for Action).
4. Mengakhiri dengan klimaks Akhir pidato.
5. Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli..
6. Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan.
7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi.
8. Memuji dan menghargai khalayak
9. Membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.

2. Mengatasi Kepanikan Berpidato


Banyak orang merasa takut, cemas, bahkan gemetar sebelum tampil untuk
berpidato atau membuat pertunjukan di depan publik. Tanda-tanda dari perasaan
cemas ini misalnya lutut gemetar, jantung berdebar lebih keras, berkeringat,
tangan gemetar, muka menjadi merah, tangan berkeringat, mulut menjadi kering,
kurang konsentrasi dan perasaan fisik dan psikis yang melumpuhkan.3
2.1 Sebab-sebab Utama Rasa Takut dan Cemas

3
Dori Wuwur Hendrikus,Retorika(Yogyakarta:Kanisius)155
Ada banyak alasan yang menyebabkan orang merasa takut sebelum tampil,
seperti:

 Takut ditertawakan
 Takut berhenti di tengah pembicara karena kehilangan jalan pemikiran
 Takut karena tidak menguasai tema
 Takut membuat kesalahan
 Takut mendapat kritik
 Takut kalau tidak bisa dimengerti
 Takut ceramah tidak lancar
 Takut bahwa ungkapannya jelek dan tidak jelas
 Takut kehilangan muka
 Takut akan mendapatkan pengalaman jelek
 Takut bahwa harapan pendengar tidak dipenuhi
 Takut akan kemacetan teknis
 Takut akan begitu banyak mata pendengar yang memandangnya

2.2 Bagaimana Cara Mengatasi Rasa Takut dan Cemas ?


Yang penting ialah persiapan yang teliti! Kalimat pertama dan terakhir harus
dapat di hafal !

 Membina kontak mata dengan pendengar – sebagai feed back


 Jangan melambungkan tujuan terlalu tinggi
 Menganggap pendengar sebagai kawan, bukan lawan
 Tugasmu ini harus dianggap sebagai kesempatan untuk membuktikan diri
dan bukan ujian atau percobaan
 Kegagalan hendaknya dianggap sebagai kemenangan yang tertunda
 Berusahalah untuk menenangkan diri dan batin, lewat pernapasan yang
baik
 Pilihlah tema yang baik dan tepat bagi pendengar
 Gunakanlah media yang tepat
 Buatlah juga jeda di tengah pembicaraan
 Bacalah dengan suara keras dan jelas, supaya anda bisa mendengar suara
sendiri
 Tenangkanlah dan lenturkanlah diri anda lewat latihan dan sugesti pribadi4

4
Dori Wuwur Hendrikus,Retorika(Yogyakarta:Kanisius) 157-159

Anda mungkin juga menyukai