TUGAS MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah
Oleh:
MISBAHUL MA’RUF
2022040204012
Dosen Pengampu ;
Dr. Husain Insawan, M.Ag
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi oleh bisnis saat ini semakin beragam dan kompleks. Manajemen
bisnis tentu menyadari bahwa usaha yang dipimpinnya penuh dengan persaingan dan selalu
berubah secara dinamis. Hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri dalam bisnis. Setiap
perusahaan pastinya membutuhkan biaya untuk bisa beroperasi dengan baik. Semakin besar
sebuah perusahaan akan semakin besar pula biaya operasional yang harus ditanggungnya, begitu
pula sebaliknya. Manajemen perusahaan dituntut untuk bisa melakukan efisiensi dan efektivitas
operasional agar perusahan yang dipimpinnya bisa tetap bertahan dari waktu ke waktu.
Untuk menjamin terlaksananya operasional bisnis sesuai dengan tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan, dibutuhkan suatu system pengendalian yang baik agar perusahaan bisa tetap
beroperasi dengan memperhatikan efektivitas, efisiensi, dan ketaatan terhadap peraturan yang
berlaku. Keberhasilan suatu pengendalian sangat dipengaruhi oleh komitmen manajemen
perusahaan. Pimpinan manajemen perusahaan hendaknya memiliki komitmen yang kuat atas
penerapan pengendalian yang memadai dan berkualitas. Kerjasama yang baik semua pihak
dalam perusahaan mutlak demi terwujudnya suatu pengendalian yang berkualitas.
B. Rumusan masalah
Beberapa rumusan permasalahn yang terdapat dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana Cara Mengelola Hasil Bisnis
2. Apa itu Ihsan dan Pengendalian Bisnis
3. Bagaimana Konsep Pengendalian Intern menurut COSO
C. Tujuan penelitian
PEMBAHASAN
A. Mengelola Hasil Bisnis Untuk dapat merancang bisnis yang berkelanjutan, ada beberapa
persoalan atau komponen terkait yang perlu disikapi dengan bijak, karena bagaimana
kondisi objektif persoalan atau komponen itu merupakan modal sekaligus gambaran
kondisi perusahaan itu di masa depan.
1. Mengelola Keuangan Perusahaan yang disiapkan untuk menjadi perusahaan yang baik dan
dapat diwariskan kepada anak cucu adalah perusahaan yang dari awalnya berpegang teguh pada
disiplin dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Menurut cerita orang tua kita, para pebisnis
Cina dahulu sebelum mengenal sistem akuntansi modern seperti sekarang ini sudah mengenal
sistem administrasi keuangan yang mereka sebut sistem akuntansi 5 paku. Dengan cara yang
sangat sederhana ini para pebisnis Cina dahulu dapat memilah-milah pos-pos keuangan sehingga
jelas posisi dan isinya masing, dan dijamin tidak akan tercampur baur antara pos satu dengan pos
yang lain. Inilah yang menjadi cikal bakal sistem administrasi keuangan modern yang kita kenal
di Indonesia sampai dengan tahun 1960 an dengan nama Tata Buku (Book Hoding), yang berasal
dari Belanda atau Eropa Continental, dan kemudian di tahun 1970 kita kenal sistem administrasi
keuangan di Indonesia beralih mengikuti sistem Akuntansi yang berasal dari Amerika Serikat.
2. Mencermati Daur Hidup Produk Kehidupan bisnis itu dimulai dari masa perkenalan, masa
pertumbuhan, masa kedewasaan, dan masa kemunduran. Empat tahap kehidupan bisnis ini
disebut dengan istilah daur hidup produk (Product life cicle).
a. Masa Perkenalan (Introduction) Ciri-ciri khusus yang nampak dan dirasakan pada masa
perkenalan ini antara lain: Pertama, produk/jasa yang dipasarkan belum begitu dikenal.
Keduabiaya masih tinggi. Ketiga, laba bersih baru sedikit karena sebagin besar keuntungan untuk
menutup biaya yang sudah dikeluarkan. Sedangkan strategi khusus yang perlu dilakukan dalam
masa perkenalan ini adalah meningkatkan promosi, sehingga produk/jasa yang dipasarkan
semakin dikenal oleh konsumen.
b. Pertumbuhan (Growth) Pada masa pertumbuhan ini ciri khusus yang nampak dan dirasakan
adalah: pertama, biaya sudah mulai berkurang. Kedua, keuntungan sudah mulai meningkat.
Ketiga, pesaing baru mulai muncul. Strategi khusus yang perlu dilakukan pada masa
pertumbuhan ini antara lain adalah memperluas jaringan pemasaran dan distribusi agar dapat
menjangkau areal konsumen yang lebih luas dan terus meningkatkan promosi untuk
mengimbangi munculnya pesaing-pesaing baru.
c. Masa Kedewasaan (Maturity) Pada masa kedewasaan ini bisnis biasanya memasuki masa
keemasan karena aktivitas bisnis sudah mapan. Di tengah kemapanan usaha ini pebisnis harus
waspada dan hati-hati karena suatu saat dipenghujung masa kedewasaan berdasarkan
pengalaman para pebisnis akan terjadi titik balik mengarah pada kemunduran. Inilah yang
disebut dengan istiah Product Life Cycle (siklus kehidupan produk) atau juga disebut daur ulang
kehidupan produk. Ciri-ciri khusus pada masa kedewasaan ini antara lain: pertama, pemasaran
produk/jasa berjalan lancar. Kedua, keuntungan terus mengalir. Ketiga, dibayang-bayangi masa
penurunan.
(b)Mengurangi biaya yang kurang penting sehingga harga pokok dapat diturunkan
(d) Melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi tibanya masa Product Life
Cycle berlaku.
Masa kemunduran (decline) adalah masa yang paling dikhawatirkan oleh pebisnis karena
kalau tidak siap menghadapinya perusahaan akan kelimpungan dan tidak menguntungkan lagi
kalau diteruskan. Perusahaan pada masa ini cenderung merugi. Tingkat penjualan terus melorot,
kemudian colaps, dan akhirnya bangkrut.
Ciri-ciri khusus pada masa penurunan ini adalah penjualan produk dan keuntungan
perusahaan terus menurun dan terjadi kelesuan dikalangan pemilik dan karyawan. Strategi
khusus yang perlu dijalankan pada saat ini antara lain :
a) Redesain usaha yang akan dilakukan.
b) Tinggalkan produk lama dan ganti dengan poduk baru yang sudah disiapkan begitu
mulai terasa ada penurunan penjualan dan keuntungan perusahaan
3. Menyiasati Pasar
a) Model Bauran Pemasaran Bauran pemasaran dikenal juga dengan sebutan marketing
mix adalah variable-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yang terdiri dari produk
(product), harga (price), distribusi (palace), dan promosi (promotion).
b) Strategi STP Strategi kedua yang juga banayak digunakan oleh pebisnis (produsen)
adalah segmentasi (sigmentation), target (targetting), dan posisi (positioning).
c) Riset Pasar
Iklan yang asal dibuat tanpa dukungan hasil riset efektivitasnya diragukan. Untuk itu agar iklan
efektif perlu lebih dahulu didahului dengan riset pasar. Untuk ini perlu dilakukan analisis awal
dengan melihat:
(a) Perbandingan dengan produk sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain,
(b) Perbandingan harga dengan produk sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain,
sehingga ditemukan seberapa besar beda harganya. Dari dua perbandingan tersebut
kita akan menemukan variable-variabel yang mempengaruhi tingkat penjualan. Dari
perbandingan (a) kita menemukan variable kerapian kurang dan kemasan kurang
menarik. Kemudian dari perbandingan (b) kita menemukan harganya lebih mahal dari
produk sejenis yang diproduksi perusahaan lain. Dengan tiga (3) variable tersebut kita
rumuskan hipotesis penelitiannya.
H o : Kerapian, kemasan, dan harga tidak berpengaruh terhadap penjualan.
Ha : Kerapian, kemasan, dan harga berpengaruh terhadap penjualan.
Hasil penelitian yang sudah dianalisis dan dilengkapi dengan rekomendasi tindak lanjut inilah
yang kita jadikan bahan pertimbangan untuk membuat iklan.
d) Merek (Branding)
Merek adalah nama perusahaan, bagaimana nama itu secara visual diekspresikan melalui
logo, dan bagaimana nama dan logo itu diperluas sepanjang suatu komunikasi organisasi. Merek
juga adalah semacam janji yang diekspresikan melalui media komunikasi untuk menyajikan
suatu produk. Berdasarkan pengalaman para pebisnis (produsen) yang berhasil membangun
usahanya untuk membangun sukses pasar melalui pemakaian merek, paling tidak ditentukan oleh
beberapa hal berikut : pertama, tampilan produk yang konsisten. Kedua, kualitas produk yang
konsisten. Ketiga, nada yang konsisten dalam komunikasi bisnis (iklan dan bentukbentuk
promosi lainnya). Sebuah merek bisa pudar oleh sebab-sebab berikut:
d) Lemahnya pemasaran
h) Tingkat dan mutu dukungan pemasaran tidak mencukupi untuk mencapai kesadaran
konsumen terhadap merek baru itu
1) Bidang reset dan pengembangan (Research and Development) yang bertugas mengkaji
produk baru yang bagaimana yang bisa dikembangkan.
Puncak tertinggi dari perilaku seorang dalam islam adalah ihsan. Pelaku ihsan adalah
hamba pilihan dari hamba-hamba Allah yang shalih. Oleh karena itu, di dalam al-Quran
disebutkan hak-hak mereka secara khusus tanpa menyebutkan hak yang lainnya.
Orang yang lurus aqidahnya dan bersih jiwanya selalu merasakan adanya muraqabatullah
[pengawasan Allah]. Kapan dan dimanapun, ia merasa dalam penglihatan, pendengaran, dan
penilaian-Nya dalam waktu yang sama ia merasakan betapa Allah selalu berbuat baik kepadanya.
Ia merasakan nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya secara langsung maupun tidak langsung,
ia ketahui maupun tidak ia ketahui, disadari ataupun tidak disadari. Kedua perasaan ini
membuatnya selalu berusaha untuk mengatur niatnya menjadi yang terbaik. Niat akan
mempengaruhi cara dan proses kerjannya. Bagi seorang mukmin, niat yang ikhlas saja tidak
cukup. Seorang mukmin akan berusaha melakukan kerja yang terbaik dan sempurna, dengan
kualitas yang terbaik. Demikian itu karena kerja dalam pandangannya merupakan wujud syukur
kepada Allah atas nikmat yang telah dirasakan.
Dari pemahaman teologi dan diturunkan pada tataran praktis kehidupan, maka berbisnis
dan melakukan perniagaan termasuk bentuk peribadakan kepada Allah Swt. Pendekatan ini
diturunkan dari kalimat IHSAN. Dimana setiap orang yang terlibat dalam bisnis, apakah itu
Investor, Pemilik Usaha, Professional, atau Konsultan, secara bersama-sama bermuaamalah
(berbisnis) atas kehendak Allah Swt yang menyuruh memakmurkan bumi dengan mengikuti
alquran dan sunnah Rasulullah Saw.
Beberapa praktisi dan ilmuan bisnis dari berbagai latar belakang budaya. Merumuskan
beberapa pendekatan aplikasi perbaikan bisnis, diantaranyana adalah Balanced Scord Card, Six
Sigma, Just in Time dan Kaizen. Semua bermuara untuk menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan dan mengalahakan persaingan. Hal ini menghasilkan pendekatana terdiri dari 5 tahap
yang saling menyatu dan sinergi. Pertama, bernama intention (niat). Prof. Dr. H. Suroso Imam
Zadjuli, S.E dalam makalahnya Pengembangan Ilmu Ekonomi Islam menjelaskan bahwa
Intention (niat) adalah pembeda utama dari ekonomi kapitalis, sosialis dengan ekonomi islam.
Pernyataan niat adalah penentu perbuatan. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulullah Saw
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung niat”. Dam setiap urusan tergantung pada apa
yang telah diniatkan. (H.R. Bukhari Muslim)
Kedua, bernama Honesty (shiddiq). Kejujuran menjadi perekat sistem antara pelaku
bisnis, dengan pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Seorang investor tidak akan
melakukan kecurangan, perzhaliman ketika berinvestasi menggunakan riba. Karena hal itu
dilarang oleh Allah Swt.
Ketiga, bernama Sharing (berbagi). Aplikasi ini adalah investor tidak menginvestasikan
modal dengan riba, namun dengan akad syrkah atau mudharabah. Sedangkan pemilik, tidak
semata hanya memperkerjakan professional, namun juga membagikan keuntungan bisnis,
berbagi ilmu bisnis dan pengembangan karyawan.
Keempat, Bernama Achievment (pencapaian). Bisnis yang dijalamkan adalah wujud
pencapaian ketaqwaan kepada Allah Swt. Pada kontek manajemen bisnis, setiap orang berlomba
dalam pencapaian kebaikan dan memberikan yang terbaik bagi Allah dan Agama Islam.
Kelima, bernama norma (Akhlaq). Pendekatan dalam bisnis berwujud dalam budaya
usaha/bisnis. Setiap orang yang terlibat dalam bisnis, samasama melakukan proses saling
menguatkan dalam kebaikan dan kebenaran
Dari pendekatan IHSAN dalam aplikasi manajemen bisnis, maka secara bersamasama
seorang muslim selalu saling menguatkan untuk mencapai derajat ketaqwaan. Saling bersinergi
dan menolong secara bersama-sama menjadikan islam rahmat bagi seluruh alam. Untuk
mencapai hal tersebut kita harus melakukan pengendalian bisnis. Pengendalian bisnis merupakan
salah satu ikhtiar bahwa kita diwajibkan membuat sistem atau aturan untuk mewujudkan tujuan
atau cita-cita. Pengendalian dalam bisnis didesain untuk bekerja secara terus menerus,
menggunakan ukuran ukuran fisik sebagai masukan informasi dan bekerja secara independent
tanpa intervensi manusia.
Istilah pengendalian bisnis hampir sama dengan pengendalian internal karena muara
sama yang dibahas adalah konsep sistematika tindakan minimalisir antara tujuan oraganisasi atau
perusahaan dengan realita. Sistem pengendalian intern pada hakikatnya adalah suatu mekanisme
yang didesain untuk menjaga (preventi), mendeteksi (detektif), dan memberikan mekanisme
pembetulan (korektif) terhadap potensi terjadinya kesalahan (kekeliruan, kelalaian, error)
maupun penyalahgunaan (kecurangan, fraud)
Menurut Mc Leod dan George, pengendalian intern dapat dibedakan dalam berbagai
sudut pandang, yaitu:
1) Preventif Controls Yaitu pengendalian intern yang dirancang dengan maksud untuk
mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan dan penyalahgunaan.
2) Detection Control Pengendalian yang didesain dengan tujuan agar apabila data direkam/
dikonversi dari media sumber untuk ditransfer ke sistem computer dideteksi bila terjadi
kesalahan.
3) Corrective Control Pengendalian yang sifatnya jika terdapat data yang sebenarnya error tetapi
tidak terdeteksi oleh detection control, atau data yang error yang terdeteksi oleh program
validasi, harus ada prosedur yang jelas tentang bagaimana melakukan pembetulan terhadap data
yang salah dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan kerugian kalau kesalahan atau
penyalahgunaan tersebut sudah benar-benar terjadi.
1) Thermostat AC
2) Termometer
3) Assessor
4) Effector
5) Jaringan Kabel
6) Suhu Badan
7) Sopir Mobil
4) Jaringan komunikasi
- Proses berawal ketika detector mencari informasi tentang aktifitas. Detector ini bisa berupa
sistem sistem informasi baik formal atau informal yan menyediakan informasi kepada pimpinan
mengenai apa yang terjadi di dalam suatu aktifitas.
- Setelah informasi diperoleh, aktifitas yang terekam didalamnya dibandingkan dengan standard
atau patokan berupa kriteria mengenai apa yang seharusnya dilaksanakan dan seberapa jauh
diperlukannya pembenaran.
- Proses perbaikan dilaksanakan oleh efektor sehingga penyimpanan diubah agar kegiatan
kembali mengikuti kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Sanyoto, ada beberapa asumsi dasar yang perlu dipahami mengenai pengendalian
internal bagi suatu entitas organisasi atau perusahaan. Asumsi-asumsi dasar tersebut antara lain:
2) Top manajemen bertanggung jawab menyusun sistem pengendalian intern, tentu saja
dilaksanakan oleh para stafnya.
3) Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic, mendasar, dan dapat diterapkan pada
semua perusahaan pada umumnya.
4) Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat rancangan yang
kita desain adalah yang paling optimal.
6) Sistem pengendalian intern harus selalu dan terus menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan,
dengan perkembangan kondisi dan teknologi.
Menurut Alvin, terdapat empat konsep dasar yang mendasari telaah atas struktur pengendalian
intern dan penetepan risiko pengendalian, diantaranya:
Ketentuan yang menyatakan bahwa manajemen, dan bukan auditor yang bertanggung jawab
dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Struktur pengendalian intern tidak dapat dianggap sepenuhnya efektif, meskipun telah dirancang
dan disusun dengan sebaik-baiknya. Meskipun sistem yang ideal telah dirancang,
keberhasilannya tetap bergantung pada kompetensi dan kehandalan oleh pelaksananya.
Konsep pengendalian intern berlaku sama dengan sistem maupun manual komputerisasi (EDP).
Terdapat perbedaan besar antara sistem manual yang sederhana bagi sebuah perusahaan kecil
dan sistem EDP yang sangat rumit untuk perusahaan industri bertaraf internasional. Meskipun
demikian, tujuan pengendalian intern adalah sama.
Tujuan dirancangnya sistem pengendalian intern dari cara pandang terkini dan yang sudah
mencakup lingkup yang lebih luas pada hakekatnya adalah untuk melindungi harta milik
perusahaan, mendorong kecermatan dan kehandalan data dan pelaporan akuntansi, meningkatkan
efektifitas dan efisiensi usaha, serta mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah
digariskan dan aturan-aturan yang ada.
Sistem pengendalian intern yang terbaik adalah bukan struktur pengendalian yang seketat
mungkin secara maksimal, sistem pengendalian intern juga mempunyai keterbatasan-
keterbatasan. Menurut Boynton,dkk keterbatasan atau kelemahan yang melekat pada sistem
pengendalian intern antara lain :
2) Kemacetan. Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi karena personel salah
memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.
3) Kolusi. Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang suatu pengendalian penting
bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus
menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian intern.
5) Biaya versus manfaat. Biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak melebihi
manfaat yang diharapkan untuk diperoleh.
Suatu komite yang diorganisir oleh lima organisasi profesi yaitu IIA, AICPA, IMA, FEI, dan
AAA pada bulan oktober 1987 menghasilkan kajian yang dinamakan COSO framework of
internal control. Pada tahun 1992 COSO mengeluarkan definisi tentang pengendalian intern,
COSO memandang pengendalian intern merupakan rangkaian tindakan yang menembus seluruh
organisasi. COSO juga membuat jelas bahwa pengendalian intern berada dalam proses
manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring.
Terdapat lima komponen pengendalian intern menurut COSO, yaitu lingkungan pengendalian,
penentuan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan atau
pemantauan.
1. Lingkungan pengendalian
Komponen ini meliputi sikap manajemen disemua tingkatan terhadap operasi secara umum
dan konsep pengendalian secara khusus. Hal ini mencakup etika, kompetensi serta integritas
dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi, juga tercakup struktur organisasi serta
kebijakan dan filosofi manajemen. Kode etik merupakan standar aturan mengenai etika yang
harus dijalankan oleh entitas. Implementasi dari kode etik ini akan sangat efektif jika
memenuhi dua syarat, yaitu pertama, entitas perlu menyatakan secara spesifik kepada
karyawan mengenai kode etik yang mereka jalankan. Kedua, agar kode etik ini bisa berjalan
secara efektif adalah perfu adanya dukungan dari tim manajemen puncak. Kompetensi adalah
skill atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang sebagai modal dalam melaksanakan tugas
atau kemampuan bersaing dalam mencapai tujuan. Integritas adalah suatu sikap dalam
menyatakan keinginan atau kehendak, kejujuran dan keikhlasan serta perbuatan antara orang-
orang yang memiliki satu tujuan yang sama. Kompetensi dan integritas merupakan dua sikap
yang harus dimiliki oleh setiap personil dalam suatu entitas.
2. Penentuan risiko
Penentuan risiko mencakup penentuan risiko di semua aspek organisasi dan penentuan
kekuatan organisasi melalui evaluasi risiko. COSO juga menambahkan pertimbangan tujuan
di semua bidang operasi untuk memastikan bahwa semua bagian operasi bekerja secara
harmonis.
3. Aktivitas Pengendalian
Menurut Mulyadi, prosedur pemisahan tugas dalam rangka memenuhi aktivitas pengendalian
harus memenuhi syarat antara lain:
Formulir merupakan media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk
memberikan crisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu, penggunaan
formulir harus diawasi sedemikian napa gana mengawasi pelaksanaan otorisasi. Di lain pihak,
formulir merupakan dokumen yang digunakan sebagai dasar untuk pencatatan transaksi dalam
catatan akuntansi.
Manajemen tidak dapat berfungsi tanpa informasi. Komunikasi informasi tentang operasi
pengendalian internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas pengendalian dan untuk mengelola operasinya. Menurut Saefullah
(2006:295), komunikasi adalah proses seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau
pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis.
Menurut Saetullah pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang tidak
lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. Pengawasan/ pengendalian yang
bersumber dari diri sendiri atas dasar keimanan. Pengawasan yang berasal dari luar diri sendiri
atau dari sistem. Falsafah dasarnya adalah tanggung jawab individu, amanah dan keadilan. Islam
memerintahkan setiap individu untuk menyampaikan amanah yang diembannya labatan
(pekerjaan) merupakan bentuk amanah yang harus dijalankan
Untuk membedakan pengendalian bisnis syariah adalah niat dan prosesnya. Niat bagi
seoran muslim menjadi seseuatu yang penting karena menentukan danmenjadi "bahanbakar"
dalam beraktivitas. Konsep niat dalam manajemen karena abstrak dominan tergantung pada
individu masing masingnamun ini jika terus menerus disampaikan oleh manajemen pada semua
individu maka bahan bakar ini bisa menjadi alat pengendali yang efektif. Proses yang sesuai
dengan nilai nilai islami adalah tidak adanya unsur-unsur melanggar Syariah dari sisi haram
zatnya, haram selain dzatnya dan akadnya. Pengendalian bisnis yang proporsional tidak
menyakiti pihak lain, menyeimbangkan kebutuhan fisik dan rohani atau materil dan immateri
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmanto, Eko, dkk. 2021. Sistem Pengendalian Internal. Medan: Yayasan Kita Menulis
Hakim, Budi Rahmat. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Kita tau bersama ramadhan adalah bulan dimana kita diajarkan untuk menahan diri, namun saat
menjelang ramadhan fenomena yang banyak di lihat dalam masyarakat bahwa menjamurnya
pelaku UMKM