Anda di halaman 1dari 22

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN


(Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?)

I. PENULIS
Kartini Kartono di lahirkan di Surabaya tahun1929, adalah seorang dosen tetap di IKIP
Bandung. Sejak 1969 ia juga mengajarkan psikologi umum dan psikologi sosial di
FISIP/SOSPOL UNPAR Bandung. Pendidikan sarjananya diperoleh dari IKIP Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 1964. Tahun 1972 melengkapi studi post graduate selama 18 bulan di
universiteit Amsterdam untuk Politieke Ontwikkeling, Veranderring-Processen, Modernisatie,
Urbanisatie En Sociologie Van Indonesia. Di samping itu juga menamatkan studi untuk
pekerjaan sosial selama 2 tahun pada Protestantse Voortgezette Opleiding voor Sociale Arbeid di
Amsterdam (dipl. M. Sw.)

II. ISI/ RINGKASAN BUKU


2.1. Tata Tertib Dan Keteraturan Pemimpin Formal Dan Informal
a. Teori dan teknik kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu
administrasi negara. Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia, yaitu hubungan
mempengaruhi dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut bawahan karena dipengaruhi
oleh kewibawaan pemimpin. Ruang lingkup atau tema kepemimpinan itu terletak pada dua hal
penting, yaitu:
 Teori kepemimpinan
a) Suatu penggeneralisasian dari suatu seri fakta mengenai sifat dasar pemimpin dan konsep
kepemimpinan.
b) Menekankan latar belakang historis, dan sebab akibat timbulnya kepemimpinan.
c) Sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin, tugas-tugas dan fungsinya.
 Teknik kepemimpinan
a) Kemampuan dan keterampilan teknis pemimpin dalam menerapkan teori kepemimpinan.
b) Melingkupi konsep-konsep pemikirannya serta peralatan yang digunakan.
Kepemimpinan merupakan masalah relasi antara pengaruh dari pemimpin dengan yang
dipimpin. Kepemimpinan memang terkadang sebagai fungsi atas dasar menjalankan kekuasaan
pemimpin dalam mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain guna melakukan
sesuatu.1[1]

b. Pemimpin formal dan informal


Pemimpin formal ialah seorang yang memimpin sebuah organisasi atau lembaga resmi
yang berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi. Ciri-ciri dari pemimpin formal adalah:
1) Berstatus pemimpin selama masa jabatan tertentu atas dasar legalitas formal.
2) Harus memenuhi berbagai persyaratan formal.
3) Harus mendapat dukungan oleh sebuah organisasi formal.
4) Mendapat balas jasa materil dan immateril.

1[1] Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan; apakah kepemimpinan abnormal itu?, Jakarta:
Rajawali pers, 2011, hlm. 1-6
5) Menerima kenaikan pangkat formal dan dapat dimutasikan.
6) Apabila melakukan kesalahan akan mendapatkan sangsi.
7) Selama menjabat, memilki wewenag dalam berbagai hal.
Pemimpin informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai
pemimpin, namun hanya karena memilki sejumlah kualitas unggul. Ciri-ciri pemimpin informal,
yaitu:
1) Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin.
2) Kelompok atau masyarakat yang menunjuk sebagai pemimpin.
3) Tidak mendapat dukungan dari sebuah organisasi resmi.
4) Tidak dapat dimutasikan.
5) Apabila melakukan kesalahan bisa saja tidak mendapatkan kesalahan. Hanya saja respek orang
terhadap dirinya berkurang.2[2]

2.2. Arti Kerja Bagi Manusia Dan Kaitannya Dengan Kepemimpinan


a. Nilai bekerja atau karya bagi Manusia
Bekerja merupakan aktivitas sosial bagi manusia yang membutuhkan motivasi kerja
yakni motivasi untuk mendapatkan nilai-nilai ekonomis. Selain itu, juga bisa berwujud nilai-nilai
sosial yang berupa penghargaan, respek, kekaguman kawan-kawan, status sosial, prestise, dan
martabat diri. Motivasi bekerja tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat materiil
saja, tetapi bisa juga berwujud penghargaan. Aspek kedua yang terpenting dari kerja ialah
lingkungan kerja, yaitu lingkungan atau kondisi materiil dan kondisi psikologis.3[3]

b. Masyarakat modern dan masalah kerja


Situasi bekerja dalam masyarakat modern yang serba kompleks selalu membuthkan kerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam situasi yang demikian maka selalu dibutuhkan
pemimpin dan kepemimpinan demi terwujud efisiensi kerja. Oleh karena itu, maka akan muncul
sebuah hierarki organisasi dengan beberapa lapisan otoritas. Sehubungan dengan pembagian
tugas dalam kerja kooperatif khususnya dalam struktur-struktur organisasi raksasa yang amat
kompleks modern, masalah koordinasi merupakan usaha yang rumit yang harus diperhatikan
oleh setiap pemimpin. Masalah tersebut terpusat kepada masalah komunikasi karena komunikasi
adalah kapasitas individu dan keompok untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan ide-ide
sendiri kepada orang lain.4[4]

2.3. Konsep Dan Teori Mengenai Pemimpin Dan Kepemimpinan


a. Teori kepemimpinan
Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-
konsep kepemimpinannya. Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan
penjeasan dan interpretasi menegenai pemimpin dan kepemimpinan dengan menggunakan
beberapa segi, yaitu:
i. Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan
ii. Sebab akibat munculnya pemimpin

2[2] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 9-11.

3[3] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 17-24.

4[4] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 25-28.


iii. Tipe dan gaya kepemimpinan
iv. Syarat-syarat kepemimpinan

b. Pemimpin dan Sifat-Sifatnya


 Pengertian Pemimpin
I. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memilki kecakapan dan kelebihan
khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang
lain untuk bersama-bersama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian tujuan.
II. Henry pratt Fairchild: pemimpin ialah seorang yang memimpin dengan jalan
memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau
mengontrol usaha atau upaya orang lain atau prestise, kekuasaan atau posisi.
III. John Gage Allee: pemimpin itu adalah pemandu, penunjuk, penuntun,
komandan).
IV. Pemimpin ialah kepala actual dari organisasi partai, dusun atau subdivisi-
subdivisi dan bagian lainnya.
V. Pemimpin adalah pribadi yang memilki kecakapan khusus, dengan atau tanpa
pengangkatan resmi.
Banyak usaha bersama yang beroperasi secarakooperatif dan mengarah pada pencapaian
tujuan-tujuan tertentu. Danpemimpin-pemimpin harus dipersiapkan , dilatih, dan dibentuk secara
sistematis. Dengan menekankan bukan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan.5[5]
 Sifat- Sifat pemimpin
Upaya untuk menilai berhasilnya seorang pemimpin dilakukan dengan mengamati dan
mencacat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dapat dipakai sebagai criteria untuk
menilai kepemimpinannya. Sepuluh sifat-sifat pemimpin oleh Ordway Tead:
1. Energy jasmaniah dan mental (physical and nervous energy).
2. Kesadaran akan tujuan dan arah (a sense of purpose and direction).
3. Antusiasme (enthusiasm).
4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection).
5. Integritas (integrity).
6. Penguasaan teknis (technical mastery).
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness).
8. Kecerdasan (intelligence).
9. Keterampilan mengajar (teaching skill).
10. Kepercayaan (faith).

Menurut George R. Terry, menulis sepuluh sifat pemimpin yang unggul:


1. Kekuatan.
2. Stabilitas emosi.
3. Pengetahuan tentang relasi insani.
4. Kejujuran.
5. Objektif.
6. Dorongan pribadi.

5[5] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 31-43.


7. Keterampilan berkomunikasi.
8. Kemampuan mengajar.
9. Keterampilan sosial.
10. Kecakapan tekhnis atau kecakapan manajerial.6[6]

c. Kepemimpinan Metode Dan Tipe Kepemimpinan


 Kepemimpinan dan Metode Kepemimpinan
Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi pada
penyiapan secara berencana, melatih calon-calon pemimpin. Nilai kepemimpinan tidak lagi
dinilai dari bakat alamnya akan tetapi oleh kemampuannya menggerakkan banyak orang
melakukan satu karya bersama, berkat pengaruh kepemimpinan yang diperoleh melalui
pelatihan dan pendidikan. Namun yang terpenting untuk diketahui ialah pribadi pemimpin dan
bentuk kepemimpinan yang bagaimana yang cocok dalam kelompok dalam kondisi serta situasi
tertentu. Dari satu sisi, kepemimpinan dapat dilihat sebagai instrument yang memiliki kekuatan
dan kekuasaan tertentu untuk melancarkan kegiatan organisasi.
Dari hubungan pemimpin dan para pengikut secara lambat laun akan berkembang metode
kepemimpinan. Metode kepemimpinan ialah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam
membimbing para pengikutnya untuk berbuat sesuatu yang diharapkan dapat membantu
keberhasilan seorang pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya. Dibawah ini beberapa metode
kepemimpinan:
1. Memberi perintah.
2. Memberikan celaan dan pujian.
3. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar.
4. Peka terhadap saran-saran.
5. Memperkuat rasa kesatuan kelompok.
6. Menciptakan disiplin dan kelompok.
7. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar.7[7]

 Kepemimpinan yang tidak efisien


Ciri-ciri negative yang tidak patut dimiliki oleh seorang pemimpin dalam kelompok
individu yang sehat adalah: inteligensi rendah, sifat penakut dan pengecut, sikap yang egoistis
atau individualistis, atribut infantile (kekanak-kanakan), tidak bertanggung jawab, dan lain-
lain.8[8]

 Teori tentang kepemimpinan9[9]


i. Teori otokratis dan pemimpin otokratis
Kepemimpinan didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan
yang arbitrer. Pemimpin tersebut pada dasarnya mau berambisi untuk dapat menaklukkan
sesuatu serin disebut sebagai otokrat keras. Ciri-cirinya, adalah:
 Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan dan harus dipatuhi.

6[6] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 43-50.

7[7] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 55-66.

8[8] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 67.

9[9] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 71-79.


 Dia menentukan policies atau kebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan para
anggota.
 Dia tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang akan datang.
 Dia memberikan pujian dan kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya dengan inisiatif
sendiri.
Otokrat lembut atau baik banyak memilki kemiripan dengan otokrat keras, namun dia
selalu didera oleh perasaan-perasaan nonkonformistis. Dia hanya mentolerir kepatuhan yang
sesuai dengan perintah dan prinsip yang diciptakan sendiri. Berbeda dengan kedua tipe otokrat
yang memilki prinsip-prinsip konservatif dan kuat, otokrat inkompeten ini justru tidak punya
prinsip yang tidak mau mengindahkan moral.
ii. Teori psikologis
Fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi
terbaik guna merangsang kesedian bekerja dari para pengikut. Kepemimpinan yang seperti ini
selalu membutuhkan aspek-aspek psikis manusia.
iii. Teori sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan untuk antar relasi
dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para
pengikutnya. Dalam teori pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan korektif apabila
terdapat penyimpangan dalam organisasi.
iv. Teori suportif
Pemngikut harus berusaha sekuat mungkin dan bekerja dengan penuh gairah
sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui policy tertentu. Untuk
itu pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan bisa membantu
pengikutnya dengan mengembangkan bakat dan keterampilan.
v. Teori Laissez Faire
Pemimpin Laissez Faire bukanlah seorang pemimpin yang dalam pengertian
sebenarnya. Atau juga dapat dikatakan pemimpin yang acuh tak acuh. Sehingga kelompok
tersebut praktis menjadi tidak terkontrol.
vi. Teori kelakuan pribadi
Kepemimpin dilihat berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola kelakuan para
pemimpinnya. Pemimpin diharapkan harus mampu bersifat fleksibel dan bijaksana.
vii. Teori sifat orang-orang besar (traits of great men)
Ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan seorang pemimpin yaitu
memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, keterampilan
berkomunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, partisipasi sosial.
viii. Teori situasi
Kepemimpinan adalah produk dari satu situasi atau keadaan. Pada teori ini dinamik
interaksi antara pemimpin dengan rakyat melalui interaksi, untuk dapat memenuhi keinginan
rakyat secara mendasar.
ix. Teori humanistik atau populastik
Fungsi kepemimpinan ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap
kebutuhan insane yang dicapai melalui interaksi dengan rakyat. Karena focus dari teori ini adalah
rakyat dengan segenap harapan dan kebutuhannya yang harus diperhatikan.
 Tipe kepemimpinan10[10]

10[10] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 80-87.


i. Tipe karismatis
Tipe pemimpin karismatis memilki kekuatan energi serta daya tarik yang luar biasa
untuk mempengaruhi orang lain sehingga ia banyak memiliki pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan dapat dipercaya. Tokoh-tokoh semacam ini ialah: Jengis Khan, Hitler, Ghandi,
John. F. Kennedy, Sukarno, Margarete Tatcher, Gandhi, Gorbachev, dan lain-lain.
ii. Tipe paternalistis
Tipe kepemimpinan seperti ini adalah tipe “kebapakan”, yang memiliki sifat antara
lain:
 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa.
 Bersikap terlalu meindungi (overly protective).
 Jarang memmberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
 Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

iii. Tipe militeristis


Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis adalah:
 Menggunakan sistem perintah atau komando terhadap bawahannya yang otoriter,
 Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
 Sangat senang akan formalitas.
 Menuntut adanya kedisplinan keras.
 Tidak menghendaki saran, usul kritikan dari bawahannya.
 Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
iv. Tipe otokratis (outhoritative, dominator)
Kepemimpinan otokratis mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak
harus dipatuhi. Pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota atau eksklusivisme. Pemimpin
otokratis senantiasa ingin berkuasa absolute, tunggal dan merajai keadaan.
v. Tipe laissez faire
Peada tipe ini, pemimpin praktis tidak memimpin dan membiarkan kelompoknya
serta setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikti pun dalam
kegiatan kelompoknya.
vi. Tipe populistis
Kepemimpinan populistis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisional. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan nasionalisme.
vii. Tipe administratif atau eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Dengan demikian segala sesuatunya
dapat dibangun dalam sistem administratsidan birokrasi yang efisien.
viii. Tipe demokratis
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu dan mendengarkan
nasihat atau sugesti dari bawahan. Kepemimpinan demokratis juga sering disebut sebagai
kepemimpinan group developer.
d. Asas Dan Fungsi Kepemimpinan Tugas-Tugas Kepemimpinan
 Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi
atau membangunkan, motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, dan menjalin jaringan
komunikasi. Sedangkan asas-asas kepemimpinan adalah:
 Kemanusian, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan dengan cara mengembangkan potensi dan
kemampuan setiap individu.
 Efisien, efisiensi teknis maupun sosial yang berkaitan dengan sumber, materi dan jumlah
manusia.
 Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih
tinggi.11[11]
 Teori dan Teknik Kepemimpinan
Teori kepemimpinan memilki beberapa aspek diantaranya, adalah:
 Latar belakang historis pemimpin dan kepemimpinan.
 Sebab munculnya pemimpin
 Tipe dan gaya pemimpin
 Syarat-syarat kepemimpinan.
Teknik kepemimpinan ialah kemampuan dan ketermapilan teknis serta sosial pemimpin
dalam menerapkan teori kepemimpinan pada praktik kehidupan. Yang termasuk kedalam
kategori teknik kepemimpinan ialah:
 Etika profesi pemimpin dan etiket.
 Kebutuhan dan motivasi
 Dinamika kelompok
 Komunikasi
 Kemampuan pengambila keputusan
 Keterampilan berdiskusi.12[12]

e. DINAMIKA KELOMPOK ORGANISASI FORMAL DAN INFORMAL


 Dinamika Kelompok
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok, bersama-sama, saling
berhubungan satu sama lain atau berkomunikasi , dan saling mempengaruhi. Ada proses
determinasi sosial, yaitu dipengaruhi oleh orang lain dan oleh lingkungannya; namun sekaligus
mempengaruhi orang lain dan lingkungan sekitarnya. Kehadiran manusia lain juga mutlak
diperlukan untuk melastarikan hidupnya, sebab manusia itu tidak bisa hidup sendirian tanpa
dibantu orang lain. Maka, kepemimpinan merupakan gejala interaksional dalam kelompok yang
memiliki tujuan bersama.13[13]
Pada setiap anggota kelompok selalu kita dibutuhkan aksi-aksi dan reaksi yang timbal balik.
Yang penting dalam kelompok tersebut adalah bukan persamaan da perbedaan satu sama
lainnya, akan tetapi saling ketergantungan atau interdependensinya di mana setiap individu
harus bekerjasama dengan orang lain, untuk bisa hidup rukun damai bersama-sama.14[14]
Individu-individu dalam kelompoknya itu bersifat dinamis, sebab saling mempengaruhi
dan saling mendorong. Maka ciri-ciri manusia di dalam kelompoknya atau di dalam medan
sosial antara lain:

11[11] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 91-94

12[12] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 94-96.

13[13] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 111-112.

14[14] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 113.


1) Dinamis, selalu bergerak dan berubah; tak bisa di duga dengan tepat, beraneka ragam geraknya,
dan bebas merdeka.
2) Mempunyai potensi untuk melakkukan bermacam-macam aksi atau perbuatan dan peristiwa.
3) Menanggapi orang lain sebagai makhluk sejenis, sebagai sesama hidup, dan sebagai subjek yang
sederajat.
4) Interaksi dan partisipasi masing-masing anggota kelompok itu sangat berkaitan dengan semakin:
Meningkatnya emosi dan sentimen-sentimeneuforis (senang dan puas, keinginan, kebutuhan-
kebutuhan, dan keterampilan teknis masing-masing individu).
Berkaitan dengan semakin jelasnya norma-norma kelompok.
Pada saatnya, sentimen dan norma-norma kelompok ini akan menjadi unsur kekuatan
dalam organisasi dan administrasi yang perlu diperhatikan pemimpin.15[15]
 Fungsi Kelompok Bagi Individu, dan Fungsi Pemimpin
Kelompok merupakan suatu situasi sosial-psikologis khusus, tempat berpijaknya
individu. Kelompok ini sangat berarti bagi individu, karena kelompok memberikan pengaruhnya
kepada individu. Begitu juga dengan individu, dapat memberikan pengaruhnya kepada
kelompok. Secara psikologis disebutkan bahwa individu dan kelompok itu masing-masing
adalah unit, dengan orde yang berbeda-beda.

Fungsi kelompok bagi individu , ialah sebagai berikut:


1. Memberikan wadah sosial dan ruang hidup psikologis kepada individu untuk berprestasi dan
bekerja sama dengan orang lain.
2. Menjadi kader-referensi untuk mengaitkan diri, sehingga muncul loyalitas.
3. Memberikan rasa aman
4. Memberikan status sosial kepada individu, sehingga marasa diakui, dihargai, diterima di
lingkungannya.
5. Memberikan ideal-ideal, cita-cita, tujuan-tujuan hidup tertentu, dan asa-asas perjuangan bagi
hidupnya.
6. Menjadi alat atau wahana untuk mencapai cita-cita hidupnya, dan untuk membangun bersama-
sama.
7. Di dalam kelompok, individu merasa menjadi satu bagian dari kelompok.16[16]
Fungsi pemimpin dalam kelompok:
1. Memelihara struktur kelompok, menjalin interaksi yang lancar, dan memudahkan pelaksanaan
tugas-tugas.
2. Menyinkronkan ideologi, ide, pikiran dan ambisi anggota kelompok dengan pola keinginan
pemimpin.
3. Memberikan rasa aman
4. Memanfaatkan dan mengoptimasikan kemampuan, bakat dan produktivitas semua anggota
kelompok untuk berkarya dan berprestasi.
5. Menegakkan peraturan agar tercapai kepaduan kelompok untuk meminimalisir konflik dan
perbedaan-perbedaan.
6. Merumuskan nilai-nilai kelompok, dan memilih tujuan kolompok, sambil menentukan sarana
dan cara-cara operasional guna mencapainya.

15[15] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 113-114.

16[16] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 116.


7. Mampu memenuho harapan anggota, sehingga mereka merasa puas.17[17]
 Organisasi Fomal dan Informal
Organisasi formal adalah orgnisasi yang ada di atas kertas, dengan relasi-relasi logis
berdasarkan peraturan, konvensi dan kebijakan dari organisasi, denga pembagian tugas pekerjaan
dan herarki kerja. Maka menjadi kewajiban para pemimpin ialah memahami bagaimana fungsi
dan beroperasinya organisasi formal tersebut dalam kenyataan dan praktiknya. Ciri-ciri khas
organisasi formal adalah:
1) Bersifat impersonal
2) Kedudukan setiap individu berdasarkan fungsi masing-masing.
3) Ada relasi formal
4) Suasana kerja dan komunikasi berlandaskan pada kompetisi/persaingan dan efisiensi.18[18]
Tugas pokok upaya pengorganisasian formal itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menentukan kelompok /unit-unit kerja
b) Membagi tugas-tugas kerja
c) Menentukan tingkat otoritas, yaiatu kewibawaan dan kekuasaan untuk bisa bertindak secara
bertanggung jawab.19[19]
Organisasi informal ialah sistem interelasi manusiawi berdasarkan rasa suka dan tidak
suka, dengan iklim psikis yang intim, kontak muka, serta moral tinggi.
Ciri-ciri khas organisasi informal antara lain ialah:
1) Terintegrasi dengan baik
2) Di luar kelompok primer atau informal ini terdapat kelompok yang lebih besar, yaitu kelompok
formal atau sekunder.
3) Setiap anggota secara individual mengadakan interelasi berupa jaringan perikatan.
4) Terdapat iklim psikis “suka dan tidak suka
5) Sedikit atau banyak, setiap anggota mempunyai sikap yang pasti terhadap anggota-angggota
lainnya dan dimuati afeksi serta emosi-emosi tertentu.20[20]
Setiap orang dalam kelompok primer mengetahui tugasnya, sifat dan kebiasaan masing-
masing sehingga ia tidak anonim. Setiap individu punya fungsi tertentu, dan menjalin hubungan
interelasi akrab dengan anggota lainnya. Sehingga terdapat moral kelompok yang cukup tinggi
dan kontrol sosial yang ketat. Pola interelasi dari kelompok tersebut mutlak mempengaruhi
masing-masing orang dalam kelompok tersebut, dan dapat mengubah pola-pola tingkah laku
individual.
f. PEMIMPIN DAN KOMUNIKASI
7.1. TIPE DAN PERSYARATAN KOMUNIKASI
Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya
menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak.21[21] Beberapa defenisi komunikasis
ialah sebagai berikut:

17[17] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 117.

18[18] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 120.

19[19] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 121.

20[20] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 122.

21[21] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 133.


Komunikasi ialah arus informasi dan emosi-emosi yang terdapat dalam masyarakat yang
berlangsung ke semua pihak.
Komunikasi ialah kapasitas individu atau kelompok untuk menyampaikan perasaan,
pikiran, dan kehendak kepada individu dan kelompok lain. Dan yang perlu diperhatikan dalam
komunikasi adalah teknik komunikasi.22[22]
Teknik komunikasi ialah tata cara hubungan yang efisien, baik melalui penggunaan alat-
alat komunikasi maupun tidak dengan semua unsur yang saling melibatkan diri dalam satu unit
sosial.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik komunikasi, yaitu:
1. Manfaat komunikasi
2. Arus komunikasi
3. Kebijaksanaan komunikasi.
4. Tipe dan persyaratan komunikasi.
5. Bentuk-bentuk komunikasi.23[23]
Tipe atau bentuk-bentuk komunikasi ialah:
 komunikasi searah, dan
 komunikasi dua arah.24[24]
Keuntungan dari komunikasi searah antara lain:
 Dapat berlangsung cepat dan efisien,
 Dapat melindungi pemimpin, sehingga orang atau para pengikut tidak dapat melihaat dan
menilai kesalahan dan kelemahan pemimpin.
Kelemahan dari komunikasi searah antara lain:
 Kepemimpinannya bersifat otoriter,
 Dapat menimbulkan ketidakjelasan, salah paham, penafsiran yang keliru, sentimen dan banyak
ketegangan.25[25]

Selanjutnya, keuntungan dan kelemahan dari komunikasi dua arah antara lain:
 Semua perintah dapat diterima dengan lebih akurat-tepat,
 Dapat dikurangi salah paham san salah interpretasi,
 Suasananya lebih demokratis.
Beberapa kelemahan dari komunikasi dua arah ialah:
 Komunikasi dan kepatuhan berlangsung lebih lambat,
 Kemungkinan besar muncul sikap “menyerang” pada pengikut, dan terdapat sikap bertahan pada
diri pemimpin.
 Setiap saat bisa timbul masalah-masalah baru yang tidak terduga dengan adanya dialog
terbuka.26[26]
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai dinamisator dan organisator, pemimpin harus
selalu berkomunikasi, baik melalui hubungan formal maupun informal. Sebab suksesnya

22[22] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 134.

23[23] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 134.

24[24] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 138.

25[25] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 139.

26[26] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 139-140.


pelaksanaan tugas-tugas kepemimpinan itu sebagian besar ditentukan sekali oleh
keterampilannya menjalin komunikasi dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan
organisasi tersebut.

7.2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Dalam kondisi ketidak pastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka
pemgambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam manajemen, namun
merupakan usaha yang paling penting bagi pimpinan. Apabila pemimpin mampuu dengan
tangkas, cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka organisasi atau
administrasi bisa berfungsi secara afektif dan produktif. 27[27]
H.A. Simon mengemukakan tiga proses dalam pengambilan keputusan (dalam bukunya
Administrative Behaviour, 1947), yaitu:
 Inteligence activity, yaitu proses penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan,
 Design activity, yaitu proses menemukan masalah, mengembangkan pemahaman dan
menganalisis kemungkinan pemecahan masalah serta tindakan lebih lanjut; jadi ada perencanaan
pola kegiatan,
 Choice activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternatif atau
kemungkinan pemecahan.28[28]

7.3. KETERAMPILAN BERDISKUSI


Kemampuan berdiskusi dengan baik merupakan salah satu persyaratan mutlak yang
perlu bagi setiap pimpinan. Diskusi ialah pembicaraan bebas (free talk) yang diarahkan pada
pemecahan pada pemecahan masalah. Pada diskusi diharapkan terdapat interaksi yang timbal
balik, suasana bebas, arus pemberian informasi yang seluas-luasnya, pertimbangan kontra
pertimbangan lain.29[29] Manfaat diskusi antara lain:
 Dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan, perincian masalah, serta memperluas
cakrawala kemungkinan-kemungkinan pemecahan.
 Adanya pendekatan multidisipliner, multidimensional, berpikir secara kooperatif, dan akumulasi
dari ide-ide yang konstruktif, didertai kejernihan dan kejelasan yang lebih gamblang.
 Dapat meningkatkan proses pengendapan permasalahan, ada proses internalisasi.
 Pembentukan kepribadian menjadi lebih kaya dan lebih matang.30[30]
Tujuan berdiskusi ialah:
 Untuk memikirkan beberapa alternatif kemungkinan pemecahan yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan.
 Untuk mendapatkan informasi dan data selengkap mungkin, dan memikirkan cara penyelesaian
masalah seefisien mungkin.31[31]

8. REKAPITULASI TUGAS-TUGAS PEMIMPIN

27[27] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 145.

28[28] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 146.

29[29] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 148-149.

30[30] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 149-150.

31[31] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 150.


Rekapitulasi dari tugas-tugas pemimpin yang bisa dibedakan dari tugas anggota ialah
sebagai berikut:
1) Dalam perurutan waktu yang relatif menjadi semakin pendek, kualitas pekerjaam dan tugas
pemimpin mengandung banyak sekali dimensi inovasi dan perubahan-perubahan secara cepat,
2) Pemimpin harus menyusun kebijakan,
3) Jika tugas anggota biasa berkualitas statis-lebih banyak pasif dan patih mengikuti, maka tugas
pemimpin sifatnya dinamis, kreatif, inovatif, unik lentur, luwes, dan tidak banyak dibatasi oleh
standar serta norma-norma ketat.
4) Pemimpin harus bisa menerjemahkan atau menjabarkan ide-ide, konsep dan kebijakan
organisasi dalam bahasa-aksi.
5) Pada struktur piramida, pemimpin tertinggi mempunyai kewibawaan tertinggi, kekuasaan paling
besar, dan pertanggung jawaban paling berat, serta memikul resiko yang paling besar.
6) Pemimpin harus sanggup berpikir kreatif, orisinil, otentik dan futuristik.
7) Mampu membangunkan sikap kooperatif dan partisipatif pada setiap pengikutnya, agar mereka
bersedia memberikan kontribusinya pada organisasi.
8) Pemimpin juga berfungsi sebagai juri (wasit) dan hakim bagi segala konvensi dan permainan
organisasi.
9) Seni kepemimpinan juga mencakup keseimbangan antara pelaksanaan tugas rutin dengan tugas
inovatif dan kreatif dalam wujud penerapan sistem kerja baru, perbaikan dan revisi.
10) Tugas yang paling sulit ialah penagambilan keputusan (decision making), yang memungkinkan
berlangsungnya semua kerangka kerja secara efektif dan efisien. Dalam kemahiran pengambilan
keputusan tercakup keterampilan mengadakan seleksi, dan mengambil keputusan yang tepat dari
sekia banyak alternatif.
11) Tugas pemimoin merupakan hal yang berat karena dibebani tanggung jawab moril/etis.
12) Pemimpin harus mampu menyelesaikan konflik melalui manajemen konfik.32[32]
Pemimpin dengan kepemimpinannya itu mempengaruhi, mengubah dan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Persyaratan-persyaratan
seseorang menjadi pemimpin dikemukakan oleh William G. Scott, antara lain:
1. The Great Man approach (pendekatan Orang Besar).
2. The Trait approach (pendekatan ciri atau sifat).
3. The modified trait approach (pendekatan ciri yang sudah diubah).
4. The situation approach (pendekatan situasional).33[33]
Kedudukan pemimpin selalu dikaitkan dengan: kemampuan, kewibawaan, dan
kekuasaannya. Ketiga faktor inilah yang mewarnai tipe kepemimpinan dari pribadi pribadi
pemimpin, yang dapat mengarahkan tingkah laku bawahan dalam satu organisasi, atau menuntun
tingkah laku rakyat dalam satu negara ke arah kegiatan-kegiatan pembangunan.34[34]

9. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DETERMINAN DAN KEKUATAN YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMIMPINAN
9.1. MANAJEMEN DAN PEMIMPIN

32[32] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 154-156.

33[33] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 160.

34[34] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 164.


Manajeman adalah inti dari administrasi, sedangkan kepemimpinan adalah inti dari
manajemen. Analog dengan ini, kepemimpinan merupakan inti baik dari manajemen maupun
dari administrasi yang dikelola oleh manusia. Faktor pribadi, posisi pemimpin, dan situasi sosial
tertentu ikut menentukan macamnya pemimpin dan kepemimpinan yang dibutuhkan pada suatu
saat.35[35] G. R. Terry dalam bukunya Principle of Management menyatakan beberapa defenisi
tenteng istilah manajemen, sebagai berikut:
 Manajemen adalah suatu kekuasaan yang mengatur suatu usaha, dan bertanggung jawab atas
keberhasilan atau kegagalan
 Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan mencapai hasil yang di inginkan
dengan menggunakan upaya-upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber
daya manusia.
 Secara sederhana, manajemen adalah melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu dengan
menggunakan tenaga orang lain.
Manajemen dapat juga disebut sebagai pengendalian suatu usaha, yaitu merupakan:
1) Proses pendelegasian/pelimpahan wewenang kepada beberapa penanggung jawab dengan tugas-
tugas kepemimpinan,
2) Proses penggerakan serta bimbingan-pengendalian semua SDM dan sumber materiil dalam
kegiatan mencapai sasaran organisasi.36[36]
G. R. Terry berpendapat bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi empat peristiwa yang
disingkat dengan P. O. A. C., yaitu:
Planning (perencanaan)
Organizing (pengorganisasian)
Actuating (penggerakan, aktualisasi)
Control (pengawasan)37[37]

9.2. DETERMINAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUATAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEPEMIMPINAN
Agar kepemimpinan menjadi operasional, perlu ada tiga determinan kepemimpinan yaitu:
1) Faktor orang. Bahwa individu itu memiliki sifat-sifat pribadi yang dapat membantu atau justru
mnghalang-halangi tugasnya sebagai pemimpin.
2) Faktor posisi. Pemimpin mempunyai satu posisi atu kedudukan sehubungan dengan fungsi dan
tugas atau pekerjaannya. Kemusian ia selalu memiliki semacam citra atau gambaran mengenai
perilaku sendiri, yaitu hal-hal yang harus dilakukan dalam posisi tertentu. Hal demikian disebut
juga dengn ‘konsep peranan’.
3) Faktor situasi/tempat. Sifat-sifat pemimpin harus sesuai dengan kebutuhan kelompok yang
bersangkutan, dan cocok dengan situasi, tempat serta zamannya.38[38]
John French dan Bertram Raven mengemukakan suatu kerangkan kekuatan yang
berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan, yaitu:

35[35] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 167.

36[36] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 168.

37[37] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 170-171.

38[38] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 175-177.


1. Kekuatan (coersive power). Mengandalkan kekuatan pribadinya untuk memaksakan keinginan
kepada para pengikutnya.
2. Kekuatan via pemberian penghargaan (reward power). Para pengikut berbuat sesuai dengan
norma-norma dan keinginan pemimpin, diberi penghargaan dalam wujud material atau
nonmaterial tertentu.
3. Kekuatan karena pengesahan (legitimate power). Diperoleh melalui posisi “supervisor” di dalam
organisasi yang bersangkutan.
4. Kekuatan oleh memiliki suatu keahlian (expert power). Mucul karena pemimpin memiliki
keterampilan teknis dan sosial, pengetahuan, pengalaman dan keahlian khusus.
5. Kekuatan karena penyamaan diri dengan orang yang dikagumi (identification power).39[39]

9.3. KONSEP MANAJEMEN PEMBANGUNAN DI INDONESIA


Di masa sekarang ini, untuk keperluan pembangunan di segala sektor kehidupan,
diperlukan adanya manajemen pembangunan masyarakat Indonesia, yang kita gali dari tiga
bahan pokok, yaitu:
1. Kearifan dari ajaran-ajaran kuna warisan para leluhur kita mengenai kepemimpinan dan
manajemen/pengelolaan.
2. Esensi dari manajemen modern berasal dari negara-negara Barat, yang sudah disaring dan
diujicobakan, sertaa cocok dengan situasi-kondisi di tanah air sekarang.
3. Realitas hidup bangsa Indonesia sekarang dengan unsur filsafat hidup, norma, nilai, cita-cita dan
kebudayaan bangsa Indonesia yang semuanya “nonmanajemen” sifatnya, dalam menggapai masa
depan yang lebih sejahtera.40[40]

10. KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DAN KEPEMIMPINAN ABORMAL


10.1 PEMIMPIN DEMOKRATIS
Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu
mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan
bersama. Namun kenyataan menunjukkan bahwa dalam masyarakat modern banyak
menonjolkan individualisme yang sangat ambisius demi kepentingan-kepentingan pribadi. Orang
yang teramat suka menonjolkan dan mengiklankan diri itu yang dengan segala upaya licik ingin
menjabat kursi kepemimpinan biasanya adalah tipe orang yang sakit atau abnormal. Maka dapat
dinyatakan, bahwa banyaknya pemimpin abnormal (yang korup, patologis, egoistis, tidak
bertanggung jawab, kriminal, sadis, dll). Dengan kata lain, masyarakat yang sakit akan
memprodusir pemimpin-pemimpin yang sakit atau abnormal.41[41]

Dapat digolongkan dalam:


 Pemimpin demokratis tulen, dan
 Pemimpin demokratis palsu/pura-pura (pseudo-demokratis).
Pemimpin demokratis tulen itu merupakan pembimbing yang baik; juga penuntun yang
efisien bagi kelompoknya. Maka organisasi atau lembaga itu bukanlah masalah “pribadi
individual” pemimpin, akan tetapi kekuatan organisasi tersebut justru terletak pada partisipasi

39[39] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 177-178.

40[40] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 183-184.

41[41] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 187-188.


aktif dari setiap anggotanya. Maka tugas pemimpin demokratis yang pokok ialah: mendinamisasi
dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan bawahannya.42[42]

KEPEMIMPINAN ABNORMAL
Orang yang gila kekuasaan itu adalah orang yang sakit, yang ingin mengkompensasikan
sifat-sifat bawaannya yang inferior ke dalam bentuk penguasaan terhadap orang lain. Gila
kekuasaan ini erat hubungannya dengan kejahatan, sebab kejahatan itu selalu cenderung
memaksakan keinginan sendiri agar semua orang berbuat seperti apa yang dia
inginkan/perintahkan, tanpa mengindahkan hak-hak dan kebebasan insani orang lain.
Kepemimpinan yang seperti inilah yang disebut dengan kepemimpinan abnormal.43[43]

11. MEMILIH DAN MELATIH PEMIMPIN PEMBINAAN KEPEMIMPINAN PEMUDA


Untuk memenuhi kebutuhan kepemimpinan suatu organisasi, seorang pemimpin tertinggi
diharuskan memilih pembantu-pembantunya untuk memimpin kelompok, bidang, bagian, seksi
dan urusan, yang menjadi bagian dari organisasi tersebut. Syarat yang paling utama bagi seorang
calon pemimpin ialah dapat memimpin orang lain ke arah pencapaian tujuan organisasi, dan
dapat menjalin komunikasi antar manusia. Menurut O. Jeff Harris, orang-orang yang perlu
dipilih sebagai calon pemimpin adalah mereka yang mempunyai kualifikasi antara lain sebagai
berikut:
 Memiliki kemauan untuk memikul tanggung jawab
 Kemampuan untuk menjadi perseptif
 Kemampuan untuk menanggapi secara objektif
 Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat
 Kemampuan untuk berkomunikasi
Jadi jelaslah bagi kita, bahwa setiap usaha bersama yang bertujuan dan sistematis itu perlu
dipimpin oleh seorang pemimpin. Dan untuk memenuhi kebutuhan kepemimpinan di segala
bidang atau sektor kehidupan ini perlu dipersiapkan tenaga-tenaga kepemimpinan, terutama
kepemimpinan pemuda sebagai tenaga penggerak dan pembangunan di era pembangunan
sekarang ini.44[44]
Ada kalanya calon-calon pemimpin yang terpilih di dalam paktiknya tidak/kurang
menunjukkan persyaratan-persyaratan sebagai seorang pemimpin. Kegagalan pemilihan tersebut
antara lain dapat disebabkan oleh:
 Kurang tepatnya cara pemilihan calon pemimpin misalnya karena pilih kasih, nepotisme, dan
lan-lain.
 Tanpa melalui sistem tes secara objektif, seleksi dan pengujian fisik serta mental terlebih
dahulu. Ditambah kurang matangnya persiapan dan masa training, sehingga pemimpin yang baru
di latih itu tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya.
 Tidak diterima oleh bawahan, karena pimpinan yang diangkat itu tidak mampu menyesuaikan
diri dalam iklim sosial dan iklim psikis baru.
 Oleh perubahan tugas atau mutasi yang mendadak dan kurang adanya adaptasi dan kurang
kemampuan teknisnya.

42[42] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 188.

43[43] Ibid,: Kartini Kartono,hlm. 194.

44[44] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 217-222.


Seorang ahli dibidang manajemen, yaitu Peter Drucker tetap berpendirian, bahwa pmimpin
itu “dilahirkan”, bukan dari hasil pembentukan. Pendapat Peter ini mendapat tantangan dari
banyak sarjana di bidang manajemen yang menyatakan, bahwa kepemimpinan di zaman modern
sekarang ini dapat dikembangkan, diciptakan dan dapat diajarkan.45[45]
Untuk memastikan keberhasilan kepemimpinan seseorang secara tepat dan cermat adalah
sangat sulit, yaitu:
 Sukar menilai tingkah laku manusia yang sering tersembunyi, tertutup dan tidak terduga-duga.
 Sukar menentukan kriteria objektif sebagai panutan untuk menilai.
 Sukar pula untuk menilai secara murni objektif, karena semua penilai pasti mengandung unsur
subjektifitas.
 Sulit menilai keberhasilan, karena harus ditinjau dan dikaitkan dengan macam-macam aspek,
antara lain aspek teknis, aspek social atau manusiawi.
Namun demikian ada beberapa indicator yang dapat kita pakai sebagai petunjuk keberhasilan
kepemimpinan dalam suatu organisasi, ialah sebagai berikut:
- Meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi.
- Semakin rapinya sistem administrasi dan makin efektifnya manajemen.
- Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang sifatnya lebih
bermasyarakat.
Untuk dapat menyusun suatu program latihan yang tepat dan sukses, langkah pertama yang
perlu diambil ialah “menentukan tujuannya”, yaitu tujuan latihan yang akan di programkan.
Tujuan itu harus jelas dan tegas, karena tujuan menjadi pedoman bagi penentuan kebijakan
pengadaan training dan pendidikan kepemimpinan. Langkah kedua ialah menentukan
“kebutuhan latihan”, yaitu: segi-segi dan keterampilan apa yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk dapat menjadi pemimpin yang efektif. Langkah ketiga adalah memilih memilih
pelajaran-pelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi untuk mengadakan motivasi
sikap, dapat melancarkan komunikasi, serta membangun kerja sama dengan semua pihak, yaitu
dengan atasan, teman sederajat, dan dengan bawahan.46[46]

12. KEPEMIMPINAN DAN MASALAH KONFLIK


Pluralisme atau keanekaragaman merupakan realitas hidup dalam masyarakat modern.
Maka persaingan, kompetisi, dan konflik merupakan realitas nyata yang banyak terjadi di tengah
masyarakat modern. Konflik dapat diterjemahkan sebagai oposisi, interaksi yang bertentangan,
benturan antara bermacam-macam paham, dan perselisihan. Kehidupan dalam masyarakat
modern, terutama kehidupan di kota-kota besar sifatnya serba dipenuhi dengan banyak
persaingan dan perlombaan hidup, karena orang suka membandingkan dirinya sendiri dengan
orang lain. Konflik bisa berlangsung pada setiap tingkat dalam struktur organisasi, dan di tengah
setiap masyarakat. Konflik tidak dapat dihindari dan tidak dapat dihilangkan, selama manusia
masih bersifat dinamis. Oleh karena ituperlu dikembangkan seni mengelola konflik, dengan jalan
sebagai berikut:
 Membuat standar-standar penilaian.
 Menemukan masalah-masalah kontroversil dan konflik-konflik.
 Menganalisis situasi dan mengadakan evaluasi terhadap konflik.

45[45] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 224-227.

46[46] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 230.


 Memilih tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan dan
kesalahan-kesalahan.47[47]
Bila dua kelompok atau dua individu mempunyai pendirian dan tujuan yang berbeda,
karena masing-masing menganut sistem nilai yang berbeda sehingga mereka berkonflik, maka
salah satu cara penyelesaian masalah ialah:
a. Duduk bersama, berunding dan bermusyawarah.
b. Melihat masalahnya dengan kepala dingin dan mendiskusikannya.
c. Melalui sifat kooperatif orang berusaha melepaskan perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil,
untuk lebih banyak menemukan titik-titik persamaan.
d. Tidak selalu mau menang sendiri, dan mengharuskan pihak lain mengalah. Bersedialah
mengalah dengan niat baik untuk memecahkan masalah.

13. PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA


Para mahasiswa yang berusia sekitar 18-27 tahun itu adalah pribadi yang sedang
berkembang dan tengah mencari jati-dirinya atau identitasnya sendiri. Pemimpin organisasi
mahasiswa itu pada prinsipnya bertekad untuk menolong segenap anggota kelompoknya dalam
mencapai tujuannya. Maka kegiatan-kegiatan organisasi mahasiswa dengan kepemimpinannya
itu bertujuan antara lain untuk:
1. Mempercepat proses pendewasaan, supaya mampu mandiri dan bertanggung jawab.
2. Menunjang proses belajar, menumbuhkan motivasi belajar yang kuat, tekad untuk berprestasi
secara ilmiah, ambisi untuk maju, serta partisipasi sosial-politik yang sehat.
3. Arena untuk melakukan latihan-latihan mental, misalnya berani berdiskusi serta mengemukakan
ide-ide sendiri yang cemerlang.
4. Belajar menjalin komunikasi yang baik, belajar berorganisasi untuk menjadi manajer atau
pemimpin yang baik.
5. Belajar memahami gejolak-gejolak dan masalah-masalah sosial yang actual dan melanda
masyarakat, belajar menemukan alternative-alternatif pemecahannya.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan rekreatif dan kreatif di bidang seni, drama, film, pertandingan
olahraga, dan lain-lain.48[48]

14. KEPEMIMPINAN MILITER


Yang membedakan secara mencolok kepemimpinan militer dengan kepemimpinan
lainnya ialah ciri-ciri yang khas, yaitu dengan tradisi komando, kerja sama yang sangat kompak,
dan disiplin tinggi dengan kepatuhan total. Para pemimpin militer itu pada awal perjuangan tidak
diangkat oleh pemerintah, akan tetapi muncul secara alami atas kemauan sendiri. Sifat-sifat
kepemimpinan militer yang sangat menonjol adalah:
 Otoriter lewat komando dan asas evisiensi
 Ada disiplin yang tinggi serta pengabdian penuh pada tugas-tugas
 Interaksi yang searah, disertai kepatuhan total terhadap komando dengan penentuan tugas-tugas
yang jelas, dan juga rasa tanggung jawab yang besar.
 Memiliki stamina fisik dan mental yang tinggi berkat latihan-latihan rutin setiap hari.

47[47] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 243-255.

48[48] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 267-288


 Bersikap selalu terbuka terhadap perubahan, ide-ide baru, dan modernisasi.49[49]
III. TANGGAPAN
Kepemimpinan sebagai suatu cara atau kemampuan untuk membimbing, menuntun,
memandu, melatih, dan memberi pedoman untuk pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan
adalah kemampuan atau kesanggupan yang ditunjukkan seseorang atau kelompok agar
mempunyai visi dan misi dalam pribadinya sebagai landasan berpijak.apabila dilihat dari
kepemimpinan Kristen dari perspektif Alkitab ialah suatu proses yang dinamis yang di dalamnya
terdapat campur tangan Allah yang memanggil sesorang menjadi seorang pemimpin untuk
memimpin umat-Nya guna mencapai tujuan Allah.50[50]
 Pengklasifikasian Pemimpin
Pemimpin dapat dikelompokkan kedalam sejumlah kategori yang berkembang dalam
masyarakat. Dengan kata lain, pengklasifikasian pemimpin ini khususnya dilihat berdasarkan
faktor legalitas seseorang yakni; pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal
adalah seseorang yang oleh organisasi tertentu swasta atau pemerintah yang ditunjukkan
berdasarkan surat-surat-surat keputusan pengangkatan dari organisasi. Sedangkan pemimpin
informal adalah seseorang atau sekelompok orang yang karena latar belakang pribadi yang kuat
mewarnai dirinya yang memilki kualitas subyektif ataupun obyektif.51[51]
 Ciri-ciri pemimpin yang baik
Tugas utama kepemimpinan tidak terlepas dengan tugas pekerjaan. Untuk memenuhi
semua tugas pekerjaannya itu perlu kriteria seorang pemimpin yang baik, diantaranya adalah:
1. Memilki kondisi fisik yang sehat.
2. Berpengetahuan luas.
3. Mempunyai keyakinaan.
4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas.
5. Memilki stamina atau daya kerja dan antusiasme
6. Obyektif
7. Adil.
8. Menguasaiprinsip-prinsip human relations.
9. Menguasai teknik-tekni berkomunikasi.
10. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru, dan kepala.52[52]
 Prinsip-prinsip Kepemimpinan Kristiani
Seperti yang telah dibahas diatas, bahwa kepemimpinan selalu berkaitan dengan
kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi orang-orang lain untuk mendukung tujuan-tujuan
yang yang telah ditetapkan. Namun terlepas dari dorongan tugas pekerjaan tentulah selaku
manusia yang beriman beralasan kiranya apabila seorang pemimpinan kristiani menimbang
dorongan berdasarkan iman yang diyakini dalam rangka melakukan tugas kepemimpinan
tersebut. Dengan kata lain, selaku seorang kristiani beralasan kiranya apabila aspek-aspek iman

49[49] Ibid,: Kartini Kartono, hlm. 291-309.

50[50] Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa,
2008, hlm. 117-118.

51[51] Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah: Apakah Kepemimpinan Kristiani itu?,
Pematang Siantar: L-SAPA, 2006, hlm. 18-20.

52[52] Ibid,: Radesman Sitanggang, hlm., 15-18.


yang diyakini untuk memberikan dukungan tugas kepemimpinan dalam organisasi. Paling tidak
ada dua hal yang perlu dikemukakan dalam upaya untuk melihat apa motivasi dan sasaran
kepemimpinan kristiani yaitu: 1) Kehendak Allah dalam komunitas kerja, 2) Ciri komunitas yang
mendukung kehendak Allah. Di dalam konteks kepemimpinan di dalam suatu organisasi,
pemimpin kristiani yang mengakui kekuasaan Allah sebagai raja disyaratkan mengusahakan
cirri-ciri komunitas kerja yang mendukung kehendak Allah dimana komunitas kerja yang dapat
memberikan dampak secara positif. 53[53].
Pemimpin yang abnormal mempunyai sifat yang inferior dan itu akan berdampak pada
peyimpangan-penyimpangan tingkah laku atau gejala psikologis, mungkar dan penyimpangan
sosial pada anggota-anggotanya.
Agar kepemimpinan secara abnormal tidak terjadi, ada empat landasan karakter yang
baik dimiliki oleh pemimpin agar karakter yang baik dapat mengendalikan seluruh perilaku dan
kinerja kepemimpinannya, yaitu:
 Karakter yang baik akan menampakkan diri pada kebiasaan, sikap yang terikat kepada
kebenaran, kebaikan,kejujuran, kesetiaan, dan ketahanan dalam pengabdian.
 Karakter yang baik akan menyelamatkan dan memantapkan hubungan diri dengan orang lain,
karena karakter yang baik akan tercermin dalam kebiasaan, sikap dan perilaku terhadap orang
lain.
 Karakter yang baik akan menopang untuk mewujudkan kinerja kerja yang baik, yang ditandai
oleh proses, mutu dan jumlah produksi kerja yang baik.
 Karakter yang baik akan membuahkan kebaikan moral, sosial, ekonomi, dsb. yang membawa
nilai tambahdan kebaikan bagi diri dan orang lain.
 Karakter yang baik menjamin keberhasilan dan sukses dalam segala bidang hidup.54[54]
Hasil tertinggi yang pernah dicapai oleh para pemimpin besar, tidak diperoleh dengan
mudah, dengan waktu normal dan standard serta dengan pengorbanan yang sedikit, melainkan
melampaui batasan normal, dengan cara membuat standard baru, yaitu memecahkan rekor waktu
kerja umum. Demikian pula agar seorang pemimpin memperoleh hasil yang sangat bernilai
dalam kepemimpinannya, ia tidak boleh mengorbankan orang lain, melainkan ia harus
mengorbankan dirinya sendiri, hidupnya, seluruh waktunya dan apa yang dimilikinya. Itulah
yang harus dibayarnya untuk mencapai hal tersebut dan harganya adalah kedisiplinan. Pemimpin
yang mengharapkan kedisiplinan dari para pengikutnya, seharusnya sudah menerapkan terlebih
dahulu sikap ini di dalam kehidupannya.55[55]
Suatu kegiatan tanpa didahului oleh perencanaan bisa dipastikan akan menemui banyak
kesulitan dalam pelaksanaannya, bahkan bias berakibat fatal. Oleh sebab itulah sebuah
perencanaan yang matang sangat diperlukan untuk mengawali sebuah kegiatan. Dalam membuat
perencanaan apapun, yang perlu diingat adalah kita harus selalu menyertakan Tuhan (yakobus
4:13-17), sehingga segala sesuatu berada dalam bimbingannya.56[56] Kepemimpinan selalu
menjadi subjek yang menarik bagi manajer dan para penulis topic manajemen. Dalam tulisannya

53[53] Ibid,: Radesman Sitanggang, hlm., 96-100.

54[54] Yakob Tomatala, Pemimpin Yang Handal; Pengembangan Sumber Daya Kristen Menjadi
Pemimpin Kompeten, Jakarta: YT Leadership Foundation, 1996, hlm. 43.

55[55] Ferdinan Simanjorang, Sang Pemimpin Sejati, Rumah Doa Cawang, Jakarta 2010: hlm.143-146.

56[56] Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm.51-52.
di Financial Times, Richard Donkins menyatakan bahwa “dalam memimpin suatu perusahaan
diperlukan suatu perasaan yang mendalam yang mendekati obsesi tentang kualitas”. Jika
perasaan yang mendalam ini dianggap sebagai sebuah obsesi, maka ini menjadi hal yang
bermanfaat bagi organisasi yang memberi perhatian terhadap masa depan.57[57]
 Tipe-tipe kepemimpinan
Dalam bukunya, Bob Gordon “Visi seorang Pemimpin” mengambil contoh peran Musa
yang memakai orang-orang cakap untuk memungkinkan visinya, begitu pula Tuhan akan
member setiap visioner yang sejati orang-orang yang mereka perlukan untuk mewujudkan
visinya. Organisatoris mengambil visi dari sumbernya, oleh karena itu menurutnya perlu sekali
menjadi orang yang bertanggung jawab, yang dapat mengerti, mengorganisir, dan
menyampaikan. Pemimpin juga harus memiliki:
a) Persepsi, mempunyai kemampuan untuk mengambil bagian dalam visi itu dan menjadikannya
milik sendiri.
b) Kemampuan untuk mengambil keputusan, pengelola harus mampu mengambil keputusan
yang sejalan dengan visi itu dan yang memungkinkan visi itu digenapi.
c) Tidak bercabang pikiran, pengelola perlu mempunyai komitmen yang kuat terhadap visi, ia
juga adalah orang yang berpengaruh dalam menjalankan visi. Ia perlu menurutinya sampai
mencapai sasaran apapun resikonya.
d) Motivasi, pengelola perlu mempunyai kemampuan untuk menabur apa yang diperlohnya dari
visi itu, ke dalam kehidupan orang-orang lainnya sehingga orang-orang itu dapat dan akan
bertindak secara efektif.
e) Kepemimpinan, pengelola perlu menjadi pemimpin yang tidak hanya memimpin orang-orang
lain, tetapi dapat juga memimpin dan mendukung pemimpin lainnya.58[58]
Essensi kepemimpinan adalah suatu alat, kepemimpinan adalah tujuan. Pemimpin-
pemimpin yang efektif menganggap kepemimpinan sebagai tanggung jawab, bukan pangkat dan
kelebihan. Seorang pemimpin yang efektif tahu bahwa dialah yang pada akhirnya bertanggung
jawab, dia tidak takut akan kekuatan yang ada pada bawahan. Tetapi, dia memberdayakan dan
mempergunakan mereka. Pemimpin yang efektif menyadari kekuatan dan kelemahannya. Dia
tahu bahwa dia tidak dapat bekerja hanya sendiri, dan dia tidak takut akan orang-orangnya lebih
mampu di sekelilingnya. Pemimpin yang demikian tidak mencari kemasyuran atau kemuliaan
diri, tetapi keberhasilan misi.59[59]
Selain itu dalam memahami kriteria pemimpin dan kepemimpinan, perlu menekankan
bahwa semua ajran Alkitabiah tentang pemimpin sebagai pelayan, bertumpu pada
kebenaranfundamental bahwa Yesus adalah Tuhan, asas pengabdian sebagai pelayan adalah ke-
Tuhanan Yesus. Paulus berkata, “ bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2 Korintus 4:5). Jadi,
pemimpin harus betul-betul memahami ke-Tuhanan Yesus Kristus, karena pemahaman yang

57[57] Frances Hesselbein dan Rob Johnston, On Mission And Leadership, Gramedia-Jakarta 2005:
hlm.7-8.

58[58] Bob Gordon, Visi Seorang Pemimpin, Jakarta; Nafiri Gabriel, 2000, hlm. 27-29.

59[59] Walt Kallested dan steve schey, Manajemen Mutu Kiat Peningkatan Mutu Pelayanan, Pearaja
Tarutung: HKBP Kantor Pusat, 1994, hlm. 86.
mendalam akan fakta inilah motivasi yang paling kuat bagi kepemimpinan yang rela
mengabdi.60[60]
Menurut Kenneth O. Gangeel dalam bukunya Membina Pemimpin Pendidikan
Kristen, memberikan contoh bagimana Musa sebagai anak seorang budak yang kemudian
menjadi pemimpin dan hakim, Musa memiliki hampir semua sifat baik yang alami maupun yang
bisa dipelajari, yang sangat diperlukan untuk dapat memimoin secara efektif. Kenneth mengutip
apa yang disampaikan oleh W. S. Lasor yang menunjukkan dengan tepat beberapa sifat
kepemimpinan Musa, dengan menyebutkan hal-hal seperti hanyasatu tujuan, kemampuan
berorganisasi, iman, ketaatan, dan kesetiaan dalam pelayanan. Ia mampu mengumpulkan tua-tua
Israel yang waktu itu telah berada di Mesir bertahun-tahun.... sekalipun begitu Musa
sanggupmembangkitkan semangat bangsa dan tua-tua Israel. Ia sanggup meyakinkan mereka
bahwa Allah hendak membebaskan mereka, dan ia berhasil membuat mereka mengikutinya. Itu
adalah kepemimpinan.61[61]

IV. KESIMPULAN
 Pemimpin yang baik dengan kepemimpinannya yang efektif, akan banyak membantu kelancaran
kerja sama yang kooperatif untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan, khususnya sasaran
pembangunan nasional.
 Setiap kekuasaan dan wewenang pemimpin harus dilandasi dengan asas keadilan dan kebaikan
yang diarahkan pada penciptaan syarat-syarat untuk mencapai kebahagiaan, kesejahteraan, dan
keadilan bagi masyarakat luas.
 Pemimpin adalah seseorang yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki
kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain untuk melakukan usaha bersama,
gena mencapai satu sasaran tertentu.
 Pemimpin selalu dikaitkan dengan tiga hal, yaitu kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan.
 Keberhasilan menajemen konflik adalah inti dari menajemen yang sukses.
 Konflik itu penting dalam kehidupan, secara eksplisit konflik itu merangsang oposisi, orang
harus mengembangkan manajemen konflik, dan harus bisa memecahkannya dengan bantuan
manajemen konflik, dalam hal ini merupakan tanggungjawab pemimpin dan manajer.

V. SARAN
Sehubungan dengan sulitnya upaya memilih tokoh pemimpin yang baik bagi semua
sektor kehidupan, perlua adanya training kepemimpinan bagi para calon dan pemimpin-
pemimpin yunior. Yang sangat diutamakan dalam training kepemimpinan adalah banyak
melakukan praktik kepemimpinan di bawah supervisi yang ketat. Melalui itu, mereka akan
mendapat cukup banyak kritik-kritik, nasihat dan bimbingan, maka pemimpin-pemimpin yunior
akan belajar melakukan introspeksi untuk menemukan kelemahan-kelemahan sendiri. Lalu dia
akan menyadari pentingnya upaya perbaikan diri dan pembentukan diri untuk menjadi pemimpin
yang baik. Dia bisa meniru tingkah laku pemimpin-pemimpin sukses dan belajar dari tingkat
paling bawah melalui banyak pengalaman.

60[60] Gottfried Osei-Mensah, Di Cari Pemimpin Yang Menjadi Pelayan, Jakarta; Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/ OMF, 2001, hlm. 28.

61[61] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Jawa Timur; Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 2001, hlm. 110-111.
Buku yang ditulis oleh Dr. Kartini Kartono yang berjudul “Pemimpin dan
Kepemimpinan-Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? sangat jelas memaparkan tentang:
 Teori tan teknik kepemimpinan
 Pemimpin dan sifat-sifatnya
 Bagaimana Tipe Kepemimpinan
 Asas dan fungsi kepemimpinan
 Teknik pengambilan keputusan
 Menangani konflik dengan manajemen konflik.
Buku ini tidak sekedar memberikan konsep, teori, ciri, model, tipe dan contoh pemimpin
dan kepemimpinan, tetapi memberikan jalan terang menuju kepemimpinan dan menjadi
pemimpin yang berhasil.

Anda mungkin juga menyukai