Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meluasnya penyebaran wabah pandemi covid-19 membuat para pelaku

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kalang kabut. Tak sedikit yang

menyerah bahkan gulung tikar lantaran tak ada pemasukan dan dukungan

pembiayaan. Melihat kondisi ini, lembaga keuangan syariah bisa berperan

membantu keberlangsungan UMKM. Salah satunya melalui dukungan

pembiayaan-pembiayaan berbasis syariah. Ketika kembali mengingat krisis tahun

1998 di Indonesia, berbagai upaya untuk memperkuat sektor ini terus dilakukan,

baik oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan, pihak swasta (lembaga

keuangan seperti perbankan maupun koperasi) yang cukup perhatian terhadap

sektor ini, ataupun masyarakat secara langsung yang menjadi motor penggerak

dengan terus menjamurnya lumbung-lumbung usaha. Hal ini disokong pula

dengan adanya pergeseran cara pandang (mindset) sebagian masyarakan pasca

terjadi krisis moneter, dari semula sebagai pegawai atau karyawan menjadi

seorang wirausahawan (entrephener). Posisi pihak swasta seperti halnya Lembaga

Keuangan mempunyai peran strategis dalam membantu maju dan berkembangnya

sektor ekonomi masyarakat kecil dan menengah ini, apalagi kolaborasi Lembaga

Keuangan dengan operasional dengan prinsip ekonomi syariah yang sudah teruji

ampuh dan lebih resisten pada masa krisis moneter, sehingga padawaktunya akan

cukup mampu menjawab sebagaian kalangan yangmeragukan optimalnya

pemberdayaan perekonomian kecil dan menengah.


Masih dalam sektor ekonomi, perkembangan industri keuangan syariah

dari tahun ketahun memang memiliki trend yang amat positif, indikator yang

paling terlihat adalah semakin banyaknya Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

yang berdiri dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Aset perbankan nasional

per Juni 2020 sebesar Rp.6.260,46 Triliun atau setara peningkatan persentasi

7,95% pada tahun 2020. Sedangkan asset perbankan syariah sampai dengan akhir

tahun 2020 sebesar Rp.1.770,30 Triliun atau setara persentasi peningkatan

pertumbuhan asset 21,48 %. Walaupun aset perbankan syariah masih kecil dari

aset perbankan nasional, namun pertumbuhan aset perbankan syariah jauh lebih

tinggi dari pertumbuhan aset perbankan nasional. Hal ini menunjukkan potensi

yang masih sangat besar pada perbankan.4 Dalam industri keuangan dikenal

istilah LKMS atau Lembaga Keuangan Mikro Syariah.

Keuangan mikro adalah penyediaan berbagai bentuk pelayanan keuangan

termasuk diantaranya kredit, tabungan, asuransi dan transfer uang bagi orang atau

keluarga miskin yang berpenghasilan rendah, dan usaha mikro mereka. Definisi

ini memberikan penekanan pada perluasan bentuk layanan keuangan yang

sebelumnya lebih banyak diasosiasikan dengan kredit mikro saja, dan pada target

pelayanan yaitu masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah. Ada dua ciri

utama keuangan mikro yang membedakannya dari produk jasa keuangan formal,

yaitu kecilnya pinjaman atau simpanan, dan tidak adanya jaminan dalam bentuk

aset. Pelayanan keuangan mikro dapat diberikan oleh lembaga keuangan mikro,

yaitu lembaga yang kegiatan utamanya adalah memberikan jasa keuangan mikro,

lembaga keuangan formal yang mempunyai unit pelayanan keuangan mikro,


program pembangunan atau program penanggulangan kemiskinan yang

mempunyai komponen keuangan mikro, dan organisasi informal yang dibentuk

oleh masyarakat sendiri. Keuangan mikro syariah merupakan pengistilahan yang

dipakai dalam istilah umum, namun keuangan mikro syariah lebih dikenal dengan

BMT.

BTM (Baitul Tanwil Muhammadiyah) merupakan lembaga bisnis yang

bermotif laba. Baitul tanwil lebih mengebangkan usahanya pada sektor keuangan

yaitu simpan pinjam. Baitul Tanwil Muhammadiyah harus mampu memahami

karakteristik dan kebutuhan nasabah pada sasaran. Sebab keberlangsungan hidup

suatu perusahaan sangat bergantung pada pelaku konsumennya. Salah satu strategi

yang digunakan untuk menunjang keberhasilan bisnis dalam sebuah lebaga

keuangan yaitu perusahaan memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada

nasabah. Pelayanan nasabah sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya

jumblah nasabah serta bear volume pembelian nasabah tergantung pada pelayanan

yang diberikan kariawan kepada nasabahnya. Nasabah haruslah menjadi prioritas

utama perusahaan jasa. Oleh karenanya kelangsungan hidup perusahaan jasa

tergantung pada pelanggangnya. Penilaian kualitas pelayanan sangatlah berbeda

dengan penilaian terhadap kualitas produk karena kualitas pelayanan sifatnya

tidak nyata dan antara produksi serta komsumsinya berjalan secara stimultan.

Setiap nasabah mempunyai penilaian kualitas pelayanan yang berbeda, untuk

memenuh harapan nasabah kualitas pelayanan yang berbeda, untuk memenuhi

harapan nasabah kulitas pelayanan lebih terfokus pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan nasabah serta ketepatan pada penyampaian.


Upaya pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro dan menengah

selalu menjadi tugas penting bagi pemerintah. Hal ini mengingat bahwa sector

usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran besar dalam perekonomian

nasional. Hal ini dapat dinonaktifkan dengan beberapa peristiwa yang melanda

perekonomian Indonesia. Sector usaha mikro kecil menengah sejauh ini sudah

menunjukkan geliat yang baik dan bahkan mampu menopang pemulihan dan

petumbuhan ekonomi nasional sector ini juga mampu mendorong perekonomian

saat krisis melanda.

Salah satu BTM (Baitul Tanwil Muhammadiyah) yang berbasis syariah

yaitu Koperasi Syariah. Koperasi syariah merupakan lembaga keuangan yang

menyediahkan basis pinjam meminjam yang berbasis syariah selain perbankang

syariah. Ada beberapa peran atau fungsi yang harus dijalankan oleh koperasi.

Pertama, koperasi berperan membangun dan mengembangkan potensi dan

kemampuan ekonomi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Kedua, kopearsi berperan

serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggotanya dan

masyarakat lingkunganya. Ketiga, koperasi berperan memperkokoh perekonomian

rakyat sebagai dasar ketahanan perekonomian nasional. Keempat, koperasi

berperan memperkokoh perekonomian rakyat sebagai usaha bersama berdasarkan

asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Selain dari itu, melalui perkembangan koperasi diharapkan manfaat

berupa: Meningkatkan kesejahteraan anggota, Mengemangkan sikap hidup hemat,

ekonomis dan berpandangan ke depan, Memberikan pelayanan modal bagi


anggota, Melatih diri berpikir dan bermusyawarah, Belajar memimpin dan

mengembagan tanggung jawab, Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung,

meningkatkan kepercayaan pihak lain.

Akad-akad dasar pembiayaan syariah yang dipraktikkan di koperasi

simpan pinjam pembiayaan syariah ataupun lembaga-lembaga keuangan mikro

meliputi Musharakah, mudarabah, murabahah, salam, dan ijarah muntahiya bi at-

tamlik.

Menurut Jenita (2017) Usaha kecil dan menengah sangat memerlukan

peranan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah terutama dalam hal permodalan yang

digunakan untuk memperluas pasar dan mengembangkan usahanya sehingga

berkontribusi besar dalam perekonomian nasional. Peran lembaga keuangan

mikro syariah bisa telah teruji dan melampuai krisis ekonomi beberapa waktu

bahkan lalu bahkan semakin menguatkan. UMKM termasuk unit usaha yang

sangat mengandalkan LKMS dalam jangka panjang demi kebaikan perekonomian

Indonesia, tidak heran banyak pihak yang melirik LKMS, namun perhatian yang

diberikan belum secara penuh bisa menyentuh persoalan yang mendasar yang

dihadapi LKMS sehingga benar-benar bisa memperkuat dan mengembangkan

lembaga pembiayaan untuk UMKM utamanya masyarakat kecil. LKMS ini bisa

terbentuk karena didorong oleh adanya kebutuhan masyarakat akan permodalan

yang digunakan dalam mengembangkan usahanya.Masalah kebutuhan modal

yang di alami sebagian banyak masyarakat tersebut di respon positif oleh sebagian

orang yang bersedia meminjamkan sebagian uangnya untuk modal UMKM.


Menurut Harisah (2021) kelebihan dengan memberikan modal kepada

sektor UMKM adalah sebgai berikut : pertama, Faktor kemanusiaan adalah hal

yang sangat pentig untuk diperhatikan, bahwa UMKM (usaha mikro, kecil,

menengah) pada umumya adalah pihak yang benar-benar membutuhkan bantuan

permodalan dan seharusnya diberikan perhatiaan yang lebih. Kedua, UMKM

bergerak dibidang yang ril, baik berupa barang maupun jasa. Pinjaman yang

mereka perlukan tidak untu usaha non ril, seperti spekulasi bursa saham, maka

pembiayaan yang diberikan kepada pelaku UMKM ini sebenarnya menjadi

kekayaan Negara yang sebenarnya. Ketiga, Pengelola UMKM pada umumnya

masih masih berpijak pada etika bisnis dan moralitas, mereka pada umumnya

lebih menperjelas tentang akad dan lebih hati-hati dari pada pengusaha yang

besar. Lembaga Keungan Syariah mempunyai peran yang begitu besar, dalam

menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya sebagai modal

usaha, sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi. Hal ini menggambarkan betapa

besar lembaga keuangan syariah berperan sangat penting dalam pembangunan

ekonomi Negara. Dengan modal dapat mengubah benda yang tidak bermanfaat

menjadi benda yang bermanfaat. Menurut Riyadi (2019) LKMS memberikan

dampak positif untuk peningkatan usaha mikro. Terdapat 85% responden yang

meningkat keuntungan usahanya setelah menjadi anggota LKMS dengan rata-rata

penigkatan usaha sebesar 2.604 juta dan memberikan beberapa factor yang bisa

mempengaruhi peningkatan keuntungan usaha UMKM yang telah menjadi

anggota LKMS. Menurut Yusar (2016) Aktivitas pendanaan yang dilakukan oleh

BMT dampak ekonomi meliputi pertumbuhan pendapatan dan pengurangan


kemiskinan, pekerjaan, kepemilikan aset, keamanan pangan, dan peningkatan

kemampuan mereka untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Berdasarkan

penjelasan di atas, tidak ada keraguan bahwa BMT Khalifa sebagai salah satu

lembaga keuangan mikro syariah telah memainkan peranan penting dalam

penyediaan pembiayaan mikro untuk usaha mikro dan dengan demikian,

pengurangan kemiskinan di Bandung khususnya di komunitas pedagang Kebon

Gedang, walaupun belum terlalu signifikan Terkait dengan perkembangan

keuangan mikro syariah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan

pengentasan kemiskinan melalui kegiatan keuangan mikro, beberapa saran dan

rekomendasi dapat dilakukan. Lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) dan

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terdapat keterkaitan yang sangat erat

dalam pengentasan kemiskinan masyarakat Indonesia. Peran LKMS dalam

UMKM sangat lah penting dengan adanya pembiayaan permodalan yang efektif

oleh LKMS kepada UMKM maka usaha usaha kecil masyarakat Indonesia bisa

terealisasi dan hal itu sangat membantu dalam pengentasan masalah kemiskinan

Indonesia dan dapat memberdayakan masyarakat miskin Indonesia lebih sejahtera

(menurut, Nurdin dan Oktafia, 2017).

Dari Latar Belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul Analisis Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro

Syariah Terhadap Peningkatan Keuntungan UMKM di Kota Semarang.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Lembaga keuangan mikro Syariah terhadap

keuntungan usaha Mikro di kota Semarang?

2. Bagaimana pengaruh LKMS berkualitas dan sehat terhadap peningkatan

keuntungan usaha mikro Kota semarang?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha mikro di kota

semarang?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Lembaga keuangan mikro

Syariah terhadap keuntungan Usaha Mikro di kota Semarang

2. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh LKMS berkualitas dan sehat terhadap

peningkatan keuntungan usaha mikro Kota semarang.

3. Untuk mengetahui Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan

usaha mikro di kota semarang

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi

ilimiah khususnya ilmu Lembaga keuangan mikro Syariah.


2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Penulis yaitu dapat memperluas wawasan dan pengetahuan

mengenai Lembaga keuangan mikro Syariah khususunya mengenai

keuntungan usaha mikro yang menjadi anggota LKMS berkualitas dan sehat

di kota semarang.

b. Manfaat bagi Lembaga keuangan mikro Syariah yaitu untuk memberikan

masukan dalam menjalankan usaha mikro yang berkualitas dan sehat di kota

semarang.

c. Manfaat bagi Investor yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi di

Lembaga keuangan mikro Syariah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Keuangan Mikro Syariah

2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Menurut Undang-undang No 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro, menjelaskan bahwa Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat

LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa

pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau

pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,

pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha

yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

Lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) merupakan bentuk yang sama

dengan LKM pada umumnya yang membedakannya ialah prinsip syariah yang

teraplikasi pada produk, akad dan operasionalnya. LKMS melayani kebutuhan

pembiayaan serta melancarkan sistem pembiayaan bagi semua sektro mikro.

dalam praktik ekonomi islam, baik perbankan maupun LKMS harus terhindar dari

Magrib, sebuah akronim dari masyir, gharar dan riba.

2.1.2 Prinsip-prinsip lembaga keuangan mikro syariah

Adapun Yang Menjadi Prinsip-Prinsip Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Amenurut Neni (2010) Dalam Kutipan Hamzah (2020) Adalah Sebagai Berikut.

1. Prinsip Tauhid (Keesaan Tuhan)


Tauhid Adalah Fondasi Keimanan Islam.Ini Bermakna Bahwa Segala Apa Yang

Di Alam Semesta Ini Didesain Dan Dicipta Dengan Sengaja Oleh ALLAH

SWT,Bukan Kebetulan ,Dan Semuanya Pasti Memiiki Tujuan. Tujuan Ini

Memberikan Signifikasi Dan Makna Pada Eksistensi Jagad Raya, Termasuk

Manusia Yang Menjadi Salah Satu Penghuni Di Dalamnya. Setiap Kepemilikan

Dari Hasil Pendapatan Yang Tidak Selaras Dengan Prinsip Tauhid Merupakan

Hubungan Yang Tidak Islami, Karena Konsep Kepemilikan Mutlak Hanya

Dimiliki Oleh Allah Swt, Sedangkan Kepemilikan Manusia Hanya Bersifat

Relative.

2. Prinsip Perwakilan (Khilafah)

Manusia Adalah Khalifah Allah Swt Di Muka Bumi, Ia Dibekali Dengan

Pangkat Baik Jasmaniah Maupun Rohaniah Untuk Dapat Berperan Secara Efektif

Sebagai Khalifah-Nya. Dalam Rangka Kekalihannya Ia Bebas Dan Mampu

Berpikir Dan Menalar Untuk Memilih Baik Dan Mana Yang Buruk, Jujur Dan

Tidak Jujur, Dan Mengubah Kondisi Kehidupan, Masyarakat Dan Perjalanan

Selanjutnya, Jika Iya Berkehendak Demikian. Adapun Prinsip-Prinsip

Kekhalifahan Adalah:

a. Persaudaraan Universal

Prinsip Khilafah Dapat Mewujudkan Sikap Persatuan Dan Persaudaraan

Yang Mendasar Dari Umat Manusia. Sebab Setiap Manusia Merupakan Khalifah

Dan Kehormatan Itu Tidak Dipegang Dan Dimonopoli Oleh Golongan Atau

Orang Tertentu. Juga Tidak Ditentukan Oleh Faktor Kekayaan Atau Keturunan

Semuanya Memiliki Hak Yang Sama.


b. Sumber-Sumber Daya.

Keberadaan Manusia Sebagai Khalifah, Maka Sumber-Sumber Daya Yang

Diberikan Allah Swt Kepada Mansia Dalam Rangka Tugasnya Sebagai Khalifah

Yang Merupakan Amanat. Sumber-Sumber Daya Itu Bukan Milik Mutlak

Manusia Yang Harus Digunakan Secara Sewenang-Wenang.

c. Gaya Hidup Sederhana

Implikasi Sebagai Posisi Wakil, Maka Manusia Harus Bersikap Dan

Bertindak Sesuai Dengan Apa Yang Telah Ditetapkan Allah Swt. Konsekuensinya

Adalah Manusia Harus Selalu Bersikap Sederhana Dan Hidupnya Tidak

Mencerminkan Kesombongan, Keangkuhan Dan Kemegahan. Manusia Tidak

Menggunakan Sumber-Sumber Daya Alam Secara Berlebihan Dan Tidak Di

Gunakan Pada Halhal Yang Bertentangan Dengan Nilai-Nilai Syariah.

2.1.3 Bentuk-Bentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah Di Indonesia

Di Negara Indonesia, Terdapat Lembaga Keuangan Yang Dapat

Membantu Dalam Menjalankan Pinjam Meminjam Dana Untuk Usaha, Yaitu

LKMS Bank Dan LKMS NonBank. Eksistensi LKMS Bank Masih Menginduk

Lembaga Perbankan Syariah Pada Umumnya, Namun Seperti Diketahui Sekarang

Ini Terdapat Perbedaan Peraturan Yang Membedakan Antara Perbankan Syariah,

Bank Bi Serta Peraturan OJK Yang Terdapat Masing-Masing Dalam UU

Perbankan, Sedangkan LKMS NonBank Seperti Paying Hokum Dan System

Operasionalnyan Menggunakan Prinsip Syariah, Hanya Saja Terdapat Sedikit


Perbedaan Dari Segi Produksi Dan Manajemen Dengan Membedakan

Indindustryrbankan Lainnya.

1) Bank Pembiayaan Syariah

Jika Di Konsep Konvensioanl, BPR Merupakan Akronim Dari Bank

Perkeditan Rakyat. Berbeda Dengan Konsep Syariah, BPRS Merupakan Bank

Yang Menjembatani Kebutuhan Pengusaha Kecil Dan Menegah Melalui

Kemudahan Prosedurnya Berdasarkan Prinsip Syariah. Berbeda Dengan Bank

Umum, Ditegaskan Dalam UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Dan Aturan Terbaru Yang Dimuat OJK Dalam Peraturan OJK

No.3/POJK.03/2016 Tentang BPRS. BPRS Merupakan Bank Yang Menjalankan

Usaha Pembiayaan Sesuai Dengan Prinsip Syariah Namun, Tidak Memberikan

Jasa Dalam Lalu Lintas Pembayaran Seperti, Simpanan Dalam Bentuk Giro Dan

Deposito, Kegiatan Penukaran Uang Asing, Kegiatan Usaha Perasuransian, Dan

Penyertaan Modal Dengan Lembaga Lain

2) Unit Mikro Syariah Oleh Bank Umum Syariah

Menurut Darsono Dkk (2017) Sebagai Intermediary Agent, Perbankan

Syariah Mulai Mempertimbangkan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Yang

Sekarang Sedang Dominan Di Masyarkat. Pendekatan Yang Dilakukan Oleh

Lembaga Perbankan Ini Ialah Membentuk Sebuah Lembaga Khusus Untuk Dapat

Menjangkau UMK. Lembaga Tersebut Dibentuk Lebih Sederhana Dan Lebih

Mudah. Tetap Memiliki Produk Utama Namun Dikembangkanmenjadi Produk-

Produk Yang Dapat Dilirik Para Pengusaha Pengusaha UKM. Di Indonesia Unit
Mikro Dari Bank Umum Syariah Antara Lain, BTPN Syariah, Bank Mandiri

Micro, Dan BRI Micro.

2.2 Koperasi Syariah Dan Baitul Tanwil Muhammadiyah

2.2.1 Pengertian Koperasi Syariah

Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004

Yang Dikutip Dalam Website Umbarprov.Go,Id Koperasi Syariah Atau Koperasi

Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Disebut Koperasi Simpan Pinjam Dan

Pembiayaan Syariah (KSSPS) Merupakan “Koperasi Yang Bergerak Di Bidang

Pembiayaan, Investasi, Dan Simpanan Sesuai Pola Syariah. Di Dalam

Menjalankan Aktivitas Operasional, KSPPS Masih Tetap Sama Dengan Koperasi-

Koperasi Konvensional. Terdapat Perangkat Organiasi Yang Terdiri Dari Rapat

Anggota, Pengurus, Dan Pengawas. Rapat Anggota Memiliki Kedudukan Paling

Tinggi Dalam Koperasi. Pengurus Ialah Orang-Orang Yang Diberi Amanah

Dalam Menjalankan Hasil Rapat Anggota.

3.2.2 Tujuan Koperasi Syariah

Berdasarkan Kutipan Browser Diwebsite Link Aja Mengenai Koperasi.

Koperasi Syariah Memiliki Tujuan Pada Umumnya, Yaitu Untuk Memajukan

Kesejahteraan Para Anggotanya Dan Masyarakat Luas Serta Membantu

Membentuk Perekonomian Indonesia Berdasarkan Penerapan Dari Nilai-Nilai

Yang Diajarkan Islam.

3.2.3 Fungsi Koperasi Syariah

a. Membantu Mengembangkan Dan Mewujudkan Sistem Ekonomi Nasional

Dengan Mengutamakan Ekonomi Kerakyatan Dan Azas Kekeluargaan


b. Membantu Membangun Keahlian Para Anggota Maupun Masyarakat Luas

Agar Lebih Sejahtera Keadaan Sosial Ekonominya.

c. Mengembangkan Kualitas Sumber Para Anggota Yang Terlibat Agar Bisa

Lebih Konsekuen, Konsisten, Amanah, Profesional Saat Menerapkan Nilai-Nilai

Syariah Islam

d. Membuka Kesempatan Lapangan Pekerjaan

e. Sebagai Penghubung Dua Pihak Yaitu Penyedia Dana Dan Yang Memakai

Dana, Agar Dana Yang Dipinjam Bisa Lebih Optimal Dimanfaatkan.

f. Memperkokoh Anggota Koperasi Agar Makin Solid Dalam Bekerjasama

Dalam Upaya Mengontrol Operasional Koperasi.

3.2.4 Nilai-Nilai Syariah dalam nilai-Nilai Koperasi

Menurut Jenita (2017) Pemerintah Dan Swasta, Meliputi Individu Maupun

Masyarakat, Wajib Mentransformasikan Nilai-Nilai Syari’ah Dalam Nilai-Nilai

Koperasi, Dengan Mengadopsi 7 Nilai Syariah Dalam Bisnis Yaitu:

1. Shiddiq Yang Mencerminkan Kejujuran, Akurasi Dan Akuntabilitas

2. Istiqamah Yang Mencerminkan Konsistensi, Komitmen Dan Loyalitas

3. Tabligh Yang Mencerminkan Transparansi, Kontrol, Edukatif, Dan

Komunikatif.

4. Amanah Yang Mencerminkan Kepercayaan, Integritas, Reputasi, Dan

Kredibelitas

5. Fathanah Yang Mencerminkan Etos Profesional, Kompeten, Kreatif, Inovatif.

6. Ri’ayah Yang Mencerminkan Semangat Solidaritas, Empati, Kepedulian,

Awareness.
7. Mas’uliyah Yang Mencerminkan Responsibilitas.

2.3 Baitul Tanwil Muhammadiyah

2.3.1 Pengertian Baitul Tanwil Muhammadiyah

Menurut Priyandi & Sutardi (2018:18) Secara Harfiah Baitul Maal Berarti

Rumah Dana Dan Baitul Tamwil Berarti Rumah Usaha. Secara Konsepsi BMT

Adalah Suatu Lembaga Yang Didalamnya Mencakup Dua Kegiatan Sekaligus

Yaitu Menerima Titipan Dana Zakat, Infaq, Dan Shadaqoh Serta Melakukan

Kegiatan Pengembangan Usaha Produktif Dan Investasi Di Sektor Usaha Mikro

Dengan Memberikan Pinjaman Atau Pembiayaan.

BMT Yang Dimaksudkan Tersebut Untuk Meningkatkan Kualitas Usaha

Pada Bidang Perekonomian Mikro Serta Mengorganisir Potensi Masyarakat

Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggotanya.

Sebagai Lembaga Keuangan Berbasis Syariah, BMT Juga Memiliki Peran

Untuk Menghimpun Dana Dan Menyalurkannya. Dana Yang Diputarkan Pada

BMT Mempunyai Kemiripan Yaitu Dana Awal Atau Modal Dapat Dari Pendiri

Dengan Bentuk Simpanan Pokok, Selain Itu Juga Modal Juga Bisa Didapatkan

Apabila BMT Tersebut Berkerja Sama Atau Memiliki Rekan Dengan Lembaga-

Lembaga Kemasyarakatan Seperti Yayasan, Lembaga Amil Zakat Dllnya.

2.3.2 Peran Baitul Tanwil Muhammadiyah

Dengan Adanya Baitul Tanwil Muhammadiyah Di Sekeliling Kita, Mempunyai

Dampak Peran Penting, Yaitu :

a. Menjauhkan Masyarakat Dari Praktek Ekonomi Non-Syariah.


Aktif Melakukan Sosialisasi Di Tengah Masyarakat Tentang Arti Penting

Sistem Ekonomi Islami. Hal Ini Bisa Dilakukan Dengan Pelatihan-Pelatihan

Mengenai Cara-Cara Bertransaksi Yang Islami, Misalnya Supaya Ada Bukti

Dalam Transaksi, Dilarang Curang Dalam Menimbang Barang, Jujur Terhadap

Konsumen Dan Sebagainya

b. Melakukan Pembinaan Dan Pendanana Usaha Kecil.

BMT Harus Bersikap Aktif Menjalankan Fungsi Sebagai Lembaga

Keuangan Mikro, Misalnya Dengan Jalan Pendampingan, Pembinaan, Penyuluhan

Dan Pengawasan Terhadap Usaha-Usaha Nasabah Atau Masyarakat Umum.

c. Melepaskan Ketergantungan Pada Renternir.

Masyarakat Yang Masih Tergantung Renternir Disebabkan Renternir

Mampu Memenuhi Keinginan Masyarakat Dalam Memenuhi Dan Dengan Segera,

Maka BMT Harus Mampu Melayani Masyarakat Lebih Baik, Misalnya Selalu

Tersedia Dana Setiap Saat, Birokrasi Yang Sederhana Dan Lain Sebagainya.

d. Menjaga Keadilan Ekonomi Masyarakat Dengan Distribusi Yang Merata.

Fungsi BMT Langsung Berhadapan Dengan Masyarakat Yang Kompleks

Dituntut Harus Pandai Beersikap, Oleh Karena Itu Langkah-Langkah Yang

Melakukan Evaluasi Dalam Rangka Pemetaan Skala Prioritas Yang Harus

Diperhatikan, Misalnya Dalam Masalah Pembiayaan, BMT Harus Memperhatikan

Kelayakan Nasabah Dalam Hal Golongan Nasabah Dan Jenis Pembiayaan.

2.4. Landasan Hukum Koperasi Simpan Pinjam Syariah Dan BTM

2.4.1 Landasan Hokum Koperasi Simpan Pinjam Syariah


Dikutip Dalam Wesite Peradi-Tasikmalaya.Or.Id/Dasar-Hukum-Pembinaan-

Koperasi-Syariah/ Salah Satu Bentuk Pelayanan Negara Terhadap Koperasi

Syariah Sebagai Badan Hukum Sebagaimana Diatur Dalam Pasal 60 Undang-

Undang No 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian Menyebutkan Bahwa,

“Pemerintah Menciptakan Dan Mengembangkan Iklim Dan Kondisi Yang

Mendorong Pertumbuhan Serta Pemasyarakatan Koperasi”. Pemerintah

Memberikan Bimbingan, Kemudahan Dan Perlindungan Kepada Koperasi. Dalam

Rangka Memberikan Bimbingan Dan Kemudahan Kepada Koperasi ,Pemerintah

Melakukan Hal-Hal Sebagai Berikut.

1. Membimbing Usaha Koperasi Yang Sesuai Dengan Kepentingan Ekonomi

Anggotanya.

2. Mendorong, Mengembangkan, Dan Membantu Pelaksanaan Pendidikan,

Pelatihan, Penyuluhan, Dan Penelitian Perkoperasian;

3. Memberikan Kemudahan Untuk Memperkokoh Pemodalan Koperasi Serta

Mengembangkan Lembaga Keuangan Koperasi;

4. Membantu Pengembangan Jaringan Usaha Koperasi Dan Kerja Sama Yang

Saling Menguntungkan Antar Koperasi;

5. Memberikan Bantuan Konsultasi Guna Menyelesaikan Permasalahan Yang

Dihadapi Oleh Koperasi Dengan Tetap Memperhatikan Anggaran Dasar Dan

Prinsip Koperasi.

Koperasi Syariah Atau Juga Disebut Sebagai Koperasi Simpan Pinjam Dan

Pembiayaan Syariah (KSPPS) Dan Unit Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah

(USPPS) Koperasi Memperoleh Bimbingan Dan Pembinaan Teknis Usaha


Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Sebagaimana Diatur Dalam Pasal 28

Ayat (3) Peraturan Menteri Koperasi Dan UKM Republik Indonesia No.

11/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan

Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi. Hal Tersebut Dilakukan Dengan Cara-Cara

Sebagai Berikut.

1. Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Dan Unit Simpan

Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (USPPS) Koperasi Primer Atau Sekunder

Dengan Wilayah Keanggotaan Dalam Daerah Kabupaten Atau Kota Dilakukan

Oleh Bupati Atau Walikota;

2. Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Dan Unit Simpan

Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (USPPS) Koperasi Primer Atau Sekunder

Dengan Wilayah Keanggotaan Lintas Daerah Kabupaten Atau Kota Dalam 1

(Satu) Daerah Provinsi Dilakukan Oleh Gubernur;3) Koperasi Simpan Pinjam

Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Dan Unit Simpan Pinjam Dan Pembiayaan

Syariah (USPPS) Koperasi Primer Atau Sekunder Dengan Wilayah Keanggotaan

Lintas Daerah Provinsi Dilakukan Oleh Menteri.

2.3.2 Landasan Hukum Baitul Tanwil Muhammadiyah

Dalam Kutipan Website Https://Www.Hestanto.Web.Id/Sejarah-Dan-Badan-

Hukum-Baitul-Mal-Wat-Tanwil/ Pernyataan Tersebut Bukan Tanpa Alasan

Karena Sampai Saat Ini Keberadaan BMT Belum Mempunyai Payung Hukum

Yang Jelas. Ketidakjelasan Badan Hukum BMT Pada Saat Ini Memang Menjadi

Permasalahan Yang Masih Belum Bisa Diatasi, Namun Merujuk Pada Surat
Keputusan Bersama (SKB) Antara Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri,

Meneg Koperasi Dan UKM Bersama Gubernur Bank Indonesia Nomor

351.1/KMK/010/2009, Nomor 900-639a Tahun 2009, Nomor

01/SKB/M.KUKM/IX/2009 Dan Nomor 11/43a/KEP.GBI/2009/2009 Tentang

Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Dapat Memilih Menjadi Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) Atau Koperasi Atau Badan Usaha Milik Desa

(Bumdes) Atau Lembaga Keuangan Lainnya Dan Sesuai Dengan Peraturan

Perundang-Undangan Yang Berlaku. Pada Ketentuan Ini Disepakati Untuk

Melakukan:

1. Bank Indonesia Memberikan Konsultasi Kepada LKM Yang Akan Menjadi

BPR/S Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku Dalam Pendirian Dan Perizinan

BPR/S;

2. Departemen Dalam Negeri, Bersama-Sama Dengan Pemerintah Daerah

Melakukan Pembinaan Terhadap LKM Yang Akan Menjadi Bumdes.

3. Kementerian Koperasi Dan UKM Bersama-Sama Dengan Pemerintah Daerah

Memfasilitasi, Memberdayakan Dan Membina LKM Yang Akan Menjadi

Koperasi.

4. Departemen Keuangan Memberikan Konsultasi Kepada LKM Yang Kegiatan

Usahanya Menyerupai Lembaga Keuangan Yang Berada Di Dalam Pembinaan

Dan Pengawasan Departemen Keuangan Menjadi Lembaga Keuangan Sesuai

Dengan Ketentuan Yang Berlaku.

Berdasarkan SKB Tersebut BMT Dituntut Memilih Sendiri Ingin Menggunakan

Payung Hukum Yang Mana BPR/S, Bumdes Atau Koperasi. Jika BMT Memilih
Badan Hukum Koperasi Maka BMT Harus Tunduk Pada Ketentuan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, Serta Perundang-

Undangan Lainnya Yang Terkait Dengan Perkoperasian. Khusus Untuk BMT

Sendiri Jika Ingin Berbentuk Koperasi Maka BMT Harus Menjadi Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS). Namun, Semenjak Keluarnya Peraturan Menteri

Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor

16/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam

Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi Atau Bisa Disebut KSPPS, Maka

Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan KJKS Tidak Berlaku Lagi. Peraturan

Tersebut Tercantum Dalam BAB XI Tentang Ketentuan Peralihan Pasal 36 Ayat

7.

KSPPS Adalah Koperasi Yang Kegiatan Usahanya Meliputi Simpanan, Pinjaman

Dan Pembiayaan Sesuai Prinsip Syariah, Termasuk Mengelola Zakat,

Infaq/Sedekah Dan Wakaf (Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan

Menengah Republik Indonesia Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh

Koperasi).

Ada Beberapa Dasar Hukum Yang Dapat Dijadikan Landasan Hukum Untuk

BMT Yang Akan Menjadi Koperasi Seperti :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 Tentang Persyaratan Dan Tata

Cara Pengesahan Akte Pendirian Dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.


3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 Tentang Pembubaran Koperasi

Oleh Pemerintah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Simpan Pinjam Koperasi.

5. Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan UKM RI Nomor

104.1/Kep/M.KUKM/X/2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,

Pengesahan Akta Pendirian Dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

6. Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik

Indonesia Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.

7. Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik

Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pedoman Akuntansi Usaha

Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.

8. Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik

Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi.

9. Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik

Indonesia Nomor 11/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pemupukan Modal Penyertaan Pada Koperasi.

Salah Satu Alasan BMT Memiliki Badan Hukum Yang Sama Dengan Koperasi

Yaitu Ditinjau Dari Tujuan Lembaga Itu Sendiri. Selain Bertujuan Untuk Mencari

Keuntungan, BMT Juga Memiliki Tujuan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat Terutama Anggota BMT. Alasan Tesebut Sama Dengan Asas-Asas

Pada Koperasi Yaitu Bertujuan Untuk Mensejahterahkan Anggotanya.


2.5 Akad-Akad Pembiayaan Pada KSPPS Atau BMT.

Akad Atau Perjanjian Merupakan Hal Terpenting Dalam Sistem

Perekonomian Islam. Akad Merupakan Sebuah Bentuk Bukti Dan Penentu Dalam

Setiap Bertransaksi.

Menurut Nurhayati & Warsilah (2017) Menjelaskan Akad Yang Sudah

Terjadi Harus Dipenuhi Dan Tidak Boleh Diingkari. Dalam Fikih Muamalah

Akad Dibagi Menjadi Dua Bagian, Yaitu Akad Tijarah/Mu’awadah Dan Akad

Tabbaru.

2.5.1 Akad Tijarah

Menurut Priyadi & Sutardi (2018) Akad Tijarah Adalah Akad Yang

Berorintasi Pada Komersil (For Profit Oriented). Dari Sisi Kepastian Hasil Yang

Diperoleh, Akad Ini Dibagi Menjadi Dua Yaitu Naturaluncertainty Contract

(NUC) Dan Natural Certanty Contract (NCC). NUC Meruapakan Bentuk Akad

Ini Dalam Bisnis Tidak Memberikan Kepastian Pendapatan, Baik Segi Jumlah

Maupun Waktu. Sedangkan NCC Adalah Akad Bisnis Yang Memberikan

Kepastian Pendapatan Dari Hasil Transaksi Bisnis Yang Akan Dijalankan

(Berikut Akad-Akad Yang Sering Ditemui Pada Produk Pembiayaan Di BMT

Atau KSPPS.

1. Murabahah

Menurut Nurhayati & Wasilah (2017) Murabahah Merupakan Tarnsaksi

Penjualan Barang Dengan Menyatakan Harga Jual Dan Keuntungan Yang


Didapat. Keuntungan (Margin) Dapat Dinegosiasi Dan Disepakati Secara

Bersama Antara Penjual Dan Pembeli

2. Salam

Salam Adalah Akad Jual Beli Dengan Cara Pemesana Dan Pembeli Melakukan

Pembayaran Terlebih Dahulu Dengan Syarat-Syarat Yang Telah Disepakati

(Priyadi & Sutardi, 2018:51). Akad Salam Termasuk Kedalam Bentuk NCC.

3. Istishna

Istishna’ Adalah Bentuk Akad NCC Dalam Jual Beli Dengan Proses Pemesanan

Terlebih Dahulu Sesuai Kriteria Dari Pembeli Dan Disepakti Oleh Kedua Pihak

(Pembeli Dan Pemjual). Pembayaran Dalam Akad Ini Dapat Dilakukan Secara

Berkala Sesuai Dengan Kesepakatan (Nurhayati; Warsilah, 2017:216).

4. Ijarah

Ijarah Adalah Akad Sewa-Menyewa Yang Termasuk Dalam Bentuk NCC. Akad

Ijarah Ini Merupakan Akad Pemindahan Hak Guna Atas Suatu Barang Atau Jasa

Dalam Waktu Tentu Dengan Pembayaran Upah Sewa (Ujrah), Namun Tidak

Diikuti Dengan Pemindahan Kepemilikian Atas Barang Itu Sendiri. Dalam

Perkembangannya Bentuk Akad Sewa Yang Dapat Diikuti Pemindahan

Kepemilikan

Diakhir Periode Sewa Dinamankan Akad Ijarah Mutahiya Bittamilik (IMBT).

5. Mudarabah

Mudharabah Adalah Akad Kerja Sama Antara Dua Pihak, Pihak Pertama

Yang Memiliki Dana Disebut Shahibul Maal Dan Pihak Kedua Merupakan

Pengelola Dari Dana Disebut Mudharib. Keuntungan Yang Didapat Dari Hasil
Usaha Akan Dibagi Sesuai Dengan Kesepakatan. Sedangkan Kerugian Dari Hasil

Usaha Akan Akan Ditentukan Secara Finansial Dan Operasionalnya. Jika

Kerugian Yang Didapat Dalam Bentuk Finansial Maka Kerugian Tersebut Akan

Ditanggung Oleh Shahibul Maal, Apabila Kerugian Yang Dapat Akibat

Kesalahan Operasional Maka Akan Ditanggung Oleh Mudharib (Nurhayati;

Warsilah 2017: 128). Akad Mudharabah Merupakan Salah Satu Bentuk Dari

NUC. Pada Akad Mudharabah Terdapat Dua Bentuk Dari Akad Mudharabah

(Priyadi; Sutardi, 2018:53-54), Yaitu:

a. Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Mutlaqah Dapat Dijelaskan Sebagai Akad Mudharabah Yang

Mana Shahibul Maal Memberikan Kebebasan Kepada Mudharib Dalam

Mengelola Dana Yang Telah Diinvestasikan.

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah Merupakan Akad Mudharabah Dimana

Shahibul Maal Memberikan Batasan Atau Ketentuan Khusus Kepada Mudharib

Mengenai Pengelolaan Dana Yang Akan Di Investasikan.

6. Musyarakah

Musyarakah Merupakan Akad Yang Masuk Dalam Bentuk NUC. Akad

Merupakan Kerja Sama Antara Dua Pihak Atau Lebih Untuk Suatu Usaha

Tertentu Dimana Masing Masing Pihak Memberikan Kontribusi Dana Dengan

Ketentuan Pembagian Hasil Keuntungan Dan Kerugian Sesuai Kesepakatan. Pada

Akad Ini Kerugaian Akan Ditanggung Bersama Berdasarkan Kontribusi Modal

Dan Keahliann Yang Telah Disepakati.


2.3.3 Akad Tabbaru

Akad Tabbaru’ Adalah Segala Bentuk Dari Perjanjian Transaksi Yang

Tujuannya Tidak Mencari Keuntungan (NonProfit Oriented) Tetapi Bertujuan

Untuk Kebaikan Atau Tolong Menolong. Pada Akad Tabbaru’ Pihak Yang

Berbuat Kebaikan, Tidak Boleh Meminta Imbalan Dalam Bentuk Apapun Kepada

Pihak Lainnya. Namun, Dapat Meminta Jika Sekadar Untuk Menutupi Biaya-

Baiay Yang Dikeluarkan Akibat Dari Terjadinya Akad Ini, Sepanjang Tidak

Mengambil Keuntungan Dari Perjanjian Tersebut.

Berikut Merupakan Akad-Akad Pembiayaan Dalam Bentuk Akad

Tabbaru’ Yang Terdapat Di BMT Atau KSPPS:

1. Rahn

Menurut Nurhayati &Warsilah (2017: 269) Akad Rahn Dapat Diartikan

Sebagai Perjanjian Dari Sebuah Pinjaman Dengan Jaminan Atau Pihak Pemberi

Pinjaman Melakukan Penahanan Harta Milik Si Peminjam Sebagai Jaminan Dari

Pinjaman Yang Telah Diterimanya. Akad Rahn Secara Sederhana Juga Dapat

Diartikan Sebagai Gadai.

2. Qardh

Pinjaman Yang Diberikan Tanpa Dikenai Biaya Dan Syarat Tertentu. Peminjam

Hanya Wajib Membayar Sebesar Pokok Hutannya Saja Dan Tidak Ada Batasan

Jangka Waktu Pengembaliannya. Qardh Memiliki Tujuan Untuk Diberikan

Bantuan Dana Kepada Orang-Orang Yang Memang.

3. Hawalah
Hawalah Adalah Akad Pemberian Pinjaman Uang Atau Pengalihan Atau

Pengambil Alih Piutang Dari Pihak Lain. Dengan Kata Lain Hawalah Yaitu

Pemindahan Hak Dan Kewajiban Yang Dilakukan Pihak Yang Berhutang Kepada

Pihak Lain Yang Disebabkan Ketidakmampuan Lagi Untuk Membayar Hutang

Yang Dimiliki.

Sumber Hukum Dari Akad Hawalah Ini Yaitu Rasullah Bersabda:

“Menunda Pembayaran Bagi Orang Yang Mampu Adalah Suaru Kedzaliman, Dan

Jika Salah Satu Seseorang Dari Kamu Diikutkan (Dihiwalahkan) Kepada

Oerangorang Yang Mampu, Maka Turutilah” (HR Bukhari-Muslim).

4. Wakalah

Akad Wakalah Merupakan Akad Pemberian Kuasa Atau Pelimpahan Kekuasaan

Kepada Pihak Lain Untuk Melaksanakan Tugas (Taukil) Atas Nama Pemberi

Kuasa Dalam Hal-Hal Yang Boleh Diwakilkan. Biasanya, Mewakilkan Sesuatu

Dalam Bentuk Jasa, Keahlian, Keterampilan Atau Lainnya.

5. Kafalah

Akad Kafalah Merupakan Pemberian Jaminan Yang Dieberikan Pihak

Penanggung (Kafi’il) Kepada Pihak Ketiga (Makful Lahu) Untuk Memenuhi

Kewajiban Dari Pihak Kedua Atau Pihak Yang Ditanggung (Makful Anhu).

Dengan Kata Lain Kad Kafalah Adalah Pemberian Jaminan Oleh Penanggung

Kepada Pihak Lain Atas Hutang Atau Tanggungjawab Dari Pihak Yang

Ditanggung.

2.4 Produk-Produk Pembiayaan KSPPS Dan BMT


Menurut Website Https://Bmtbinama.Co.Id/Sistem-Dan-Produk.Html System

Dan Produk Yang Digunakan Oleh KSPPS Binama Baik Dalam Produk Funding

(Simpanan) Maupun Financing (Pembiayaan) Adalah Dengan Sistem Syariah

(Bagi Hasil).

1. Produk Pengerahan Dana Terdiri Dari Beberapa Jenis Simpanan, Antara Lain:

 SIRELA – Simpanan Sukarela Lancar

Yaitu Simpanan Mudharabah Yang Penarikan Dan Penyetorannya Dapat

Dilakukan Setiap Saat. Bagi Hasil Keuntungan Diberikan Setiap Bulan Atas Saldo

Rata-Rata Harian Dan Langsung Menambahkan Simpanan Tersebut.

 TASAQUR – Tabungan Persiapan Qurban

Adalah Produk Yang Merujuk Pada Konsep Wadiah. Tujuan Pokok Tabungan Ini

Adalah Sebagai Sarana Untuk Para Anggota Mempersiapkan Dana Untuk Ibadah

Qurban. Proses Pencairan Hanya Dapat Dilakukan Sekali Dalam Periode Satu

Tahun Hijriah.

 SISUKA – Simpanan Sukarela Berjangka

Yaitu Produk Yang Berguna Untuk Investasi Jangka Panjang, Dengan Jangka

Waktu Yang Beragam, Yaitu 3 Bulan, 6 Bulan, Dan 12 Bulan.

 Siap HAJI – Simpanan Persiapan Haji

Yaitu Produk Yang Dikhususkan Sebagai Simpanan Untuk Persiapan Dana

Ibadah Haji. Penarikan Simpanan Ini Hanya Dapat Dilakukan Untuk Melunasi

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.

 TARBIAH – Tabungan Arisan Berhadiah.


Merupakan Produk Kombinasi Dari Sistem Arisan Dan Tabungan Dengan

Spesifikasi Pada Perolehan Arisan, Dimana Setiap Peserta Yang Keluar Nomor

Rekeningnya Saat Diundi Maka Ia Tidak Memiliki Kewajiban Untuk Menyetor

Lagi Pada Bulan Berikutnya. Keuntungan Produk Ini Dalam Pengembangan

Ekonomi Umat Adalah Perputaran Dananya Yang Jangka Panjang.

 Sertifikat Modal Penyertaan.

Yaitu Sertifikat Tanda Pemilikan Penyertaan Dana Bernominal Rp 250.000,00

Yang Akan Mendapat Bagi Hasil Atas Laba Tahunan KSPPS BINAMA.

 Simpanan Pokok Dan Simpanan Wajib

Merupakan Dana Modal Atas Keanggotaan Di Tingkat Koperasi. Penempatan

Dana Ini Memiliki Akad Musyarakah (Penyertaan) Yang Berlaku Atasnya Segala

Ketentuan Dan Resiko Penempatan Modal Pada Koperasi.

2. Sedangkan Produk Penyaluran Dana Berupa Jenis Pembiayaan Untuk

Kegiatan Usaha Produktif Baik Investasi Maupun Modal Kerja Adalah Produk-

Produk Sebagai Berikut:

 Pembiayaan MUDHARABAH (Bagi Hasil)

 Pembiayaan MURABAHAH (Jual Beli)

 Pembiayaan AL IJARAH (Sewa Menyewa)

3 Usaha Mikro Kecil Menengah

3.3 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah

Usaha Menengah Kecil Mikro Merupakan Salah Satu Sektor Yang Mendukung

Bagi Pertumbuhan Ekonomi Dinegara Ini. UMKM Merupakan Kelompok Pelaku


Ekonomi Terbesar Dalam Perekonomian Indonesia Dan Terbukti Menjadi Katup

Pengaman Perekonomian Nasional Dalam Masa Krisis, Serta Menjadi

Dinamisatorpertumbuhan Ekonomi Pasca Krisis Ekonomi. Dengan Adanya

UMKM Dapat Menciptakan Peluang Kerja Yang Cukup Besar Bagi Tenaga Kerja

Dalam Negeri, Sehingga Sangat Membantu Upaya Mengurangi Pengangguran.

Biasanya UMKM Bergerak Di Berbagai Sektor Ekonomi Namun Yang Paling

Dominan Bergerak Di Bidang Pertanian (Agribisnis).

3.4 Karakteristik UMKM

Karekteristik UMKM Dapat Dilihat Sebagai Berikut:

1. Usaha Mikro Memiliki Kekayaan Bersih Maksimal 50 Juta Rupiah Dengan

Hasil Penjualan Paling Banyak 300 Juta Rupiah Per Tahun.

2. Usaha Kecil Memiliki Kekayaan Sekitar 50 Juta Hingga 500 Juta Rupiah

Dengan Hasil Penjualan Sekitar 300 Juta Hingga 2,5 Milyar Rupiah Per Tahun.

3. Usaha Menengah Memiliki Kekayaan Bersih Sekitar 500 Juta Hingga 10

Milyar Dengan Hasil Penjualan Paling Banyak 2,5 Milyar Hingga 50 Milyar Per

Tahun.

4. Usaha Kecil Dilakukan Oleh Sendiri Ataupun Pegawai Dengan Jumlah

Sedikit.

5. Jenis Produk Ekonomi Tidak Tetap Dan Dapat Berganti Sesuai Kondisi.

6. Lokasi Transaksi Ekonomi Tidak Tetap Dan Dapat Berpindah-Pindah

7. System Pembukuan Yang Belum Baku, Karena Masih Bercampur Dengan

Uang Pribadi.
8. Aturan Kebijakan Usaha Dan System Administrasi Belum Jelas.

9. Sumber Daya Manusianya Belum Memadai.

10. Modal Yang Terbatas.

11. Tidak Memiliki Legalitas Atau Izin Usaha.

3.5 UMKM Berbasis Syariah

Untuk Membangun Suatu Usaha Mikro Yang Berbasis Halal Dan Kokoh, Penting

Merunut Pada Akarnya, Yaitu “Syariah”. Untuk Itu, UMKM Harus Secara Kaffah

Menerapkan Basis Syariah, Yang Artinya Penerapan Prinsip-Prinsip Syariah

Harus Menyentuh Secara Utuh Pada Tiap Tahapan-Tahapannya.

Ada Beberapa Tahapan Yang Harus Diterapkan Untuk Membangun UMKM

Berbasis Syariah Berdasarkan Hasil Kutipann

Medanbisnisdaily.Com/News/Online/Read/2019/11/23/93575/Umkm_Syariah_Ar

ah_Baru_Membangun_Industri_Halal/ Yaitu Sebagai Berikut:

1. Tahap Pembiayaan

Banyak UMKM Yang Sulit Berkembang Karena Masalah Permodalan.

Skema Pinjaman Modal Secara Syariah Dipandang Lebih Tepat Bagi

Perkembangan UMKM. Sebab Model Pembiayaan Ini Tidak Mencekik Para

Pelaku UMKM Saat Usahanya Sedang Tersendat Atau Mengalami Masalah.

Apalagi Dengan Iklim Usaha Yang Fluktuatif, Sistem Bagi Hasil Akan Membuat

Napas Pelaku UMKM Lebih Panjang. Namun Lagi-Lagi Pembiayaan Syariah

Harus Berbenturan Dengan Keterbatasan, Terutama Masih Minimnya Sumber

Dana Syariah Dari Bank Maupun Nonbank. Ditambah Masalah Banyaknya


UMKM Yang Belum Bankable Atau Memenuhi Persyaratan Bank Untuk

Mendapatkan Pembiayaan Usaha. Untuk Itu, Pemerintah Perlu Menengahi Agar

Pembiayaan Syariah Kepada UMKM Dapat Berjalan Optimal. Sehingga

Dampaknya Pun Akan Terasa Signifikan Bagi Pelaku UMKM. Contohnya Seperti

Transformasi Usaha Berskala Mikro Dan Kecil Menjadi Usaha Berskala

Menengah Berkat Adanya Suntikan Dana Sya

2. Tahap Produksi

Ihwal Kehalalan Produk Nyatanya Sulit Dibuktikan Dengan Mata

Telanjang. Itulah Sebabnya Perkara Kehalalan Produk Harus Benar-Benar Teruji

Dan Diuji Oleh Lembaga Terpercaya Seperti BPJPH (Badan Penyelenggara

Jaminan Produk Halal). Bukti Autentik Kehalalan Produk Yang Dikeluarkan

BPJPH Adalah Sertifikat Halal. Sertifikat Inilah Yang Kemudian Bisa Menjadi

Jaminan Kehalalan Produk Bagi Konsumen. Tetapi Problemnya Selama Ini Masih

Sangat Sedikit UMKM Yang Telah Mengantongi Sertifikat Halal. Jika Indonesia

Tidak Segera Menyiapkan UMKM Bersertifikat Halal Secara Masif, Maka

Industri Halal Indonesia Akan Semakin Tertinggal. Untuk Itulah Sertifikasi Halal

Menjadi Syarat Wajib Untuk Membangun Industri Halal Indonesia, Terutama

Dalam Mengambil Peluang Atas Meningkatnya Permintaaan Terhadap Produk

Halal Dunia.

3. Tahap Pemasaran

Islam Mengajarkan Prinsip Berniaga Yang Jujur, Adil, Tidak Curang, Dan

Bersikap Melayani. Prinsip Ini Jugalah Yang Penting Dijalankan Oleh Setiap

Pelaku UMKM. Sehingga UMKM Yang Dibangun Dengan Basis Syariah Akan
Memiliki Daya Tarik Dan Image Positif Di Mata Konsumen. Jika Kepercayaan

Konsumen Telah Terbangun, Maka Jalan Perkembangan UMKM Syariah Akan

Mudah Diterima.

Melihat Potensi Perkembangan Produk Halal Dunia, Indonesia Harus

Segara Berbenah Dan Mengejar Ketertinggalan Dalam Hal Pembangunan Industri

Halal. Menurut The State Of The Global Islamic Economy Report Tahun 2018,

Indonesia Masih Berada Di Luar 10 Besar Produsen Pangan Halal Dunia.

Bahkakan Kalah Dengan Brazil Dan Australia Yang Bertengger Di Posisi 3 Dan

6. Ini Menjadi Ironi Sekaligus Titik Tolak Semangat Untuk Membangun Industri

Halal Indonesia. Untuk Itulah Dukungan Pemerintah Dalam Hal Pembinaan

Sangat Dibutuhkan Sebagai Katalisator Pembangunan Industri Halal Melalui

UMKM Syariah. Apalagi Problemnya Sangat Kompleks, Sehingga Pola

Pembinaannya Harus Tepat.

Cara Yang Dipandang Tepat Dalam Membina UMKM Yaitu Melalui

Pendekatan Kelompok. Sebab Melalui Pendekatan Kelompok Atau Asosiasi,

Proses Pembinaan Akan Berjalan Lebih Mudah Dan Efektif. Betapa Pentingnya

Dukungan Dari Pemerintah Dalam Membangun UMKM Syariah Melalui

Pendekatan Kelompok. Ketika Semua Pihak (Pelaku Usaha, Konsumen, Dan

Pemerintah) Telah Mantap Meniti Arah Tujuan Membangun Industri Halal, Maka

Bukan Tidak Mungkin Indonesia Akan Mampu Bertengger Di Urutan Nomor

Satu Sebagai Produsen Dan Konsumen Produk Halal Dunia. Sehingga Produk-

Produk UMKM Seperti Bakso Pun Bisa Go International, Melanglang Buana Ke

Belahan Bumi Lain Karena Terjamin Kehalalan Dan Kualitasnya.


3.6 Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

Menurut Kutipan Dari Ekon.Go.Id/Publikasi/Detail/2969/Umkm-Menjadi-

Pilar-Penting-Dalam-Perekonomian-Indonesia UMKM Merupakan Pilar

Terpenting Dalam Perekonomian Indonesia. Berdasarkan Data Kementerian

Koperasi Dan UKM, Jumlah UMKM Saat Ini Mencapai 64,2 Juta Dengan

Kontribusi Terhadap PDB Sebesar 61,07% Atau Senilai 8.573,89 Triliun Rupiah.

Kontribusi UMKM Terhadap Perekonomian Indonesia Meliputi Kemampuan

Menyerap 97% Dari Total Tenaga Kerja Yang Ada Serta Dapat Menghimpun

Sampai 60,4% Dari Total Investasi. Namun, Tingginya Jumlah UMKM Di

Indonesia Juga Tidak Terlepas Dari Tantangan Yang Ada.

Untuk Menjawab Tantangan Itu, Pemerintah Telah Menjalankan Sejumlah

Program Dukungan UMKM, Diantaranya Bantuan Insentif Dan Pembiayaan

Melalui Program PEN, Kredit Usaha Rakyat, Gerakan Nasional Bangga Buatan

Indonesia (Gernas BBI), Digitalisasi Pemasaran UMKM, Penguatan Wirausaha

Alumni Program Kartu Prakerja Melalui Pembiayaan KUR, Dan Termasuk Pula

Strategi Jangka Panjang Menaikkan Kelas UMKM Melalui UU Cipta Kerja.

Dampak Lain Dari Pandemi Ini Adalah Mendorong Shifting Pola

Konsumsi Barang Dan Jasa Dari Offline Ke Online, Dengan Adanya Kenaikan

Trafik Internet Berkisar 15-20%. Hal Ini Menjadi Momentum Untuk

Mengakselerasi Transformasi Digital. Potensi Digital Ekonomi Indonesia Juga

Masih Terbuka Lebar Dengan Jumlah Populasi Terbesar Ke-4 Di Dunia Dan

Penetrasi Internet Yang Telah Menjangkau 196,7 Juta Orang.


3.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Mikro

Menurut Riyadi Dkk (2019) Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan

Usaha Mikro Yaitu:

 Konstantan

 Pendidikan

 Status Usaha

 Frekuensi

 Pembiayaan

 Lama Anggota

 Lama Usaha

 Omzet

 Tenaga Kerja

 Umur

LKMS Memberikan Dampak Positif Untuk Peningkatan Usaha Mikro. Terdapat

85% Responden Yang Meningkat Keuntungan Usahanya Setelah Menjadi

Anggota LKMS Dengan Rata-Rata Penigkatan Usaha Sebesar 2.604 Juta.

A. Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan Penelitian Terdahulu Yang Dilakukan Oleh JENITA (2017)

Yang Berjudul PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KECIL


MENENGAH Menyatakan Usaha Kecil Dan Menengah Sangat Memerlukan

Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah Terutama Dalam Hal Permodalan

Yang Digunakan Untuk Memperluas Pasar Dan Mengembangkan Usahanya

Sehingga Berkontribusi Besar Dalam Perekonomian Nasional. Peran Lembaga

Keuangan Mikro Syariah Bisa Telah Teruji Dan Melampuai Krisis Ekonomi

Beberapa Waktu Bahkan Lalu Bahkan Semakin Menguatkan. UMKM Termasuk

Unit Usaha Yang Sangat Mengandalkan LKMS Dalam Jangka Panjang Demi

Kebaikan Perekonomian Indonesia, Tidak Heran Banyak Pihak Yang Melirik

LKMS, Namun Perhatian Yang Diberikan Belum Secara Penuh Bisa Menyentuh

Persoalan Yang Mendasar Yang Dihadapi LKMS Sehingga Benar-Benar Bisa

Memperkuat Dan Mengembangkan Lembaga Pembiayaan Untuk UMKM

Utamanya Masyarakat Kecil.

2. Berdasarkan Penelitian Terdahulu Yang Dilakukan Oleh Harisah Dan Romaji

(2021) Yang Berjudul PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

DITENGAH PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA DALAM MERANGKUL

USAHA MIKRO KECIL MENGENGAH (UMKM) Meyatakandampaknya Pada

Perekonomian Indonsia, Baik Dari Sisi Perdagangan, Investasi Dan Pariwisata

Terpuruk Akibat Wabah Ini. Keadaan Perekonomian Indonesia Berdampak Pada

Ekonomi Dan Bisnis Syariah, Ini Menjadi Tantangan Perkembangan Ekonomi

Dan Bisnis Syaraih Di Indonesia, Salah Satunya Kerugian Cukup Besar Akibat

Pelarangan Perjalanan Umrah Ke Mekkah Ini Mengakibatkan Bisnis Syariah Dan

Permintaan Produk-Produk Syariah Mengalami Penurunan. Memproduksi Produk

Halal Sebagian Bahan Baku Yg Digunakan Dari Negara Luar Hal Ini Dapat
Menghambat Memproduksi Produk Halal Dan Dari Dampak Pandemi Ini

Terhambatnya Realisasi Penanaman Modal.

3. Berdasarka Penelitian Terdahulu Yang Dilakukan Oleh Riyadi Dkk ( 2019)

Yang Berjudul PENGARUH LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

(LKMS) BERKUALITAS TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN

USAHA MIKRO KOTA DEPOK Menyatakan

Karakteristik Usaha Mikro Yang Menjadi Anggota Dari LKMS Kota Depok

Terbagi Menjadi Tiga Bagian. Pertama Untuk Karakteristik Responden

Mayoritas Merupakan Perempuan, Beragama Islam Dan Berpendidikan Terakhir

SMA. Kedua Untuk Karakteristik Usaha Mayoritas Memiliki Usaha Di Bidang

Perdagangan Dengan Mayoritas Menjadikan Usahanya Menjadi Usaha

Sampingan. Untuk Karakteristik Pembiayaan Rata-Rata Menjadi Anggota Selama

Lima Tahun Dengan Frekuensi Pembiayaan Sebanyak Tiga Sampai 4 Kali Dan

Nilai Pembiayaan Sebesar 5.8 Juta. LKMS Memberikan Dampak Positif Untuk

Peningkatan Usaha Mikro. Terdapat 85% Responden Yang Meningkat

Keuntungan Usahanya Setelah Menjadi Anggota LKMS Dengan Rata-Rata

Penigkatan Usaha Sebesar 2.604 Juta.

4. Berdasarkan Penelitian Terdahulu Yang Dilakukan Oleh Sagara Dan Angga

(2016) Yang Berjudul PENGUATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI

BAITUL MAL TANWIL (BMT) SEBAGAI BALAI USAHA MANDIRI

RAKYAT TERPADU (BUMRT) Menyatakan Aktivitas Pendanaan Yang

Dilakukan Oleh BMT Khalifa, Dampak Ekonomi Meliputi Pertumbuhan

Pendapatan Dan Pengurangan Kemiskinan, Pekerjaan, Kepemilikan Asset


Keamanan Pangan, Dan Peningkatan Kemampuan Mereka Untuk Menyekolahkan

Anak-Anak Mereka. Berdasarkan Penjelasan Di Atas, Tidak Ada Keraguan

Bahwa BMT Khalifa Sebagai Salah Satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Telah Memainkan Peranan Penting Dalam Penyediaan Pembiayaan Mikro Untuk

Usaha Mikro Dan Dengan Demikian, Pengurangan Kemiskinan Di Bandung

Khususnya Di Komunitas Pedagang Kebon Gedang, Walaupun Belum Terlalu

Signifikan Terkait Dengan Perkembangan Keuangan Mikro Syariah Untuk

Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Dan Pengentasan Kemiskinan Melalui

Kegiatan Keuangan Mikro, Beberapa Saran Dan Rekomendasi Dapat Dilakukan.

Pertama, BMT Khalifa Harus Mempelajari Mengapa Hasil Ekonomi Dari

Kegiatan Keuangan Mikro Tidak Signifikan. Kedua, BMT Khalifa Harus Melihat

Apakah Mereka Dapat Mengurangi Biaya Dalam Praktek Pembiayaannya, Yaitu

Sekitar Dua Kali Lebih Rendah Dari Yang Dikenakan Oleh Bank-Bank

Komersial Yang Ada. Ketiga, Harus Dilakukan Upaya Agar Nasabah Terutama

Pelaku UKM Yang Mendapat Dana Dari BMT Dapat Mandiri, Jangan Terus

Tergantung Dengan BMT. Keempat, Karena Memiliki Kontribusi Yang Baik Dan

Peran Untuk Mengentaskan Kemiskinan, Keberadaan BMT Harus Didukung

Oleh Peraturan Yang Jelas Dan Kuat Dari Pemerintah Sehingga Ada Institusi

Resmi Dalam Pemerintahan Yang Memberikan Pelayanan Secara Teratur Untuk

Pengawasan BMT,Dan Juga Ada Semacam Lembaga Penjamin Simpanan Seperti

Yang Ada Pada Bank.

5. Berdasarkan Penelitian Terdahulu Yang Dilakukan Oleh Nurdin & Oktafia

(2017) PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH TERHADAP


USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM MENGATASI

KEMISKINAN Menyatakan Bahwa Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Dan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terdapat Keterkaitan Yang

Sangat Erat Dalam Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Indonesia. Peran LKMS

Dalam UMKM Sangat Lah Penting Dengan Adanya Pembiayaan Permodalan

Yang Efektif Oleh LKMS Kepada UMKM Maka Usaha Usaha Kecil Masyarakat

Indonesia Bisa Terealisasi Dan Hal Itu Sangat Membantu Dalam Pengentasan

Masalah Kemiskinan Indonesia Dan Dapat Memberdayakan Masyarakat Miskin

Indonesia Lebih Sejahtera.

6. Berdasarkan Penelitian Terdahulu Yang Dilakukan Oleh Prasetya Dkk (2016)

Yang Berjudul PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL MENINGKATKAN

USAHA MIKRO MELALUI PEMBIAYAAN MUDHARABAH Menyatakan

Baitul Maal Wat Tamwil Telah Menunjukkan Perannya Dalam Peningkatan

Usaha Mikro Melalui Akad Mudharabah Yang Diwakili Oleh Produk Pembiayaan

Mudharabah Mikro. Peran Tersebut Dapat Dilihat Pada Peningkatan Usaha

Responden Yang Dilihat Dari Empat Aspek Yaitu Peningkatan Pada Aset, Omzet,

Pendapatan, Serta Stabilitas Usaha. Hal Tersebut Tidak Terjadi Pada Semua

Usaha Mikro Yang Mendapatkan Produk Pembiayaan Tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

BMT BINAMA KOPERASI SYARIAH SEMARANG (Jl.Arteri Soekarno Hatta

no.10E, Tlogosari kulon, Pedurungan-Semarang), waktunya Penelitian ini

dilakukan pada bulan oktober-desember 2021.

3.2 Jenis dan Sumber

Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder. Dimana data primernya menggunakan kuisioner yang dimana para

pelaku usaha mikro dan kecil mitra anggota KSPPS BINAMA SEMARANG

Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal melalui berbagai sumber terkait

seperti jurnal, buku, dll.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang karakteristiknya

hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang kecil yang

merupakan mitra nasabah KSPPS BINAMA SEMARANG. Jumlah seluruh

nasabah KSPPS BINAMA SEMARANG tercatat adalah … orang, sedangkan

yang melakukan produk pembiayaan adalah … orang. Pada produk pembiayaan di

KSPPS BINAMA SEMARANG bisa untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil.

Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diduga dan

dianggap mewakili populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik non probability sampling (non acak) dengan teknik


pengambilan datanya dilakukan dengan metode purposive sampling (sengaja),

yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang

cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan

penelitian.

3.4 Sumber data

Menurut sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, data dibedakan

menjadi dua macam yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil dan diolah sendiri oleh peneliti

atau data yang secara langsung dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu

organisasi melalui objeknya. Data primer diperoleh melalui kuesioner atau data

yang diperoleh langsung yang disebarkan kepada para nasabah KSPPS BINAMA

SEMARANG.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang bukan dihasilkan dan dikumpulkan

oleh peneliti melainkan diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah mengenai

gambaran umum perusahaan seperti sejarah perusahaan, visi misi, struktur

organisasi, data penjualan, dan terutama tentang peran Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam memberdayakan usaha binaan. Data

sekunder juga diperoleh dari perpustakaan, internet, buku-buku teks, artikelartikel

dari website dan beberapa literatur yang relevan.

3.5 Metode Pengumpulan


Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

a. Wawancara, yaitu teknik pengambilan data dengan cara tanya jawab

langsung pada pedagang kecil dan pengurus BMT yang berhubungan

dengan keterangan-keterangan mengenai gambaran perkembangan usaha

mikro.

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dan menggunakan

kuisioner yang telah disusun terlebih dahulu untuk memungkinkan

didapatkannya penjelasan yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut.

c. Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang bersifat

sekunder dengan jalan mempelajari dokumen yang diperlukan untuk

mendukung validitas data.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam

mengukur variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun

definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi:

1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Menurut Sugiyono (2016:39), Variabel Dependen/Variabel Terikat adalah:

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keuntungan Usaha Mikro (Y),
maksudnya adalah perubahan keuntungan setelah menerima pembiayaan dari

BMT. Variabel terikat dalam peneltian ini adalah:

Y: Keuntungan Usaha Mikro

2. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Menurut Sugiyono (2016:39), Variabel Independen/Variabel bebas adalah

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini

adalah dari

1. Umur

Umur yaitu kategori berdasarkan umur responden yang terbagi menjadi 4

kategori variabel dummy yaitu usia 20-30 tahun, 31-50 tahun dan >50 tahun.

2. Frekuensi pembayaran

Frekuensi pembayaran pinjaman adalah berapa kali peminjam akan

melakukan angsuran pembayaran pinjaman terbagi menjadi 2 kategori variabel

dummy yaitu frekuensi pembayaran mingguan dan frekuensi pembayaran

bulanan.

3. Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yaitu kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja

responden usaha mikro dan kecil yang terbagi menjadi 2 kategori variabel dummy

yaitu 1-3 orang dan 4-6 orang

4. Lama menjadi nasabah BMT


Lama menjadi Nasabah BMT yaitu kategori berdasarkan lama responden

menjadi nasabah BMT yang terbagi menjadi 3 kategori variabel dummy yaitu 1-2

tahun, 2-4 tahun, >5 tahun

5. Lama usaha

Lama Usaha yaitu kategori berdasarkan lama responden menjalankan

usahanya yang terbagi menjadi 3 kategori variabel dummy yaitu 1-2 tahun, 2-4

tahun, >5 tahun.

6. Pendidikan

Pendidikan yaitu kategori berdasarkan pendidikan responden yang terbagi

menjadi 3 kategori variabel dummy yaitu SMP, SMA, S1/Diploma

3.7 Analisis Data

Analisi data didalam penelitian menggunakan perpaduan antara penelitian

kualitatif dan kuantitati. Dalam penelitian ini menggunakan data- data dari

lapangan (kuesioner) dan penelitian ini juga dilengkapi dengan penelitian

kepustakaan Berdasarkan perumusan masalah di atas, sehingga Data yang

terkumpul telah dianalisa dengan menggunakan metode analisa berikut :

3.7.1 Statistik Deskriptif

Metode analisis statistik deskriptif menurut Sugiyono (2016:147)

merupakan Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.

3.7.2 Uji Paired-Samples T-Test (Uji T Sampel Berpasangan)


Uji T Sampel Berpasangan adalah prosedur yang digunakan untuk

membandingkan rata-rata dua variabel untuk suatu grup sampel tunggal.

Perbandingan itu untuk mencari atau menghitung nilai selisih antara nilai dua

variabel untuk tiap kasus. Selain itu, uji ini juga menghitung apakah selisih rata-

rata tersebut bernilai nol. Data untuk uji ini berasal dari dua ukuran dari subjek

yang sama atau satu ukuran dari pasangan subjek (Sarwono dan Suharyati,

2010:128).

Apabila hasil perhitungan uji t (paired sample t-test) dengan menggunakan

level of significance 5% atau 0,05 diperoleh nilai asymptotic significance lebih

kecil dari level of significance (p<α) maka Ho ditolak, artinya terdapat pebedaan

nilai rata-rata yang signifikan antara kedua data sampel tersebut. Apabila nilai

asymptotic significance lebih besar dari level of significance (p>α) maka Ho

diterima, artinya tidak terdapat perbedaan nilai rata yang signifikan antara kedua

sampel tersebut.

3.8 Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer, maka peneliti melakukan uji

normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.8.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016;154) uji normalitas dilakukan untuk menguji

apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila variabel tidak

berdistribusi secara normal maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan.

Uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan One Sample


Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikan diatas 0,05

maka data terdistribusi normal. Sedangkan jika hasil One Sample Kolmogorov

Smirnov menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data tidak terdistribusi

normal.

3.8.2 Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2016;103) pengujian multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Pengujian multikolinearitas adalah pengujian yang mempunyai

tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antara variabel independen. Efek dari multikolinearitas ini adalah menyebabkan

tingginya variabel pada sampel. Hal tersebut berarti standar error besar, akibatnya

ketika koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel. Hal ini

menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen yang

dipengaruhi dengan variabel dependen.

Untuk menemukan ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model

regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan

nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas

yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau

sama dengan nilai VIF diatas 10).

3.8.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi

ketidaknyamanan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada

tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah

dengan melihat grafik sccatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu

SRESID dengan residual error yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola tertentu dan

tidak menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Model yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016;134).

3.8.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2016;107) autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Permasalahan ini muncul

karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi

yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokolerasi. Cara untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Run Test. Run test

merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula digunakan untuk

menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual

tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau

random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara

random atau tidak (sistematis). Run test dilakukan dengan membuat hipotesis

dasar, yaitu:

H0 : residual (res_1) random (acak)

HA : residual (res_1) tidak random


Dengan hipotesis dasar di atas, maka dasar pengambilan keputusan uji statistik

dengan Run test adalah (Ghozali, 2016;116):

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan HA

diterima. Hal ini berarti data residual terjadi secara tidak random (sistematis).

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan HA

ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi secara random (acak).

3.9 Uji Hipotesis

3.9.1 Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda untuk

menganalisis pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel

dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan

linier (Indriantoro dan Bambang, 2002:72). Model persamaan regresi berganda

sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5x5+b6x6+ e

Keterangan :

Y = keuntungan Usaha Mikro

a = konstanta

b = koefisien regresi

X1 = Umur

X2 = Frekuensi pembayaran

X3 = Jumlah tenaga kerja

X4 = Lama menjadi nasabah BMT

X5 = Lama Usaha
X6 = Pendidikan

e = error

3.9.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Menurut Ghozali (2016:96) menyatakan bahwa pada dasarnya uji statistik F

menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Uji F

dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai

signifikansi 0,05 dengan cara sebagai berikut: 1. Bila Fhitung > Ftabel atau

probabilitas < nilai signifikan (Sig < 0,05), maka model penelitian dapat

digunakan. 2. Bila Fhitung < Ftabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig >

0,05), maka model penelitian tidak dapat digunakan.

3.9.3 Uji Koefisien Determinan

Menurut Ghozali (2016:95) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2)

digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam rangka

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara

nol dan satu. Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2016:96) menyatakan jika

dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2

dianggap nol.

3.9.4 Uji T

Uji Hipotesis (Uji t) Menurut Ghozali (2016:97) Uji t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan


menggunakan signifikansi level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan

hipotesis dilakukan dengan kriteria: 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis

ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti variabel independen tidak

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai

signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti

variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Sakti, Ali., Suryanti, Enny Tin., dkk. 2017. Memperdayakan Keuangan

Mikro Syariah Indonesia: Peluang Dan Tantangan Ke Depan. Jakarta:

Tazkia Publishing dan Bank Indonesia

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM

SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro

Harisah, Romaji. 2021. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Ditengah

Pandemi Covid-19 Di Indonesia Dalam Merangkul Usaha Mikro Kecil

Mengengah (Umkm). Vol. 4, No. 1 - Februari 2021 P-Issn 2621-122x E-

Issn 2686-5998. Https://Stai.Binamadani.E-Journal.Id/Madanisyariah

Jenita. 2017. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Kecil Menengah. Al Masraf: Jurnal Lembaga

Keuangan Dan Perbankan-Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 2017

Nurdin Titania Shella Dan Oktafia Renny.2017. Peran Lembaga Keuangan Mikro

Syariah Terhadap Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Mengatasi

Kemiskinan

Nurhayati Sri dan Wasilah. 2017. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 4.

Penerbit salemba empat . ISBN 978-979-061-560-1

Priyandi Dan Sutardi. 2018. Teori Dan Aplikasi Lembaga Keuangan Mikro

Syariah / Unggul Priyadi Dan Sutardi. Cetakan Pertama : April 2018.

Yogyakarta : Uii Press, 2018 © 2018. Isbn 978-602-6215-37-6


Riyadi Hadid Aditya, Dkk. 2019. Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Syariah

(Lkms) Berkualitas Terhadap Peningkatan Keuntungan Usaha Mikro Kota

Depok. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan Vol. 6 No. 5 Mei

2019: 1086-1100.

Sagara Yusar Dan Pratama Angga Muhammmad. 2016. Penguatan Ekonomi

Kerakyatan Melalui Baitul Mal Tanwil (Bmt) Sebagai Balai Usaha

Mandiri Rakyat Terpadu (Bumrt). Http:// Journal.Uinjkt.Ac.Id. Sosio

Didaktita: Social Science Education Journal, 3 (1), 2016, 81-91.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

PT Alfabet

Https://Www.Hestanto.Web.Id/Sejarah-Dan-Badan-Hukum-Baitul-Mal-Wat-

Tanwil/

Anda mungkin juga menyukai