Anda di halaman 1dari 18

Book Chapter Template

PERLUASAN SKEMA PEMBIAYAAN KOPERASI

NAMA KELOMPOK 7 : 1. DANISYA NAYLA AZZAHRA

2. RESKY WIRA HIDAYAH

3. NURHIKMA ILYAS

4. MISWAR AULIA

E-MAIL : ndanisy@gmail.com
A. Pendahuluan

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan
(Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179)

Masalah Pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk
membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi
atau modal kerja. Dana memang dibutuhkan baik untuk perusahaan yang baru berdiri
maupun sudah berjalan bertahun-tahun. Perusahaan yang bergerak dibidang keuangan
memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dana. Hal ini
disebabkan perusahaan keuangan memang bidang utama usahanya adalah menyediakan
fasilitas pembiayaan dana untuk perusahaan lainnya, sebab hampir tidak ada bidang
usaha yang tidak memerlukan dana. Dana merupakan masalah pokok yang selalu ada
dan selalu muncul dalam setiap usaha (Kasmir, 2005: 1-2).
Dalam hal penyaluran dana, pembiayaan yang diberikan didominasi oleh skema
murabahah atau jual beli, dimana keuntungan diperoleh berdasarkan margin. Secara
praktek pengambilan margin yang dilakukan oleh koperasi jasa keuangan syariah seperti
pengambilan bunga yang dilakukan perbankan konvensional. Cara seperti ini yang
menyebabkan melekatnya anggapan masyarakat bahwa lembaga keuangan syariah tidak
berbeda dengan bank konvensional pada umumnya.
B. TEORI PEMBIAYAAN KOPERASI

1. Pengertian pembiayaan

Pembiayaan Ialah Kegiatan Penyediaan Dana Atau Kerjasama Permodalan


Antara Koperasi Dengan Para Anggotanya Yang Bertujuan Untuk Melunasi Atau
Membayar Pinjaman Dalam Waktu Yang Sudah Ditentukan.

Menurut PP No 9 Tahun1995, Tentang Pelaksanaan Simpan Pinjam Menyatakan


Bahwa Pinjaman Berarti Penyediaan Uang Atau Tagihan Yang Sama Dengan Yang
Diberikan Dengan Berdasar Pada Kesepakatan Pinjam Meminjam Dengan Pihak
Peminjam Wajib Untuk Melunasi Hutang Dengan Jangka Waktu Yang Sudah Diberikan
Berdasrkan Kesepakatan Antar Kedua Belah Pihak.

Berdasarkan Pengertian Tersebut, Dapat Disimpulkan Bahwa Pembiayaan


Merupakan Dana Yang Disediakan Untuk Para Konsumen Untuk Pembelian Barang
Dimana Dana Yang Dipinjamkan Akan Dikembalikan Dalam Waktu Yang Telah
Disepakati Bersama Secara Berangsur Atau Bisa Melalui Imbalan Atau Bagi Hasil.
Dengan Memperoleh Keuntungan Semaksimal Mungkin Maka Pembiayaan Koperasi
Harus Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Sehingga Dana Yang Dihasilkan Tidak Sia-Sia
Ataupun Terbuang.

2. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan secara umum terbagi menjadi 2 bagian, yaitu secara makro
juga secara mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk:

• Meningkatkan akses pembiayaan ekonomi bagi masyarakat yang sebelumnya


tidak dapat melakukan pembiayaan

• Menyediakan dana untuk menambah tingkat kualitas usaha bagi orang yang
membutuhkan

• meningkatkan daya produktifitas bagi masyarakat


• memperluas lapangan kerja karena banyaknya sektor usaha yang baru di buka.

Adapun tujuan mikro pembiayaan yaitu:

• Memaksimalkan keuntungan untuk usaha yang dijalankan

• Memaksimalkan resiko yang akan terjadi pada usaha yang dijalankan untuk laba
yang akan dihasilkan

• Masyarakat yang berkekurangan akan diberikan dana yang lebih.

C. STRATEGI PEMBIAYAAN

1. Pengertian Strategi
Strategi merupakan upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan dapat dicapai dengan
mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki. Di usahakan pula untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada. Strategi dapat berupa upaya
untuk menyusun target, program, proyek untuk tercapainnya tujuan-tujuan serta tugas
pokok perencanaan. Strategi disusun berdasarkan premises dan tujuan yang telah di
tetapkan.
Dalam manajemen strategis yang baru , Mintzberg mengemukakan 5P yang sama
artinya dengan strategi, yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position,
prespektif (prespectife), dan permainan atau taktik (play)6.

a. Strategi adalah Perencanaan (Plan)

Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan gerak
langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan dimasa depan. Akan tetapi, tidak
selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan.
Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan di masa lampau, misalnya
pola-pola perilaku bisnis yang telah dilakukan di masa lampau.
b. Strategi adalah Pola (Patern)
Menurut Mintzberg strategi adalah pola, yang selanjutnya disebut sebagai “intended
strategy”, karena belum terlaksana dan berorientasi kemasa depan. Atau disebut juga
sebagai “realized strategy” karena telah dilakukan oleh perusahaan.

c. Strategi adalah Posisi (Position)


Yaitu menempatkan produk tertentu ke pasar tertentu yang dituju. Strategi sebagai
posisi menurut Mintzberg cenderung melihat ke bawah, yaitu kesatu titik bidik dimana
produk tertentu bertemu dengan pelanggan, dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai
aspek lingkungan eksternal.

d. Strategi adalah Prespektif (Prespectif)


Jika dalam P kedua dan ketiga cenderung melihat ke bawah dan keluar, maka
sebaliknya dalam prespektif cenderung melihat kedalam yaitu kedalam organisasai. 21

e. Strategi adalah Permainan (Play)


Menurutnya strategi adalah suatu maneuver tertentu untuk memperdaya lawan atau
pesaing. Suatu merek misalnya meluncurkan merek kedua agar posisinya tetap kukuh
dan tidak tersentuh, karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek
kedua tadi7.

Dalam pemberian pembiayaan, bank akan menghadapi resiko yang salah satunya adalah
kemacetan pembiayaan. Oleh karena itu diperlukan adanya kebajikan dan prosedur
penyelamatan yang mendasar, tepat dan efektif. Di bawah ini terdapat beberapa proses
penanganan pembiayaan yang dilakukan sesuai kolektabilitas pembiayaan berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan Lancar, dilakukan dengan cara:

a. Pemantauan usaha nasabah


b. Pemantauan nasabah dengan memberikan pelatihan-pelatihan

2. Pembiayaan Potensial Bermasalah, dilakukan dengan cara:

a. Melakukan pembinaan kepada nasabah

b. Pemberitahuan dengan surat teguran

c. Kunjungan lapangan atau silaturrahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah

d. Upaya preventif, yakni dengan penanganan rescheduling yaitu penjadwalan kembali


jangka waktu angsuran serta memperkecil

jumlah angsuran. Dan juga dapat dilakukan dengan reconditioning yaitu memperkecil
margin keuntungan atau bagi hasil.

3. Pembiayaan Kurang Lancar, dilakukan dengan cara:

a. Memberikan surat teguran atau peringatan

b. Kunjungan lapangan atau silaturrahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah


dengan cara lebih sungguh-sungguh

c. Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka


waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran dan juga dapat dilakukan dengan
reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.

4. Pembiayaan Diragukan atau Macet, dilakukan dengan cara:

a. Dilakukan dengan cara rescheduling, menjdwal kembali jangka waktu angsuran serta
memperkecil jumlah angsuran.
b. Dilakukan dengan cara reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil usaha.

D. JENIS-JENIS PEMBIAYAAN

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek


diantaranya:

1. Pembiayaan menurut tujuan:


Pembiayaan menurut tujuannya di bedakan menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
modal dalam rangka pengembangan usaha.

b. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan


investasi atau barang konsumtif.

2. Pembiayaan menurut jangka waktu


Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
a. Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan
sampai 1 tahun.

b. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1


tahun sampai dengan 5 tahun.

c. Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih
dari 5 tahun.
E.Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah yang ada di Lembaga Keuangan mempunyai beberapa


penyebab yang terdiri dari faktor internal, faktor eksternal dan kondisi lingkungan yang
akan dibahas sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor Internal Koperasi adalah penyumbang terbesar dalam menumbuhkan


pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah dapat diminimalisir melalui
pemahaman petugas pembiayaan secara benar dan dilengkapi dengan prosedur kerja
yang menjadi acuan petugas dalam merealisasikan pembiayaan Koperasi Syariah
kepada anggotanya.

a) Petugas Pembiayaan

 Kejujuran ( integrity )

Koperasi dalam merekrut karyawan harus mencari orang yang taat beribadah, orang
rajin ibadah setidaknya memiliki sifat kejujuran dan menghargai harta milik orang lain.

 Pengetahuan ( Knowledge )

Pengetahuan terhadap manajemen pembiayaan merupakan langkah terbaik dalam


mengantisipasi terjadinya pembiayaan. Koperasi harus membekali petugas pembiayaan
dengan pengetahuan manajemen pembiayaan yang dimulai dari memilih calon penerima
pembiayaan yang potensial, melakukan analisis hingga komite pembiayaan. Minimnya
pengetahuan tentang pemberian pembiayaan menjadikan salah sasaran dalam mencari
calon penerima pembiayaan yang potensial.

 Sikap ( Attitude )

Pembiayaan bermasalah juga dapat timbul dari petugas pembiayaan yang tidak memiliki
sikap proporsional. Dalam pemberian pembiayaan, seorang petugas pembiayaan pada
Koperasi Syariah harus bersikap netral dan tidak mementingkan keuntungan pribadi
atau orang lain terkadang pemberian pembiayaan lebih diutamakan karena faktor
kedekatan keluarga atau

perkawanan sehingga mengabaikan profesionalisme manajerial. Sehingga ketika


pembiayaan yang diberikan tidak lancar petugas pembiayaan merasa malu untuk
menegur ataupun menagihnya, kondisi ini akan semakin parah jika sebagian besar
pembiayaan diberikan dengan cara tersebut.

 Keterampilan ( Skill )

Ada beberapa kasus yang dijumpai seperti anggota penerima pembiayaan tidak mampu
untuk membayar angsuran, meskipun baru satu atau dua bulan pencairan pembiayaan
diberikan. Kejadian ini merupakan lemahnya petugas dalam menganalsis kemampuan
calon penerima pembiayaan. Seorang calon pembiayaan mengajukan pembiayaan
dengan mengukur nilai yang diberikan meskipun kebutuhan modalnya sebenarnya tidak
terlalu besar. Sebagai contoh, seorang pedagang rujak mengajukan pembiayaan sebesar
dua puluh juta, namun berdasarkan analisis keuangan sebenarnya hanya butuh modal
kkerja sebesar dua juta rupiah dan memiliki kemampuan mengangsur sepuluh ribu
rupiah per hari, namun karena taksasi agunannya berupa BPKB mobil yang dinilai
sebesar dua puluh juta rupiah kemudian Koperasi menyetujui pemberian dua puluh
juta, maka sudah dapat dipastikanakan terjadi pembiayaan bermasalah. Keterampilan
analisa keuagan petugas pembiayaan memegang kunci keberhasilan sebuah pembiayaan
yang diberikan.

 Sistem Operasional dan Prosedur

Seringkali kegagalan sebuah Koperasi Syariah lebih sering disebabkan kurang


tertatanya organisasi khususnya kelengkapan SOP yang jarang dimiliki, kondisi ini
menyebabkan seorang karyawan dalam melakukan pekerjaan seringkali cepat mencapai
titik jenuh yang berakibat banyaknya waktu terbuang dan terpengaruh dengan kondisi
seadanya. Sehingga targettarget pertumbuhan Koperasi Syariah tidak dapat dicapai dan
Koperasi Syariah berkembang secara stagnasi bahkan ironisnya mengalami penurunan
rentabilitas yang dapat berakhirnya eksistensi Koperasi.

2. Faktor Eksternal

a) Anggota Penerimaan Pembiayaan

Ada 4 faktor penting yang harus diperhatikan terhadap calon penerima pembiayaannya
antara lain:

 Karakter Calon Penerima Pembiayaan

Aspek analisa pembiayaan yang paling sulit adalah ketika kita menilai karakter
seseorang. Penilaian karakter yang merupakan aspek kuantitatif tersebut hanya bisa
dipahami jika kita telah mengenal lama calon penerima pembiayaan tersebut. Terkadang
orang yang telah menerima pembiayaan sering kali mangkir ketika ia harus membayar
kewajibannya.

 Side Streaming Penggunaan Dana

Tidak sedikit mereka yang mengajukan permohonan pembiayaan pada Koperasi Syariah
bukan hanya untuk keperluan pribadi melainkan mewakili kepentingan orang lain.
Contoh kasus adalah ketika ada anggota penerima pembiayaan yang bermasalah dalam
melaksanakan kewajibannya. Ketika ditelusuri permasalahannya ternyata pembiayaan
yang diterima dari Koperasi dibagikan pula kepada beberapa orang lain tanpa
sepengetahuan pengelola Koperasi, dan orang lain tersebut mangkir dan sulit ditagih
karena mereka tidak memiliki hubungan dengan manajemen. Penyalahgunaan
pembiayaan ini sulit dideteksi jika prinsip kehati-hatian dari pengelola Koperasi tidak
diberlakukan.

 Peningkatan Pola Konsumsi & Gaya Hidup

Anggota yang telah menerima pembiayaan dari Koperasi kebanyakan lebih


mementingkan kebutuhan konsumsi dan gaya hidupnya dibandingkan dia harus
membayar kewajiban angsurannya. Orang yang terbiasa dengan hidup glamour biasanya
lebih mementingkan pribadi daripada kewajibannya kepada orang lain.

 Memprioritaskan Kepentingan Lain

Keengganan anggota membayar kewajiban angsuran kepada Koeprasi Syariah


terkadang lebih disebabkan karena adanya kepentingan lain seperti adanya peluang
bisnis baru yang dilakukan anggota sehingga uang yang seharusnya dipakai untuk
membayar kewajiban angsurannya kepada pihak Koperasi Syariah justru dipakai untuk
mengambil peluang bisnis baru yang terkadang belum tentu membawakan hasil.

b) Kondisi Lingkungan

 Bencana Alam

Faktor bencana alam merupakan indikator kegagalan yang sulit diprediksikan, gempa
bumi, banjir dan tsunami merupakan salah satu penyebab terjadinya pembiayaan
menjadi macet, Antisipasi Kondisi Ini Hanya Satu Jalan Keluar Yaitu Dengan
Mengasuransikan Baik Jiwa Maupun Aset-Aset Yang Dimilikinya.

 Kebijakan Pemerintah

Kebijakan Pemerintah Terkadang Memengaruhi Pula Terjadinya Pembiayaan


Bermasalah Salah Satu Contohnya, Terjadi Impor Beras Dari Luar Negeri
Menyebabkan Turunnya Harga Beras Di Pasaran Sementara Biaya Produksi Pertanian
Menjadi Tidak Sebanding Dengan Harga Jual Produksinya, Jika Pembiayaan Diperoleh
Dari Pembiayaan Koperasi Maka Sudah Dapt Dipastikan Akan Terjadi Kemacetan
Dalam Pengembalian.

 Huru Hara/ Demonstrasi

Iklim Demokrasi Di Indonesia Tidak Hanya Memberikan Nilai-Nilai Positif Bagi


Kehidupan Bernegara, Akan Tetapi Iklim Ini Juga Membawa Dampak Negatif. Kasus
Pembakaran Yang Terjadi Pada Tahun 1997 Di Jakarta Membuat Jutaan Debitur Bank
Tidak Mampu Melunasi Hutangnya Yang Disebabkan Hilangnya Kesempatan Berusaha
Dan Timbulnya Kepanikan Harga-Harga Komoditi.

 Kendala Musim

Iklim Indonesia Saat Ini Tidak Menentu, Kendati Hanya Memiliki Dua Iklim Yaitu
Musim Panas Dan Musim Penghujan, Seorang Petugas Pembiayaan Jika Memberikan
Pembiayaan Kepada Anggota Koperasi Yang Berprofesi Sebagai Pedagang Es Pada
Saat Musim Penghujan Maka Sudah Dapat Dipastikan Pengembalian Pembiayaannya
Akan Mengalami Permasalahan. Karena Pedagang Es Pada Musim Hujan Biasanya
Mengalami Penurunan Pendapatau Atau Sama Sekali Tidak Laku Dagangannya.

F.Penanganan dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah


A. Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Penanganan Terhadap Pembiayaan Bermasalah Perlu Dilakukan

Dengan Cara:

1) Preventif ( Pencegahan )

 Pemahaman Dan Pelaksanaan Proses Pembiayaan YangBenar, Menyangkut


Internal ( Koperasi ) Dan Eksternal (Mitra Dan Lingkupnya)
 Pemantauan dan pembinaan pembiayaan ( on site dan on desk monitoring )
Memahami faktor yang menjadi penyebab dan gejala dini terjadinya pembiayaan
bermasalah
2) Kuratif ( Penyelesaian )
 Account Officer melakukan analisis evaluasi ulang mengenai
 aspek ( manajemen, pemasaran, produksi, keuangan, yuridis,
B. Cara Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

1. Cara penanganan/ penanganan pembiayaan bermasalah dapatdilakukan dalam bentuk:

a. Revitalisasi

Revitalisasi dilakukan dengan cara:

1. Penataan kembali ( Restructuring )

Ada tiga bentuk penataan kembali yaitu:

a) Ditambah dana ( suplesi ) Anggota/ mitra usaha mengambil kembali sisa baki debet
selama masih dalam jangka waktu pembiayaan yang disetujui dalam akad.

b) Novasi Perjanjian yang dilakukan antara pihak koperasi dengan mitra/ anggota yang
menyebabkan pembiayaan sebelumnya menjadi hangus. Novasi subyektif pasif terjadi
apabila mitra baru ditunjuk untuk menggantikan mitra lama yang oleh koperasi
dibebaskan perikatannya. Kewajiban mitra lama, otomatis berpindah kepada mitra baru.
Mitra lama tidak dapat dituntut kecuali telah diperjanjikan secara tegas di awal. Atau
pada saat penggantian mitra tersebut sudah dalam keadaan bangkrut.

c) Pembaruan pembiayaan Hal ini bukan merupakan pembaruan perjanjian yang


menyebabkan perjanjian lama menjadi hangus karena adanya perjanjian baru. Namun
merupakan tindakan terhadap suatu fasilitas pembiayaan yang diberikan dengan
ketentuan:

(1) Mitra masih belum sanggup melunasi pembiayaan yang telah diterima sehingga
yang bersangkutan diberi kesempatan untuk memperoleh pembiayaan dengan maksimal
plafon pembiayaan sama dengan semula.

(2) Mitra tidak diperbolehkan mengambil sisa baki debet dari pembiayaan tertentu.

Berdasarkan kedua hal diatas, koperasi perlu menilai ulang terhadap kemampuan
anggota terutama dalam penyesuaian dengan saldo pembiayaan yang sudah ada.

2. Penjadwalan kembali ( Rescheduling )


Penjadwalan ulang dapat dilakukan dengan mengubah jangka waktu pembiayaan,
jadwal pembayaran ( penanggalan, tenggang waktu), dan jumlah angsuran. Hal ini
dilakukan apabila terjadi ketidakcocokan jadwal angsuran yang dibuat Account Officer
dengan kemampuan dan Kondisi Mitra. Pemecahannya Adalah Dengan Mengevaluasi
Dan Menganalisis Kembali Seluruh Kemampuan Usaha Mitra Sehingga Cocok Dan
Tepat Dengan Jadwal Yang Baru. Koperasi Tidak Perlu Meneliti Ulang Tentang
Jaminan Dan Segala Bentuk Perijinan Yang Ada.

3. Persyaratan Kembali ( Reconditioning ) Koperasi Melakukan Tindakan Terhadap


Mitra Apabila Terdapat:

(1) Perubahan Kepemilikan Usaha

(2) Perubahan Jaminan, Apakah Dalam Hal Bentuk, Harga, Maupun Status. Hal Ini
Akan Mempengaruhi Collateral Coverage Pembiayaan

(3) Perubahan Pengurus

(4) Perubahan Nama Dan Status Perusahaan Keempat Hal Diatas Akan Menyebabkan
Perubahan Penanggung Jawab Pembiayaan Dan Perubahan Status Yuridis Perusahaan
Yang Mungkin Tidak Tepat Lagi Dengan Menggunakan Perjanjian Semula.

4. Bantuan Manajemen

Apabila Dari Hasil Evaluasi Ulang Aspek Manajemen Yang Menjadi Faktor Penyebab
Terjadinya Pembiayaan Bermasalah, Maka Koperasi Akan Melakukan Asistensi Atau
Bantuan Manajemen Terhadap Usaha Anggota.

b. Collection Agent

Apabila pejabat koperasi dalam melakukan penagihan pembiayaan bermasalah hasilnya


tidak cukup efektif, maka boleh menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan
penagihan, dengan syarat bahwa personal yang bersangkutan harus capable, credible,
amanah dan memahami prinsip-prinsip dalam menagih.
c. Penyelesaian Melalui Jaminan ( eksekusi )

Penyelesaian Melalui Jaminan Dilakukan Dengan Cara:

1) Non Litigasi

A) Likuidasi Usaha

B) Parate Eksekusi

C) Ambil Alih Jaminan ( Off Set )

D) Menjual Jaminan

2) Write Off Sementara

D. Write Off Final

1) Klasifikasi Write Off :

A) Hapus Buku, Yaitu Penghapusbukuan Seluruh Pembiayaan Mitra Yang Sudah


Tergolong Macet, Akan Tetapi Masih Akan Tetap Ditagih

B) Hapus Tagih, Yaitu Penghapusbukuan Dan Penghapustagihan Seluruh Pembiayaan


Yang Sudah Nyata Nyata Macet

2) Syarat Kondisi:

A) Penghapusbukuan Hanya Boleh Dilakukan Terhadap Mitra Yang Pembiayaannya


Sudah Tergolong Macet Akan Tetapi Berdasar Analisis Koperasi Secara Material Masih
Ada Sumber Walau Sangat Terbatas Jumlahnya Untuk Membayar

B) Penghapustagihan Hanyalah Dilakukan Terhadap Mitra Yang Pembiayaannnya


Sudah Macet Dan Berdasarkan Analisis Ekonomi Yang Dilakukan Pihak Koperasi
Mitra Yang Bersangkutan Nyata Nyata Tidak Mempunyai Sumber Kemampuan Untuk
Membayar

3). Mekanisme Pengambilan Keputusan Untuk Setiap Rencana Penghapusan


Pembiayaan, Baik Yang Berupa Peghapusbukuan Dan Terlebih Penghapustagihan
Haruslah Diajukan Oleh Manajer KJKS Atau UJKS Koperasi Kepada Pengurus,
Kemudian Berdasarkan Data Mitra Yang Diajukan Tersebut, Pengurus Akan
Melakukan Penelitian Dan Memberikan Persetujuan Dan Atau Penolakan.

4. Proses Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah:

A) Menganalisis/Mengkaji Ulang Penyebab Pembiayaan Bermasalah

B) Penentuan Alternatif Solusi

C) Pelaksanaan Penanganan/Penyelesaian

D) Monitoring Dan Evaluasi

5. Pembenahan Pembiayaan Secara Preventif Ini Oleh Account Officer Tetap Harus
Diajukan Kepada Panitian Pembiayaan Untuk Disetujui. Setelah Disetujui, Maka Proses
Berikutnya Sama Seperti Proses Pembiayaan Terhadap Mitra Baru

6. Terhadap Pembiayaan Yang Menunggak 1-4 Bulan, Account Officer Harus


Memberikan Surat Pemberitahuan Tunggakan. Apabila Dalam Jangka Waktu Tertentu
Mitra Tetap Tidak Menyelesaikannya, Maka Account Officer Dapat Mengalihkan Mitra
Tersebut Ke Urusan/Seksi Legal Dan Remedial.

Ucapan Terima Kasih


Kami mengucapkan Banyak Terima kasih Kepada Para Team kelompok 4 Atas
Partisipasinya Dalam Menyelesaikan Tugas Book Chapter Dengan Matakuliah
Pengantar koperasi .Begitu juga Kami Ucapkan Terimah Kasih Kepada Dosen Mata
Kuliah Yang Mengampuh Matakuliah Pengantar Koperasi Ibu Nurjannah,S.Pd,M.Pd.

Daftar Pustaka

Suwandi.(2020). Skema Restrukturisasi Usaha Koperasi. ournal of Entrepreneurship,


Management, and Industry (JEMI) Vol. 3, No. 4,:Jakarta

Nur Jamaludin,(2019) Sejarah, Peran Dan Model Skema Pembiayaan Terintegrasi:


Artikel Review Tentang Beberapa Studi Keuangan Mikro Syariah. islaminomics
Journal of Islamic Economics, Business and finance Vol. 9 No. 1:Banten

Siregar.A.P (2020) Kinerja Koperasi Di Indonesia . VIGOR: Jurnal Ilmu Pertanian


Tropika dan Subtropika 5 (1) : 31 – 38:Yogyakarta

Supriyadi.(208) . Desain Penyelesaian Kredit Macet dalam Pembiayaan Murobahah di


BMT Bina Ummat Sejahtera. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law:Kudus

Windi Maulidina Lestari ,Aliyudin (2019) Pelaksanaan Akad Murabahah Bil Wakalah
Pada Produk Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (Kur) Mikro Ib Di Bank Bri
Syariah Kcp Majalaya. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Volume VI/ Nomor
2:Bandung

Doni Rahmat.(2021) Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Modal Usaha


Berdasarkan Akad Murabahah Di Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau Dari Fatwa
Dsn-Mui.(Skipsi):Jakarta

Toyyibi. Abdul Majid(2019). Implementasi Hawalah Pada Pembiayaan Bermasalah


Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah Usaha Gabungan Terpadu Bmt
Sidogiri Kcp Omben Tahun Buku 2018. 38 .Profit: Jurnal Kajian Ekonomi dan
Perbankan 3 (2) 2019. P: 38-50:Sidogiri
Rori, H. (2013). Analisis Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan.
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3), 410–418.

Sartono, H. A. T. (2010). Revitalisasi Kaidah Koperasi Dalam Sistem Ekonomi


Kerakyataan. MMH, 39(3), 245–252.

Laela Indayani .(2020). Penerapan Akad Ijarah Dalam Pembiayaan Di Koperasi


Syariah Benteng Mikro Indonesia (Bmi) Cabang Jayanti Tangerang.(Skipsi).Tengerang

Anda mungkin juga menyukai