PENDAHULUAN
Akuakultur merupakan salah satu aktivitas penting untuk memenuhi kebutuhan pangan
dari sektor perikanan. Dalam satu dekade terakhir, produksi perikanan dari sektor
akuakultur mengalami peningkatan sedangkan produksi perikanan hasil penangkapan
(captured fishery) cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan (Anonim, 2004).
Teknik pemeliharaan secara intensif untuk memacu pertumbuhan ikan terutama
perbaikan manajemen kualitas air, sudah harus diterapkan mulai dari tahap pemijahan,
pemeliharaan larva, pendederan dan pembesaran (Anonim, 1996). Pemeliharaan dalam
tahap pendederan merupakan fase yang penting untuk menghasilkan benih unggul
dibesarkan. Jika benih berukuran 100 g/ekor hasil pendederan dipindahkan ke kolam
pembesaran, maka benih akan memiliki laju pertumbuhan yang cepat (Jangkaru, 1998).
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan, karena
akan menentukan hasil yang diperoleh. Kondisi kualitas air juga berperan dalam menekan
terjadinya peningkatan perkembangan bakteri patogen dan parasit di dalam media
pemeliharaan. Sebagai tempat hidup ikan, kualitas air sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor
fisika dan kimia air seperti suhu, oksigen terlarut, pH, amonia, nitrit dan nitrat (Forteath et
al., 1993).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan di atas
adalah dengan mengaplikasikan system resirkulasi akuakultur (Recirculation Aquaculture
System).
Sistem resirkulasi akuakultur atau Recirculation Aquaculture System (RAS) yang telah
digunakan sejak tahun 1990-an, merupakan teknik budidaya yang relative baru dan unik
dalam industri perikanan (Suantika, 2001). Sistem ini menggunakan teknik akuakultur
dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor), sertakondisi lingkungan yang
terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas,
meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun, fleksibilitas lokasi produksi, pengontrolan
penyakit dan tidak tergantung pada musim (Tetzlaff dan Heidinger, 1990).
Sistem resirkulasi merupakan budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik
untuk menggantikan sistem ekstensif, dan cocok diterapkan di daerah yang memiliki lahan
dan air terbatas (Suresh dan Lin, 1992). Komponen dasar sistem resirkulasi akuakultur terdiri
dari :
1. bak pemeliharaan ikan / tangki kultur (growing tank) yaitu tempat pemeliharaan ikan,
dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau bahan lain yang dapat menahan
air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun bagi ikan.
2. penyaring partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring materi padat
terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen. 3. biofilter
merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter merupakan tempat
berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik seperti NH4 + dan NO2-.
Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri nitrifikasi tumbuh dan berkembang.
3. penyuplai oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen
terlarut dalam air agar tetap tinggi.
4. pompa resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran
air.
Penggunaan sistem resirkulasi pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu
memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan untuk pertumbuhan
ikan secara optimal. Kelebihan sistem resirkulasi dalam mengendalikan, memelihara dan
mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan
yang erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, terutama dari
aspek biologisnya (Akbar, 2003).
Teknologi akuaponik merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam
rangka pemecahan keterbatasan air. Disamping itu teknologi akuaponik juga mempunyai
keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan
memperbesar keuntungan para peternak ikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem akuaponik dalam prosesnya menggunakan air dari tanki ikan kemudian
disirkulasikan kembali melalui suatu pipa dimana tanaman akan ditumbuhkan, yang apabila
dibiarkan di dalam tanki akan menjadi racun bagi ikanya. Bakteri nitrifikasi merubah limbah
ikan sebagai nutrien yang dapat dimanfaatkan tanaman. Kemudian tanaman akan berfungsi
sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan.
Dengan siklus ini akan terjadi siklus saling menguntungkan.
Secara umum, sistem akuaponik menggunakan sistem resirkulasi yaitu memanfaatkan
kembali air yang telah digunakan dalam budidaya ikan dengan filter biologi dan fisika berupa
tanaman dan medianya. Resirkulasi yang digunakan berisikan kompartemen pemeliharaan
dan kompartemen pengolahan air. Untuk sistem pengolahan air biasanya tersusun atas
kompartemen dekantasi, kompartemen filtrasi, kompartemen oksigenasi, dan
kompartemen sterilisasi. Penggunaan bahan-bahan filter, misalnya batu zeolit atau filter
diam, atau tanaman air, sebagai substrat bakteri yang mampu mengatasi dan mengatur
kelebihan senyawa-senyawa nitrogen berbahaya untuk ikan pada sistem akuaponik.
Dalam akuaponik tanaman ditanam di dalam media yang terpisah dari tangki ikan. Air
dipompa dari tangki ikan ke media dan kembali ke dalam tangki ikan.
Ada tiga sistem dasar dalam akuaponik. Media yang diisi kerikil, expanded clay, atau
media lain yang mirip adalah bentuk paling sederhana dari akuaponik. Sistem ini dapat
dilakukan dengan dua cara. Dengan aliran air terus menerus atau dengan siklus padang
surut. Deep Water Culture adalah salah satu metode yang sering digunakan secara
komersial. Air dipompa dari tangki ikan melalui sistem filtrasi. Kemudian air dipompa ke
saluran panjang di mana rakit terapung yang diisi dengan tanaman berada permukaan air.
Nutrient Film Technique hanya cocok untuk jenis tanaman tertentu, biasanya sayuran
berdaun hijau. Dalam sistem NFT, air yang kaya nutrisi dipompa ke dalam selokan kecil yang
tertutup. Air mengalir dalam selokan dalam bentuk aliran yang sangat tipis. Tanaman
diletakkan dalam wadah plastik kecil yang memungkinkan akarnya mengakses air.
Salah satu elemen penting untuk sistem akuaponik adalah bakteri menguntungkan.
Bakteri ini menguraikan unsur dalam air menjadi bentuk yang dapat diserap dan digunakan
oleh tanaman. Ada dua jenis bakteri yang berbeda yaitu Nitrosomonas dan Nitrobacter.
Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit. Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat
oleh bakteri Nitrobacter. Tanaman kemudian menyerap nitrat ini untuk pertumbuhannya.
2.2 Sistematika Pembuatan Akuaponik
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem budidaya ikan secara akuaponik,
diantaranya adalah :
Bak beton, untuk wadah budidaya, ukurannya disesuaikan dengan luas area yang
mungkin digunakan,
Pipa, untuk jalur sirkulasi air, ukurannya disesuaikan dengan luas area yang mungkin
digunakan,
Selang ukurannya disesuaikan dengan banyaknya pot yang digunakan,
Pipa Keni sistem L, untuk sambungan antar pipa,
Dop, untuk menyambungkan pipa,
Ember plastik atau pot, untuk wadah tanaman konsumsi, banyaknya disesuaikan dengan
ukuran bak dan keinginan,
Aerator, untuk sumber oksigen ikan,
Pompa, untuk mensirkulasi air,
Timer, untuk mengatur sirkulasi air oleh pompa,
Benih ikan, sebagai objek budidaya, ikan yang digunakan beragam,
Bibit tanaman konsumsi, sebagai objek budidaya tanaman
Arang, sebagai media hidup tanaman dan filter air, banyaknya disesuaikan dengan
jumlah tanaman yang ditanam.
Hidroponik yang digunakan bisa menggunakan sistem NFT dan bisa menggunakan
hidroponik substrat dengan media tanam campuran pasir, arang sekam. Kemudian air yang
sudah difilter tersebut akan dialirkan kembali ke dalam kolam ikan secara grafitasi.Demikian
proses resirkulasi berlangsung secara terus-menerus. Penambahan air dari luar hanya
dilakukan pada saat tertentu untuk menjaga agar ketinggian air kolam tidak berkurang.
Peran tanaman disini sebagai filter dari pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman.
Dengan digabungkan hidroponik sistem NFT atau substrat makan akan terjadi dua kali
penyaringan kotoran ikan. Penyaringan pertama yaitu disaring oleh perakaran tanaman dan
penyaringan kedua yaitu kotoran akan diendapkan pada media aliran air yang datar.
Sehingga menghasilkan pengendapan kotoran ikan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
nutrisi tanaman.
Gambar 3. Konstruksi system Akuaponik
Sumber :
Aplikasinya baik secara teoritis, praktis dan ekonomis tentu saja akuaponik akan sangat
menguntungkan sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas, memiliki hasil
produksi ganda, hemat air, mengurangi penggunaan bahan kimia serta bersifat organik.
Keuntungan secara praktis sudah barang tentu kita tidak perlu mencangkul, merumput,
menggembur dan membungkuk atau aktifitas lainnya yang menyiksa badan. Sistem
akuaponik tidak menggunakan pupuk dan pestisida. Juga tidak perlu untuk menyiram
sayuran setiap hari. Anda hanya memberi makan kepada ikan lalu menyebabkan anda
mendapat sayuran dan ikan segar. Hasil panen tanaman dari akuaponik tentunya memiliki
nilai harga jual yang cukup tinggi di supermarket karena bersifat organik.
BAB III
PENUTUP
Sistem akuaponik mengikuti prinsip-prinsip berikut: Produk limbah dari satu sistem
biologis perfungsi sebagai nutrient untuk system biologis berikutnya. Perpaduan ikan dan
tanaman merupakan usaha polikultur yang menghasilkan produk ganda (ikan dan sayuran).
Air dapat digunakan kembali karena telah melalui resirkulasi dan filtrasi secara biologis.
Produksi pangan lokal ini akan menyediakan akses untuk pangan sehat dan meningkatkan
ekonomi lokal. Dalam akuaponik, efluen yang kaya nutrien dari bak ikan digunakan sebagai
pupuk untuk produksi tanaman hidroponik. Hal ini baik bagi ikan, karena akar tanaman
menjadi media permukaan untuk tempat tumbuhnya Rhizobacteria yang akan merombak
limbah nutrien dari sistem akuakultur. Nutrien ini dihasikan dari kotoran ikan, alge, dan sisa
pakan yang dapat terakumulasi hingga level toksik dalam bak ikan, tetapi sebaliknya dapat
berfungsi sebagai pupuk cair untuk pertumbuhan tanaman dalam hidroponik. Dengan
demikian, hidroponik berfungsi sebagai biofilter untuk menyerap amonia, nitrat, nitrit, dan
fosfor, jadi air yang bersih kemudian dapat dialirkan kembali ke bak ikan. Bakteri nitrifikasi
yang hidup dalam media filter dan berasosiasi dengan akar tanaman memegang peran
utama dalam siklus nutrient; tanpa mikroorganisme ini keseluruhan system akan berhenti
berfungsi.
Akuakulturis dan petani menggunakan akuaponik karena beberapa alasan:
1. Petani melihat kotoran ikan sebagai sumber pupuk organic yang baik bagi pertumbuhan
tanaman.
2. Pembudidaya ikan melihat hidroponik sebagai salah satu metode biofltrasi untuk
memfasilitasi akuakultur resirkulasi intensif.
3. Petani melihat akuaponik sebagai cara untuk memperkenalkan produk organik ke pasar
karena hanya menggunakan pupuk dari kotoran ikan yang telah melalui proses biologis.
4. Akuaponik dapat menghasilkan sayuran segar dan ikan sebagai sumber protein pada
daerah-daerah kering dan ketersediaan lahan terbatas.
5. Akuaponik adalah model produksi pangan yang berkelanjutan dengan perpaduan
tanaman dan ikan dan sikulus nutrien.
6. Selain untuk aplikasi komersial, akuaponik telah menjadi tempat pembelajaran yang
populer bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Muhammad. 2010. Akuaponik, Simbiosis Mutualisme Antara Ikan dan Tanaman.
http://www.kompasiana.com/monsterilmiah diakses tanggal 25 Mei 2011
BRPBAT. 2010. Akuaponik Budidaya Ikan Hemat Lahan dan Air. http://www.kp3k.kkp.go.id
diakses tanggal 25 Mei 2011
Lusi, Sii. 2011. Akuaponik, Sistem Resirkulasi Alternatif dengan Manfaat Ganda.
http://lositasustri.blogspot.com/akuaponik-sistem-resirkulasi-dengan -manfaat-
ganda/ diakses tanggal 25 Mei 2011