Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu di bidang kedokteran, kini jumlah
penyakit, kelainan, ataupun simptoma yang terdeteksi pun semakin beragam. Banyak
diantara penemuan-penemuan baru ini yang merupakan kelainan, penyakit, atau
simptoma yang mematikan.
Sedangkan menurut fakta yang ada, banyak diantara kalangan masyarakat
yang belum mengerti tentang indikasi-indikasi awal, dampak, penyebab, dan
pengobatan sehingga memperlambat proses pertolongan medis. Salah satu jenis
penyakit tersebut adalah ataksia. Penyakit yang dapat menghambat sistem
komunikasi.
Ataksia merupakan suatu gejala penyakit, yang menunjukkan adanya
gangguan koordinasi gerak. Istilah ataksia umumnya digunakan untuk
menggambarkan gangguan berjalan yang tidak terkoordinasi dan tidak seimbang,
tetapi ataksia juga dapat melibatkan jari, lengan, cara bicara, dan pergerakan mata.
Dari, uraian diatas dapat diketahui betapa pentingnya pengetahuan penyakit
ataksia bagi masyarakat. Maka dari itu, untuk menyelesaian permasalahan ini perlu
diadakan penyuluhan lebih lanjut sehingga bisa dilakukan pengawasan lebih ketat
tentang munculnya gejala-gejala tertentu agar tindakan pertolongan dapat dilakukan
lebih tanggap.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep komunikasi?
2. Bagaimana konsep komunikasi verbal?
3. Bagaimana konsep gangguan komunikasi verbal?
4. Bagaimana contoh komunikasi pada pasien ataksia (gangguan verbal)?
5. Bagaimana cara berkomunikasi pada pasien ataksia?
6. Bagaimana tindakan keperawatan yang berhubungan dengan komunikasi pada
pasien ataksia?
7. Bagaimana tindakan keperawatan untuk menolong gangguan komunikasi pada
pasien ataksia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami konsep komunikasi.
2. Mengetahui dan memahami komunikasi verbal.
3. Mengetahui dan memahami gangguan komunikasi verbal.
4. Mengetahui dan memahami contoh komunikasi pada pasien ataksia (gangguan
verbal).
5. Mengetahui dan memahami cara berkomunikasi pada pasien ataksia.
6. Mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang berhubungan dengan
komunikasi pada pasien ataksia.
7. Mengetahui dan memahami tindakan keperawatan untuk menolong gangguan
komunikasi pada pasien ataksia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
dimana komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah
makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan
orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain
dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh
dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa). Istilah komunikasi berasal dari kata
Latin communicare atau communisyang berarti sama atau menjadikan milik bersama.
Deddy Mulyana (2005 : 61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang
komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari
seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik
secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran),
surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses
searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka,
namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang
tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai
definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi
semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan
rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini,
komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan
demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu
kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu
pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi
perilaku penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunkate).
d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu
transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber
kepada penerima.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat
atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik
verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal
atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon
atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam
Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada
bentuk pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni , dan teknologi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang
secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan
pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai
komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat
mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.
Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan
makna di antara dua orang atau lebih.
b. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami
danberbagi makna.
c. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang
melibatkan gagasan dan perasaan.
d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi
antara dua orang atau lebih.
2.1.2 Tipe-Tipe Komunikasi
1. Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di
dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan dirinya
sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang
memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya. Objek dalam hal ini bisa
saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang
mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri
seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran
manusia setelah mendapat rangsangan dari pancaindra yang dimilikinya. Hasil
kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberi
pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali seseorang
dihadapkan pada pilihan Ya atau Tidak. Keadaan semacam ini membaawa
seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam
mempertimbangkan untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara
ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau
komunikasi dengan diri sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antarpribadi yang dimaksud disini adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka,
seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979).
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua
macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil.
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara
dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam
tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan
berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung
dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal. Sedangkan
wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada
posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya
saling berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil oleh
banyak kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena:
Pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang
berlangsung secara tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara
terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang
sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi.
Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi.
3. Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi
kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak.
Apapun namanya, komuniksi publik menunjukkan suatu proses komunikasi
dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di
depan khalayak yang lebih besar.
Salah satu ciri yang dimilki komunikasi publik bahwa pesan yang
disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan
dipersiapkan lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemui dalam
berbagai aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan,
ceramah, dan semacamnya.
Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa
digolongkan komunikasi massa bila dilihat pesannya yang terbuka. Tetapi
terdapat beberapa kasus tertentu dimana pesan yang disampaikan itu terbatas
pada segmen khalayak tertentu, misalnya pengarahan, sentiaji, diskusi panel,
seminar, dan rapat anggota. Karena itu komunikasi publik bisa juga disebut
komunikasi kelompok bila dilihat dari segi tempat dan situasi.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi
yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga
kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis
seperti radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya,
komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan
khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun
dari segi kebutuhan. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan
tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan
perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media
massa elektronik seperti radio dan televisi, maka umpan balik dari khalayak
bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalnya melalui program
interaktif.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan pemahaman atau
pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus
menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap,
pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial.
1. Perubahan sosial
Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik
positif maupun negatif.
2. Perubahan pendapat
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman.
3. Perubahan perilaku
Komunikasi bertujuan untuk merubah perilaku maupun tindakan seseorang, dari
perilaku yang dekstruktif (tidak mencerminkan perilaku hidup sehat, menuju
perilaku hidup sehat).
4. Perubahan sosial
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga
menjadi hubungan yang makin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif
secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara
spesifik sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu.
2. Mempengaruhi perilaku seseorang.
3. Mengungkapkan perasaan.
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain.
5. Berhubungan dengan orang lain.
6. Menyelesaian sebuah masalah.
7. Mencapai sebuah tujuan.
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik.
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.
2.1.4 Ciri-Ciri Komunikasi yang Efektif
1. Langsung (tidak ragu menyampaikan pesan).
2. Asertif (tidak takut mengatakan apa yang diinginkan dan mengapa).
3. Congenial (ramah dan bersahabat).
4. Jelas (mudah dimengerti).
5. Menyempaikan gagasan dengan jelas.
6. Responsif (memperhatikan keperluan dan pandangan orang lain).
7. Nyambung.
8. Jujur.
2.1.5 Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar
manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur
yaitu : pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu
sendiri. Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu : Source (pengirim), Message
(pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).
1. Komunikator
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif
menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikator
dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari :
a. Satu orang
b. Banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang
c. Massa
2. Komunikan
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa
pesan komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat
dinamis, saling bergantian.
3. Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara,
mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal
(verbal communication) :
a. Oral (komunikasi yang dijalin secara lisan)
b. Written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).Pesan bersifat non verbal
(non verbal communication) :
c. Gestural communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan)
d. Saluran komunikasi & media komunikasi.
4. Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari sumber kepada penerima. Terdapat dua cara :
a. Non mediated communication (face to face) secara langsung
b. Dengan media.
5. Efek komunikasi
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan
komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam
diri komunikan :
a. Kognitif (seseorang menjadi tahu sesuatu)
b. Afektif (sikap seseorang terbentuk) dan
c. Konatif (tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan
sesuatu). Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas
pesan komunikator yang disampaikan.
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti
yang diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya :
1. Latar belakang budaya
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui
kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara
komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
2. Ikatan dengan kelompok atau grup
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara
mengamati pesan.
3. Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam
menyikapi isi pesan yang disampaikan.
2.1.7 Hambatan Komunikasi
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari
suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang
sama. Berikut ini adalah hambatan – hambatan dalam komunikasi :
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol
c. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga
mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim
dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
d. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak
dapat mendengarkan pesan.
e. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima
f. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.
g. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak
tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca
gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan,
gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang
mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara
pemberi pesan dan penerima.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara
pengirim dan penerima pesan.
2.2 Konsep Komunikasi Verbal
2.2.1 Definisi Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal yaitu komunikasi melalui kata-kata baik lisan atau tertulis.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy
Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal.
Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
supaya memberi arti.
2.2.2 Keuntungan Komunikasi Verbal
1. Komunikasi dapat disampaikan melalui tulisan maupun lisan.
2. Komunikasi verbal dapat digunakan untuk membahas kejadian masa lalu, ide
atau abstaksi.
3. Komunikasi menggunakan kata-kata akan lebih mudah dikendalikan daripada
dengan menggunakan bahasa isyarat ( gerakan badan/tubuh) atau ekspresi
wajah
2.2.3 Kelemahan Komunikasi Verbal
1. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan
abtraksi
2. Adanya keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
3. Kata-kata mengandung bias budaya.
4. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara
verbal. Sehingga dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien.
5. Kata-kata yang disampaikan dalam suatu percakapan hanya membawa
sebagian dari pesan.
2.2.4 Hal Penting Dalam Komunikasi Verbal
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila
pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara : akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang
berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi.
d. Humor : dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan
stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus
diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam
berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat
dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi,
artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa
yang disampaikan.
2.2.5 Teknik Komunikasi Verbal
1. Membingkai pesan.
Merencanakan kalimat pertama atau kedua sebelum memulai suatu
percakapan akan memudahkan komunikan dalam menyatakan pendapat dan
keinginan dengan efektif.
2. Menyampaikan secara faktual (dengan kata-kata netral).
Menggunakan kata-kata yang faktual, spesifik dan bahasa yang netral dalam
menyampaikan evaluasi atau pandangan tentang suatu hal.
2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Verbal
Ellis dan Nowlis (1994) mengatakan beberapa hal penting dalam
komunikasi verbal : penggunaan bahasa, perlu mempertimbangkan pendidikan
klien,tingkat pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa (bahasa Inggris,
Indonesia, dll). Dalam penggunaan bahasa memerlukan kejelasan yaitu memilih
kata yang jelas dan tidak mempunyai arti yang salah. Keringkasan yaitu pesan
singkat dan tanpa penyimpangan untuk menghindari kebingungan tentang apa
yang penting dan apa yang kurang penting. Kecepatan yaitu kecepatan bicara
mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang dalam keadaan cemas atau
sibuk biasanya akan lupa untuk berhenti berbicara dan pembicaraan dilakukan
sangat cepat sehingga hal ini menyebabkan pendengar tidak dapat memproses
pesan dan menyusun respon yang akan diberikan. Komunikasi verbal dengan
kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan bagi pembicara sendiri
untuk berpikir jernih tentang apa yang diucapkan dan juga akan menyebabkan
seseorang dapat menjadi pendengar yang efektif. Voice tone menunjukan gaya
dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat merubah arti dari kata.
Pengaruh dari bicara dengan suara yang keras akan berbeda dengan suara yang
lembut atau lemah. Suara yang keras menunjukan berbicara yang terburu-
buru,tidak sabar,sindiran tajam dan marah. Salah satu komunikasi verbal yang
penting dalam keperawatan adalah wawancara. Wawancara merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan data dari klien dalam tahap pengkajian. Wawancara
adalah pola komunikasi yang mempunyai tujuan yang spesifik yaitu untuk
mendapatkan riwayat kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, faktor
resiko, dan untuk menentukan perubahan spesifik dari tingkat kesehatan dan pola
hidup. (Potter dan Perry, 1993). Pewawancara akan mendapatkan informasi
tentang keadaan kesehatan klien, pola hidup, pola sakit, sistem dukungan, pola
adaptasi, kekuatan dan keterbatasan.
Wawancara yang dilakukan perawat pada dasarnya tergantung pada situasi
yang ada. Pada situasi emergensi, fokus wawancara perawat adalah mengenai
trauma, faktor presipitasi serta alergi yang dimiliki klien. Hal ini berbeda pada
saat situasi rehabilitasi dimana fokus wawancara perawat adalah mengenai
keadaan sakit dulu dan sekarang, strategi koping, dll. Dengan melihat hal ini
adalah sangat tidak tepat bagi perawat bila klien dalam keadaan gawat, perawat
menanyakan pada klien tentang riwayat genogram klien atau hobi klien. Kegiatan
wawancara oleh perawat dapat menggunakan beberapa teknik wawancara.
BAB III
APLIKASI TEORI
3.1 Konsep Gangguan KomunikasI Verbal
Gangguan komunikasi verbal Adalah keadaan seorang individu yang
mengalami penurunan, penundaan atau tidak adanya kemampuan untuk menerima,
memproses, menghantarkan.
Gangguan komunikasi verbal dapat kita bagi dalam tiga kelompok yaitu
(Deddy Mulyana, 2005) ;
1. Gangguan artikulasi (Articulation disorders)
Gangguan artikulasi juga diketahui sebagai gangguan phonologikal,
melibatkan ketidakmampuan individu menghasilkan suara yang jelas dan kesulitan
mengkombinasikan bunyi yang serasi dengan kata-kata. Timbul bunyi yang tidak
lazim seperti penggantian, penghilangan, penyimpangan atau penambahan kata-kata
sehingga kalimat kurang bisa dimengerti. Gangguan ini dapat dikategorikan menjadi 2
yaitu ; gangguan artikulasi motorik (terjadi kerusakan di susunan otak pusat atau
perifer), dan gangguan artikulasi fungsional (ini belum diketahui penyebabnya).
2. Gangguan kelancaran berbicara (fluency disorders)
Gangguan komunikasi yang diakibatkan adanya perpanjangan atau
pengulangan dalam memproduksi bunyi suara. Gangguan kelancaran berbicara
termasuk dalam abnormalitas kelancaran aliran suara yang keluar, contohnya adalah
gagap.
3. Gangguan suara (voice disorders)
Gangguan suara merupakan gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh
adanya ketidakmampuan memproduksi suara (fonasi) secara akurat. Hal ini biasanya
disebabkan oleh abnormalitas fungsi laring, saluran pernafasan. Terdapat
ketidakmampuan menghasilkan suara yang berkualitas, nada, resonan dan durasi yang
efektif.
Dalam artikel terapi wicara terdapat sedikit perbedaan dalam
mengelompokkan gangguan berbicara yaitu ; gangguan artikulasi, bahasa, suara,
irama kelancaran dan gangguan menelan. Tetapi secara garis besar beberapa pendapat
tersebut mempunyai arti yang sama, terhadap gangguan bicara yang memerlukan
terapi. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal-hal sebagai
berikut ;
1. Disatria ( kesulitan berbicara akibat kasus neurologik ), ditunjukkan dengan
berbicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggungjawab untuk menghasilkan bicara.
2. Disfasia atau afasia ( hilangnya kemampuan mengekspresikan diri sendiri
ataumengerti bahasa), terutama ekspresif (ketidakmampuan untuk
mengekspresikandiri; dihubngkan dengan area lobus frontal) atau reseptif (ketidak
mampuan mengerti apa yang dikatakan orang lain; sering dihubungkan dengan
lobus temporal kiri ).
a. Aculcullia ; dyscalculia adalah kesukaran dalam mengerjakan matematika
atausimbul-simbul angka umum
b. Agnosia adalah kegagalan untuk mengenali benda-benda yang sudah
dikenalsebelumnya dengan merasakannya melalui indera. Macam-macamnya
adalah ;auditory agnosia, color agnosia, tactile agnosia dan visual object
agnosia.
c. Agraphia, dysgraphia adalah gangguan kemampuan menulis kata-kata
d. Alexia; dyslexia adalah kesukaran membaca
e. Anomia, dysnomia adalah kesukaran menyeleksi kata-kata yang tepat
terutamakata benda.
f. Paraphasia adalah menggunakan kata-kata yang salah, pengantian
g. kata,kesalahan tata bahasa, diobservasi pada bahasa dengan mulut dan tulisan.
h. Perseveration adalah pengulangan terus menerus dan otomatis pada
satuaktivitas atau kata atau kalimat yang tidak tepat.
3. Apraksia ( ketidakmampuan melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya),
seperti terlihat saat klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
Verbal apraksia adalah kesukaran dalam pembentukan dan menghubungkan kata-
kata yang dimengerti walaupun susunan otot-otot utuh. gunakan sistem simbol.
3.2 Contoh Komunikasi Pada Pasien Ataksia (Gangguan Verbal)
Komunikasi Perawat dengan Pasien Ataksia
Komunikasi perawat dengan pasien ataksia adalah memberikan dukungan agar pasien
ataksia mampu berjuang dalam mempertahankan hidupnya. Dengan cara memberikan
pengobatan untuk masalah koordinasi dan keseimbangan biasanya melibatkan penggunaan
perangkat adaptif yang membantu pasien mencapai kemandirian sebagai sebanyak mungkin.
Seperti penggunaan tongkat (tongkat), kruk, walker atau kursi roda. Misalnya memberikan
asuhan keperawatan pada pasien ataksia yaitu berupa fisik seperti terapi bicara, obat-obatan
dan konseling. Sebagai profesional, keterampilan komunikasi perawat dengan pasien
merupakan salah satu kompetensi yang harus di kuasai perawat karena akan menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
3.3 Cara Berkomunikasi Pada Pasien Ataksia.

3.4 Tindakan Keperawatan yang Berhubungan dengan Komunikasi Pada Pasien Ataksia
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tindakan Komunikasi Untuk Menolong Menolong Gangguan Komunikasi Pada
Pasien Ataksia.

BAB V
SKENARIO DAN ROLE PLAY
A. Para Pelaku
1. Ani Priska Damayanti sebagai resepsionis.
2. Annys Solikhah sebagai perawat ruangan
3. Hestik Handayani sebagai adik Iqbal.
4. Mochammad Iqbal Abdillah sebagai pasien ataksia.
5. Muhammad Ali Kurniawan sebagai perawat.
6. Nurul Anani sebagai perawat ruangan.
7. Rahmadiah Fitriani Sadokaki sebagai teman Iqbal.
8. Steaphana Novi Marina sebagai dokter.
9. Subai’ah sebagai ibu Iqbal.
10. Tri Mega Sari Maipura sebagai perawat ruangan.
11. Vidia Manggeraini sebagai teman Iqbal.
B. Prolog
Semua tampak sempurna untuk Iqbal walaupun dia sudah tidak mempunyai ayah tapi
dia tetap ceria, rajin, pintar, jago basket dan taat pula beribadah. Di kampus pun dia bisa
menjadi ketua kelas dan mempunyai sahabat-sahabat yang setia. Tetapi dibalik kesempurnaan
itu sebenarnya Iqbal menderita penyakit yang sangat berat. Hal ini bermula ketika memasuki
perguruan tinggi. Dalam kegembiraannya, ia mulai mendapat beberapa kesukaran secara
fisikal yang mana hanya disadari oleh ibunya. Hingga saat itulah, penyakitnya mulai
diketahui.
Di pagi yang cerah, disaat itu pula Iqbal beserta ibu dan adiknya tengah asyik
menikmati sarapan pagi.
Mama : “Anak-anak cepat dihabisin sarapannya.”
Adik : “Iya, Ma. Sebentar lagi selesai.”
Iqbal : “Ma, aku berangkat dulu ya.”
“Assalamu’alaikum.”
Mama : “Wa’alaikumsalam.”
“Hati-hati ya, Nak.”
Adik : “Aku juga mau berangkat, Ma.”
“Assalamu’alaikum.”
Mama : “Wa’alaikumsalam.”
“Hati-hati Nak, jangan lupa dibawa bekalnya.”
Di depan rumah Iqbal tiba-tiba terjatuh dan diketahui oleh adiknya
Adik : “ Kak, bangun Kak..”
“Mama...Mama..” (mencoba membantu Iqbal berdiri).
Mama : “Ya, Allah..Nak.. kamu kenapa?” (membantu Iqbal berdiri).
Adik : “ Ma..hidung Kak Iqbal berdarah.”
Mama : “Astaghtaghfirullah.. ayo Dik bantu Mama bawa Kakak ke dalam.”
Mama dan Adik membantu Iqbal masuk ke dalam ke rumah
Mama : “Dik, tolong ambilkan kotak obat ya buat mengobati luka Kakak.”
Adik : “Iya, Ma (Adik pun mengambil kotak obat).
Mama : “Nak, Mama antar ke rumah sakit ya.”
“Wajah kamu terlihat pucat.”
Iqbal : “ Tidak usah, Ma. Tadi Iqbal cuma kesandug kok.”
Adik : “Ini, Ma.” (sambil memberikan kotak obat).
Mama : “Sini Mama bersihkan dulu lukanya. Hari ini kamu tidak usah ke kampus ya,
istirahat saja di kamar.” (sambil membersihkan luka Iqbal).
Iqbal : “Tapi, Ma aku nggak papa, aku sehat kok.”
Mama : “Sudah, ikuti saja kata Mama. Besok kamu baru bisa masuk kuliah.”
Keesokan harinya ketika di ruang makan.
Mama : “Bagaimana Iqbal keadaan kamu?”
Iqbal : “Kan aku sudah bilang Ma, aku nggak kenapa-kenapa.”
Mama : “ Ya sudah, cepat sarapan dulu.”
“Adik juga ya, yang banyak makannya.”
Adik : “Iya, Ma.”
“Kak, tolong dong ambilin minum. Tanganku nggak nyampek nih.”
Iqbal : “Dasar manja kau, Brud.”
“Ambil saja sendiri!!”
Adik : “ Ih... Kakak ya, suruh ambilin gitu aja nggak mau. Mama, Kak Iqbal Ma..”
Mama : “ Iqbal.. jangan gitu dong sama adiknya, ayo di ambilin.”
Iqbal mengambil minuman yang berada di dekatnya, tetapi anehnya ia tidak bisa
mengambilnya.
Mama : “Loh..Iqbal, kenapa?”
Iqbal : “ Nggak tau Ma..” (bingung)
Mama : “ Ya sudah.”
“Biar Mama saja yang ambil.”
Iqbal masih bingung dengan kejadian tadi, namun ia berusaha beranggapan bahwa itu
adalah hal yang biasa. Mamanya pun juga merasa khawatir dengan keadaan Iqbal. Ia takut
Iqbal menderita penyakit yang sama dengan almarhum ayahnya. Kemudian selesai sarapan
Iqbal dan adiknya pun berangkat.
Sesampainya di kampus...
Fitri : “Hei Iqbal.”
“Kemana saja kamu kemarin kok nggak kelihatan?”
Vidia : “ Iya, kemana aja kamu? Sakit ya?”
Iqbal : “Iya kok kamu tau?”
Vidia : “ Nebak aja.”
“Haha... Emang kamu sakit apa?”
Iqbal : “Nggak kok. Aku nggak papa.”
Fitri : “Ya udah deh..ayo ke kelas, udah mau masuk nih.”
Kemudian mereka bertiga pergi ke kelas, namun ternyata pada hari itu dosen mata kuliah
tidak bisa hadir. Dan Iqbal pun pergi ke lapangan untuk bermain basket sendiria).
Fitri : “Kamu ngapain Bal di situ, ayo ke kantin”.
Iqbal : “Udah tau lagi maen basket, Fit.”
“Pakek tanya segala..”
“Huu...” (sambil melempar bola ke arah Fitri dan menertawakannya)
Vidia : “ Ya nggak usah pakek lempar-lempar bola juga kali Bal.”
Fitri : “Biarin Vid, belum tau dia.” (sambil melempar balik ke arah Iqbal)
Ketika Iqbal ingin menangkap bola basket tersebut, tiba-tiba tangannya tidak bisa di
gerakkan dan bola pun mengenai kepalanya. Iqbal pun pingsan.
Fitri : “Iqbal..!”
“Aduh, gimana Vid?” (panik)
Vidia : “Kamu sih pakek lempar-lempar segala.”
“Ya udah, yuk kita bawa Iqbal ke klinik kampus.”
Beberapa menit kemudian di klinik kampus.
Fitri : “ Iqbal, kamu udah sadar?”
Iqbal : “Iya...” (terbata-bata)
Vidia : “Suara kamu nggak jelas, Bal.”
Iqbal : “Iya.. kenapa dengan suara ku?” (masih terbata-bata)
Vidia : “Gimana kalau kita kasih kabar ke orang tua Iqbal, Fit?”
Fitri : “ Ya sudah, biar aku telepon orang tuanya dulu.”
Tidak lama lama kemudian, Mama Iqbal pun tiba di klinik.
Mama : “Ya Allah, Nak.”
“Iqbal kenapa?”
Fitri : “Tadi Iqbal kena bola basket Tante, terus pingsan di lapangan.”
Iqbal : “Mama... Tangan ku kaku...” (dengan suara terbata-bata)
Mama : “ Kaku? Ya sudah, Mama bawa ke rumah sakit.” (dengan panik)
Mama Iqbal pun membawa Iqbal ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit..
Mama : “ Iqbal, kamu tunggu di sini dulu ya. Mama mau ke resepsionis sebentar.”
Iqbal : (hanya menganggukkan kepala).
Mama pun mendatangi resepsionis rumah sakit.
Resepsionis : “Assalamu’alaikum, ibu. Ada yang bisa saya bantu?
Mama : ‘Wa’alaikumsalam. Begini sus, anak saya tiba-tiba saja tangannya kaku dan
sulit untuk digerakkan.”
Resepsionis : “Baik, ibu. Anak ibu akan segera kami tangani. Namun, sebelumnya ibu
dimohon untuk mengisi formulir ini terlebih dahulu.”
Mama : (sambil mengisi formulir) “Ini sus, sudah selesai.”
Resepsionis : “Baik, ibu. Terima kasih. Silakan ibu tunggu di ruang tunggu.”
Tidak lama kemudian perawat memanggil nama Iqbal. Pertanda giliran Iqbal untuk
diperiksa.
Di depan ruang dokter.
Perawat Ali : “Saudara Iqbal. Silakan masuk.”
Mama dan Iqbal masuk keruangan dokter.
Dokter : “Assalamu’alaikum, ibu.”
Mama : “Wa’alaikumsalam, dok. Begini dok akhir-akhir ini kesehatan anak saya
sering bermasalah. Tangannya sering kaku, pingsan tiba-tiba dan kadang-
kadang mimisan. Tolong dok bantu anak saya. Sebenarnya anak saya
kenapa?”
Dokter : “Baik, ibu. Saya akan menanggani anak ibu dulu. Adik sini ya, berbaring
dulu biar dokter periksa”. (sambil memeriksa Iqbal).
Setelah memeriksa Iqbal..
Dokter : “Begini, ibu. Kemungkinan besar anak ibu terserang penyakit ataksia.
Namun, untuk memastikan hal tersebut perlu diadakan beberapa tes seperti tes
genetik, tes darah dan tes urin.
Mama : (menangis).
Dokter : “Kenapa ibu? Apakah sebelumnya di keluarga ibu ada yang pernah
menderita penyakit ini juga?
Mama : “Iya, Dok. Suami saya meninggal akibat menderita penyakit itu. Tolong
Dok, selamatkan anak saya. Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi.”
Dokter : “Baik, Ibu. Untuk lebih jelasnya kami akan melakukan beberapa tes. Untuk
memastikan apakah anak ibu menderita ataksia atau tidak. Untuk itu, silakan
ibu tunggu di ruang tunggu.”
Mama : “Baik, dokter.”
Setelah beberapa jam akhirnya hasil lab Iqbal keluar.
Dokter : “Ini Bu, hasil lab anak ibu sudah keluar.”
Mama : “Lalu, bagaimana dok?”
Dokter : “Menurut hasil yang telah kami dapat anak ibu positif terserang penyakit
ataksia.”
Mama : “Astaughfirallah, kenapa ini semua terjadi kepada anak saya. Bukan saya
saja.” (sambil menangis).
Dokter : “Ibu yang sabar.”
Mama : “Dok, tolong saya. Lakukan apa saja yang terbaik untuk anak saya.”
Dokter : “Baik, ibu kami akan berusaha sebaik mungkin. Tapi, sebaiknya dalam
beberapa hari ke depan anak ibu harus dirawat inap. Hal ini dilakukan agar
kami dapat dengan mudah memantau perkembangan kondisi anak ibu.”
Mama : “Terserah dokter saja.”
“Yang terpenting lakukan yang terbaik untuk anak saya.”
Beberapa menit kemudian dokter memerintahkan perawat menyiapkan kamar untuk Iqbal.
Kemudian perawat pun menghubungi perawat ruangan.
1. Fase Prainteraksi.
Perawat Ali : “Assalamu’alaikum.”
Perawat Anani : “Wa’alaikumsalam.”
Perawat Ali : “Ini dari ruang Dokter Stephana dengan perawat Ali disini. Begini suster
sebentar lagi ada pasien yang bernama saudara Iqbal dengan gejala kaku pada
tangan, sering pingsan dan mimisan. Usia 19 tahun dengan tinggi 160 cm dan
berat badan 55 kg. Mohon segera siapkan satu ruangan untuk pasien.”
Perawat Anani : “Baik. Saya akan siapkan satu ruangan untuk saudara Iqbal beserta
perlengkapan yang dibutuhkan.”
Perawat Anani akhirnya mempersiapkan ruangan beserta perlengkapan yang dibutuhkan
saudara Iqbal. Beberapa jam kemudian akhirnya saudara menempati ruang rawat inap.
2. Fase Orientasi.
Perawat Anani : “Assalamu’alaikum. Perkenalkan saya suster Anani dan ini rekan saya
suster Annys, kebetulan kami bertugas di ruangan ini, dari pukul 07.00 sampai
pukul 14.00 siang nanti. Jadi kalau saudara ada perlu apa-apa ibu bisa panggil
kami. Insya Allah kami siap membantu.”
Mama : “Iya, sus terima kasih.”
Perawat Anani : “Oh iya, Adik Iqbal bagaimana kabar Adik hari ini setelah diperiksa oleh
dokter?” (Open Endeed Question)
Iqbal : “Lumayan, sus.” (sambil terbata-bata)
Perawat Annys: “Ohh begitu ya (sambil mengangguk) (Active Listening). Jadi, lebih baik
sekarang adik berbaring saja dulu nanti siang suster akan kesini lagi untuk
melakukan terapi.”
Iqbal : “Iya, sus.”
Perawat Annys: “Kalau begitu kami permisi dulu ya, ibu. Assalamu’alaikum.”
Mama : “Iya, sus terima kasih. Wa’alaikumsalam.”

3. Fase Kerja.
Siang harinya, perawat datang untuk melakukan terapi pada Iqbal.
Perawat Annys “Assalamu’alaikum, Dik. Sudah siap untuk menjalankan terapi siang ini?”
Iqbal : “Iya, sus.”
Perawat Annys: “Hari ini kita terapi berbicara. Coba ikutin kata-kata suster.”
“Saya… Coba dek ikutin saya…”
Iqbal : “ Saaaaaaaaaayaaaaaaaaaaaaa”.
Perawat Annys: “Bagus, Dik. Sekarang kita coba dua kata ya. Saya mau makan.”
Iqbal : “ Saya makan.” (tidak jelas).
Perawat Annys: “Pelan-pelan saja, dek. Ulangi lagi mau makan.”
Iqbal : “ Mau makan.”
Perawat Annys: “Lumayan Dik, lumayan. Sekarang gabungin lagi dengan kata saya. Jadinya,
saya mau makan.”
Iqbal : “Saya mau makan.” (agak lancar)
Perawat Annys: “Bagus, Dik. Ya, begitu Dik. Pelan-pelan saja bicaranya nggak papa.”
Mama : “Bagaimana sus?”
Perawat Annys: “Alhamdulillah, Bu bisa. Ibu, sering-sering ya ajak bicara Iqbal.”
Mama : “ Iya, sus.”
Perawat Annys: “Baik, ibu. Saya permisi dulu. Adik Iqbal istirahat saja besok kita akan
lanjutkan terapinya.”
Keesokan harinya..
Perawat Anani : “Assalamu’alaikum. Bagaimana kabarnya, dik?”
Iqbal : “ Baik, suster.” (agak lancar)
Perawat Anani : “ Aduh, Alhamdulillah. Adik sudah lumayan jelas bicaranya ya, Bu?”
Mama : “Alhamdulillah sus, berkat bantuan para suster juga.”
Perawat Anani : “Adik Iqbal sudah minum obat, Bu?”
Mama : “Sudah, kok sus.”
Perawat Anani : “Emmm, ya sudah. Baik kita mulai sekarang ya adik terapinya. Pertama
coba gerakin jemari tangannya. Suster mau lihat.”
Iqbal : (menggerakan jemari tangannya).
Perawat Anani : “Bagus. Sekarang coba adik gerakin tangan adik.”
Iqbal : “ Nggak bisa sus tanganku terasa berat.” (agak lancar)
Perawat Anani : “Pasti bisa dik. Dicoba perlahan-lahan.”
Iqbal : (mencoba mengerakan tangannya).
Perawat Anani : “Lah, itu bisa. Sekarang coba angkat tangannya.”
Iqbal : (mencoba berulang kali tetapi tidak bisa). “Nggak bisa sus, sakit.” (agak
lancar).
Perawat Anani : “Ya, sudah. Tidak usah di paksa. Tapi, nanti adik coba sendiri lagi ya. Ibu,
juga tolong beri dorongan buat adik Iqbal. Kalau begitu, saya permisi dulu ya
Ibu.”
“Assalamu’alaikum.”
Mama : “Baik, sus. Wa’alaikumsalam.”
Hari berikutnya.
Perawat Annys: “Assalamu’alaikum, adik. Pagi ini kita akan melakukan terapi fisik lagi.
Kemarin udah kan?
Iqbal : (mengangguk).
Perawat Annys: Pagi ini, suster ditemani suster Mega. Kita mulai sekarang ya. Ayo, sus
bantuin saya mengangkat pasien.
Iqbal pun diangkat oleh perawat Annys dan perawat Mega menuju kursi roda untuk di bawa
ke ruang terapi.
Perawat Mega : Sekarang, adik coba berdiri sendiri ya. (Perawat melepaskan tangannya).
(Setelah beberapa kali berusaha akhirnya dia bisa melangkah satu atau dua langkah).
Perawat Mega : “Bagus, dek. Bagus.”
Perawat Annys: “Alhamdulillah saraf motorik adik sudah mulai berfungsi kembali. Sekarang
ayo sus kita bawa Adik Iqbal kembali ke kamar.”
Perawat Mega : “Iya, suster. (membantu suster Annys).
(Iqbal pun di bawa ke kamar dengan menggunakan kursi roda).
Setelah sampai di kamar. Beberapa menit kemudian dokter pun datang.
Dokter : “Assalamu’alaikum.”
Semua : “Wa’alaikumsalam.”
Dokter : “Selamat siang Adik Iqbal, nampaknya keadaan Adik sekarang semakin
membaik.”
Mama : “Iya, dokter. Alhamdulillah.”
Dokter : “Aduh, ini siapa kok lucu banget?”
Mama : “Ini, Hestik Dok. Adiknya Iqbal.”
Adik : “Halo, dokter. Aku Hestik.
Dokter : “Oh, namanya Hestik ya.
Adik : “Iya, dokter.”
Dokter : “Ya, sudah dokter periksa dulu ya kakaknya.” (sambil memeriksa Iqbal).
Setelah dokter memeriksa Iqbal
Dokter : “Alhamdulillah, Ibu. Perlahan-lahan saraf motorik Iqbal kembali pulih
walaupun tidak bisa seperti dulu.”
Iqbal : “Alhamdulillah, Dok. Begini saja saya sudah bersyukur” (agak lancar).
Mama : “Terima kasih dokter atas segala pengobatan yang telah dilakukan kepada
anak saya.”
Dokter : “Sama-sama, Ibu. Kalau begitu saya permisi dulu, apabila ibu ingin
berkonsultasi dengan saya, ibu bisa menghubungi saya di ruangan saya.
Assalamu’alaikum”.
Mama : “Iya Dok, Wa’alaikumsalam.”
Perawat Mega: “Kalo begitu kami kembali ke ruangan kami dulu ya Bu.” (sambil tersenyum
ramah). Assalamu’alaikum.”
Mama : “Wa’alaikumsalam. Nak, sebentar ya, mama tinggal dulu ke ruangan dokter.
Setelah ini Mama kesini lagi.”
Mama pun ke ruangan dokter..
Mama : “Assalamualaikum..”
Dokter : “ Waalaikum salam..silakan masuk Bu.. ada yang bisa saya bantu?”
Mama : “ Begini Dok, selama ini anak saya sudah beberapa kali menjalani tarapi ya
Dok, lalu apakah dengan terapi tersebut anak saya bisa disembuhkan? Saya
tidak ingin apa yang terjadi pada suami saya terulang kembali”
Dokter :”Maaf Bu, tetapi terapi ini hanya bisa membuat anak ibu mandiri , yang di
maksud adalah agar anak ibu tidak terlalu tergantung dengan orang lain untuk
melakukan aktifitasnya, walaupun secara keseluruhan anak ibu harus di pantau
perkembangannya.”
Mama : “ Tapi untuk obatnya, ada kan Dok? Bantu anak saya Dok.”
Dokter : “Sekali lagi saya mohon maaf Bu, sampai saat ini belum ditemukan obat
untuk menyembuhkan penyakit ataksia yang diderita anak ibu.. ibu sabar ya..”
Mama : “Astaghfirullah.. insyaAllah saya bisa menerimanya Dok. Terima kasih..
Assalamualaikum.”
Dokter : “Iya Ibu, sama-sama. Wassalamualaikum.”
Beberapa hari pasca terapi….
4. Fase Terminasi
Perawat Anani : “Assalamu’alaikum.”
Semua : “Wa’alaikumsalam.”
Perawat Anani: “Oh iya, Adik Iqbal bagaimana kabar adik hari ini?” (Open Endeed
Question).
Iqbal : “Sudah lumayan membaik sus tapi masih terasa sakit.” (agak jelas).
Perawat Anani : “Hemmm, iya adik saya mengerti, adik tidak usah terlalu stres, dan
mungkin beberapa hari lagi adik sudah bisa pulang. Namun, beberapa bulan ke
depan adik harus tetap melakukan terapi dan jangan lupa terus berlatih serta
minum obat yang telah diberikan oleh dokter. Dan untuk membantu masalah
koordinasi dan keseimbangan yang adik hadapi maka adik dapat
menggunakan perangkat adaptif yaitu berupa kursi roda .”
Mama : “Alhamdulillah, akhirnya sebentar lagi kamu pulang juga, Nak.”
Adik : “Hore, akhirnya kakak akan segera pulang.”
Vidia : “Iya, Alhamdulillah ya Tante akhirnya Iqbal bisa segera pulang juga.”
Mama : “Iya, Alhamdulillah. Ini berkat do’a kalian juga.”
Fitri : “Maafin aku ya, Iqbal. Gara-gara aku kamu jadi kayak gini.”
Iqbal : “Iya, Fit.” (agak jelas).
Mama : “Sudah, sudah tidak perlu ada yang di salahkan. Ini sudah kehendak Allah
SWT.”
Perawat Anani : “Kalau begitu saya pamit dulu ya, Ibu. Semoga Adik Iqbal cepat sembuh.
Assalamu’alaikum.”
Semua : “Wa’alaikumsalam.”
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
a.
6.2 Saran
Agar

Anda mungkin juga menyukai