1. RASIONAL
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
3. BAHAN AJAR
1
pokok bahasan ini akan dibicarakan prinsip-prinsip komposisi wicara publik,
teknik-teknik penyusunan pesan, dan teknik membuat garis-besar wicara
publik. Bila tentara bermain-main dengan peluru, maka orator berkecimpung
dalam kata-kata. Pada pokok bahasan ini akan diuraikan penggunaan bahasa
dan pemilihan kata-kata, untuk memungkinkan kita memperoleh kefasihan yang
memukau.
Kesatuan (unity)
Di dalam tubuh manusia, misalnya, seluruh tubuh manusia harus
merupakan kesatuan yang tidak dapat diceraiberaikan. Anggota yang satu
melengkapi anggota yang lain. Hilangnya satu bagian anggota tubuh
menyebabkan bentuk yang rusak dan tidak lengkap. Komposisi yang baik barus
merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan
sifat. Di dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh
uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang. Komposisi
juga harus mempunyai satu macam tujuan. Satu di antara yang tiga-menghibur,
memberitahukan, dan mempengaruhi harus dipilih. Dalam presentasi persuasif
boleh saja kita menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu itu
menambah daya persuasi. Dalam presentasi informatif, anekdot dipergunakan
dengan pertimbangan dapat memperjelas uraian.
Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood). Sifat ini
mungkin serius, informal, formal, anggun atau bermain-main. Kalau Kita
memilih sifat informal, maka suasana formalitas harus mendominasi seluruh
uraian. Ini menentukan pemilihan bahan, gaya bahasa atau pemilihan kata-
kata. Misalnya dalam suasana informal, gaya wicara publik seperti bercakap-
cakap (conversational) dan akrab (intimate).
2
Untuk mempertahankan kesatuan ini bukan saja diperlukan ketajaman
pemikiran, tetapi juga kemauan kuat untuk membuang hal-hal yang mubazir.
Seringkali orang digoda untuk memasukkan bahan yang menarik, walaupun
kurang berfaedah. Kurangnya kesatuan akan menyebabkan pendengar
menggerutu, “ngawur“ bertele-tele, tidak jelas apa yang dibicarakan, “meloncat-
loncat“.
Pertautan (coherence)
Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama
lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok
yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan
gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu menarik gagasan
pokok dari seluruh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan perencaaan tidak
memadai, pemikiran yang ceroboh, dan penggunaan kata-kata yang jelek.
Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara: ungkapan
penyampung (connective phrases), paralelisme dan gema (echo). Ungkapan
penyampung adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkai
bagian-bagian. Berikut ini adalah contoh-contohnya:
Karena itu, walaupun jadi, selain itu, sebaiknya, misalnya sebagai contoh dengan
perkataan lain, sebagai ilustrasi, bukan saja ..., tetapi juga ... tidak berbeda dengan ini ...,
akibat semuanya ini ..., dan yang terpenting dari semuanya ini, .., hal-hal tersebut perlu
diperhatikan..., demikian ... contoh berikutnya ialah ..., dst.
3
Gema dapat berupa sinonim, perulangan kata,kata ganti seperti ini, itu,
hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang
terdahulu.
Titik-berat (emphasis)
Bila kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti
dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukkan mereka pada
bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus
dititikberatkan bergantung kepada isi komposisi wicara publik, tetapi pokok-
pokoknya hampir sama. Gagasan utama (centralling ideas), ikhtisar uraian,
pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak adalah
contoh-contoh bagian yang harus dititikberatkan atau ditekankan. Titik berat
dalam tulisan dalam dinyatakan dengan garis bawah, huruf miring atau huruf
besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan jeda, tekanan suara yang
dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya
Secara singkat, prinsip-prinsip komposisi ialah. Kesatuan, pertautan dan
titik berat. Kesatuan berarti satunya isi, tujuan dan sifat. Akan tetapi, kesatuan
tanpa susunan gagasan yang teratur akan menimbulkan kebingungan. Oleh
karena itu, diperlukan syarat kedua, yaitu pertautan. Setelah itu, beberapa
gagasan harus ditonjolkan, yang lain dikebelakangkan, sebagian ditekankan
dan sebagian lagi diuraikan sambil lalu inilah yang kita sebut titik berat.
4
Organisasi Pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam (sequence): deduktif,
induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal.
Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama,
kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan
bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian
dan kemudian menarik kesimpulan. Bila Kita menyatakan dulu mengapa perlu
menghentikan merokok, lalu menguraikan alasan-alasannya, Kita
menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila Kita menceritakan sekian banyak
contoh dan pernyataan dokter dan Kita menyimpulkan bahwa rokok berbahaya,
urutan iduktif Kita ikuti.
Dalam urutan kronologis pesan disusun berdasarkan waktu terjadinya
peristiwa. Mungkin Kita memulainya dari satu waktu tertentu kemudian maju ke
muka atau kebelakang. Bila Kita diminta berbicara tentang perkembangan ilmu
pengetahui pada zaman dulu, Kita membagi pesan sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan di Mesir dan Mesopotamia
2. Ilmu pengetahuan di Yunani
3. Ilmu pengetahuan dalam zaman Romawi
Walaupun pembagian itu kelihatannya menurut tempat, tetapi
sebenarnya Kita mengikuti uraian waktu ; karena kebudayaan Mesir dan
Mesopotamia mendahului kebudayaan Yunani dan seterusnya.
Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab-ke-akibat atau
akibat ke sebab. Bila seorang dokter menjelaskan arterioclerosis dari sebab-
sebabnya kepada gejala-gejalanya, ia mengikuti urutan pertama. Tetapi bila ia
berangkat dari gejala-gejala arterioclerosis seperti adanya deposit cholesterol,
menyempitan saluran drahm permukaan saluran yang kasar, dan menjelujuri
penyebab-penyebabnya, ia mulai dari akibat ke sebab.
Dalam urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini
dipergunakan kalau pesan berhubungan dengan subjek geografis atay keadaan
fisik lokasi. Wicara publik tentang Distribusi pendapatan di Indonesia, dapat
disusun sebagai berikut :
1. Rata-rata pendapatan penduduk di Ibukota
2. Rata-rata pendapatan penduduk di Jawa
5
3. Rata-rata pendapatan penduduk di luar Jawa
Dalam urutan tipikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicraan
klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah
kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing. Menguraikan
komunikasi kelompok, komunikasi massan (klasifikasi topik). Menjelaskan suatu
organisasi biasanya diawali dengan keadaan pimpinan, pembantu-
pembantunya dan lalu anak buahnya (penting ke tidak penting). Berbicara
tentang teori Quantum dapat menggunakan urutan : pengertian quantum,
mekanika quantum, elektrodinamika quantum (mudah ke sukar). Musik vokal
dapat diuraikan dari lagu yang dikenal khalayak sampai kepada aria, himne
crol, chorale, chorus, madrigal, oratorio dan seterusnya (dikenal ke asing).
Pengaturan Pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih perlu
menyesuaikan organisasi ini dengan cara berpikir khalayak. Urutan pesan yang
sejalan dengan proses berpikir manusia disebut Alam H. Monroe sebagai
motivated sequence (urutan bermotif).
Bagaimana kita berpikir dikemukakan dari James William James dalam
pokok bahasannya, How We think. Proses berpikir dari James ini diterjemahkan
oleh Raymond S. Ross dalam susunan sebagai berikut:
1. Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan
2. Pengenalan masalah atau kebutuhan
3. Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari penyelesaian terbaik
4. Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan
5. Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan
masalah.
Suatu hari Kita mendengar adanya hubungan antara mental wiraswasta
(enterpreneurship) dengan kemajuan bangsa. Perhatian Kita mulai timbul.
Kemudian terbukti bahwa mental wiraswasta itu amat perlu dibina (tahap
berpikir kedua). Tetapi bagaimana caranya hal-hal apa yang merintanginya,
bagaimana cara pemecahannya dirumuskan dalam beberapa alternatif (tahap
berpikir ketiga). Ada membayangkan dalam beberapa alternatif (tahap berpikir
ketiga). Kita membayangkan akibat-akibat alternatif itu (tahap berpikir
6
keempat). Alternatif yang paling baik Kita terima dan yang lain Kita tolak (tahap
berpikir kelima). Dari proses berpikir di atas, sarjana-sarjana retorika
merumuskan sistem penyusunan pesan dengan corak yang berlainan tetapi
maksud yang hampir sama (lihat skemanya di bawah ini).
Hollingsworth dalam The Psyshology of the Audience menyebutkan lima
tugas pokok yang harus diperhitungkan komunikator dalam mempengaruhi
khalayak: perhatian, minat, kesan, keyakinan, dan pengarahan. Tahap pertama
yang dilakukan pembicara ialah merebut perhatian khayalak dengan
menggunakan berbagai macam daya tarik. Perhatian harus dipertahankan
dengan membangkitkan minat khalayak. Di sini digunakan cerita lucu,
penggunaan bahasa yang baik, dan hal-hal lainnya yang menimbulkan
tambahan perhatian. Tahap berikutnya ialah menanamkan kesan yang kuat dan
merebut keyakinan melalui manipulasi emosi yang ditampilkan dalam bentuk
argumentasi logis. Pada tahap terakhir khayalak harus ditunjukkan kepada arah
tindakan dengan sifat, waktu, tempat, dan cara yang telah ditentukan.
7
3. Rencana. Jelaskan pemecahan masalah tersebut dengan melihat
pengalaman masa lalu, pengetahuan dan kepribadian khalayak.
4. Keberatan. Kemukakan keberatan-keberatan, kontra argumentasi atau
pemecahan lainnya.
5. Penegasan kembali. Bila arah tindakan yang diusulkan telah terbukti paling
baik, tegaskan kembali pesan tersebut dengan ikhtisar, tinjauan singkat,
kata-kata pengingat dan visualisasi.
6. Tindakan. Tunjukkan secara jelas tindakan yang harus mereka lakukan.
Hovlan, Janis dan Kelley beranggapan bahwa penerimaan suatu opini
merupakan hasil rangkaian pengalaman belajar. Dan dalam belajar manusia
mengalami tiga aspek pokok: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Mulaa-
mula mereka tertarik dengan pesan, kemudian membentuk konsep dan
mengartikan lambang-lambang itu. Perhatian dan pengertian khalayak
menentukan apa yang akan mereka pelajari dari isi pesan komunikator. Proses
penerimaan merupakan proses yang lebih kompleks, karena meliputi faktor
predisposisional seperti siatusi komunikasi, bentuk pesan dan kredibilitas
komunikator.
Miller dan Dollard juga menghubungkan proses penerimaan gagasan ini
dengan teori belajar dalam psikologi. Timbulkan dulu motivasi untuk belajar,
berikan rangsangan tertentu dan respon positif yang diharapkan, dan jelaskan
imbalan positif yang akan mereka peroleh bila menerima gagasan itu.
Dalam pokok bahasan ini kita akan mengambil sistem penyusunan
pesan dari Alan H. Monroe sebab betapa pun klasiknya sistem ini tetap
merupakan sistem yang lengkap, terurai dan praktis untuk diterapkan dalam
penyusunan pesan wicara publik. Monroe menyebutkan lima tahap urutan
bermotif: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi dan tindakan.
Jadi, perhatian pendengar ditimbulkan lebih dahulu, selanjutnya ia harus
merasakan adanya kebutuhan tertentu, ia harus diberikan petunjuk bagaimana
cara memuaskan tersebut, ia harus diberikan petunjuk bagaimana cara
memuaskan kebutuha tersebut. Ia harus dapat menggambarkan dalam
pikirannya penerapan usul yang dianjurkan kepadanya. Akhirnya, saran
tindakan yang tegas harus dinyatakan. Bila kita berkata pada teman kita,“Lihat
rambutmu! Kita berada pada tahap pertama. Bila kemudian kita menyatakan
8
bahwa rambut itu sudah perlu dipotong, Kita berusaha menyakinkan dia akan
kebutuhannya sendiri. Kita tentu akan menjelaskan bahwa bila tidak dipotong
cepat-cepat, rambut tentu akan mengganggunya, menyebabkan dia kelihatan
tidak rapi; sedangkan bila dipotong, ia akan tampak gagak, sopan, rapi dan
tampan. Ini usaha visualisasi, “Ayo, cukurlah rambutmu serkarang, adalah
perintah untuk bertindak.
Tidak seluruh tahap itu terdapat dalam setiap jeis wicara publik. Dalam
wicara publik rekreatif, pembicara hanya berada terus menerus pada tahap
perhatian. Di sini khalayak diharapkan memberikan respons, „Saya ingin
mendengarkannya dan saya akan terus mendengarkan, sebab saya
menyenanginya“. Dalam wicara publik informatif, pembicara menggunakan tiga
tahap: tahap perhatian, tahap kebutuhan, dan tahap pemuasan. Perhatian
kepada pokok pembicaraan dibangkitkan dahulu. Kemudian ditunjukkan hasrat
ingin tahu, sehingga khalayak memerlukan informasi itu. Barulah terakhir
disajikan informasi itu sendiri. Dalam wicara publik persuasif, semua tahap itu
harus dilalui. Apa yang harus dilakukan pada tiap tahap tersebut akan diuraikan
di bawah.
Tahap perhatian. Khalayak dapat memperhatikan pesan wicara publik
secara sengajar, karena ia berkeinginan untuk mendengarnya. Tetapi seorang
juru wicara publik harus berusaha membuatnya menaruh perhatian, walaupun
sebelumnya khalayak tertarik dengan hal-hal yang lain. Tahap perhatian
terdapat pada pembukaan wicara publik. Karena itu hal-hal yang harus
dilakukan pada tahap ini dapat dilihat pada bagian Cara Membuat Wicara
publik.
Tahap Kebutuhan. Jenis tahap kebutuhan disesuaikan dengan tujuan
wicara publik. Dalam wicara publik persuasif yang ditujukan untuk menimbulkan
perubahan, pada tahap ini pembicara membangkitkan rasa tidak puas pada
keadaan. Persoalan penting harus ditunjukkan dengan jelas. Dalam wicara
publik informatif, khalayak, harus merasakan kurangnya pengetahuan tentang
pokok yang dibicarakan dan menyadari betapa pentingnya informasi yang
bakal diterimanya. Walaupun terdapat perbedaan seperti diatas, tahap
kebutuhan mempunyai satu pola pengembangan yang sama. Pada tahapini kita
dapat menggunakan empat macam teknik pengembangan: (1) Pernyataan
9
(statement): pernyataan masalah tertentu atau pentingnya informasi yang akan
disampaikan, (2) Ilustrasi (illustration): menceritakan beberapa buah contoh
untuk menggambarkan kebutuhan, (3) Ramifikasi (ramification): penambahan
contoh tambahan dan teknik-teknik lainnya dalam mengembangkan bahasan,
untuk menambah kesan dan keyakinan, (4) Penunjukkan (pointing):
menunjukkan hubungan antara itu dengan orang lain yang diajak bicara. Dalam
kenyataannya pernyataan dan penunjukkan harus selalu ada, tetapi ilustrasi
dan ramifikasi dapat diadakan sesuai dengan situasi atau keperluan.
Tahap pemuasan. Pada tahap ini kita berusaha agar khayalak
menyetujui gagasan yang kita kemukakan atau memahami pokok yang kita
sampaikan. Menyetujui dalam wicara publik persuasif dan memahami dalam
wicara publik informatif. Sesuai dengan kedua jenis wicara publik itu, tahap ini
mengenal dua macam pola pengembangan. Dalam wicara publik persuasif kita
menggunakan lima macam teknik pengembangan:
1. Pernyataan: Menyatakan dengan tegas sikap, keyakinan dan tindakan yang
diharapkan dari khayalak.
2. Penjelasan: Mengusahakan agar gagasan yang ditawarkan itu dapat
dimengerti benar.
3. Demonstrasi teoritis. Tunjukkan bagaimana keyakinan atau tindakan yang
diusulkan secara logis mengatasi masalah yang diajukan pada tahap
kebutuhan.
4. Pengalaman praktis. Memberikan contoh-contoh aktual yang menunjukkan
bahwa gagasan kita itu terbukti benar dan bermanfaat.
5. Penolakan keberatan. Menunjukkan jawaban-jawaban gagasan kita bila
terdapat penolakan atau keberatan dan memperlihatkan bagaimana
gagasan kita mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Dalam wicara publik informatif, tahap ini merupakan tahap yang paling
penting dan merupakan bagian-bagian terbesar dari seluruh wicara publik. Di
sini terdapat tiga teknik pengembangan: ikhtisar, pendahuluan (initial summary),
informasi terinci (detailed information), dan ikhtisar akhir (final summary).
1. Ikhtisar pendahuluan: di sini diterangkan pokok-pokok pembicaranya, suatu
tinjauan singkat dari seluruh pembahasan. Biasanya dikemukakan bagian-
bagian penting yang berfungsi seperti daftar isi, dalam penulisan pokok
10
bahasan. Dari ikhtisar pendahuluan khayalak sudah dapat mengetahui arah
pembicaraan.
2. Informasi terinci: pokok-pokok di atas dijelaskan satu persatu. Setiap
perincian (details) dikelompokkan dalam satuan-satuan uraian. Di sini kita
harus menggunakan sistem organisasi pesan yang konsisten.
3. Ikhtisar akhir. Pikiran-pikiran pokok direkapitulasi, ditambah dengan
kesimpulan.
Tahap visualisasi. Tahap ini umumnya terdapat pada wicara publik persuasif.
Visualisasi berarti membayangkan pelaksanaan gagasan pada waktu
mendatang. Karena, itu tahap visualisasi disebut juga tahap proyeksi.
Gambaran yang disajikan mungkin positif, negatif, kontras antara positif dan
negatif. Dengan metode positif, kita menggambarkan keadaan yang
menyenangkan bila gagasan kita dilaksanakan. Dengan metode negatif, kita
melukiskan keadaan yang menyulitkan bila gagasan kita tidak dilaksanakan.
Kedua metode ini digabung dalam metode kontras. Mula-mula efek negatif
akibat penolakan gagasan dikemukakan, kemudian dijelaskan situasi yang
menyenangkan bila gagasan diterima.
Tahap tindakan. Tahap ini biasanya terdapat pada wicara publik
persuasif juga. Fungsinya ialah merumuskan tahap visualisasi dalam bentuk
sikap dan keyakinan tertentu, atau tindakan yang nyata. Tahap ini tidak boleh
terlalu panjang. Dan karena tahap ini merupakan penutup wicara publik,
tekniknya dapat dibaca pada Cara menutup Wicara publik.
Sebagai kesimpulan, wicara publik yang baik haruslah disusun sejalan
dengan proses berpikir manusia. Susunan yang seperti itu disebut urutan
bermotif (motivated sequence) oleh Alam H. Monroe. Perkembangan pesan
melewati tahap-tahap: perhatian kebutuhan, pemuasaan, visualisasi dan
tindakan.
11
dituju. Garis besar yang salah akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan,
seperti juga garis besar yang teratur akan menertibkan “jalannya” wicara publik.
Sistem angka :
1. ---------------------------------------------------------------------------------
1.1. ---------------------------------------------------------------------------
1.1.1 -------------------------------------------------------------------
1.2. ---------------------------------------------------------------------------
1.2.1 -------------------------------------------------------------------
1.2.2 -------------------------------------------------------------------
2. ---------------------------------------------------------------------------------
2.1. --------------------------------------------------------------------------- ..... dst.
Sistem kombinasi
I.
A.
1.
a.
(1)
(a)
(b)
(2)
b.
2.
B.
II.
... dst.
12
3. Pikiran pokok dan penunjang dibedakan dengan penulisan yang
menjorok ke dalam. Pernyataan yang mempunyai kedudukan sama
berada pada garis yang sama pula.
Contoh :
1. Jurnalistik mencakup bermacam-macam pekerjaan :
A. Dalam media surat kabar :
1) Reporter
2) Penyunting
3) Pembaca naskah
4) dst
13
Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar lengkap
diletakkan pada kertas lain, seperti contoh berikut ini.
Tahap Perhatian
I. Peristiwa yang mengejutkan
II. Pernyataan yang dihubungkan dengan khalayak
Tahap Kebutuhan:
I. Penilaian situasi sekarang
A. Pernyataan pokok
1. Statistik
2. Permisalan
3. Testimoni
B. Pernyataan pokok
1. Penjelasan
14
2. Permisalan
3. Ilustrasi hipotesis
4. Testimoni
15
Tahap Visualisasi
I. Metode positif (positive appeal)
II. Metode negatif (threat appeal)
A. Penjelasan
B. Ilustrasi hipotesis
Tahap Tindakan
I. Pentingnya tindakan pertama dan bentuk tindakan
II. Pentingnya dan bentuknya tindakan kedua
A. Contoh
B. Hubungannya dengan khalayak
Memilih Kata-Kata
Bila pembicara berwicara publik dengan baik, pendengar jarang
menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, tidak mengetahui
organisasi dan sistem penyusunan pesan, tidak pula mengerti teknik-teknik
pengembangan pokok bahasan. Tetapi setiap pendengar mengetahui pasti
pembicara yang baik selalu pkitai dalam memilih kata-kata. Pernyataan yang
sama dapat menimbulkan kesan yang berbeda, karena perbedaan kata yang
mengungkapkannya. Penduduk desa akan tersinggung bila disebut ”bodoh dan
terbelakang”, tetapi mereka hanya tersenyum kecil bila dikatakan” kurang
memahami persoalan dan belum mencapai tingkat pendidikan yang tinggi”.
Jadi, kata-kata bukan saja dapat mengungkapkan, tetapi juga memperhalus
dan bahkan menyembunyikan “kelaparan”, seperti “dimintai keterangan” dapat
melembutkan kata “ditahan”.
Selain itu, kata-kata juga dapat mencerminkan tingkah laku dan struktur
sosial pembicara. Karena itu penelitian linguistik membuktikan bahwa “tidak ada
dua orang yang menggunakan bahasa dengan cara yang betul-betul sama, dan
beberapa orang bahkan dengan cara yang sangat berbeda dengan kelompok
manusia lain”. Pembicara harus menyadari bahwa kata-kata yang
diucapkannya tidak selalu diartikan sama oleh orang lain atau pada waktu yang
lain, atau pada tempat yang lain. Kata “pembangunan”, dapat berarti:
pembuatan jalan atau jembatan, pendirian kantor, peningkatan GNP,
pembinaan mental, dan sebagainya. Seorang mahasiswa dapat mengambil
“jurusan” jurnalistik atau “jurusan” Cicaheum.
Dengan menyadari hal-hal tersebut diatas sebagai dasar, Kita dapat
memahami lebih baik ketentuan-ketentuan retorika dalam pemilihan kata-kata.
16
Glen R. Capp dan Richard Capp, Jr. merumuskan ketentuan-ketentuan retorika
itu sebagai berikut: Bahasa lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas,
tepat, dan menarik.
17
4. Berhemat dalam penggunaan kata-kata
Seringkali kalimat yang panjang menjadi jelas setelah kata-kata yang
berlebih-lebihan dibuang. Adalah suatu keharusan bagi seorang guru untuk
menaruh perhatian yang tinggi kepada siswa-siswanya. Kalimat ini menjadi
jelas setelah diganti seperti ini. Guru harus memperhatikan sekali siswa-
siswanya. Termasuk penghematan kata adalah menghindari gejala
kerancuan (kontaminasi). Kalimat ’Bagi seluruh mahasiswa baru diharuskan
mendaftar lagi’ tidak berubah arti bila kata ’bagi’ dibuang.
18
Bahasa pasaran (slang) ialah bahasa yang dipergunakan bukan oleh orang
yang terpelajar, tetapi diterima dalam percakapan sehari-hari. Dalam
perkembangan banyak kata pasaran yang sudah diterima dalam bahasa
baku seperti: bisa (dapat), dimengerti, diberhentikan. Tetapi dalam
pertemuan resmi kata-kata ini masih belum dapat diterima; bilang (berkata),
berkoar, terenyuh, ketimbang, dan sebagainya. Bahasa pasaran dapat
dipergunakan dalam acara-acara sosial yang santai, walaupun pembicara
harus membatasi diri untuk tidak menggunakan bahasa tersebut secara
berlebih-lebihan.
19
fotobi”, dan sebagainya. Pada zaman Orde Baru muncul istilah”, Komando
jihad”, Golongan Ekstrem”, urakan”, si cebol”, dan sebagainya.
20
Kata-kata Harus Menarik
Selain harus jelas dan pantas (clear and approriate), kata-kata juga
harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup dan merebut perhatian. Untuk itu,
di bawah kita tuturkan beberaka petunjuk:
21
Personifikasi ialah memperlakukan benda-benda mati seperti makhluk
hidup. Misalnya, “Nyiur melambai-lambai, ombak berkejar-kejaran“, dan
sebagainya. Antitesis ialah mendampingkan kata-kata atau kalimat yang
berlawanan artinya. Misalnya, “Bukan kamu yang memilih aku, tetapi
akulah yang memilih kamu supaya kamu dapat mengabdikan ilmumu“.
22
berwibawa, dan mampu. Ucapan-ucapan apologetis, berupa minta maaf atau
sikap merendahkan diri semua kita hindari. Walaupun demikian, tidak baik pula
kita menepuk dada dan menyombongkan diri.
Yang pertama kali harus kita lakukan dalam tahap ini ialah mengesankan
agar pendengar siap untuk memperhatikan kita. Perhatian itu mungkin timbul
karena pengantar yang dilakukan orang lain sebelum kita, atau karena situasi
yang menunjang atau karena kepentingan pendengar sendiri. Akan tetapi,
komunikator sepatutnya berhasil menimbulkan perhatian atas usahanya sendiri.
Setelah perhatian terpusat, pendengar harus dirangsang untuk memperhatikan
pokok pembicaraan itu sendiri. Kemudian barulah kita memperinci gagasan
utama kita dan menjelaskannya.
Bagaimana cara-cara membuka wicara publik dan berapa banyak waktu
yang dibutuhkan amat bergantung kepada topik, tujuan, situasi, khalayak, dan
hubungan antara komunikator dengan komunikan. Sebagai pedoman, Kita
dapat memilih satu di antara cara-cara di bawah ini:
1. Langsung menyebutkan pokok persoalan
Komunikator menyebutkan hal yang akan dibicarakannya dan memberikan
kerangka pembicaraannya. Cara ini biasanya dilakukan bila topik adalah
pusat perhatian khalayak.
2. Melukiskan latar belakang masalah
Komunikator menerangkan sejarah topik, membatasi pengertian, dan
menyatakan masalah-masalah utamanya. Mengapa timbul persoalan itu,
apa hubungannya dengan khayalak, dan mengapa dipilih masalah itu.
23
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati
Ini biasanya dilakukan dalam wicara publik untuk memperingati hari
bersejarah, bangunan baru, atau orang besar yang sudah tiada. Cara ini
dapat pula dipakai pada pesta kelahiran, perkawinan, selamatan, atau
upacara kematian. Dalam wicara publik 17 Agustus 1961 terkenal dengan
RESOPIM-Sukarno memulai wicara publiknya sebagai berikut:
Saudara-saudara sekalian!
Alangkah bahagianya kita pada hari ini
Pada hari ini, kita merayakan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan kita yang
ke-17. Pada hari ini Republik kita genap berusia dua windu. Pada hari ini, kita boleh
menyebut angka keramat 17 dua kali. Dua kali!Sebab pada hari ini, kita mengalami
17x17 Agustus! Dua, pada hari ini, kita mengalami 17 Agustus tingkat mahakeramat!
24
relevan dengan pokok pembicaraan. Di hadapan kawan-kawan separtainya,
Moh. Natsir mengawali wicara publiknya sebagai berikut:
Saudara-saudara.
Saudara-saudara sekarang ini berkumpul dalam satu gedug yang bersejarah.
Sekiranya dinding-dinding dari gedung ini dapat berbicara, maka banyaklah kisah
yang dapat kita dengarkan. Kisah yang tempo-tempo menggembirakan hati dan
kadang-kadang menyedihkan pula. Memang demikianlah sunatulah dalam hidup
duniawi ini dalam semua bidang kehidupan. Kisah Khair dan Syar silih berganti.
25
Seratus tahun lalu, seorang Amerika yang dalam bayangan simbolisnya kita
berdiri, menkitatangani pernyataan pembebasan perbudakan. Dekrit penting ini muncul
sebagai sinar besar pelita harapan bagi jutaan Negro yang sudah dibakar dalam nyala
kezaliman yang menghanguskan. Ia datang sebagai fajar bahagia yang mengakhiri
malam panjang penindasan.
Tetapi seratus tahun kemudian, kita harus menghadapi kenyataan tragis, Negro
masih belum bebas. Seratus tahun kemudian, kehidupan Negro dengan sedih masih
dipasung oleh belenggu pemisahan dan rantai diskriminasi. Seratus tahun kemudia,
orang Negro hidup di pulau kemiskinan yang sepi, di tengah-tengah samudera luas
kemakmuran duniawi. Seratus tahun kemudia, orang Neggro masih terlempar di sudut
masyarakat Amerika dan hidup sebagai orang buangan di negerinya sendiri.
Abraham Lincoln
26
jujur kondisi-kondisi negara kita dewasa ini. Bangsa besar ini akan tetap tegak
seperti dulu, akan hidup kembali, dan akan jaya. Karena itu pertama-ama izinkanlah
saya menyatakan keyakinan saya yang teguh bahwa satu-satunya yang harus kita
takuti adalah ketakutan itu sendiri ....
Napoleon Bonaparte
27
10. Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
Cara ini disebut juga the shock technic. Khalayak dikejutkan dengan
pernyataan fakta atau opini yang luas biasa. Keluarbiasaan ini dapat dilihat
dari segi isinya atau bentuk penyusunan.
28
melontarkan teka-teki lucu dan plesetan. Ungkapan lucu yang yang selalu
dikenang masyarakat adalah “begitu saja kok repot”.
Gus Dur
(Mantan Presiden RI Yang Humoris)
29
Cara yang paling mudah ialah meringkasnya dengan urutan bilangan
nominal dan ordinal, misalnya: satu, dua, tiga, dan seterusnya atau: pertama,
kedua, ketiga, dan seterusnya. Contoh: Pada garis besarnya ada tiga hal di
dalam badan kekuasaan negara, yaitu: pertama ialah eksekutif, kedua ialah
legestatif, dan ketiga adalah yudikatif.
30
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
Ini dapat dilakukan setelah menyebutkan ikhtisar wicara publik atau tanpa
ikhtisar wicara publik. Presiden Jonh F. Kennedy mengakhiri wicara publik
pelantikannya sebagai berikut:
Karena itu, saudara-saudaraku orang Amerika, jangan bertanya apa yang dapat
dilakukan negara untukmu, tetapi tanyakanlah apa yang dapat kamu lakukan untuk
negaramu.
Saudara-saudara warga dunia, jangan tanya apa yang dapat dilakukan Amerika
untukmu, tetapi apa yang dapat kita sumbangkan bersama bagi kemerdekaan umat
manusia. Akhirnya , apakah saudara warga Amerika atau warga dunia, mintalah dari
kami stkitart kekuatan dan pengorbanan yang sama tingginya dengan yang kami
minta dari saudara-saudara.
Dengan hati nurani sebagai satu-satunya imbalan yang pasti dengan sejarah
sebagai hakim terakhir bagi perbuatan kita, marilah kita maju terus membawa
negara yang kita cintai, seraya memohon rahmat-Nya dan bantuan-Nya, sambil
menyakini pula bahwa di bumi ini karya Tuhan haruslah menjadi karya kita sendiri.
Jonh F. Kennedy
31
Akhirnya kita harus sampai pada kesimpulan betapa pentingnya kita mengembangkan
sistem pendidikan yang dapat menjawab tantangan-tantangan dunia masa kini. Melihat
banyaknya laporan dan tulisan mengenai ilmu dan teknologi di Amerika Serikat, Rusia,
Prancis, Jerman, jelas betapa banyaknya informasi yang senantiasa harus kita kejar, kita
sistimatisasi kita pahami dan untuk kita perlu orang-orang yang berpengetahuan, punya
pengertian, punya hati nurani, punya kejujuran dan dedikasi. Saya usulkan supaya kita di
Indonesia bersikap lebih manusia terhadap sesama manusia kita.
Mochtar Lubis
Mohammad Hatta
32
5. Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli!
Kutipan dapat menambah keindahan komposisi, asalkan kutipan itu ada
kaitannya dengan tema yang dibicarakan atau menunjukkan arah tindakan
yang harus dilakukan. Inilah akhir wicara publik Moh. Natsir dalam
ceramahnya di depan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IKIP Bandung
1977:
Dalam sebuah pokok bahasan yang berjudul” Islam its Meaning and Message” (Islam,
Arti dan Risalahnya)… Prof Muhammad Qutb mengakhiri uraiannya dengan: … (Masa
perjalanan Islam baru mulai, tidak berakhir bukan suatu kekuatan yang kaku, tetapi
suatu kekuatan dinamis yang hidup. Masa depannya gemilang seperti kejayaannya di
masa sejarah lampaunya yang besar ketika ia menyinari wajah dunia tatkala Eropa
masih merangkak-rangkak di dalam masa kegelapan abad pertengah yang mandek).
Optimisme seperti ini haruslah tertanam dalam setiap jiwa pemuda Islam, dalam setiap
calon pemimpin, yang di kemudian hari dapat membawa keseimbangan kembali
kepada manusia dan dunia yang telah kehilangan keseimbangannya.
Moh. Natsir
33
8. Memuji dan menghargai khalayak
Pujian efektif tentu saja adalah pujian yang wajar ikhlas dan tidak berlebih-
lebihan. Dengan pujian, pembicara akan meninggalkan pendengar dalam
keadaan puas dan bahagia. Perhatikan penutup wicara publik Soekarno di
bawah ini. Setelah menyebutkan bangsa Indonesia sebagai ”bangsa yang
jiwanya jiwa besar, suatu bangsa yang ulet laksana baja, suatu bangsa yang
mempunyai daya tahan yang luar biasa”, Soekarno berkata:
Dengan rakyat seperti rakyat Indonesia ini, aku berani meningkatkan Revolusi
Indonesia itu menjadi suatu revolusi yang benar-benar multicomplex, atau berani
memimpinnya, aku berani mensenapatinya, karena aku merasa mampu untuk
dengan rida Tuhan meningkatkan segala tenaganya, meningkatkan segala
pikirannya, menggegapgempitakan segala romantik dan dinamiknya, mendentam-
dentamkan segala hantaman-hantamannya, menggelegarkan segala pembantingan
tulangnya, mengangkasanya segala daya kreasinya, menempa menggembleng
segala otot kawat-balung-wesinya! Sungguh: kamu bukan bangsa cacing, kamu
adalah bangsa berkepribadian banteng! Hayo, maju terus! Jebol terus! Tanam terus!
Vivere Pericoloso! Ever onward, never retreat! Kita pasti menang.
Ir. Soekarno
9. Membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu
Kalau bukan ahlinya, penutup cara ini adalah yang paling sukar. Bila
berhasil, kita akan meninggalkan mereka dalam keadaan tertawa.
34
kelompok (yang terdiri atas 5 orang) untuk mendiskusikan dan merangkum
materi yang ada dalam bahan ajar dalam format presentasi (power point); (2)
mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas
dengan menggunakan media laptop dam LCD; (3) mahasiswa mendiskusikan
materi pembelajaran yang dipresentasikan kelompok tersebut dalam diskusi
kelas; (4) dosen memberikan balikan kepada mahasiswa terhadap hasil
diskusi kelas.
5. EVALUASI
Anderson, Martin P. dkk. 1964. The Speaker and His Audience. New York:
Harper and Row.
Baker, Virgil L. and Eubanks, Ralp T. 1978. Speech in Personal and Public
Affairs. New York: David McKay Company, Inc.
Capp, Glenn R. 1961. How to Communicate Orally. N.J.: Prentice Hall, Inc.
35
Cannolly, James E. 1973. Public Speaking as Communication. Minniapolis,
Minnesota: Burgess Publishing Company.
De Vito, Joseper A. 1987. The Elemen of Public Speaking. New York: Holt,
Rinehart, and Winston Inc.
Jeffrey, Robert and Owen Peterson. 1976. Speech: A Basic Text. New York:
Harper and Row Publisher.
36