Anda di halaman 1dari 5

KONTEKS-KONTEKS UTAMA DALAM KOMUNIKASI

Oleh : Bagus Sujatmiko, S.Kom.I, M.I.Kom.,

Refrensi :
West, Richard. Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Terj,
Damayanti Maer, Maria Natalia. Jakarta : Salemba Humanika

Komunikasi Intrapersonal
Adalah komunikasi yang terjadi dengan diri sendiri. Ini merupakan dialog internal bahkan
dapat terjadi saat bersama orang lain. Komunikasi Intrapersonal erat kaitanya dengan kognisi dalam
perilaku manusia. Komunikasi intrapersonal lebih sering berulang dengan komunikasi lainya.
Penelitian dalam komunikasi intrapersonal berfokus pada kognisi, simbol, dan niat yang dimiliki oleh
seseorang. Diskusi mengenai komunikasi intrapersonal difokuskan pada peranan diri sendiri dalam
proses komunikasi. Komunikasi intrapersonal bisa terjadi dengan disengaja maupun tidak. Karena
Komunikasi intrapersonal adalah jantung dari kegiatan komunikasi seseorang. Tanpa memahami diri
sendiri, akan sulit untuk memahami orang lain

Komunikasi Interpersonal
Merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Konteks
interpersonal membahas bagaimana hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu
hubungan, dan keretakan hubungan (berger,1979; Daiton & Stafford, 2000).
Karena hubungan atau relasi adalah hal yang sangat komplek dan beragam. Mungkin saat ini kita
berada dalam banyak relasi dengan orang lain diantaranya pasien-dokter, guru-murid, orang tua-
anak, bos-karyawan, dan sebagainya. Berinteraksi dalam setiap hubungan memberi kesempatan
pada komunikator untuk memaksimalkan fungsi berbagai macam saluran (penglihatan,
pendengaran, sentuhan, dan penciuman) untuk digunakan dalam interaksi. Konteks interpersonal
sendiri terdiri atas beberapa subkonteks yang terkait. Peneliti komunikasi interpersonal telah
mempelajari mengenai keluarga (Segrin dan Flora, 2005), pertemanan (Chen, Drzewiecka, & Sias,
2001), pernikahan usia panjang (Hughes dan Dickson, dalam pers), hubungan dokter-
pasienb(Richmond, Smith, Heisel & McCroskey, 2001), dan relasi di lingkungan kerja (Bruning, Castle,
& Screpfer, 2004). Selain itu peneliti juga tertarik akan banyak sub tema (kompetensi, keterbukaan
diri, kekuasaan, gosip, ketertarikan, emosi, dan sebagainya).
Komunikasi Kelompok Kecil
Kelompok kecil terdiri atas beberapa orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Penelitian mengenai kelompok kecil berfokus pada kelompok kerja, berlawanan dengan
pertemanan dan kelompok keluarga dalam konteks interpersonal. Ada perbedaan mengenai jumlah
kelompok kecil, ada yang membatasi lima sampai tujuh orang, ada juga yang tidak membatasi.
Namun semua sepakat bahwa minimal harus ada tiga orang dalam sebuah kelompok kecil (Schultz,
1996).
Orang dipengaruhi oleh keberadaan orang lain, contohnya beberapa kelompok kecil sangat
kohesif, yaitu memiliki tingkat kebersamaan yang tinggi dan ikatan yang kuat. Sifat kohesif ini
memengaruhi apakah kelompok ini dapat berfungsi dengan efektif dan efisien. Selain itu kelompok
kecil memberikan kesempatan pada individual untuk mendapat berbagai perspektif terhadap suatu
persoalan. Maksudnya dalam konteks intrapersonal hanya terdapat sudut pandang individual,
sedangkan dalam konteks interpersonal terdapat banyak sudut pandang. Dalam konteks kelompok
kecil banyak orang memiliki potensi untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan kelompok. Dalam
kelompok, banyak sudut pandang dapat membawa banyak keuntungan. Manfaat yang didapat dari
kelompok kecil dari pertukaran pelajar disebut sinergi. Dan hal ini menjelaskan mengapa kelompok
kecil dapat menjadi lebih efektif dari seorang individual dalam mencapai tujuan. Hal yang tidak kalah
penting dari perilaku kelompok kecil adalah pembentukan jaringan dan perilaku peran.
Jaringan (Network) adalah pola komunikasi di mana informasi disalurkan, dan jaringan dalam
kelompok kecil menjawab pertanyaan ini. Who, says what, to whom, in with chanel, with what
effect? (lasswell, 1938). Pola interaksi dalam kelompok kecil sangatlah bervariasi. Masing-masing
anggota kelompok kecil memiliki peran beragam, mulai dari pemimpin tugas, pengamat pasif,
pendengar aktif, perekam, dan sebagainya.
Bekerja dalam kelompok kecil telah menjadi fakta dalam kehidupan masyarakat. Seringkali
kita tidak dapat pergi ke manapun tanpa adanya kecenderungan akan terbentuknya kelompok kecil.
Kelompok belajar, kelompok bekerja, dan kelompok dukungan. Mahasiswa dengan kelompok kecil
lebih mudah mencapai kelulusan dari pada yang individualis, seorang supervisor dalam perusahaan
akan berusaha menyelesaikan masalah dengan pendekatan komunikasi dengan tim (kelompok kecil)
nya, dan keluarga bahkan mengadakan pertemuan mingguan atau bulanan untuk mendiskusikan
hal-hal khusus terkait aktivitas bersih-bersih rumah, liburan, atau menjelang hari besar keagamaan.

Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (Organizational communication) mencakup komunikasi yang terjadi di
dalam dan diantara lingkungan yang besar dan luas. Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena
komunikasi organisasi yang meliputi komunikasi interpersonal (percakapan antara atasan dan
bawahan), kesempatan berbicara di depan public (presentasi yang dilakukan oleh para eksekutif
dalam perusahaan), kelompok kecil (kelompok kerja yang mempersiapkan laporan), dan komunikasi
dengan menggunakan media (memo internal, email, dan konferensi jarak jauh). Oleh karenanya,
organisasi terdiri atas kelompok yang diarahkan oleh tujuan akhir yang sama.
Hal yang membedakan konteks ini dengan yang lainya adalah hierarki dalam organisasi.
Hierarki adalah prinsip-prinsip pengaturan di mana orang diberikan urutan di atas atau di bawah
yang lain. Organisasi bersifat unik karena komunikasi yang terjadi sangat terstruktur dan pembagian
peran seringkali terspesialisasi dan dapat diprediksi. Karyawan dan atasan seringkali telah jelas
dalam perintah dan usulan. Tidak seperti konteks interpersonal, beberapa cara komunikasi dapat
menggantikan interaksi langsung, yaitu dengan menggunakan e-mail, memo, dan konferensi jarak
jauh.
Banyak teori komunikasi organisasi yang ada saat ini berawal dari penelitian yang dilakukan
pada pertengahan 1920-an hingga awal 1930-an. Penelitian-penelitian ini dikenal dengan sebagai
Eksperimen Hawthorne, memberikan pengaruh yang besar terhadap teori modern karena
mencetuskan pendekatan hubungan antarmanusia terhadap komunikasi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa keadaan lingkungan mempengaruhi hubungan interpersonal di kalangan
karyawan dan atasan. Satu kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian-penelitian ini adalah bahwa
organisasi harus dipandang sebagai satu kesatuan social, untuk meningkatkan produksi, para atasan
harus mempertimbangkan sikap dan perasaan karyawannya. Penelitian-penelitan ini merupakan
yang pertama membawa wajah manusia ke dalam dunia korporat yang impersonal (Roethlisberger &
Dickson, 1939).
Hal terpenting dari diskusi adalah seperti konteks-konteks yang lain, konteks organisasi juga
memiliki tradisi yang kaya. Penelitian Hawthorne mengenai perilaku manusia di lingkungan kerja
telah menuntun para peneliti dan teoritikus di masa kini untuk memperluas cakrawala berfikir
mereka mengenai organisasi dan kehidupan di dalamnya.

Komunikasi Publik/Retorika

Konteks yang kelima dikenal sebagai konteks komunikasi public (public communication),
atau penyebaran informasi dari satu orang kepada banyak orang. Hal ini bukan merupakan konteks
yang baru, berbicara di depan umum telah ada sejak zaman dulu dan terus ada hingga saat ini. Dr.
Phil, Bill Clinton, Bill Gates, Oprah Winfrey hanyalah beberapa dari banyak figure public kontemporer
yang seringkali dicari sebagai pembicara public.
Dalam berbicara di depan public, para pembicara biasanya memiliki tiga tujuan utama dalam
benak mereka. Memberikan informasi, menghibur, dan membujuk. Tujuan terakhir persuasi adalah
inti dari komunikasi retorika. Banyak dari prinsip-prinsip persuasi termasuk analisis khalayak,
kredibilitas pembicara, dan penyampaian pesan merupakan bagian-bagian yang harus ada dalam
proses persuasi.
Retorika didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh pembicara untuk
mempengaruhi khalayaknya. Definisi ini telah dikembangkan bertahun-tahun lalu oleh Aristoteles.
Retorika digambarkan sebagai suatu seni yang dapat menyatukan baik pembicara maupun khalayak
(Hart, 1997).

Komunikasi Massa
Komunikasi massa menyasar khalayak dalam jumlah yang besar. Pertama-tama kita perlu
membahas beberapa istilah. Media Massa (mass media) adalah saluran-saluran atau cara
pengiriman bagi pesan-pesan massa. Komunikasi masa (mass communication) adalah komunikasi
kepada khalayak luas dengan menggunakan banyak saluran komunikasi. Oleh karenanya konteks
komunikasi massa mencakup baik saluran maupun khalayak.
Konteks komunikasi massa memberikan kemampuan baik pada pengirim maupun pada
penerima untuk melakukan control. Sumber-sumber seperti editor surat kabar atau penyiar televisi
membuat keputusan mengenai informasi apa yang akan dikirim, sedangkan penerima memiliki
kendali terhadap apa yang mereka baca, dengarkan, tonton, atau bahas. Misalnya, anda adalah
seorang pengiklan yang membeli slot yang mahal untuk menayangkan iklan televisi anda yang
menggunakan artis sebagai iklanya. Tentu anda sudah membayar dengan mahal untuk bintangnya,
tetapi untuk melihat apakah iklan tersebut menaikan penjualan, anda harus menunggu. Anda
memiliki kendali untuk memilih siapa bintangnya, tetapi khalayak juga memiliki kendali terhadap apa
yang mereka tonton dan mereka beli.
Selain itu konteks komunikasi massa berbeda dengan konteks lain karena komunikasi yang
terjadi biasanya lebih terkendali dan terbatas. Maksudnya, komunikasi dipengaruhi oleh biaya,
politik, dan oleh kepentingan-kepentingan lain. Pembuat keputusan biasanya akan menggunakan
batas untung-rugi untuk menentukan pesan-pesan tertentu akan tetap disampaikan atau tidak.
Contohnya menghentikan acara televisi atau membuat sebuah cerita di surat kabar biasanya
didasarkan pada satu hal : Uang.
Beberapa teoritikus seperti Stuart Hall (Encoding and Decoding in the Television Discourse,
1972) menyatakan bahwa media massa sebenarnya melayani kepentingan para elit, terutama bisnis
besar dan perusahaan multinasional, yang menurut Hall membiayai banyak penelitian dan
komunikasi massa. Komunikasi massa mengalami perubahan yang sangat pesat dan apa yang
dianggap sebagai kemajuan hari ini dapat dianggap kuno keesokan harinya. Media massa telah
menjadi bagian yang biasa dan tersedia dalam kehidupan masyarakat kita, dan karenanya teoritikus
media harus menyadari pengaruh media terhadap proses komunikasi itu sendiri.

Komunikasi Lintas Budaya


Budaya (culture) dapat disebut sebagai “Komunitas makna dan system pengetahuan
Bersama yang bersifat local (Gonzales, Houston, & Chen, 2004 hal. 5). Komunikasi Lintas Budaya
(intercultural communication) merujuk pada komunikasi antar individu-individu yang latar belakang
budayanya berbeda. Bukan merupakan hal yang aneh lagi di dalam masyarakat apabila ada dua
orang yang berbeda budaya bicara satu sama lain. Pusat pusat kota dapat menjadi arena
kebudayaan yang menarik di mana komunikasi terjadi antara anggota-anggota ko-budaya yang
berbeda. Ko-Budaya (co-cultures) adalah kelompok-kelompok individu yang merupakan bagian dari
kelompok kebudayaan yang lebih besar tetapi berbeda dalam hal ras, etnis, orientasi seksual,
agama, dan sebagainya dan menciptakan kesempatan bagi diri mereka sendiri. Istilah ko-budaya
sekarang lebih diterima dalam akademisi sebagai pengganti kata Subbudaya, Seakan menyatakan
sebuah kebudayaan mendominasi kebudayaan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai