Anda di halaman 1dari 22

Bab I.

Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

BAB I
KONSEP KOMUNIKASI PENYULUHAN

1.1. Pendahuluan
Komunikasi adalah ilmu, seni dan keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Semua gerak langkah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
dan dalam berhubungan dengan manusia lain selalu menggunakan komunikasi.
Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya perlu berinteraksi dengan orang lain.
Interaksi dapat berlangsung apabila dua orang atau lebih melakukan aksi dan reaksi.
Dalam ilmu komunikasi, aksi dan rekasi ini disebut tindakan komunikasi. Tindakan
komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan atau secara non verbal. Juga dapat
dilakukan secara langsung dan atau tidak langsung.
Penyuluh yang berperan sebagai sumber komunikasi dalam kegiatan penyuluhan,
harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan komunikasi yang mumpuni agar proses
komunikasi penyuluhan dapat berlangsung secara efektif. Komunikasi hanya akan
efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan
tersebut, yang pada gilirannya menimbulkan perubahan perilaku.

1.2. Indikator Keberhasilan


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian
komunikasi dalam penyuluhan pertanian, tujuan komunikasi, unsur-unsur komunikasi,
mitos-mitos komunikasi dan mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas komunikasi.

1.3. Pengertian Komunikasi


Banyak pengertian komunikasi yang dipahami oleh seseorang, yang merupakan
dampak dari banyaknya definisi komunikasi yang disampaikan oleh para ahli. Beberapa
pengertian komunikasi yang disampaikan beberapa ahli, antara lain.
Suprapto T (2009) mengemukakan bahwa ada tiga golongan pengertian utama
komunikasi, yaitu:
1. Secara etimologi atau menurut asal usul kata, komunikasi berasal dari bahasa
Latin ‘communicatio’ yang bersumber dari kata ‘communis’ berarti sama
makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan.
2. Secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain.
3. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah
komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Vardiansyah.D (2004) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu usaha
penyampaian pesan antar manusia. Pada hakekatnya, suatu peristiwa itu dapat disebut
komunikasi atau bukan, dapat dilihat dari tiga unsur.

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 1


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

1. Usaha, yaitu motif komunikasi yang menggambarkan seseorang dengan sengaja


menyampaikan pesannya kepada orang lain.
2. Penyampaian pesan, perilaku manusia dalam hal penyampaian pesan. Jadi
bukan semua perilaku manusia adalah komunikasi. Dengan kata lain, ilmu
komunikasi hanya mempelajari tentang penyampaian dan hanya tentang pesan,
bukan perilaku lainnya selain pesan.
3. Antar manusia, yakni manusia sebagai pengirim pesan dan yang lainnya
bertindak sebagai penerima pesan. Ilmu komunikasi tidak mempelajari
penyampaian pesan kepada bukan manusia.
Muhammad.A (2009) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran
pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Sedangkan Hovland, Janis dan Kelley (1981) menyampaikan
definisi komunikasi sebagai berikut:
“Communication is the process by which an individual transmits stimuly
(usually verbal) to modify the behavior of the other individuals”.
Artinya bahwa komunikasi merupakan proses dimana seorang individu
(komunikator) memberikan rangsangan (yang biasanya melalui verbal) untuk merubah
perilaku individu-individu yang lain (audience atau komunikan). Dengan kata lain,
komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk
verbal untuk mengubah perilaku orang lain.
Menurut Breman dalam Wirnaningsih (1996) bahwa komunikasi sebagai:
"…attitude, gesture, personality, appearance, dress, reputation, maturity,
position of authority, location and appearance of plant, packaging, etc..”
Difinisi lainnya dikemukakan oleh Ross (1977) bahwa komunikasi sebagai:
"a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and
sharing of symbol in such a way as to help another relice from his own
experiences a meaning or responses similar to that intended by he source".
Artinya komunikasi adalah proses transaksional yang meliputi pemisahan,
pemilihan, dan penyaringan lambang secara kognitif, sehingga dapat membantu orang
lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri atau respons yang sama dengan
yang dimaksud oleh sumber.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi itu sangat
luas dan kompleks. Oleh karena itu tidak mungkin membahas ilmu komunikasi secara
utuh dalam ruang lingkup yang terbatas.

1.4. Hakekat Komunikasi


1.4.1 Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang
(atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung
(tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah,

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 2


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang
sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila
diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab.
Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber.
Definisi seperti ini mengisyaratkan bahwa komunikasi merupakan semua kegiatan yang
secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu
tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk
melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah adalah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan
suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi
perilaku penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).
d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai
suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari
sumber kepada penerima.
1.4.2 Komunikasi sebagai interaksi
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau
aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau
nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal,
kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari
orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam
Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
1.4.3 Komunikasi sebagai transaksi
Dalam proses komunikasi tidak hanya sekedar berlangsungnya kegiatan
pemberian dan penerimaan informasi (pesan) tetapi terjadi hubungan timbal balik yang
bersifat tukar menukar informasi secara simultan. Pengertian transaksional menunjuk
pada suatu kondisi bahwa kedua belak pihak yang terlibat dalam komunikasi ada saling
kesepakatan tentang hal yang dikomunikasikan.
1.4.4 Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses berarti komunikasi merupakan serangkaian
tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan dan terus menerus. Komunikasi

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 3


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

tidak bersifat statis, melainkan dinamis, artinya selalu mengalami perubahan dan
berlangsung terus menerus.
1.4.5 Komunikasi adalah suatu sistem
Komunikasi sebagai suatu sistem berarti merupakan pola hubungan fungsional
dari beberapa komponen atau unsur-unsur untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur
yang dimaksud mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi dan
penyampaian), saluran atau alat untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, dan hasil
atau akibat yang terjadi, serta situasi dan kondisi pada saat berlangsungnya proses
komunikasi.
1.4.6 Komunikasi merupakan usaha yang disengaja serta mempunyai tujuan
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan disengaja
serta sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pelakunya. Dalam hal ini komunikasi
diartikan sebagai usaha seseorang atau sekelompok orang yang dengan sengaja
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan terjadinya perubahan perilaku.
1.4.7 Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada hakekatnya adalah usaha penyampaian pesan yang dituangkan
dalam bentuk simbol. Simbol yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar
manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata dan kalimat-klaimat baik yang
disampaikan lewat lesan dan atau tulisan.
Selain bahasa verbal, banyak juga lambang non verbal yang digunakan dalam
kegiatan komunikasi. Lambang non verbal tersebut misalnya gesture (gerak tangan,
kaki, atau bagian tubuh lainnya), warna, bau dan lambang non verbal lainnya.
1.4.8 Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Yang dimaksud komunikasi menembus faktor ruang dan waktu adalah bahwa
komunikasi dapat berlangsung atau dapat terjadi tanpa para pelaku komunikasi harus
hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan semakin berkembangnya teknologi
informasi dan telekomunikasi, komunikasi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
tanpa harus saling bertatap muka.

1.5. Pengertian Komunikasi Penyuluhan


Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun
alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat diartikan
bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun penjelasan
kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu
masalah tertentu.
Claar et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus
pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan;
yang mengajarkan sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan
pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.
Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal
dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang
dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 4


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

seperti: gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang memprakarsai


perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud,
dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi
sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.
Mardikanto dalam Yustina, (2003:191) mencatat bahwa penyuluhan dapat
diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti : (1) penyebarluasan informasi, (2)
penerangan/penjelasan, (3) pendidikan non-formal (luar sekolah), (4) perubahan
perilaku, (5) rekayasa sosial, (6) pemasaran inovasi (teknis dan sosial), (7) perubahan
social (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan,dll), dan 8)
pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas
(community strengthening). Karena itu penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan
social, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan
masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan
perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat
dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya,
mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.
Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi
secara paradigmatis, karena pada proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan
dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, pengetahuan dan
keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga
sasaran komunikasi akan berubah menuju ke arah lebih baik dengan cara mengikuti
saran, gagasan atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005:18).
Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 dijelaskan bahwa Penyuluhan Pertanian adalah
suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku
usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran
inheren ada proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
1) Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam
memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna
membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan
pengembangan usahan mereka. Komunikasi ini sifatnya mengajak dengan
menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap
pada sasaran.
2) Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wewenang”
kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek”
dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai “obyek”, sehingga setiap
orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai
kesempatan yang sama untuk a). Berpartisipasi; b). Mengakses teknologi,
sumberdaya, pasar dan modal; c). Melakukan kontrol terhadap setiap

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 5


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

pengambilan keputusan; dan d). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses
dan hasil pembangunan pertanian.
3) Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran
(pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik
ini mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan
masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.
“Jadi komunikasi penyuluhan adalah proses penyampaian pesan
penyuluhan dari komunikator kepada komunikan yang dilaksanakan
secara terencana agar terjadi persamaan makna dan perubahan
perilaku”.

1.6. Tujuan Dan Fungsi Komunikasi


Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi
berlangsung, mengapa itu terjadi, manfaat apa yang dirasakan, akibat-akibat apa yang
ditimbulkannya, apakah tujuan dari aktifitas berkomunikasi sesuai dengan apa yang
diinginkan, memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-
hasil dari kejadian tersebut.
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan proses komunikasi secara spesifik sebagai
berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu.
2. Mempengaruhi perilaku seseorang.
3. Mengungkapkan perasaan.
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain.
5. Berhubungan dengan orang lain.
6. Menyelesaian sebuah masalah.
7. Mencapai sebuah tujuan.
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik.
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.
Effendy (2006) mengatakan, bahwa dalam proses komunikasi terkandung empat
macam tujuan, yaitu:
1 a. Perubahan sikap (attitude change)
2 b. Perubahan pendapat (opinion change)
3 c. Perubahan perilaku (behavior change)
4 d. Perubahan sosial (social change)
1 Sedang fungsi komunikasi adalah; a) menyampaikan informasi (to inform), b)
mendidik (to educate), c) menghibur (to entertain), dan d) mempengaruhi (to influence)

1.7. Proses Dan Unsur Komunikasi


Definisi proses adalah setiap fenomena atau gejala yang menunjukkan suatu
perubahan yang terus menerus sepanjang waktu (any phenomenon which show a
continious change in time or any continious operation or treatment). Konsep proses
memandang setiap kejadian dan hubungan-hubungan antara kejadian tersebut adalah
suatu yang dinamis, bergerak, selalu berubah dan kontinu. Hubungan antara kejadian

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 6


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

pada suatu proses, tidak mempunyai awal dan akhir, tetapi sesuatu kejadian yang selalu
diperbaiki secara dinamis.
Apabila kita menganalisis komunikasi sebagai sebuah proses maka sementara
dinamika proses itu dihentikan supaya dapat dibicarakan dengan jelas. Menghentikan
sementara proses itu adalah sama seperti pada waktu kita mengambil gambar dengan
kamera. Gambar yang dihasilkan merupakan wakil dari kejadian. Tetapi kita akan
membuat kesalahan bila menganggap gambar tersebut adalah kejadian yang sebenarnya.
Jadi obyek-obyek dalam proses tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lain, juga
operasinya tidak pernah lepas atau bebas tetapi selalu terjadi bersama-sama.
Untuk menjelaskan ini dapat kita ambil ilustrasi tentang sebuah pagelaran wayang
kulit. Apakah pagelaran wayang kulit itu? Bila diperinci unsur-unsur yang terdapat
didalam pagelaran wayang kulit kita temui antara lain: dalang, pengrawit, wayang,
lampu sorot (lighting), penonton, scenario (alur cerita), dan tempat (auditorium).
Apakah masing-masing komponen tersebut bisa disebut pagelaran wayang kulit? Tentu
saja tidak. Kita akan menyebut pagelaran wayang kulit apabila terjadi hubungan yang
dinamis antara unsur-unsur diatas yang berkembang dalam proses.
Contoh lain adalah penyuluhan. Penyuluhan adalah sebuah proses. Dalam
membahas penyuluhan sebagai proses kita dapat menemukan unsur-unsurnya yaitu:
penyuluh, petani, media, materi, diskusi, kunjungan lapangan, dan lain-lain. Kita juga
dapat mengatakan bahwa dalam proses penyuluhan, penyuluh melaksanakan
penyuluhan sekian jam per minggu, petani membaca sejumlah brosur, petani
melaksanakan diskusi kelompok per minggu atau melaksanakan pengamatan lapangan.
Dari ilustrasi diatas dapat kita menyatakan bila unsur-unsur tersebut tersedia dan
telah dilaksanakan maka petani telah menerima suatu penyuluhan. Tetapi harus diingat
konsep proses, sebab dinamika dari pennyuluhan itu adalah proses dimana terjadi
interaksi dari unsur-unsur diatas. Jadi yang harus diingat dalam membicarakan proses
ialah dinamika dari pergerakan yang menghubungkan unsur-unsur dalam sebuah proses.
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu proses komunikasi primer dan proses komunikasi
sekunder.
1.7.1. Proses komunikasi primer
Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi ini adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya)
yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi
adalah proses membuat pesan yang setara bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya
sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan
atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh
Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 7
Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari


komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau
perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses
penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan.
Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting
dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang
pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan
timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang
diungkapkan oleh Sendjaja (1994:33) yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-
bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan
mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa.
Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, seorang pemuda desa
tamatan SD tentunya proses komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya
seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang
menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga
kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasi akan
berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama.
Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita
harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai
dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya.
Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan
budaya dari komunikan.
1.7.2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan pesan
karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya
banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder ini menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa
(surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.)
Proses komunikasi yang paling sederhana disampaikan oleh Aristoteles yang
mendasarkan unsur-unsur komunikasi itu pada ilmu seni menggunakan bahasa
(rethoric). Dikemukakan bahwa ada tiga unsur komunikasi, yaitu: (1) pembicara (the
Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 8
Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

speaker), (2) kalimat (the speech), (3) pendengar (the audience). Model komunikasi
yang dikemukakan oleh Aristoteles tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

SUMBER PESAN PENERIMA

Gambar 1. Model Komunikasi Aristoteles


Namun bila dicermati lebih lanjut, pada dasarnya proses komunikasi itu
mengandung tujuh unsur yang terdiri dari empat unsur utama dan tiga unsur dampak
dan yang mempengaruhinya. Hal ini dapat dilihat dalam model komunikasi Berlo,
dengan unsur-unsur utama komunikasi terdiri atas SMCR. yakni Source (sumber atau
pengirim), Message (pesan atau informasi), Channel (saluran dan media), dan
Receiver (penerima). Di samping itu terdapat tiga unsur lain, yaitu Feedback
(tanggapan balik), efek, dan lingkungan.

SUMBER PESAN SALURAN PENERIMA EFEK

UMPAN BALIK

Gambar 2. Model Komunikasi Berlo


Komunikasi timbul karena adanya seseorang atau sekumpulan orang (group) yang
mempunyai sesuatu atau kehendak yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Unsur yang pertama dapat diidentifikasi dalam hal ini
ialah sumber atau komunikator. Kehendak atau sesuatu yang ingin disampaikan oleh
sumber berupa ide, kebutuhan, informasi, dan tujuan adalah unsur kedua yang penting
dalam komunikasi, yang merupakan pesan atau massage. Pesan disampaikan dalam
sistem kode yang merupakan simbol. Unsur ketiga adalah encoder (pengkode), yaitu
bagaimana cara sumber menterjemahkan atau mengkodekan dan bagaimana dia
mengekspresikan tujuan tersebut dalam pesan. Pada komunikasi antar personal (inter-
personal communication) berhasilnya fungsi encoder ini tergantung dari kecakapan
sumber itu sendiri, yaitu bagaimana vokalnya, kerja tangan (misalnya bentuk tulisan,
gambar dan lain-lain) dan sistem gerak tubuhnya dalam mengkodekan pesan.
Komunikasi dalam situasi yang lebih kompleks dapat dibedakan antara sumber
dan encoder. Sebagai contoh dalam pemasaran produk, dikenal adanya sales manager
dan salesman atau salesgirl. Sebagai sumber pesan dalam pemasaran produk tersebut
ialah sales manager, sedangkan salesman dan salesgirl berfungsi sebagai encoder yang
menterjemahkan tujuan/pesan dari sales manager kepada konsumen.
Unsur keempat dalam proses komunikasi adalah saluran (channel). Istilah saluran
dapat juga disebutkan dengan medium atau pembawa pesan (a carrier of massage).
Untuk mencapai komunikasi yang efektif maka pemilihan saluran pesan adalah hal
penting yang harus diperhatikan.
Jadi telah dikenal ada empat unsur komunikasi yaitu sumber, encoder, pesan, dan
saluran. Supaya komunikasi terjadi haruslah ada seseorang yang berada diujung saluran.

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 9


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Kita berbicara harus ada yang mendengarkan, kita menuliskan sesuatu pesan harus ada
yang membacanya supaya komunikasi dapat berjalan. Orang atau sekelompok orang ini
kita sebut sebagai penerima (receiver), sebagai target dari komunikasi.
Sumber dan penerima dalam komunikasi harus dalam sistem yang mirip/serupa,
bila tidak komunikasi tidak akan terjadi. Dapat juga sumber dan penerima pesan
tersebut terdapat pada orang yang sama; sumber komunikasi dirinya sendiri dia
mendengarkan apa yang dikatakan, dia membaca apa yang ditulis, dia berpikir. Dalam
istilah psikologi komunikasi terjadi bila sumber memberi rangsangan dan penerima
menanggapi rangsangan tersebut.
Unsur keenam yang penting dalam komunikasi ialah penerima membutuhkan
decoder, yaitu yang menterjemahkan kode dari pesan kedalam bentuk yang dapat
dimengerti/digunakan oleh penerima. Unsur ini merupakan kecakapan penerima pesan
dalam menerima pesan seperti bagaimana sumber mengkodekan pesan. Setelah
penerima pengerti maka akan terjadi perubahan perilaku sebagai umpan balik
(feedback) yang merupakan unsur komunikasi yang ke tujuh. Umpan balik yang berupa
perubahan perilaku ini sekaligus merupakan effect dari proses komunikasi. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi keberhasiln komunikasi merupakan unsur yang ke
delapan.
Kesimpulan yang dapat diambil tentang model sebuah komunikasi dari uraian
diatas adalah, bahwa proses komunikasi itu mengandung unsur-unsur:
1. Sumber komunikasi (the communication source)
2. Penyandi (encoder)
3. Pesan (the massage)
4. Saluran (the channel)
5. Penterjemah sandi (the decoder)
6. Orang yang menerima pesan (the communication receiver)
7. Balikan atau umpan balik (feedback)
8. Gangguan (Noice)
1.7.3. Unsur-unsur Komunikasi
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa secara umum dalam proses komunikasi itu
mengandung unsur-unsur; a) sumber komunikasi (the communication source); b)
penyandi (encoder); c) pesan (the massage); d) saluran (the channel); e) penterjemah
sandi (the decoder); dan f) orang yang menerima pesan (the communication receiver)
1. Sumber komunikasi (the communication source)
Sumber komunikasi adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan
kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan
sumber sebagai pengirim informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang atau
sekelompok orang, misalnya partai, organisasi. atau lembaga. Sumber sering disebut
komunikator, source, atau sender.
2. Penyandi (encoder)

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 10


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam
bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka
lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah
sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Pesan (the message)
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim
pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal. Pesan akan efektif bila diorganisir secara
baik dan jelas. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Pesan sering disebut message, content atau information.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Nasehat
e. Pertanyaan dan atau
f. Ide apa saja
4. Media/penghubung (the channel)
Media yang dimaksud adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari pengirim kepada penerima. Media dalam komunikasi
antarpribadi dapat berupa panca indra atau saluran komunikasi berupa telepon, telegram
dan e-mail. Sementara dalam komunikasi massa, media dapat dibedakan atas dua
macam: yaitu media cetak (surat kabar, majalah, buku, selebaran, brosur) dan media
elektronik (radio, film, televisi, komputer, video cassette/tape). Selain media tersebut
diatas, masih terdapat tempat-tempat tertentu yang bisa dipandang sebagai media
komunikasi sosial, misalnya rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian dan
pesta rakyat. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan
disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
5. Penterjemah/ mengartikan kode (the decoder)
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga
dapat dimengerti /dipahaminya.
6. Penerima pesan (the communication receiver)
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh
pengirim. Penerima bisa terdiri dan satu orang, kelompok atau massa. Penerima
merupakan elemen penting dalam proses komunikasi karena menjadi sasaran dalam
suatu komunikasi. Penerima sering disebut dengan berbagai istilah, antara lain
khalayak, sasaran, komunikan, audiens atau receiver.
7. Balikan (feedback)

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 11


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak
akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan. Hal ini penting bagi penyuluh
atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan
pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau
orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan
pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan
tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan
perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan
bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan
dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara
komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi. Umpan balik bisa berupa data,
pendapat, komentar atau saran.
8. Gangguan (noice)
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.
9. Pengaruh (Effect)
Efek atau pengaruh merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), maupun perilaku (behavior).
10. Lingkungan (environment)
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tententu yang dapat memengaruhi
jalannya komunikasi. Lingkungan dapat berupa:
- lingkungan fisik (misalnya letak geogratis dan jarak)
- lingkungan sosial budaya (misalnya bahasa, adat istiadat dan status sosial)
- lingkungan psikologis (pertimbangan kejiwaan)
- dimensi waktu (misalnya musim, pagi/siang/sore)

1.8. Mitos-Mitos Komunikasi


1.8.1 Pengertian Mitos
Mitos hampir identik dengan "dongeng" yang bersumber pada sastra klasik,
seperti mitos tentang Sinta yang bersumber pada epos Ramayana. Selain bersumber
pada khazanah sastra klasik, mitos bisa juga bersumber pada kitab suci, misalnya mitos
tentang penciptaan manusia pertama. Dari sumber sastra klasik dan kitab suci itu, mitos
kemudian hadir dalam khazanah sastra modern.

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 12


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Kehadiran mitos merupakan penghubung dan perekat antara pembaca dan


sastrawan karena mitos jauh lebih dikenal oleh masyarakat umum. Itulah sebabnya
mengapa sastra Barat lebih akrab dengan publik pembacanya karena sastra Barat
beranjak dari mitologi Yunani yang memiliki akar kultural dalam masyarakat Barat.
Mitos pada umumnya terkait dengan pandangan hidup, yakni cara pandang
masyarakat tertentu dalam menyikapi hidup. Dalam mitos biasanya juga terkandung
ajaran dan nilai moral tertentu, sebagaimana mitos Sinta yang meneladankan kesetiaan.
Namun, karena masyarakat bersifat dinamis, ajaran dan nilai moral tertentu mungkin
saja mengalami pergeseran. Oleh karena itu, mitos yang mewadahi ajaran dan nilai
moral tertentu itupun juga mungkin mengalami dekonstruksi ketika hadir dalam
khazanah sastra modern. Itulah sebabnya mengapa dalam salah satu sajaknya Subagio
Sastrowardojo mempertanyakan: apa benar Sinta tidak tergoda oleh kejantanan
Rahwana yang menculiknya?
Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada
sekelompok orang (Van Peursen, 1976: 37). Jadi, mitos dijadikan sebagai pedoman dan
arah bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar berlaku lebih
bijaksana. Mitos menjadikan masyarakat pengikutnya menjadi patuh dan taat terhadap
ajaran-ajaran yang dianutnya, untuk menciptakan suatu kesadaran akan tingkah laku dan
keselarasan dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Harun Hadiwijoyo (dalam Minsarwati, 2002: 22), mitos dikatakan
sebagai suatu kejadian-kejadian pada jaman bahari yang mengungkapkan dan memberi
arti kepada hidup yang menentukan nasib masa depan. Mitos juga dapat dipahami
sebagai realitas kultur yang kompleks dengan kiasan atau cerita sakral yang
berhubungan dengan even pada waktu primodial, yaitu waktu permulaan yang mengacu
pada asal mula segala sesuatu dan dewa-dewa sebagai objeknya, cerita atau laporan suci
tentang kejadian-kejadian yang berpangkal pada asal mula segala sesuatu dan
permulaan terjadinya dunia (Eliade dalam Minsarwati, 2002: 22).
Mitos adalah semacam takhayul sebagai akibat ketidaktahuan manusia, tetapi
bawah sadarnya memberitahukan tentang adanya sesuatu kekuatan yang menguasai
dirinya serta lingkungannya (Timoer, 1983: 11). Dapat dikatakan pula bahwa mitos
adalah suatu hal yang dipercaya ada tanpa dasar-dasar yang jelas dan masuk akal
(Dundes dalam Baribin,1995:16). Sesuatu hal yang dipercaya tersebut dapat berwujud
dalam berbagai bentuk, diantaranya berupa cerita, pola tingkah laku manusia, nasib
manusia maupun berupa keyakinan tentang keberadaan tujuan hidup yang dipercaya
bahwa keberadaannya ada hubungannya dengan kehidupan manusia. Mitos juga dapat
berupa uraian naratif atau penuturan tentang sesuatu yang suci, yaitu menyangkut
kejadian-kejadian luar biasa yang berada diluar pengalaman manusia sehari-hari
(Raharjo dalam Minsarwati, 2002: 23). Berarti mitos dijadikan sebagai pengalaman
supranatural ataupun kejadian-kejadian gaib yang berhubungan dengan alam di bawah
sadar manusia.
1.8.2 Ritual dan Mitos sebagai Tindakan Simbolis
Dalam masyarakat tradisional, praktik-praktik ritual atau kultus dilaksanakan
dengan pemberian persembahan atau sesajian, mulai dari bentuk-bentuk sederhana
Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 13
Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

seperti persembahan buah-buahan pertama yang diletakkan di hutan atau di ladang,


sampai kepada bentuk persembahan yang lebih kompleks di tempat-tempat suci atau
umum (Dhavamony, 1995: 168).
Susane K. Langer memperlihatkan bahwa ritual merupakan ungkapan yang lebih
bersifat logis daripada hanya bersifat psikologis. Ritual memperlihatkan tatanan atas
simbol-simbol yang diobjekkan. Simbol-simbol ini mengungkapkan perilaku dan
perasaan, serta membentuk disposisi pribadi dari para pemuja mengikuti modelnya
masing-masing. Pengobjekkan ini penting untuk kelanjutan dan kebersamaan dalam
kelompok keagamaan (Dhavamony, 1995: 174). Hal itulah yang memungkinkan
pemujaan yang bersifat kolektif. Penggunaan simbol-simbol itu secara rutin
menghasilkan dampak yang membuat simbol-simbol tersebut menjadi biasa
sebagaimana diharapkan.
Ritus dapat dibedakan atas empat macam (Dhavamony, 1995: 175-176). (1)
Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena
daya-daya mistis; (2) Tindakan religius, kultus para leluhur, juga bekerja dengan cara
ini; (3) Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan
merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan
menjadi khas; dan (4) Ritual faktitif, yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan,
atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan
materi suatu kelompok. Ritual faktitif berbeda dari ritual konstitutif, karena tujuannya
lebih dari sekadar pengungkapan atau perubahan hubungan sosial. Dia tidak saja
mewujudkan korban untuk para leluhur dan pelaksanaan magi, namun juga pelaksanaan
tindakan yang diwajibkan oleh anggota kelompok dalam konteks peranan sekular
mereka. Chaple dan Coon mengusulkan perlunya ditambahkan satu jenis ritual lainnya,
yakni (5) Ritual intensifikasi, ritus kelompok yang mengarah kepada pembaharuan dan
mengintensifkan kesuburan, ketersediaan buruan dan panenan. Orang yang
menginginkan panenan berhasil akan elaksanakan ritual intensifikasi.
Dalam masyarakat tradisional, perilaku-perilaku ritual umumnya dapat dijelaskan
dengan istilah-istilah mitis. Mitos memberikan pembenaran untuk berbagai upacara.
Sekalipun ada kemungkinan bahwa banyak ritual pada masa silam berlaku tanpa mitos-
mitos, akan tetapi pada tingkat perilaku manusia dapat diamati dua fenomena: ritus dan
mitos, berjalan seiring. H. Gaster dalam “Myth and Story” mengungkapkan, bahwa
pada dasarnya mitos bersifat kon-substansial dengan ritus (Dhavamony, 1995: 181-
186).
Kloos, Mauss dan Eliade (de Jong, 1980: 126) mencatat bahwa mitos memang
bersifat sakral dan senantiasa memiliki kepentingan yang khusus dalam masyarakat.
Sekalipun samar-samar, mitos memiliki petunjuk-petunjuk yang tinggi dan mengandung
kecocokan emotif dengan adat suku-suku bangsa, dan dengan demikian secara gradual
terumuskan dalam tradisi suku-suku itu. Karakteristik mitos terletak pada kenyataan
bahwa mitos mengacu kepada “kejadian-kejadian di mana manusia menyadari dan
menjelaskan esensi mutlak dari keberadaannya dan sekaligus memberikan kesatuan
makna bagi masa kini, masa lampau, dan masa yang akan datang

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 14


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Itulah sebabnya mitos dianggap merupakan histoire true (cerita yang diyakini
kebenarannya), sehingga mitos memerlukan ritus (Locher, 1956 dalam de Jong, 1980).
Cambridge School atau Aliran Cambridge dengan tokoh-tokoh seperti James G.
Frazer, Jane Harrison, dan F.M. Concord. memfokuskan studi mereka pada mitologi
Yunani. Pusat perhatian aliran Cambridge adalah sifat-sifat ritual dari mitos. Menurut
mereka, ritus merupakan pancaran emosi-emosi yang kompleks dari manusia primitif
melalui tindakan-tindakan, gerakan-gerakan, dan tarian-tarian. Mitos hanya merupakan
salah satu ekspresi dari emosi manusia yang demikian kompleks itu, melalui kata-kata
atau bahasa. Mitos muncul pada saat emosi-emosi yang diekspresikan dalam ritus
sudah tidak lagi mencukupi. Pemahaman terhadap aspek ritual itu menjadi penting
untuk memahami mitos, yang menjelaskan asal-usul dan eksistensi ritus.
Oleh J. van Baal (Daeng, 2000: 44), mitos dikatakan sebagai cerita di dalam
kerangka sistem suatu religi yang di masa lalu atau kini telah atau sedang berlaku
sebagai kebenaran keagamaan. Ilmu pengetahuan tentang mitos atau mitologi adalah
suatu cara untuk mengungkapkan, menghadirkan Yang Kudus melalui konsep serta
bahasa simbolik Melalui mitologi diperoleh suatu kerangka acuan yang memungkinkan
manusia memberi tempat kepada bermacam-macam kesan dan pengalaman yang telah
diperolehnya selama hidup. Berkat kerangka acuan yang disediakan mitos, manusia
memiliki orientasi dalam kehidupan ini. Dengan demikian, mitos adalah sebuah cerita
pemberi pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Dengan ungkapan
Dhavamony (1995: 147), maka mitos sesungguhnya merupakan pernyataan atas suatu
kebenaran yang lebih tinggi dan lebih penting tentang realitas asali, yang masih
dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan primitif.
1.8.3 Mitos-Mitos Dalam Komunikasi
Menurut Gonzales (1986) ada 20 mitos yang terkait dengan proses komunikasi.
Yang dimaksud mitos disini adalah nilai-nilai atau kebiasaan umum yang diyakini
sebagai suatu kebenaran sehingga dijadikan sebagai dasar untuk melakukan komunikasi
penyuluhan. Mitos-mitos ini harus mendapat perhatian karena banyak kelemahan yang
bisa menimbulkan kegagalan atau tidak efektifnya komunikasi. Ke dua puluh mitos ini
tersebar pada setiap komponen komunikasi.
A. Mitos Pada Sumber Komunikasi
Di kalangan sumber komunikasi atau komunikator sering berkembang semacam
mitos yang diyakini dapat lebih mengefektifkan proses komunikasi, yaitu:
1. Yang baru adalah lebih baik
Dalam proses komunikasi penyuluhan, salah satu tugas penyuluh sebagai sumber
komunikasi adalah menyampaikan informasi tentang inovasi kepada sasaran agar
sasaran mau mengadopsi inovasi tersebut. Banyak yang mengasumsikan bahwa yang
dimaksud inovasi itu adalah semua hal yang baru. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika dikalangan penyuluh selalu muncul anggapan atau penilaian bahwa setiap sesuatu
yang baru itu selalu lebih baik dari yang lama (yang dinilai konvensional atau
tradisional).

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 15


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Mitos ini sesungguhnya tidak benar, sebab banyak pengalaman menunjukkan


bahwa tidak semua hal baru itu selalu lebih baik daripada apa yang sudah ada. Dan yang
perlu diluruskan adalah, bahwa yang dimaksud dengan inovasi itu bukan hanya sesuatu
yang baru, tetapi sesuatu yang dirasakan baru oleh sasaran, cocok dengan kondisi
sasaran dan mempunyai dampak bisa meningkatkan kualitas hidup sasaran. Ini bisa
sesuatu yang betul-betul baru, bisa sesuatu yang sudah ada tetapi belum diterapkan
secara benar atau modifikasi terhadap sesuatu yang sudah ada untuk disesuaikan dengan
perkembangan keadaan.
2. Pendidikan lebih baik dibanding pengalaman
Di kalangan penyuluh atau bahkan masyarakat umum berkembang suatu
keyakinan bahwa pendidikan formal yang diperoleh di bangku sekolah itu lebih baik
dari pengalaman yang diperoleh di lapangan secara tradisional. Akibat mitos ini, petani
sasaran yang umumnya hanya berpendidikan formal rendah, selalu dinilai lebih bodoh,
dan seorang penyuluh yang mempunyai pendidikan formal lebih tinggi merasa lebih
tahu dan lebih pandai, meskipun pada kenyataannya banyak petani lebih tahu tentang
keadaan usahanya, masalah yang dihadapinya, serta alternatif pemecahan masalah yang
paling sesuai dengan kondisi yang dialami sendiri.
Mitos ini mengakibatkan banyak kasus yang memposisikan penyuluh sebagai
seorang guru yang harus selalu mengajari petani yang dianggap berstatus sebagai
murid. Akibat lebih jauh dari mitos ini adalah perencanaan pembangunan yang
dimaksudkan untuk memecahkan masalah masyarakat setempat, seringkali tidak
memperhatikan atau mendengarkan bahan pertimbangan yang disampaikan
masyarakat. Pada akhirnya banyak kegiatan pembangunan yang hanya berlangsung
selama terselenggaranya kegiatan proyek karena tidak mampu menggerakkan atau tidak
mampu memperoleh dukungan partisipasi masyarakat, karena masyarakat tidak merasa
ikut memiliki.
3. Hanya ilmuwan yang melakukan penelitian
Selama ini terdapat anggapan di kalangan sumber bahwa hanya ilmuwan (orang
pandai) yang dapat melakukan penelitian. Akibatnya, setiap upaya pemecahan masalah
atau kegiatan kearah perubahan (pembangunan) selalu menunggu dan mengikuti hasil
penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian atau perguruan tinggi.
Padahal, sebenarnya banyak hal yang dapat dikerjakan sendiri oleh warga masyarakat
setempat. Pengalaman menunjukkan bahwa masyarakat juga sudah sering melakukan
penelitian melalui kegiatan trial and error dalam kehidupannya sehari-hari yang telah
berlangsung lama dan telah teruji oleh waktu.
Keadaan seperti ini semakin berkembang dengan dilaksanakannya upaya
pemaksaan oleh para penyuluh dalam melaksanakan tugas, karena harus mencapai
target yang ditetapkan oleh penguasa/atasannya (Slamet, 1987; Soewadi, 1987).
Mitos semacam ini, jelas bertentangan dengan filosofi penyuluhan itu sendiri,
yang tidak lain menawarkan alternatif baru dan bukannya memaksakan inovasi. Dan
harus selalu diingat bahwa tidak semua inovasi selalu memiliki kompatabilitas
(kecocokan) yang tinggi dengan kondisi setempat (teknis, ekonomi dan sosial budaya).

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 16


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

4. Peniruan atau penjiplakan “kasus” keberhasilan


Pengalaman menunjukkan bahwa para penyuluh seringkali hanya meniru atau
menjiplak keberhasilan yang telah diperoleh dari hasil kegiatan dilain tempat yang
pernah dilakukan oleh orang lain. Lebih-lebih hal ini dilakukan dengan melupakan
upaya untuk melakukan analisis terhadap prinsip-prinsip kerja atau landasan teoritis
yang menyebabkan keberhasilannya dan kurang memperhatikan masalah yang mungkin
muncul jika diterapkan diwilayah kerja yang memiliki kondisi (teknis, ekonomi dan
sosial budaya) yang tidak seluruhnya sama dengan kondisi aslinya.
B. Mitos yang terdapat dalam Pesan
Beberapa mitos yang sering melekat pada pesan komunikasi antara lain adalah:
1. Informasi saja cukup untuk merangsang pembangunan
Konsekuensi dari mitos ini muncullah juru penerang yang bertugas
menyampaikan informasi-informasi tentang program pembangunan. Dalam kenyataan,
para administrator pembangunan sering sudah cukup puas dengan hanya menyiapkan
pesan yang dinilainya baik dan lengkap tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
program pembangunan yang diupayakan.
Praktek seperti ini sebenarnya tidak cukup untuk dapat menjamin keberhasilan
pembangunan, sebab sering adanya informasi yang baik belum cukup menjamin bahwa
pembangunan yang direncanakan itu juga dilaksanakan dengan baik, karena petani
belum merasa yakin terhadap keberhasilan sesuatu yang baru sebelum melihat bukti.
2. Isi pesan sama dengan pengaruh yang diharapkan
Mitos ini bertolak dari teori Bullet yang menerangkan bahwa pengaruh pesan
tergantung pada isi pesan yang disampaikan. Artinya, jika ingin mencapai keberhasilan
pembangunan, harus banyak menyampaikan pesan-pesan yang berisi keberhasilan
pembangunan. Sebaliknya jika ingin memerangi keadaan yang tidak diinginkan, harus
pula disampaikan pesan-pesan yang mengemukakan keburukan/bahaya/akibat-akibat
yang tidak diinginkan yang dapat ditimbulkan oleh keadaan-keadaan yang tidak
dikehendaki tersebut.
Akan tetapi, kondisi seperti ini tidak cukup menjamin diperolehnya pengaruh
yang diharapkan jika tidak disertai dengan upaya lain, seperti: jumlah dan frekuensi
penyampaian pesan, tipe dari pesan, serta sasaran yang terpilih.
3. Apa yang ditonjolkan sama dengan pengaruhnya
Mitos yang terkandung dalam unsur pesan adalah upaya untuk menonjolkan
bagian dari tertentu dari isi pesan yang mengharapkan respon (tanggapan) dari
masyarakat sasaran. Sayangnya, mitos ini juga sering tidak benar, karena respon yang
muncul seringkali justru respon terhadap pesan yang tidak ditonjolkan.
C. Mitos yang terkandung dalam Saluran
Dalam pemilihan dan pengunaan saluran komunikasi, juga sering dijumpai
beberapa mitos yang terdiri atas:
1. Media yang lebih besar adalah lebih baik

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 17


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

Dalam pengertian media “besar” ini termasuk didalamnya adalah penggunaan


teknologi cangih. Artinya, banyak ahli komunikasi di negara dunia ketiga yang
berpandangan bahwa penggunaan media yang “besar“ (maupun menggunakan teknologi
canggih) akan memberikan efektifitas yang lebih tinggi dibanding dengan penggunaan
media “kecil” dengan teknologi sederhana. Namun dari penelitian yang dilakukan oleh
banyak peneliti terbukti bahwa ukuran media tidak menentukan efektifitas komunikasi
pembangunan.
Efektifitas komunikasi tidak terletak pada ‘besarnya” media atau tingkat
kecanggihan teknologi yang ada, akan tetapi harus dicarikan media yang paling efektif
yakni yang sederhana, cocok dengan keadaan sasaran, materi dan tujuan komunikasi.
2. Kampanye untuk umum adalah kampanye media massa
Sering terjadi bahwa setiap kegiatan kampanye bagi masyarakat luas selalu
menggunakan media massa, akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa justru
kampanye yang dilaksanakan melalui saluran interpersonal sering menghasilkan sesuatu
yang lebih efektif. Hal ini disebabkan karena melalui komunikasi antar individu
manusia ini terjadi komunikasi persuasif yang lebih dihekendaki oleh masyarakat.
D. Mitos yang terkandung dalam Sasaran
Mitos-mitos yang sering dijumpai dalam unsur sasaran atau pengguna/pemakai
pesan komunikasi adalah:
1. Pengambilan keputusan cenderung individual
Ada suatu anggapan bahwa keputusan yang diambil seseorang itu karena sangat
tergantung oleh pertimbangannya sendiri. Hal ini didasarkan pada teori penggunaan
individu sebagai unit analisis dalam modernisasi. Tetapi kenyataannya, banyak
keputusan individu yang disebabkan oleh karena pengaruh orang lain atau kelompok.
Selain itu keadaan lingkungan juga sangat mempengaruhi keptutusan yang diambil
seseorang. Lingkungan tersebut bisa berasal dari teman dekat, keluarga, kelompok
sosial, lembaga sosial atau pemerintah.
2. Masyarakat umum sebagai sasaran yang dipilih
Ada lagi mitos dalam mmasyarakat yang menganggap bahwa meskipun
pengambilan keputusan dilakukan secara individual, akan tetapi sasaran pembangunan
adalah masyarakat umum. Mitos ini juga tidak dapat dibenarkan, sebab, setiap pesan
pembangunan seharusnya hanya berlaku bagi sekelompok masyarakat yang sifatnya
homogen. Hal ini berarti bahwa pembangunan akan berhasil jika dilakukan upaya-upaya
khusus pada setiap kelompok sasaran tertentu. Atau dengan kata lain bahwa kegiatan
tertentu hanya diberlakukan untuk kelompok sasaran tertentu yang memiliki kesamaan
karakteristik tertentu pula.
3. Penerap awal adalah panutan yang terbaik
Individu yang tergolong sebagai pengetrap dini (early adopter) dalam penyuluhan
seringkali dijadikan sebagai contoh atau panutan bagi anggota masyarakat yang lain.
Penetapan contoh seperti itu tidaklah tepat, karena mereka yang lebih maju, pada
umumnya memiliki kondisi tertentu yang berbeda dan tidak dimiliki oleh sebagian besar

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 18


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

anggota lainnya. Kondisi-kondisi tersebut antara lain berupa tingkat pendidikan,


ketrampilan, pengalaman, kemampuan, sikap untuk maju, sumberdaya yang dimiliki
maupun tingkat ke-kosmopolitan-nya.
Jadi, dalam proses pembangunan, model panutan yang baik seyogyanya memiliki
kondisi yang tidak berbada dengan yang dimiliki oleh sebgaian besar anggota sasaran,
atau jika memungkinkan memiliki kondisi yang relatif sama.
4. Setiap individu menanggung kesalahannya sendiri
Teori komunikasi yang terdahulu memandang bahwa individu sebagai unit
analisis dalam modernisasi bukan saja mengambil keputusan secara individual, akan
tetapi setiap kesalahan yang diakibatkan juga akan ditanggung sendiri oleh yang
bersangkutan.
Kenyataan yang berkembang dalam masyarakat tidak demikian adanya. Sebab,
setiap kesalahan dan masalah yang dihadapi oleh setiap individu akan selalu
berkembang menjadi masalah yang harus dihadapi oleh anggota dalam suatu sistem
sosialnya. Dengan demikian, dalam proses komunikasi harus tetap terjaga jangan
sampai ada seorangpun anggota sistem sosial yang ada mengalami kesulitan atau
kerugian yang diakibatkan kesalahannya sendiri dalam mengadopsi inovasi yang
ditawarkan.
5. Setiap anggota masyarakat harus mengalami sosialisasi kearah modernisasi
Akibat yang ditimbulkan dari mitos ini adalah, bahwa dalam proses pembangunan
selalu diupayakan agar setiap warga masyarakat dapat dijadikan orang modern. Akan
tetapi dalam proses pembangunan, yang penting bukanlah warga masyarakat menjadi
modern atau tidak, melainkan bagaimana melalui komunikasi, mereka disadarkan untuk
selalu aktif berpatisipasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini berarti, masyarakat tidak harus diubah (perilaku, nilai-nilai, norma dan
kepercayaannya) menjadi lebih modern, akan tetapi yang terpenting adalah seberapa
jauh mereka sadar, mau dan mampu berpartisipasi dalam proses pencapaian tujuan
penyuluhan atau pembangunan.
6. Tidak perlu mendengarkan sasaran
Mitos ini berkembang dari beberapa mitos sebelumnya yaitu mitos bahwa
pendidikan sama dengan pengalaman, mitos bahwa hanya ilmuwan yang melakukan
penelitian serta mitos bahwa hanya dengan informasi saja cukup untuk merangsang
pembangunan.
Oleh karena itu berkembang mitos lain, yaitu tidak perlu memperhatikan atau
mendengarkan pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh sasaran, karena dinilai
sebagai pemborosan waktu, tenaga dan pikiran.
Akibat dari pemahaman mitos tersebut, maka banyak penyuluh atau sumber
komunikasi kurang memperhatikan umpan balik yang disampaikan oleh sasarannya, hal
ini mengakibatkan tujuan penyuluhan tidak mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam
banyak kasus yang terjadi selama ini, perlu diperhatikan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan penyuluhan, penyuluh seyogyanya mawas diri dan bersedia memperhatikan

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 19


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

respon atau suara-suara yang dikemukakan masyarakat sasaran sebagai umpan balik
demi tercapainya tujuan penyuluhan atau pembangunan yang diinginkan.

1.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi


Dalam rangka menyampaikan inovasi pada proses penyuluhan, komunikasi yang
efektif sangat diperlukan oleh seorang komunikator. Oleh karena itu diperlukan
kompetensi komunikasi yang memadai dari seorang komunikator dalam hal ini adalah
penyuluh pertanian agar perubahan perilaku yang menjadi tujuan proses penyuluhan
dapat terwujud dan timbul dari diri sasaran penyuluhan itu sendiri.
Seperti diketahui, peran dari seorang penyuluh pada dasarnya adalah: 1) membina
dan meningkatkan kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam usaha bersama
mengubah kehidupan yang lebih baik, 2) membangkitkan motivasi masyarakat dalam
usaha mencapai cita-cita kehidupan bersama, 3) membantu mempermudah masyarakat
dalam melaksanakan proses usaha, 4) sebagai agen perubahan (change agen) yang
bertugas menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat, dan 5) sumber
informasi, juru informasi, dan pendidik.
Kesuksesan seorang penyuluh ditentukan oleh kemampuannya membina dan
memelihara kontak-kontak pribadi dan hubungan yang akrab dengan masyarakat
sasarannya, baik komunikasi individu, komunikasi antar kelompok dan komunikasi
massa. Dimana teknik dan metode yang digunakan demi keefektifan suatu komunikasi
dapat dipahami, dimiliki dan diterapkan pada saat penyuluh berperan sebagai seorang
komunikator dalam proses penyuluhan
Selain paham akan fungsinya, pemahaman seorang penyuluh tentang apa itu
inovasi, bagaimana cara mendapatkan inovasi, pengemasan inovasi, bagaimana cara
menyampaikan suatu inovasi juga merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang penyuluh. Dalam rangka pemahaman inovasi tersebut, terdapat beberapa
prinsip dasar yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses komunikasi.
1. Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknik komunikasi.
Teknik komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala
mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang, kejelian dalam memilih saluran,
metode penyampaian pesan.
2. Faktor perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat:
pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang
otoriter, ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah, sifat yang egosentris.
3. Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi,
sosial, politik dan keamanan

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 20


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

4. Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi
secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan
komunikasi.
5. Jarak Psychologis/status sosial
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status
sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit
berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh
merasa statusnya terlalu jauh terhadap menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya
ingin mendengar informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6. Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu
kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas
menghambat komunikasi yang baik.

1.10. Penugasan
1. Kelas dibagi menjadi empat (4) kelompok
2. Masing-masing kelompok memilih ketua kelompok.
3. Ketua kelompok menugaskan anggota kelompoknya untuk berpasang-pasangan.
Masing-masing menanyakan kepada pasangannya tentang :
- Keluarga (anak, istri/suami dll)
- Pendidikan
- Tempat kerja
- Rencana masa depan, termasuk rencana yang berkaitan dengan SPMKK dan
tidak boleh dibuat catatan.
4. Setelah itu saling bergantian (10 menit).
5. Setelah itu masuk dalam kelompok kecil dan menceritakan apa yang dia peroleh
dari pasangannya (pasangannya tidak boleh berkomentar sebelum selesai
penyampaian).
6. Setelah selesai baru diklarifikasi oleh yang bersangkutan (YBS).
7. Terakhir diskusikan apa yang dapat anda peroleh dari permainan diatas

1.11. Latihan
1. Mungkinkan manusia dapat hidup secara normal tanpa komunikasi ? Jelaskan
dan berikan contoh.
2. Apa yang dimaksud dengan tindakan komunikasi ? Berilah contoh tindakan
komunikasi cecara verbal dan tindakan komunikasi non verbal.
3. Jelaskan pengertian komunikasi, komunikasi penyuluhan pertanian dan
hakekat komunikasi.
4. Jelaskan beberapa tujuan komunikasi dalam penyuluhan pertanian.

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 21


Bab I. Konsep Komunikasi Penyuluhan 2012

5. Jelaskan apa yang dimaksud proses komunikasi primer dan proses


komunikasi sekunder.
6. Jelaskan proses dan unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi.
7. Jelaskan mitos-mitos apa saja yang sering terjadi pada kegiatan komunikasi ?.
8. Berikan contoh peristiwa yang menggambarkan bahwa melalui komunikasi
seseorang dapat merubah sikap dan perilakunya.
9. Berikan contoh peristiwa yang menggambarkan bahwa melalui komunikasi
seseorang dapat menghilangkan atau mengurangi perasaan tegang atau strees
dalam dirinya.
10. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas
komunikasi !

-----oooo00oooo-----

Sutoyo: Komunikasi Penyuluhan Pertanian 22

Anda mungkin juga menyukai