Anda di halaman 1dari 22

KONTRIBUSI

PEMIKIR ISLAM
TERHADAP
PERKEMBANGAN
EKONOMI

(AL GHAZALI, IBNU


TAIMIYAH, DAN IBNU
KHALDUN)
Pemikiran Ekonomi pada Masa Al
Ghazali
(450 – 505 H/1058 – 1111 M )
Mayoritas pembahasan Al-Ghazali mengenai berbagai pembahasan
ekonomi terdapat dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din. Bahasan ekonomi Al-
Ghazali dapat dikelompokkan menjadi: pertukaran sukarela dan evolusi
pasar, produksi, barter dan evolusi uang, serta peranan negara dan
keuangan publik.
Bagi Al-Ghazali, pasar berevolusi sebagai bagian
Pertukaran Sukarela dan dari ‘’hukum alam’’ segala sesuatu, yakni sebuah
ekspresi berbagai hasrat yang timbul dari diri
Evolusi Pasar sendiri untuk saling memuaskan kebutuhan
ekonomi. Menurut Ghazali setiap perdagangan
harus menggunakan cara yang terhormat.

Etika Perilaku Pasar


Permintaan, Penawaran, Harga, Dalam pandangan Al- Ghazali, pasar harus berfungsi berdasarkan etika
dan Laba dan moral para pelakunya. Secara khusus, ia memperingatkan larangan
Sepanjang tulisannya, Al- Ghazali berbicara mengenai “harga yang
mengambil keuntungan dengan cara menimbun makanan dan barang-
berlaku seperti yang ditentukan oleh praktek-praktek pasar”, sebuah barang kebutuhan dasar lainnya, memberikan informasi yang salah
konsep yang dikemudian hari dikenal sebagai al-tsaman al- adil (harga mengenai berat, jumlah dan harga barangnya, melakukan praktik-
yang adil) dikalangan ilmuan Muslim atau equilibrium price (harga praktik pemalsuan, penipuan dalam mutu barang dan pemasaran, serta
keseimbangan) dari kalangan ilmuan Eropa kontemporer. Al-Ghazali melarang pengendalian pasar melalui perjanjian rahasia dan manipulasi
juga telah memehami konsep elastisitas permintaan, yang dinyatakan harga.
dengan “Mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga
yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada
gilirannya akan meningkatkan keuntungan”.
2. Aktivitas produksi
Al Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar ketika
menggambarkan berbagai macam aktifitas produksi dalam sebuah
masyarakat, termasuk hirarki dan karakteristiknya. Fokus utamanya
adalah tentang jenis aktifitas yang sesuai dengan dasas-dasar
ekonomi islam.

a. Produksi Barang-barang Kebutuhan Dasar


Sebagai Kewajiban Sosial
Seperti yang telah dikemukakan, Al Ghazali menganggap kerja adalah sebagai bagian
dari ibadah seseorang. Bahkan secara khusus ia memandang bahwa produksi barang
barang kebutuhan dasar sebagai kewajiban sosial (fard al- kifayah). Hal ini jika telah
ada sekelompok orang yang berkecimpung di dunia usaha yang memproduksi
barang-barang tersebut dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan masyarakat, maka
kewajiban masyarakat telah terpenuhi.
c. Tahapan Produksi, Spesialisasi, dan
Keterkaitannya

Adanya tahapan produksi yang beragam sebelum


produk tersebut dikonsumsi. Tahapan dan keterkaitan
produksi yang beragam mensyaratkan adanya
b. Hierarki Produksi pembagian kerja, koordinasi, dan kerja sama. Beliau
juga menawarkan gagasan mengenai spesialisasi dan
Secara garis besar, Al-Ghazali membagi aktifitas saling ketergantungan dalam keluarga.
produksi kedalam tiga kelompok :
1) Industri dasar, yakni industri-industri yang
menjaga kelangsungan hidup manusia
2) Aktivitas penyokong, yaitu aktifitas yang
bersifat tambahan bagi industri dasar.
3) Aktivitas komplementer, yaitu aktivitas yang
berkaitan dengan industri dasar
3. Barter dan Evolusi Uang

Salah satu penemuan terpenting dalam perekonomian adalah uang. Al-Ghazali menjelaskan
bagaimana uang mengatasi permasalahan yang timbul dari suatu pertukaran barter,
akibat negatif dari pemalsuan dan penurunan nilai mata uang, serta observasi yang
mendahului observasi serupa beberapa abad kemudian yang dilakukan oleh Nicholas
Oresme, Thomas Gresham, dan Richard Cantilon.
 

b. Uang yang Tidak Bermanfaat dan


a. Problema Penimbunan Bertentangan dengan
Barter dan Al-Ghazali mempunyai wawasan terhadap mengenai berbagai Hukum Ilahi
problema barter yang dalam istilah modern disebut sebagai :
Kebutuhan 1) Kurang memiliki angka penyebut yang sama (Lack of Uang tidak diinginkan karena
Terhadap common denominator) Uang itu sendiri. Uang baru
2) Barang tidak dapat dibagi-bagi (Indivisibility of goods) Akan memilikinilai jika
Uang 3) Keharusan adanya dua keinginan yang sama (double Digunakan Dalam pertukaran.
coincidence of wants) Ghazali Menyatakan bahwa
  salah satu tujuan emas dan
perak adalah untuk
dipergunakan sebagai uang.
Beliau juga mengutuk mereka
yang menimbun keping
kepingan uang.
c. Pemalsuan dan Penurunan Nilai Uang

Perhatiannya ditujukan pada problem yang muncul akibat pemalsuan dan


penurunan nilai, karena mencampur logam kelas rendah dengan koin emas
atau perak, atau mengikis muatan logamnya. Pemalsuan uang bukan hanya
dosa perorangan tetapi berpotensi merugikan masyarakat secara umum.
Penurunan nilai uang karena kecurangan pelakunya harus dihukum.

d. Larangan riba
Riba merupakan praktik penyalahgunaan fungsi uang yang berbahaya,
sebagaimana penimbunan barang untuk kepentingan individual. Seperti
halnya para ilmuan Muslim dan Eropa, pada umumnya mengasumsikan
bahwa nilai suatu barang tidak terkait dengan berjalannya waktu.
4. Peran Negara dan
Keuangan Publik
Negara dan agama merupakan tiang yang tidak dapat dipisahkan.
Negara sebagai lembaga yang penting bagi berjalannya aktivitas
ekonomi. Sedangkan agama adalah fondasinya dan penguasa yang
mewakili negara adalah pelindungnya. Apabila salah satu dari tiang
tersebut lemah, masyarakat akan runtuh.
a. Kemajuan Ekonomi Melalui
Keadilan, Kedamaian, dan
Stabilitas

Al-Ghazali menekankan bahwa negara juga harus


b. Keuangan Publik
mengambil tindakan untuk menegakan kondisi
keamanan secara internal dan eksternal. Diperlukan
seorang tentara untuk melindungi rakyat dari
kejahatan. Diperlukan pula peradilan untuk
menyelesaikan sengketa, serta hukum dan peraturan Dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din, al-Ghazali mendefinisikan
untuk mengawasi perilaku orang-orang agar mereka bahwa uang adalah barang atau benda yang berfungsi
tidak berbuat seenaknya. sebagai sarana untuk mendapatkan barang lain. Benda
tersebut dianggap tidak mempunyai nilai sebagai barang
(nilai intrinsik). Oleh karenanya, ia mengibaratkan uang
sebagai cermin yang tidak mempunyai warna sendiri tapi
mampu merefleksikan semua jenis warna.
1) Sumber Pendapatan Negara 2) Utang Publik 3) Pengeluaran
Publik

Utang publik diizinkan jika Penggambaran fungsional dari pengeluaran


Hampir seluruh pendapatan yang ditarik
memungkinkan untuk menjamin publik yang direkomendasikan Al-Ghazali
oleh para penguasa dizaman Ghazali
pembayaran kembali dari pendapatan bersifat agak luas dan longgar, yakni
melanggar hukum. Sumber-sumber yang
dimasa yang akan datang. Contoh utang penegakan sosioekonomi, keamanan dan
sah seperti zakat, sedekah, fa’i, dan
seperti ini adalah Revenue Bonds yang stabilitas negara, sera pengembangan suatu
ghanimah tidak ada. Hanya diberlakukan
digunakan secara luas oleh pemerintah masyarakat yang makmur. Ia berkata bahwa
jizyah tetapi dikumpulkan dengan cara
pusat dan lokal di Amerika Serikat. sumber daya publik “seharusnya dibelanjakan
yang tidak legal. Dalam memanfaatkan
untuk pembuatan jembatan-jembatan,
pendapatan negara, negara seharusnya
bangunan keagamaan (masjid), pondok, jalan,
bersifat fleksibel serta berlandaskan
dan aktivitas lainnya yang senada yang
kesejahteraan.
manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat secara
umum.”
Pemikiran Ekonomi
pada Masa Ibnu
Taimiyyah
Pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyah banyak diambil dari
berbagai karya tulisnya, antara lain Majmu’ Fatawa Syaikh
al-Islam, as-Syar’iyyah fi Ishlah ar-Ra’I wa ar-Ra’iyah
dan al-Hisbah fi al-Islam.
a. Harga yang Adil b. Konsep Upah yang
Adil
Konsep harga yang adil pada hakikatnya telah
Pada abad pertengahan, konsep upah yang
ada dan digunakan sejak awal kehadiran Islam.
adil dimaksudkan sebagai tingkat upah yang
Al-Quran sendiri sangat menekankan keadilan wajib diberikan kepada para pekerja sehingga
dalam setiap aspek kehidupan umat manusia. mereka dapat hidup secara layak ditengah-
Istilah harga adil telah disebutkan dalam tengah masyarakat. Berkenaan dengan hal
beberapa hadits nabi dalam konteks kompensasi ini, Ibnu Taimiyah mengacu pada tingkat
seorang pemilik, misalnya dalam kasus seorang
harga yang berlaku dipasar tenaga kerja
majikan yang membebaskan budaknya. Dalam
(tas’ir fil a’mal) dan menggunakan istilah
hal ini, budak tersebut menjadi manusia merdeka
upah yang setara (ujrah al-mitsl).
dan pemiliknya memperoleh sebuah kompensasi
dengan hara yang adil (qimah al-adl).
Ibnu taimiyah mengakui ide tentang keuntungan yang merupakan motivasi para
c. Konsep Laba pedagang. Berdasarkan definisi harga yang adil, Ibnu Taimiyah mendefinisikan
laba yang adil sebagai laba normal yang secara umum diperoleh dari jenis
yang Adil perdagangan tertentu, tanpa merugikan orang lain. Ia menentang keuntungan
yang tidak lazim, bersifat eksploitatif (gaban fahisy) dengan memanfaatkan
ketidakpedulian masyarakat terhadap kondisi pasar yang ada (mustarsil).

d. Relevansi Konsep Harga Adil


dan Laba yang Adil Bagi
Masyarakat
Tujuan utama dari harga yang adil dan berbagai permasalahan lain yang terkait adalah
untuk menegakan keadilan dalam bertransaksi pertukaran dan berbagai hubungan lainya
di antara anggota masyarakat.kedua konsep ini juga dimaksudkan sebagai panduan bagi
para penguasa untuk melindungi masyarakat dari berbagai tindakan eksploitatif.dengan
kata lain,pada hakikatnya konsep ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat dalam
mempertemukan kewajiban moral dengan kewajiban finansial.
Pemikiran Ekonomi pada Masa Ibn Khaldun (732 –
808 H/1332 – 1406 M)[8]

● 1. Teori Produksi
● Bagi Ibn Khaldun, produksi adalah aktifitas manusi yang
diorganisasikan secara sosial dan internasional.

2. Tabiat Manusiawi dari Produksi

Pada satu sisi, manusia adalah binatang ekonoi. Tjuannya adalah produksi.
Manusia dapat didefinisikan dari segi produksi: “manusia dibedakan dari
makhluk hidup lainnya dari segi upaaya[nya] mencari penghidupan dan
perhatiannya pada berbagai jalan untuk mencapai dan memperoleh sarana-
sarana [kehidupan].” Pada sisi lainnya factor produksi yang utama adalah
tenaga kerja manusia: ”laba [produksi] adalah nilai utama yang dicapai
dari tenaga manusia.”
2. Teori
Nilai,
Uang, dan
Harga
a. Teori Nilai b. Teori Uang
Bagi Ibn Khaldun nilai suatu produk sama Namun demikian, ukuran ekonomis terhadap
dengan jumlah tenaga kerja yang barang dan jasa perlu bagi manusia bila ia ingin
dikandungnya: “laba yang dihasilkan memperdagangkannya. Pengukuran nilai ini
harus memiliki sejumlah kualitas tertentu.
manusia adalah nilai yang terealisasi dari Ukuran ini hars diterima oleh semua sebagai
tenaga kerjanya.” tender legal, dan penerbitannya harus bebas dari
semua pengaruh sibjektif. Bagi Ibn Khaldun,
dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran
nilai. Logam-logam ini diterima secara alamiah
sebagai uang dimana nilainya tidak dipengaruhi
oleh fluktuasi subjektif.
c. Teori Harga

Bagi Ibn Khaldun, harga adalah hasil dari hukum


permintaan dan penawaran. Pengecualian satu-satunya dari
hokum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan
standar moneter. Semua barang-barang lainnya terkena
fluktuasi harga yang tergantung pasar. Karena itu, Ibn
Khaldun menguraikan suatu teori nilai yang berdasarkan
tenaga kerja, sebuah teori tentang uang yang kuantitatif, dan
sebuah teori tentang harga yang ditentukan oleh hukum
permintaan dan penawaran. Teori tentang harga ini
mengntarkannya untuk menganalisis fenomena distribusi.
3. Teori Distribusi

Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur. Gaji, laba, dan pajak. Setiap unsur ini
merupakan imbal jasa bagi setiap kelompok dalam masyarakat: gaji adalah
imbal jasa bagi produser, laba adalah imbal jasa bagi pedagang, dan pajak adalah
imbal jasa bagi pegawai negeri atau dan penguasa. Karenanya, Ibn Khaldun
membagi perekonomian ke dalam tiga sector: produksi, pertukaran, dan layanan
masyarakat.
a. Pendapat tentang pengajian elemen-
elemen tersebut

1) gaji 2) laba
Karena nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah Laba adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang diperoleh oleh
tenaga kerja yang dikandungnya, gaji merupakan unsur pedagang. Namun, selisih ini tergantung pada hokum permintaan dan
utama dari harga barang-barang. penawaran, yang menentukan harga beli melalui gaji dan menentukan harga jual
melalui pasar.

3)
pajak
Pajak bervariasi menurut kekayaan penguasa dan penduduknya. Karenanya, jumlah
pajak ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap produk, yang pada
gilirannya menentukan pendapatan penduduk dan kesiapannya untuk membayar.
b. Eksistensi Distribusi optimum

1) gaji 2) laba
Bila gaji terlalu rendah, pasar akan lesu dan produksi tidak Jika laba sangat rendah, pedagang terpaksa melikuidasi saham-sahamnya dan tidak
mengalami peningkatan. Jika gaji terlalu tinggi, akan terjadi memperbaruinya karena tidak ada modal. Jika laba terlalu tinggi, para pedagang
tekanan inflasi dan produsen kehilangan minat untuk bekerja. akan melikuidasi saham-sahamnya pula dan tidak dapat memperbaruinya lagi karena
tekanan inflasi.
.

3)
pajak
Jika pajak terlalu redah, pemerintah tidak dapat menjalasni fungsinya. Jika pajak
terlalu tinggi, tekanan fiskan menjadi terlalu kuat, sehingga para pedagang dan
produsen menurun dan hilanglah insentif mereka untk bekerja.
4. Teori siklus
Variabel penentu bagi produksi adalah populasi serta pendapatan dan belanja negara,
keuangan public. Namun menurut Ibn Khaldun populasi dan keuangan public harus
menaati hukum yang tidak dapat ditawar-tawar dan selalu berfluktuasi.

a. Siklus populasi b. Siklus keuangan publik


Produksi ditentukan oleh populasi.
Negara juga merupakan factor
Semakin banyak populasi, semakin
produksi yang penting. Dengan
banyak produksnya. Demikian pula, pengeluarannya, negara meningkatkan
semakin besar populasi semakin besar produksi, dan dengan pajaknya, negara
permintaannya terhadap pasar dan membuat produksi menjadi lesu.
semakin besar produksinya.
Terima
kasih
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai