Anda di halaman 1dari 27

MODUL PSIKOLOGI KOMUNIKASI

(KOM231 )

MODUL SESI 3

Pengertian, Ruang Lingkup, Dan Pendekatan

Psikologi Komunikasi

DISUNTING OLEH

Dr. Fajarina,S.I.P., M.Si.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2020
MODUL 3

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Pengertian dan Ruang lingkup Psikologi Komunikasi


We can not not communicate (kita tidak dapat tidak berkomunikasi) adalah
salah satu aksioma komunikasi. Apa arti pernyataan ini? Artinya, kita manusia tak
dapat menghindar dari komunikasi. Setiap saat kita berkomunikasi. Bahkan ketika
sendirian, kita mungkin melamun, berpikir atau memersepsi sesuatu dari
lingkungan kita; itu pun merupakan komunikasi meskipun tidak tampil secara
nyata. Sedang yang tampil nyata atau dapat diamati adalah ketika kita berinteraksi
dengan seseorang atau orang-orang lain; ketika kita menyampaikan pesan
kepada orang lain, memberikan respons, dan sekaligus menerima pesan dari orang
lain.
Dapat dikatakan komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita.
Contoh bahwa komunikasi ada di mana-mana adalah saat kita melamun, mengingat,
berpikir, membaca koran, menonton tv, mengobrol dengan sahabat di sekolah,
bercengkerama dengan anggota keluarga, saat seorang dosen memberikan kuliah
kepada mahasiswanya di kelas, saat seorang kiai muda mengajak zikir bersamasama
di masjid, saat seorang salesman menjual barang, saat seorang pemuda mengirim
surat cinta kepada kekasihnya, saat seorang kepala negara berpidato, dan masih
banyak sekali contoh lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tak ada perilaku manusia yang
dapat terpisahkan dari komunikasi. Bahkan, saat kita tidak ingin berkomunikasi
pun, kita tak dapat menghindari komunikasi. Misalnya, Anda marah kepada
orangorang di rumah Anda. Anda mengatakan kepada mereka, ”Saya tak lagi mau
berbicara dengan orang-orang di rumah ini!” Lalu Anda membanting pintu kamar,
menguncinya, dan seharian tak keluar dari kamar Anda. Anda ingin memutuskan
kontak dengan orang-orang serumah. Anda diam di kamar, merenung,
mendengarkan musik, membaca komik atau makan makanan ringan seadanya di
kamar. Anda mengatakan kepada diri Anda bahwa Anda tak mau berhubungan
dengan orang lain (artinya, seolah-olah, Anda tak mau berkomunikasi). Akan tetapi,
sesungguhnya bantingan pintu kamar Anda, diamnya Anda seharian di kamar, atau
musik yang terdengar dari kamar Anda, menunjukkan bahwa Anda berkomunikasi.
Mengapa? Perilaku Anda itu menyampaikan pesan kepada orang serumah Anda
bahwa Anda marah. Merespons pesan itu, mungkin saja orang-orang serumah
mendiamkan Anda sambil berharap marah Anda segera surut, orang tua Anda
mengetuk kamar Anda dan mengajak Anda bicara atau orang di rumah Anda
menelepon pacar Anda untuk memintanya membujuk Anda agar tak lagi ngambek.
Semua perilaku kita adalah komunikasi (Gamble & Gamble, 2002). Nah,
ketika kita berbicara tentang perilaku maka suatu cabang ilmu yang mengkaji
tentang perilaku adalah psikologi. Kita dapat mempelajari berbagai tinjauan tentang
komunikasi, namun penghampiran psikologi adalah yang paling menarik (Rakhmat,
1994). Mengapa? Psikologi menukik ke dalam proses yang memengaruhi perilaku
kita dalam komunikasi. Psikologi melihat komunikasi sebagai perilaku manusiawi,
menarik, dan melibatkan siapa saja dan di mana saja.
Keterkaitan antara komunikasi dengan psikologi sangat besar. Jika kita
membahas komunikasi maka komunikasi yang kita bahas adalah komunikasi
manusia. Pembahasan komunikasi manusia tak pernah lepas dari aspek psikologis
manusia itu sendiri. Itulah sebabnya pendekatan psikologi komunikasi menjadi
menarik untuk dibahas

1. Definisi komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal


dari Bahasa Latin “communicatus” atau communicatio atau communicare yang
berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.
Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada
suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu


proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang,
tanda-tanda atau tingkah laku”.

Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut :

1. Carl Hovland, Janis & Kelley

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)


menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak.

2. Bernard Berelson & Gary A.Steiner


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar, angka-angka, dan lain-lain.

3. Harold Lasswell

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”


“mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat
apa” atau “hasil apa”. (who says what in which channel to whom and with what
effect).

4. Barnlund

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa


ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat
ego.

5. Weaver

Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat


mempengaruhi pikiran orang lainnya.

6. Gode

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang
atau lebih.

Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat


bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya
dalamelihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang
lingkup, dan konteks yang berbeda.

Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu
sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner.
• Definisi Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi
adalah mengubah atau membentuk perilaku.

• Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah


proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain.
• Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima
komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu :
 siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau
sumber.
 mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan)
 kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran
penerima)
 melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)
 dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)

Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu
upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini
dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu

 Pertama; sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi


(encoding), komunikator, pembicara (speaker) atau originator. Sumber
adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan, atau negara.
 Kedua; Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal
yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan
mempunyai 3 komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan
pesan, dan bentuk atau organisasi pesan.
 Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran
komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara. Saluran juga
merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau
lewat media (cetak dan elektronik).

 Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan


(destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak,
pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima dari
sumber. Berdasrkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan,
persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat
simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima.
 Kelima; efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima
pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengatahuan, perubahan
sikap, atau bahkan peruahan perilaku.

Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan


dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru.
Unsur-unsur yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan
komunikasi (noise), dan konteks atau situasi komunikasi.

• Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularan pemilikan, yaitu


dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang
kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
• Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk
mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk
mempertahankan atau memperkuat ego.

Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh


gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah suatu proses


2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku
yang terlibat
4. Komunikasi bersifat simbolis
5. Komunikasi bersifat transaksional
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Ad. 1. Komunikasi adalah suatu proses

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan


serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau
sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai
suatu proses, komunikasi tidak statis, tetapi dinamis dlam arti akan selalu
mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus.

Proses komunikasi melibatkan banyak unsur atau komponen. Unsur-unsur tersebut


antara lain meliputi pelaku atau peserta, pesan mencakup bentuk, isi, dan cara
penyajiannya), saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan,
waktu, tempat, hasil atau akibat yang ditimbulkan, dan situasi atau kondisi pada saat
berlangsungnya komunikasi.

Oleh karena komunikasi adalah suatu proses, maka proses penyampaian dan
penerimaan pesan-pesan atau informasi itu paling tidak melibatkan dua orang
(dyadic), yaitu pengirim/sender/source dan penerima/receiver. Dengan perkataan
lain, proses itu baru dapat dilihat dengan fokus memperhatikan subyek atau pelaku
atau komponen-komponen yang terlibat di dalamnya.

Ad. 2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai


tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta
sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya (intentional). Pengertian sadar,
di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang
sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkontrol, bukan dalam
keadaan mimpi. Disengaja, maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang
sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Sedangkan tujuan yang diharapkan berarti
merujuk pada hasil atau akibat yang diinginkan. Tujuan komunikasi mencakup
banyak hal, tergantung pada keinginan atau harapan dari masing-masing pelakunya.

Ad. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelaku yang terlibat

Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang


berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama
mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.

Komunikasi terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat di dalam proses itu sama-sama
mempunyai komitmen untuk fokus pada kata-kata yang diucapkan secara timbal
balik, dan mempunyai penafsiran yang sama terhadap kata-kata yang diungkapkan.
Ad. 4. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan


menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat,
angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk
keperluan membujuk atau meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa
verbal yang digunakan untuk tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tersebut
tidak hanya pada kata-kata yang digunakan, akan tetapi juga pada nada dan tekanan
atau intonasinya.

Selain bahasa verbal, juga ada lambang-lamabang yang bersifat nonverbal yang
dapat digunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, gerak kaki, atau
bagian tubuh lainnya), warna, sikap duduk, dan jarak. Penggunaan
lambanglambang ini biasanya dimaksudkan untuk memperkuat makna pesan yang
disampaikan. Misalnya, jika kita berusaha membujuk seseorang mengenai sesuatu
hal, maka gaya dan sikap kita akan berbeda dengan jika kita memerintah atau
memarahi seseorang.
Ad. 5. Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima.
Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional.
Pengertian transaksional ini berarti bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya
ditentukan oleh salah satu pihak, akan tetapi kedua belah pihak yang terlibat dalam
komunikasi berperan dalam menyukseskannya. Artinya, komunikasi akan berhasil
apabila kedua belah pihak yang terlibat mempunyai kesepakatan tentang hal-hal
yang dibicarakan.

Di samping itu, sebagai sebuah transaksi, komunikasi itu harus berlangsung


sebagaimana layaknya ”penjual dan pembeli”, artinya si sumber mula-mula
”menjual” /menyampaikan pesan, kemudian si receiver ”membeli”/memaknai
pesan-pesan tersebut dalam koridor makna yang sama sebagaimana dimaksudkan
oleh si sumber.

Ad. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi
tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai
produk teknologi komunikasi yang serba canggih sekarang ini seperti telepon,
internet, faximili, telex, videotext, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi
menjadi masalah dalam berkomunikasi.

Meskipun peserta komunikasi berada pada tempat yang terpisah jauh karena faktor
letak geografis, akan tetapi komunikasi tetap dapat dilakukan secara langsung.

Begitu juga dengan adanya perbedaan waktu, misalnya antara Barat dan Timur,
bukanlah penghambat berlangsungnya komunikasi.
II. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi

Sebelum dikemukakan ruang lingkup psikologi komunikasi, terlebih dahulu


dikemukakan definisi komunikasi dari perspektif psikologi.

Kamus Psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan definisi


komunikasi sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke


tempat yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian
gelombanggelombang suara.

2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh


organisme.
3. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu system untuk
mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang
disampaikan.
4. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona
yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan
yang berkaitan pada wilayah yang lain.
5. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi.

Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas,


terlihat bahwa makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi,
gelombang suara, tanda di antara tempat, dan system atau organisme.

Kata komunikasi dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai


pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi.

Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam


proses komunikasi.

Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat


indera ke otak, peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling
pengaruh di antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam
proses komunikasi. Pada diri komunikator, psikologi memeriksa karakteristik
manusia komunikan serta factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan
bertanya, apa sebabnya satu sumber komunikasi/source berhasil dalam
mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.

Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan


dari satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain.
Psikologi bahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti
proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan
pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri
komunikator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa
factor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelaskan
berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.

Perkembangan terbaru dari dunia psikologi komunikasi adalah komunikasi


terapeutik. melalui metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu
rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat
menimbulkan hubungan social yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik
memandang gangguan jiwa besumber pada gangguan komunikasi, pada
ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya. Singkatnya, meluruskan
jiwa orang dengan meluruskan caranya berkomunikasi.

Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau


mempengaruhi. Komunikasi untuk tujuan yang ketiga ini lazim disebut komunikasi
persuasive, yang berkaitan erat dengan psikologi.

Persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan


mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologi.

Ketika komunikasi dikenal sebagi proses mempengaruhi oprang lain,


disiplin-disiplin yang lain menambah perhatian yang sama besarnya.
Menurut George Miller, komunikasi telah menjadi salah satu kesibukan
utama pada masa sekarang ini. Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat
manusia, sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia harus melihat pada
komunikasi. Komunikasi telah dikaji dari berbagai segi, sosiologi, antropologi,
ekonomi, psikologi, linguistic, biologi, filsafat, politik, teknik, dan sebagainya.

Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia.

Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan


mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku
tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi social, filsafat pada
hubungan manusia dengan realitas lainnya, maka psikologi melihat pada perilaku
individu komunikan.

Yang agak permanen mempelajari komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan


psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi social, Interaksi social harus melalui
kontak dan komunikasi. Oleh karena itu, setiap buku sosiologi harus menyinggung
komunikasi. Dalam dunia yang serba modern sekarang ini, komunikasi bukan saja
mendasari interaksi social. Teknologi komunikasi telah berkembang sedemikian
rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa
komunikasi.

Ruang lingkup dan sistematika pengajaran psikologi komunikasi adalah :

1. Sistem komunikasi intrapersonal


2. Sistem komuniksi interpersonal
3. Sistem komunikasi kelompok
4. Sistem komunikasi Massa

 Dalam system komunikasi intrapersonal, antara lain membahas tentang


karakteristik manusia komunikan, factor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi perilaku komunikasinya, system memori dan berpikir, dan
sifatsifat psikologi komunikator.
 Dalam system komunikasi interpersonal, antara lain dibahas tentang proses
persepsi interpersonal, faktor-faktor personal dn situasional yang
mempengaruhi persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan
hubungan interpersonal.
 Dalam system komunikasi kelompok, antara lain dibahas tentang jenis-jenis
kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi, factor-faktor yang
mempengaruhi keefektifan kelompok, dan bentuk-bentuk komunikasi
kelompok.

 Dalam komunikasi massa, antara lain dibahas tentang motivasi atau factorfaktor
yang mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek komunikasi
massa, dan karakteristik isi pesan media massa.

Pendekatan Psikologi Komunikasi

Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Ahli komunikasi Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa dalam psikologi,


komunikasi memiliki makna yang luas. Komunikasi meliputi segala penyampaian
energi gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Kata
“komunikasi” sendiri digunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh
atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi.

Psikologi berusaha melihat komunikasi dalam kaitan perilaku manusia


dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya
perilaku itu. Komunikasi di sini cenderung dibahas dalam konteks sosial. Itulah
sebabnya karena psikologi telah memiliki disiplin ilmu tersendiri yang khusus
menganalisis peristiwa sosial secara psikologis (yang disebut psikologi sosial),
persinggungan komunikasi dan psikologi terletak pada disiplin psikologi sosial
ini. Rakhmat menyatakan bahwa psikologi komunikasi adalah bagian dari
psikologi sosial dan pendekatan psikologi sosial, dengan begitu, adalah
pendekatan psikologi komunikasi.
Psikologi mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba
menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut.

• Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi social, filsafat pada


hubungan manusia dengan realitas alam semesta, maka psikologi melihat
pada perilaku individu komunikan. Menurut Fischer, ada 4 ciri pendekatan
psikologi pada komunikasi, yaitu : 1. Penerimaan stimuli secara indrawi;
2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons;
3. Prediksi respons;
4. Peneguhan respons.
• Psikologi mengatakan bahwa komunikasi BERMULA ATAU BERAWAL
KETIKA PANCA INDRA kita DITERPA OLEH STIMULI.
1) Stimuli bisa berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan sebagainya;
pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.
2) Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa kita, yaitu dalam ‘kotak hitam”
yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan
tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang
tampak. Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia tersenyum, tepuk
tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.
3) Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada
masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus
mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa
sekarang.
4) Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada respons
organisme yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan
balik.
Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku
komunikasi individu.

• Peristiwa mental adalah proses yang mengantarai stimuli dan respons


(internal mediation of stimuli) yang berlangsung sebagai akibat
belangsungnya komunikasi.

• Peristiwa perilaku/behavioral adalah apa yang nampak ketika orang


berkomunikasi.

Belum ada kesepakatan tentang cakupan psikologi. Ada yang beranggapan


psikologi hanya tertarik perilaku yang tampak saja, sedangkan yang lain tidak dapat
mengabaikan peristiwa-peristiwa mental. Sebagian peikolog hanya ingin
memeriksa apa yang dilakukan orang, sebagian lagi ingin meramalkan apa yang
akan dilakukan orang.

Komunikasi adalah peristiwa social. Psikologi komunikasi dapat diposisikan


sebagai bagian dari psikologi social. Karena itu, psikologi social adalah juga
pendekatan psikologi komunikasi.

Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah :

1) Proses belajar yang meliputi aspek koginitif dan aspek afektif


2) Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komuniksi)
3) Mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, identifikasi, permainan
peran,proyeksi, agresi, dan sebagainya.
II. Komunikasi Efektif

George A. Miller mengartikan psikologi komunikasi sebagai ”ilmu yang


berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral (perilaku) dalam komunikasi”. Menguraikan berarti menganalisis
mengapa suatu tindakan komunikasi dapat terjadi. Apa yang terjadi dalam diri kita
sehingga tindakan itu muncul? Sedangkan meramalkan membawa kita pada
pengertian bahwa dengan membuat generalisasi tertentu atas sejumlah perilaku
tertentu yang dihubungkan dengan kondisi psikologis tertentu maka kita akan dapat
meramalkan bentuk perilaku apa yang akan muncul jika suatu stimulus diberikan
kepada orang dengan karakter psikologis tertentu. Ada pun mengendalikan adalah
kita dapat melakukan campur tangan tertentu (memanipulasi) jika kita
menginginkan atau tidak menginginkan suatu efek tertentu dari komunikasi yang
terjadi.
Berdasarkan definisi Miller di atas, terlihat bahwa dengan menggunakan
psikologi komunikasi kita akan dapat menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan perilaku. Dalam konteks komunikasi,
kemampuan ini merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi tercapainya
tujuan komunikasi yakni komunikasi yang efektif (berhasil- guna).
Ada tiga tolok ukur untuk menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan
berlangsung efektif yaitu (1) pemahaman diri sendiri dan orang lain, (2)mapannya
hubungan sosial yang bermakna, dan (3) perubahan sikap dan perilaku. Psikologi
komunikasi dibutuhkan untuk ketiga tujuan ini.
Dalam kerangka yang agak berbeda, meski persamaannya juga terlihat,
Tubbs dan Moss menyebutkan lima tolok ukur efektivitas komunikasi (Rakhmat,
1994).

Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif


menimbulkan 5 hal, yaitu ;

1) Pengertian
2) Kesenangan

3) Pengaruh pada sikap


4) Hubungan sosial yang makin baik
5) Tindakan

Ad. 1) Pengertian

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud
oleh komunikator. Seringkali pertengkaran atau konflik terjadi karena pesan kita
diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan
secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in
communication). Dalam konteks inilah diperlukan pemahaman orang tentang
psikologi pesan dan psikologi komunikator.

Ad. 2) Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan


membentuk pengertian. Misalnya ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa
kabar? Kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi seperti ini
dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan, yang lazim disebut komunikasi fatis
(phatic communication).
Komunikasi seperti ini menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan
menyenangkan. Dalam Analisis Transaksional ini disebut “ Saya Oke – Kamu
Oke”. Ini memerlukan psikologi psikologi tentang sistem komuniaksi interpersonal.

Ad. 3) Mempengaruhi sikap

Kita paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain.


Misalnya :

o Khotib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah


untuk beribadah lebih baik.
o Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada konstituennya. o Guru
ingin mengajak muridnya untuk lebih banyak membaca buku. o
Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen untuk membeli
barangbarang lebih banyak.

Semua yang disebutkan di atas adalah termasuk komunikasi persuasive.


Komunikasi persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri
komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate.

Persuasive didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan


tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

Ad. 4) Hubungan social yang baik

Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan social yang baik.


Kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi,
pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.

Menurut penelitian, bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, maka


ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan
menderita “flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya).
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi,
pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.

Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin
mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan
sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.

Bila orang gagal dalam menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia menjadi


agresif, senang berkhayal,dan sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari
lingkungannya.

Hasil penelitian Philip G. Zimbardo menemukan, bahwa anonimitas menjadikan


orang agresif, senang mencuri dan merusak, dan kehilangan tanggung jawab sosial.

Anonimitas timbul mungkin karena kegagalan komuniksi interpersonal dalam


menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Supaya manusia tetap hidup secara
sosial, untuk sosial survival, ia harus terampil dalam memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal seperti persepsi interpersonal,
dan hubungan interpersonal.

Ad. 5) Tindakan

Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi


untuk menimbulkan pengertian memang sulit, tetapi lebih sulit lagi mempengaruhi
sikap, dan jauh lebih sulit lagi mendorong orang untuk bertindak.

Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan


komunikate. Misalnya : Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai memasang IUD
atau Spiral;

Propaganda suatu parpol efektif bila sekian juta mencoblos lambing parpol tersebut;
pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan. Menimbulkan
tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting. Karena untuk
menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian,
membentuk dan mengubah sikap. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses
komunikasi.

Ia bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis


yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia.

Keberhasilan atau efektivitas komunikasi selain ditentukan oleh hal-hal tersebut di


atas, juga ditentukan oleh faktor-faktor sumber/komunikator, pesan, saluran
komunikasi, dan orang/khalayak yang menerima pesan tersebut.

Berikut ini dikemukakan karakteristik sumber atau komunikator yang menentukan


efektivitas komunikasi.

Sebelum faktor karakteristik komunikator tersebut diuraikan, terlebih dahulu akan


dijelaskan pengaruh komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan
oleh Herbert C. Kelman.

Menurut Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa 3 hal :

 Internalisasi  Identifikasi.
 Ketundukan (compliance)

Internalisasi

Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan
itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran,
atau anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna
untuk memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh
sistem nilai kita.

Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional.
Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita
karena merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut.
Identifikasi

Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau
kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan
diri secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau
kelompok itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri.

Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang


lain. Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang
lain. Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia akukan,
mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan
orang yang mempengaruhinya.

Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru


tindak tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang
yang dikaguminya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah
atraksi (daya tarik komunikator).

Ketundukan

Ketundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain
karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau
kelompok lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman
dari pihak yang mempengaruhinya.

Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena


mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk
menghasilkan efek sosial yang memuaskan.

Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri
yang masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam
sawahnya karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan,
III. Karakteristik Komunikator

1) Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat


komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu : pertama; kredibilitas
adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; kedua;
kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga
komponenkomponen kredibilitas).

Karena kredibilitas itu adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas berubah


bergantung pada pelaku persepsi (yaitu komunikate), topik yang dibahas, dan
bergantung pula pada situasi. Contoh :

 Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman Anda,


tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas Anda.
 Seorang rektor di kampus tertentu mungkin mempunyai kredibilitas di
tengah-tengah civitas akademikanya, tetapi ketika ia di rumah, ia tidak
punya kredbilitas lagi.
 Seorang dokter mempunyai kredibilitas di tengah mahsiswanya, tetapi
kredibilitasnya turun ketika ia berada di tengah-tengah dokter spesialis
bedah jantung.
 Seorang manajer pemasaran begitu tinggi kredibilitasnya ketika berhadapan
dengan calon pembelinya, tetapi kredibilitasnya Profesor botak akan
didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi tetap saja akan dimakan habis
oleh buaya di sungai.
 Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman Anda,
tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas Anda.
 Profesor botak akan didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi tetap saja
akan dimakan habis oleh buaya di sungai.
Dari contoh-contoh tersebut di atas, jelaslah bahwa kredibilitas tidak ada pada
diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikate. Oleh karena itu,
ia dapat berubah atau diubah, terjadi atau dijadikan.

Kita dapat menghadirkan “the man on the street” di ruangan kuliah dan
mengumumkan pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam ilmu
komunikasi. Di sini kita membentuk persepsi orang lain dengan deskripsi
verbal.

Kita juga dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya


pakaian-pakaian yang lusuh atau menyuruhnya berperilaku yang menyebalkan.

Di sini kita memanipulasi persepsi orang dengan petunjuk nonverbal. Hal-hal


yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia
melakukan komunikasinya disebut prior ethos.

Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita


membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung
dengan komuniaktor itu, atau dari pengalaman wakilan.

Misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas
kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam
media massa.

Bisa juga kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya


pada kelompok rujukan orang itu, artinya kita meletakkannya pada skema
kognitif kita. Misalnya, anda akan tekun mendengarkan penceramah yang
diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor Iwan Sugiarta, karena gelar-gelar itu
melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya.

Pada umumnya penelitian tentang kredibilitas berkenaan dengan prior ethos.


Faktor lain, selain persepsi dan topik yang dibahas, yang mempengaruhi
kredibilitas adalah faktor situasi. Pembicara pada media massa memiliki
kredibilitas yang tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT.
Begitu pula ceramah di hadapan civitas akademica suatu perguruan tinggi yang
berstatus tinggi akan meningkatkan kredibilitas penceramah. Sebaliknya
penceramah yan semula memiliki kredibilitas yang tinggi, akan hancur
kredibilitasnya setelah ia berbicara pada situasi yang dipandang “kotor”, atau di
tengah-tengah kelompok yang dianggap berstatus rendah.

Meskipun belum banya penelitian dilakukan tentang pengaruh situasi terhadap


persepsi komunikate tentang komunikator, akan tetapi dapat diduga bahwa pada
akhirnya kredibilitas dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor.
Komponen-komponen Kredibilitas

a. Keahlian

b. Kepercayaan

Ad. a. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan


komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicrakan. Komunikator
yang dinilai tinggi pad keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu
banyak, berpengalaman, atau terlatih. Sebaliknya komunikator yang dinilai
rendah pad keahlian dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh.

Ad. b. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang


brkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral,
adil, sopan, dan etis. Atau apakah komunikator dinilai tidak jujur, lancung, suka
menipu, tidk adil, dan tidak etis.

Koehler, annatol, dan Appelbaum menambahkan 4 lagi sebagai komponen dari


kredibilitas sebagai berikut :

a. dinamisme

b. sosiabilitas

c. koorientasi
d. karisma

Dinamisme umumnya berkaitan dengan cara orang berkomunikasi.


Komunikator memiliki dinamisme bila ia dipandang sebagai bergairah,
bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Sebaliknya komunikator yang tidak
dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan lemah. Dalam komunikasi, dinamisme
memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.

Sosiabilitas adalah kesan komunkate tentang komunikator sebagai orang yang


periang dan senang bergaul.

Koorientasi merupakan kesan komunikate komunikator sebagai orang yang


mewakili kelompok orang yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.

Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki
komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet
menarik benda-benda di sekitarnya.

2) Atraksi

Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal


seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Kita cenderung
menyenangi orang-orang yang tampan dan cantik, yang banyak kesamaannya
dengan kita, dan yang memiliki kemampuan yang lebih dari kita.

Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik


ia memiliki daya persuasif. Kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya
beberapa kesamaan antara dia dengan kita.

Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya


memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan
komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika, menyebut upaya ini sebagai
“strategy of identification”.
3) Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya


kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komuniaktor dan
komunikate.

Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan”


kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat
penting.

French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai berikut :

1. Kekuasaan Kooersif (coersive power)

2. Kekuasaan Keahlian (expert power)

3. Kekuasaan Informasional (informational power)

4. Kekuasaan Rujukan ( referent power )

5. Kekuasaan Legal (legitimate power)

Anda mungkin juga menyukai